Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

LAMPU WOOD

Disusun Oleh :
dr. Destiana Setyosunu SpKK, M.Kes,FINSDV,FAADV

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 1
PENDAHULUAN
Kemampuan lampu Wood untuk menghasilkan berbagai fluoresensi membuat lampu
Wood menjadi salah satu pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit kulit. Lampu Wood sebagai alat diagnostik non-invasif dapat
memberikan fluoresensi tertentu dengan cara sinar yang diarahkan ke lesi akan dipantulkan
berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab sehingga
menimbulkan indeks bias berbeda yang dapat menghasilkan pendaran warna tertentu.1,2

Pemeriksaan lampu Wood sederhana, murah, aman, dan mudah dalam penggunaannya.
Penggunaan lampu Wood saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk membantu menegakkan
diagnosis infeksi jamur, tetapi juga untuk evaluasi klinis berbagai jenis penyakit kulit seperti
kelainan pigmen, infeksi kulit akibat bakteri, dan porfiria. Pengetahuan tentang bagaimana
cara menggunakan lampu Wood dengan benar sangat diperlukan sehingga lebih mudah untuk
diaplikasikan dalam praktik sehari-hari.2

TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan lampu wood dengan benar yang akan
menuntun kearah diagnosis penyakit kulit pada sistem integumen.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien.
2. Mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Mampu mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan.
4. Mampu dan terampil melakukan penilaian status pasien secara umum.
5. Mampu melalukan pemeriksaan lampu wood dengan benar secara sistematis
dengan cara memeriksa :

a. lokasi kelainan kulit yang ditemukan


b. ukuran dan distribusi kelainan kulit
c. effloresensi kulit yang terlihat
d. persiapan ruang gelap dan lampu wood yang akan digunakan
e. melihat dan membedakan lokasi lesi dan kulit normal

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 2
6. Mampu menginformasikan hasil yang ditemukan, pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan dan rencana pengobatan kepada pasien/keluarganya.
7. Mampu membuat resume hasil pemeriksaan

DASAR TEORI
Sebelum mempelajari keterampilan pemeriksaan lampu wood, mahasiswa diharapkan
telah mempunyai pengetahuan tentang : a) Effloresensi Kulit dan b) Jenis penyakit kulit yang
akan dilakukan penyinaran

CARA KERJA LAMPU WOOD


Lampu Wood (Gambar 1) merupakan alat diagnostik non-invasif dan dapat memberikan
fluoresensi dengan cara sinar yang diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan
berat molekul metabolit organisme penyebab sehingga menimbulkan indeks bias berbeda
yang dapat menghasilkan pendaran warna tertentu. Sinar lampu Wood dihasilkan dari
merkuri bertekanan tinggi yang dipancarkan melalui filter terbuat dari barium silikat dan 9 %
nikel oksida diberi nama filter Wood. Filter ini hanya dapat menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 320 sampai 400 nm dengan puncaknya pada 365 nm. Fluoresensi jaringan terjadi
ketika sinar dari lampu Wood diserap oleh kulit lalu memancarkan kembali sinar dengan
panjang gelombang yang lebih panjang, biasanya visible light. 1,2,3

Gambar 1. Lampu Wood.2

Penggunaan lampu Wood harus di dalam sebuah ruangan yang benar-benar gelap dan
jarak lampu ke kulit adalah 10-15 cm. Sinar lampu Wood dapat digunakan untuk mengevaluasi
lesi berupa kelainan pigmen karena sinar lampu Wood diserap secara kuat oleh melanin. Salah
satu kelainan pigmen yang sering menggunakan pemeriksaan lampu Wood adalah melasma.
Melasma merupakan kelainan pigmen berupa hiperpigmentasi yaitu adanya peningkatan
kadar melanin pada kulit. Lesi dengan peningkatan kadar melanin epidermis tampak lebih

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 3
gelap dibandingkan kulit normal sekitar dan lebih kontras daripada biasanya dilihat dengan
pemeriksaan menggunakan visible light. 1

TEKNIK PEMERIKSAAN LAMPU WOOD

Penggunaan lampu Wood tidak memerlukan keahlian khusus, namun memerlukan


beberapa persiapan yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari hasil positif palsu.
Persiapan yang harus diperhatikan sebelum penggunaan lampu Wood antara lain ruangan
pemeriksaan harus sepenuhnya gelap (ruangan tanpa jendela) dan pemeriksa harus
beradaptasi terlebih dahulu pada kegelapan agar dapat melihat kontras dengan jelas. Lampu
sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu selama lima menit. Pasien juga perlu dipersiapkan
dengan cara memberitahu kepada pasien untuk tidak menggunakan obat topikal, kassa, dan
residu sabun karena dapat menimbulkan fluoresensi. Sumber cahaya sebaiknya berjarak 1015
cm dari lesi dan sebaiknya tidak membersihkan daerah yang akan diperiksa karena dapat
menimbulkan negatif palsu akibat dilusi pigmen.2,4,5

