Siklus Hidup: Kopulasi (perkawinan) di atas kulit jantan mati betina yang telah dibuahi
(8-12hari) menggali terowongan (str. Korneum) sambil meletakan telur 3-10 hari
telur menetas larva (2-3hari) nimfa (jantan/betina)
Patofisiologi: Aktivitas S. Scabiei gatal respon imunitas seluler dan IgE
Masa inkubasi: 4-6 minggu, Tungau hidup diluar tubuh manusia selama 24-36 jam
Skabies Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin (FKUI) 2015
FIGURE 28-21 Burrow with Sarcoptes scabiei (female), eggs, and feces
Female mite at the end of a burrow with eight eggs and smaller fecal
FIGURE 28-18 Scabies particles obtained from a papule on the webspace of the hand.
Papules and burrows on the lateral hand. In children, the
feet and neck are often infested, sites usually spared in
older individuals. Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology
Cutaneous Larva Migrans/ Creeping Eruption
Definisi: Erupsi kulit dngn penjalaran serpiginosa, sebagai reaksi hipersensitivitas
kulit terhadap invasi larva cacing tambang atau nematodes (roundworms)
Epidemiologi: Anak-anak
Daerah tropis & sub-tropis (hangat & lembab)
Etiologi: Larva std.3 dari Ancylostoma braziliense & Ancylostoma caninum
Cara penularan: Kontak dengan pasir / tanah yang terkontaminasi dengan kotoran hewan
(larva cacing tambang)
Predileksi: Kaki, tangan, bokong, abdomen
Patofisiologi dan Larfa filariform menembus kulit gatal dan merah, panas
Gejala Klinis: -->bberapa jam/hari terowongan intrakutan sempit (lesi
linier/berkelak-kelok, merah, sedikit menimbul, diameter 2-3mm,
sangat gatal)
bertambah panjang sesuai gerakan larva vesikel kecil
Gatal pada malam hari
Infeksi sekunder: karena garukan
DDx Skabies, Dermatofitosis, Insects bite, Herpes zoster
Terapi: Tiabendazole Albendazole
25-50mg/kgBB/hari, 2x/hari, 2-5hari 400mg/hari, dosis tunggal , 3hari
Dosis max. 3 gram/hari Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin (FKUI) 2015
Parasitologi Kedokteran FKUI
ESO: mual,muntah, pusing Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology
Parasitologi Kedokteran FKUI
Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology
FIGURE 28-22 Cutaneous larva migrans: dorsum of foot A 29-year-old male noted pruritic lesions on the dorsum of both feet after
returning from vacation in Mexico. A serpiginous, linear, raised, tunnel-like erythematous lesion outlining the path of migration of the
larva. Lesions were present bilaterally, arising in the 45 webspace at sites of tinea pedis. He was treated with ivermectin.
Reaksi Gigitan Serangga
Definisi: Reaksi hipersensitivitas kulit terhadap serangga
Etiologi: Nyamuk , sejenis nyamuk (gnats), kutu berkaki 6 (fleas), kutu berkaki 8
(mites), kutu busuk (bed bugs) , caterpillar dan ngengat (moths)
Cara penularan: Kontak langsung
Kupu-kupu , pada fase larva yaitu ulat bulu menyebabkan caterpilar
dermatitis / erusisme.
GK : dermatitis disertai rasa panas dan gatal. Toksin mampu merusak
sel tubuh tubuh mengeluarkan histamin, serotonin, heparin.
Sengatan
Lebah, kalajengking,saat menyengat mengeluarkan toksin (mengandung
enzim anafilaktogenik, hemolitik,antigenik, sitolik, neurotoksik) edem,
nekrosis, urtikaria, syok.
Gigitan : Kelabang, laba-laba, semut api.
Penyakit disebabkan artropoda , antara lain skabies, pedikulosis,pthiriasis
pubis,dan capitis.