APLIKASI LAMPU WOOD DALAM BERBAGAI PENYAKIT KULIT

Kemampuan lampu Wood menghasilkan berbagai karakteristik fluoresensi pada kondisi


patologi diaplikasikan untuk evaluasi klinis berbagai jenis penyakit kulit. Aplikasi lampu Wood
dalam bidang dermatologi terutama sering dipakai dalam membantu menegakkan diagnosis
penyakit akibat infeksi jamur, infeksi bakteri, Akne vulgaris, kelainan pigmentasi, porfiria,
maupun dalam diagnosis fotodinamik (Tabel 1).6,11

Tabel 1. Berbagai fluoresensi pada pemeriksaan lampu Wood 6,11


Bentuk Kelainan Warna fluoresensi

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 4
Kelainan pigmen
Hipopigmentasi dan depigmentasi
Vitiligo Biru terang – putih
Makula ash leafpada tuberous sklerosis Biru terang – putih
Mikosis fungoides hipopigmentasi Biru terang – putih ( pengamatan penulis)
Hiperpigmentasi
Melasma epidermal Kontras warna lebih jelas
Melasma dermal Kontras warna kurang jelas
Infeksi Bakteri
Pseudomonas ( pyoverdin atau fluorescein) Hijau
Merah coral
Corynebacterium minutissimum (coproporphyrin Jingga-kemerahan, putih-kekuningan
III)
Propionibacterium acnes (coproporphyrin) Putih-kekuningan, kuning-keemasan
Infeksi Jamur Folikel putih-kebiruan
Ptiariasis versikolor (Malessezia furfur)
Ptirosporum folikulitis Biru-hijau
Tinea kapitis Biru-hijau
Microsporum audouinii Biru-hijau
M. canis Biru-hijau
M. ferrugineum Kuning pucat
M. distortum Biru pucat
M. gypseum
T. schoenleinii Merah-merah muda
Porfiria Merah-merah muda
Eritropoetik porfiria (RBC, urin, gigi) Merah-merah muda
Eritropoetik protoporfiria (RBC, feses, batu empedu) Merah-merah muda
Hepatoeritropoetik profiria (RBC, feses, urin) Merah-merah muda
Porfiria kutaneus tarda (urin, feses)
Variegate porfiria (urin, feses)

STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH KETERAMPILAN


MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 5
• Video, slide atau foto untuk menampilkan tanda klinis yang khas pada beberapa
penyakit kulit dengan gambaran kelainan pada kulit
• Buku status pasien untuk mencatat hasil pemeriksaan fisis
• Lampu Wood dan Ruangan kedap cahaya
• Air mengalir
• Sabun cair
• Larutan antiseptik
• Handuk kecil atau tissue
• Handscoen
• Tempat sampah medis dan non-medis
METODE PEMBELAJARAN
• Demonstrasi dan alih keterampilan
• Diskusi

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
No. LANGKAH KLINIK
Persiapan pasien

1 Mengucapkan salam, mempersilahkan pasien masuk, menyapa dengan penuh keakraban


dan senyum
2 Memperkenalkan diri, menjabat tangan pasien dan menunjukkan sikap empati
3 Mencatat data penting pasien : Nama, Umur, Alamat,Pekerjaan,Pendidikan
4 Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya
5 Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut
6 Menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak untuk
menolak untuk diperiksa
7 Meminta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri),melakukan cuci tangan rutin dan memakai
handscoen
Persiapan Ruangan dan Alat

9 Tutuplah ruangan sehingga tidak ada cahaya (ruangan menjadi gelap) atau gunakan
kain hitam sebagai tirai untuk membentuk bilik yang gelap tanpa cahaya

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 6
10 Sambungkan dengan sumber arus listrik dan nyalakan lampu wood
11 Panaskan lampu Wood sebelum pemeriksaan selama 5 menit
12 Arahkan lampu wood pada kulit normal di daerah punggung tangan pemeriksa untuk
tujuan kalibrasi alat yang akan digunakan
Pemeriksaan Penunjang Lampu Wood

13 Minta pasien untuk duduk dan membuka pakaian pada daerah kulit yang akan diperiksa
14 Pastikan daerah yang diperiksa dalam keadaan alami, tidak dicuci, hapus semua jika
ada penggunaan obat topikal, tidak ada sisa kain kasa dan sabun di daerah yang akan
diperiksa karena akan menyebabkan floresensi dibawah lampu wood
15 Arahkan lampu wood pada kulit normal di daerah sekitar lokasi lesi
16 Melakukan penyinaran dengan mengarahkan lampu Wood ke arah kelainan kulit dengan
sumber cahaya berjarak 4-5 inchi dari lesi

17 Perhatikan warna yang tampak dari pendaran lampu wood pada kulit normal penderita.

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 7
18 Menilai fluoresensi yang terjadi karena penyinaran tersebut Contoh : a.
Tinea capitis : floresensi hijau kekuningan9

b. Pitiriasis Vesicolor : fluoresensi putih kekuningan atau kuning keemasan9

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 8
c. Hipopigmentasi atau Depigmentasi : floresensi Biru putih2

d. Hiperpigmentasi (Tipe epidermal) : floresensi tampak lebih jelas


dibandingkan dengan sinar biasa7

e. Infeksi Bakteri (Pseudomonas) : floresensi Hijau8

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 9
f. Infeksi Bakteri Eritrasma (Corynebacterium minitussismum) : floresensi
merah coral6

g. Akne Vulgaris : floresensi merah coral11

19 Setelah pemeriksaan selesai, minta pasien memakai pakaiannya kembali


dan kembali duduk
20 Membuka handscoen dan mencuci tangan dengan enam langkah mencuci tangan
Mengakhiri Pemeriksaan Lampu Wood

21 Jelaskan pada pasien/keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan yang ditemukan dan
diagnosis yang paling mungkin
22 Jelaskan tentang diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan, prognosis dan komplikasi
23 Ucapkan terima kasih kepada pasien
Membuat resume untuk arsip pasien

24 Tulislah resume hasil pemeriksaan lampu wood sebagai penunjang yang diminta dalam
berkas rekam medis untuk arsip pasien
25 Mengucapkan Hamdalah setelah semua rangkaian pemeriksaan selesai
dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 10
dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 11
EVALUASI A.Latihan

NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI TIDAK


DILAKUKAN
DILAKUKAN

1. Melakukan komunikasi efektif dengan pasien dan menjelaskan tujuan dari


pemeriksaan lampu wood

2. Melakukan anamnesis sistem

3. Melakukan persiapan diri (menggunakan APD,mencuci tangan dan

memakai handscoen)

4. Menyiapkan pasien

5. Mengucapkan Bismillah setiap memulai pemeriksaan

Persiapan ruangan dan alat

6. Tutuplah ruangan sehingga tidak ada cahaya (ruangan menjadi gelap) atau
gunakan kain hitam sebagai tirai untuk membentuk bilik yang gelap tanpa
cahaya

7. Panaskan lampu Wood sebelum pemeriksaan selama 5 menit

8. Arahkan lampu wood pada kulit normal di daerah punggung tangan

pemeriksa untuk tujuan kalibrasi alat yang akan digunakan.

Pemeriksaan Penunjang Lampu Wood

9. Pastikan daerah yang diperiksa dalam keadaan alami, tidak dicuci,


hapus semua jika ada penggunaan obat topikal, tidak ada sisa kain kasa
dan sabun di daerah yang akan diperiksa karena akan menyebabkan
floresensi dibawah lampu wood

10. Melakukan penyinaran dengan mengarahkan lampu Wood ke arah


kelainan kulit dengan sumber cahaya berjarak 4-5 inchi dari lesi

11. Melihat dan membedakan lokasi lesi dan kulit normal

12. Perhatikan pendaran warna yang tampak dan catat hasilnya

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 12
Mengakhiri Pemeriksaan Lampu Wood

13. Jelaskan pada pasien/keluarga paien tentang hasil pemeriksaan yang


ditemukan dan diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan, prognosis
serta komplikasinya

14. Membuka handscoen dan mencuci tangan dengan enam langkah mencuci
tangan

Membuat resume untuk arsip pasien

15. Tulislah resume hasil pemeriksaan lampu wood sebagai penunjang yang

diminta dalam berkas rekam medis untuk arsip pasien

16. Mengucapkan Hamdalah setelah semua rangkaian pemeriksaan selesai

B.Penilaian

NO LANGKAH KLINIK SKOR

0 1 2

1. Melakukan komunikasi efektif dengan pasien dan menjelaskan tujuan dari


pemeriksaan lampu wood

2. Melakukan anamnesis sistem

3. Melakukan persiapan diri (menggunakan APD,mencuci tangan dan

memakai handscoen)

4. Menyiapkan pasien

5. Mengucapkan Bismillah setiap memulai pemeriksaan

Persiapan ruangan dan alat

6. Tutuplah ruangan sehingga tidak ada cahaya (ruangan menjadi gelap) atau
gunakan kain hitam sebagai tirai untuk membentuk bilik yang gelap tanpa
cahaya