Urtikaria papular (gigitan serangga):
Diagnosis klinis Di bagian tengah papul terlihat ada punktum hemoragik bekas alat
tusuknya
Urtikaria kemudian timbul papul/ vesikel dibagian tengahnya
bula. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin (FKUI) 2015
Zona eritematosa Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology
Reaksi Gigitan Serangga
DDx: Varisela stadium awal, ekskoriasi neurotik, pitriasis likenoides
Prognosis: Insect bite : hiperpigmentasi
Infeksi sekunder : sikatriks
Tatalaksana:
DDx: Chickenpox
Monkeypox
Coxsackievirus A-16
Gigitan serangga
Adverse cutaneouse drug eruption
Penunjang: Spesimen :lesi kulit, sampel
darah
PCR (mengidentifikasi virus
variola)
Kultur FIGURE 27-8 Smallpox:
variola major
Profilaksis: Vaksinasi dengan virus vaksinia yg A. Multiple pustules
diberikan dgn metode multiple becoming confluent on
the face. B. Multiple
puncture pustules on the trunk, all
in the same stage of
Komplikasi: Bronkopneumonia development. C. Multiple
Infeksi kulit sekunder (furunkel crusted healing lesions on
, impetigo) the trunk, arms, hands.
Ulkus kornea
Ensefalitis
FIGURE 27-9 Smallpox: scarring on face
A 50-year-old Indian male with a history of smallpox as a child
has multiple depressed scars on face 40 years after smallpox
infection. (Courtesy of Atul Taneja, MD.)
Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology
Veruka Vulgaris
Definisi: VV papul verukosa ( akibat HPV)
Etiologi: HPV 2 , dapat pula HPV 1 dan 4.
Predileksi: Dimana saja (biasanya punggung dan jari tangan)
Gejala klinis: Papul padat verukosa , keratotik, ukuran mm
sampai 1 cm , bila berkonfluens bisa menjadi
besar
Pemeriksaan Biopsi kulit bila perlu histopatologis :
penunjang: akantosis, hiperkeratosis, papilomatosism dan
rate ridges mengarah ke medial
Diagnosis: Gambaran klinis , bila perlu dengan
histopatologis.
Ddx: Keratosis seboroik ( lebih hiperpigmentasi), nevus
verukosus. Verruca vulgaris: hands A 20-year-
old immunosuppressed male with
Prognosis: Bila destruksi baik, tidak terjadi rekurensi. Namun nephrotic syndrome. Multiple
bisa terjadi infeksi berulang. verrucae on the dorsum
Definisi: Infeksi akut primer yang menyerang kulit dan mukosa. Penyakit ini
menular dan penularan terjadi melalui airbone infection
Etiologi: Virus varisela zoster (VVZ)
Paofisiologi: VVZ masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas atas dan
orofaring virus bermultiplikasi di tempat masuk menyebar
ke pemb. Darah dan limfe menyebabkan viremia primer.
Tubuh mencoba mengeliminasi virus (sistem pertahanan tubuh
non spesifik dan spesifik)
Pertahanan tubuh bila gagal mengeliminasi terjadi viremia
sekunder ( 2 mng setelah infeksi) . Viremia ini ditandai adanya
erupsi varisela.
Setelah erupsi kulit virus masuk ke ujung saraf sensorik
kemudian menjadi laten di ganglion dorsalis posterior.
Bila terjadi reaktivasi VVZ dapat terjadi manifestasi Herpes zoster (
sesuai dermatom yang terkena)
Gejala klinis: Gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral
tubuh
Masa inkubasi : 14 hari ( 10-23 hari)
Masa prodormal (demam tidak terlalu tinggi, malese, nyeri kepala)
timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa (dalam beberapa jam
menjadi vesikel)
Bentuk vesikel khas mirip tear drops di atas eritematosa berubah menjadi
keruh menyerupai pustul krusta (timbul vesikel baru gambaran
polimorfik)
Predileksi : Daerah badan menyebar ke wajah, daan ekstremitas, dapat menyerang
selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
Komplikasi: Anak umumnya jarang timbul,
Dewasa: ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, dst
Infeksi trimester pertama kelainan kongenital
Infeksi beberapa hari menjelang kelahiran varisela kongenital
Diagnosis: anamesa, gejala prodormal, rasa gatal, dan manifestasi klinis sesuai tempat
predileksi dan morfologi khas varisela
DDx: Variola
Penunjang: Tidak diperlukan pada varisela tanpa komplikasi.
Test Tzank dengan membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa.
Bahan diambil dengan kerokan vesikel didapati sel datia berinti banyak.
Herpes Zoster Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin (FKUI) 2015
Fritzpatricks Color Atlas & Synopsis Pf Clinical Dermatology