7. Panaskan lampu Wood sebelum pemeriksaan selama 5 menit

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 13
8. Arahkan lampu wood pada kulit normal di daerah punggung tangan
pemeriksa untuk tujuan kalibrasi alat yang akan digunakan

Pemeriksaan Penunjang Lampu Wood

9. Kulit atau rambut yang diperiksa dalam keadaan alami, tidak dicuci,
hapus semua jika ada penggunaan obat topikal, tidak ada sisa kain kasa
dan sabun di daerah yang akan diperiksa karena akan menyebabkan
floresensi dibawah lampu wood

10. Melakukan penyinaran dengan mengarahkan lampu Wood ke arah


kelainan kulit dengan sumber cahaya berjarak 4-5 inchi dari lesi

11. Perhatikan warna yang tampak dari pendaran lampu wood pada kulit
normal penderita

12. Pindahkan sorotan lampu wood pada lesi yang dicurigai – matikan dan
hidupkan

13. Menilai fluoresensi yang terjadi karena penyinaran tersebut dan catat
hasilnya
•Kulit sehat : berwarna kebiruan
•Kulit menebal : berwarna lebih putih, kulit berminyak terlihat lebih
kekuningan, kulit kering memiliki bercak ungu
•Melasma, hiperpigmentasi pasca inflamasi : jika pigmentasi epidermal,
daerah lesi berwarna lebih tua dari sekitarnya; jika pigmentasi dermal
tidak terlihat lebih tua dari sekitarnya
•Hipopigmentasi : fluoresensi biru-putih (jika akibat akumulasi biopterin
terlihat hijau kekuningan)
•Pityriasis versicolor : lesi aktif akan berwarna kuning atau jingga
•Tinea capitis : microsporum akan berwarna biru-kehijauan, trichophyton
schonleinii akan berwarna biru pucat; T. tonsurans tidak berfluoresensi.
•Erythrasma : warna merah coral
•Infeksi pseudomonas : berwarna hijau
•Acne : merah-jingga akibat propionibacteria

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 14
Mengakhiri Pemeriksaan Lampu Wood

14. Jelaskan pada pasien/keluarga paien tentang hasil pemeriksaan yang


ditemukan dan diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan, prognosis
serta komplikasinya

15. Membuka handscoen dan mencuci tangan dengan enam langkah mencuci
tangan

16. Ucapkan terima kasih kepada pasien

Membuat resume untuk arsip pasien

17. Tulislah resume hasil pemeriksaan lampu wood sebagai penunjang yang

diminta dalam berkas rekam medis untuk arsip pasien

18. Mengucapkan Hamdalah setelah semua rangkaian pemeriksaan selesai

19. JUMLAH SKOR

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan mahasiswa
1 : Dilakukan,tapi belum sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai Mahasiswa = Jumlah skor x 100%


40

SKENARIO : -

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 15
REFERENSI
1. Scope A, Halpern AC. Diagnostic Procedures and Devices. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz Si,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ., editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th
ed. New York: The McGraw Hill Companies. 2012. p. 40-1.
2. Suraprasit, Pradit., etc. Wood’s lamp examination: evaluation of basic knowledge in general
physicians. Siriraj Med J 2016; 68: 79-83.
3. Menaldi, Sri Linuwih SW., Kusmarinah B, Wresti I. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-
7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2017. hal. 61-344.
4. Arndt KA, Jeffrey TS. Procedures and Techniques. In: Manual of Dermatology Therapeutics
7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2007. p.257-8.
5. Nugroho, SA. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Mikosis Superfisialis. Dalam:
Dermatomikosis Superfisialis Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013. hal.163-4
6. Cox NH, Coulson IH. Diagnosis of skin disease. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. 2004. p.
5.11-4.
7. Manjunath K G, et al. Melasma: through the eye of dermoscope. International Journal of
Research in Dermatology 2016; 2(4): 113-7.
8. Lacerda DA. Co-infection of Pseudomonas aeruginosa and dermatophyte. Einstein 2008;
6(1 ): 97-8.
9. Klatte JL, van der Beek N, Kemperman PM. 100 years of Wood's lamp revised. J Eur Acad
Dermatol Venereol. 2015; 29(5):842-7.
10. Singh S, Khana N, Kumar L. Bone marrow transplantation improves symptoms of congenital
erythropoietic porphyria even when done post puberty. Indian J Dermatol Venereol Leprol
2012; 78(1): 108-11.
11. Ducharme EE, Silverberg NB. Selected applications of technology in the pediatric
dermatology. Semin Cutan Med Surg 2008; 27 : 94-6.

dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 16
dr Destiana S,SpKK,M.Kes,FINSDV
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan-Unismuh
Makassar 2022 | 17

Anda mungkin juga menyukai