PENDAHULUAN
1
2. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta mempunyai
keterampilan spesialistik dan sikap yang baik sehingga sanggup
menjelaskan dan memecahkan masalah kesehatan secara ilmiah dan dapat
mengamalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat yang sesuai dengan
bidangnya secara optimal.
3. Mampu menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan
penelitian secara mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik
yang lebih tinggi.
4. Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etika ilmu dan etika
profesi, serta medikolegal dalam hubungan dokter dengan perseorangan
dan atau masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan diri dalam bidang ilmu kesehatan, secara terus
menerus, sehingga dapat bekerja lebih baik.
2
BAB II
KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN
Tabel 1. Tujuh Area Kompetensi Lulusan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
No Area Kompetensi Penjabaran Kompetensi Metode Pembelajaran Level
Kompetensi
3
kesehatan pemerintah
1.5 Melakukan tindakan Praktek kerja layanan 4
dengan pasien / pengabdian
mempertimbangkan masyarakat
budaya, sosial ekonomi,
usia, serta senantiasa
mendahulukan
kepentingan dan
keselamatan pasien
1.6 Bersikap profesional
dalam praktik sesuai 4
dengan kompetensi
dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin, bertindak
jujur, penuh tanggung
jawab, sesuai
kewenangan,
menunjukkan integritas,
altruism (tidak egois),
etis, menggunakan
hukum kedokteran, dan
belajar sepanjang hayat
2. Mawas diri dan 2.1 Berperan dalam Sistem Praktek kerja layanan 4
pengembangan diri Pelayanan Kesehatan pasien
Nasional
Lulusan mampu 2.2 Menyadari kemampuan
melakukan praktik dan keterbatasan diri Tutorial / sistem rujukan 4
Spesialistik Kulit dan dalam praktik nasional
Kelamin, bertanggung Spesialistik Kulit dan
jawab atas keharusan Kelamin.
belajar sepanjang hayat, 2.3 Mengenali dan mengatasi
dan memelihara masalah emosi, personal, Tutorial dan mentoring 4
kemampuan profesi dan masalah lain yang
mempengaruhi
kesehatan, kesejahteraan,
dan kemampuan profesi
2.4 Mengembangkan Ilmu
Kesehatan Kulit dan
Kelamin melalui Penelitian dan P2KB 4
4
kegiatan riset dan
pembelajaran sepanjang
hayat
2.5 Berperan aktif dalam P2KB 4
program pendidikan
berkelanjutan dan
pelatihan Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin
5
mengakses, menilai dan informasi kesehatan
menyebarkan informasi dalam praktik Spesialistik
dalam bidang Ilmu Kulit dan Kelamin, juga
Kesehatan Kulit dan dunia kedokteran secara
Kelamin. luas
6
pelayanan kesehatan mikrobiologi klinik,
spesialistik parasitologi klinik, dan
hukum kedokteran
5.3 Melakukan kajian kritis 4
analitik terhadap
informasi kesehatan kulit
dan kelamin
7
diagnostik kulit 4
6.4 Memahami indikasi,
keterbatasan pemeriksaan,
komplikasi pada
pemeriksaan uji 4
diagnostik, serta mampu
menjelaskan dan meminta
persetujuan pasien untuk
tindakan (informed
consent)
6.5 Menggunakan data rekam
medis meliputi klinik, uji
diagnostik kulit, dan
4
laboratorium, serta
informasi ilmiah untuk
menjelaskan dan
menyelesaikan masalah
kulit dan kelamin secara
sistematik
6.6 Melakukan tindakan
terapi, medis, dan bedah
kulit
4
6.7 Mengatasi dan
mengambil keputusan
terapi, tindakan, dan
bedah kulit pada
4
kedaruratan medis kulit
8
dalam menyelesaikan Praktek kerja layanan 4
masalah kedokteran pasien / pengabdian
dengan masyarakat
mempertimbangkan value
based medcine
9
c. Pelaksanaan program pendidikan profesi terdiri dari atas 3 tahap yaitu
tahap pengayaan/ pembekalan, tahap magang dan tahap mandiri.
10
2.2.2Substansi Kajian dan Pencapaian Kompetensi Jenjang Profesi
Substansi kajian ditentukan berdasarkan kompenen kompetensi, learning outcome
dan tingkat pencapaian. Substansi kajian dan keterampilan klinik diBidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, yaitu :
A. Substansi Kajian
A.1. Dermatologi Dasar
A.2. Dermatologi Khusus
A.2.1. Dermatologi Infeksi
A.2.2. Infeksi Menular Seksual
A.2.3. Dermatologi Non Infeksi
A.2.4. Dermato Alergo Imunologi
A.2.5. Dermatologi Kosmetik
A.2.6. Dermatologi Tumor dan Bedah Kulit
A.2.7. Dermatologi Anak
A.2.8. Morbus Hansen
B. Keterampilan Klinik
B.1. Pemeriksaan Dasar
B.1.1. Mendata perjalanan penyakit
B.1.2. Pemeriksaan fisik
B.2. Pemeriksaan Penunjang
B.2.1. Sediaan apus
B.2.2. Sediaan basah
B.2.3. Mendeteksi parasit
B.2.4. Acetowhite
B.2.5. Imunofluoresensi
B.2.6. Pemeriksaan klinik khusus (voluntary muscle test)
B.2.7. Uji kulit (tes tempel, tes tusuk)
B.2.8. Dermatopatologi
B.2.9. Dermoskopi
B.3. Dermatologi Intervensi
B.3.1. Dermatologi kosmetik
11
B.3.2. Laser serta alat berbasis cahaya dan energi
B.3.3. Fototerapi dan Fotodinamik
B.3.4. Bedah kulit
12
Bukti hasil pembelajaran direkam dalam portofolio dan atau buku log. Evaluasi
kompetensi yang dilakukan di tiap PPDSKulit dan Kelamin/ Fakultas Kedokteran
agar memperoleh ijazah, serta uji kompetensi nasional yang dilakukan oleh
Kolegium bersama-sama dengan Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi.
13
BAB III
MATA KULIAH
14
4. Mikrobiologi dan mikologi penyakit kulit dan kelamin (carapengambilan
sediaan,pewarnaan, dan interpretasi hasil)
5. Parasitologi (skabies, pedikulosis,larva migrans)
6. Dasar-dasar alergi-imunologi penyakit kulit dan kelamin
7. Serologi/imunodiagnosis
8. Diagnosis fisik, morfologi penyakit, dan pembuatan status
9. Dasar-dasar diagnosis klinis dan diagnosis banding
10. Dermatologi anak (genodermatosis)
11. Dasar perawatan kulit/ kosmetik medik
12. Dasar-dasar bedah kulit:bedah listrik, skalpel, beku, kimia, laser,
liposuction, dermabrasi, flap & skin graft, roserplasty, dan anestesi lokal
13. Dasar-dasar perawatan kulit:penyakit kulit rawat inap
C. Pengetahuan Khusus
Bangsal, Mikrobiologi, Dermatologi umum, Patologi Anatomi
Penerapan Akademik: Kegiatan Ilmiah
1. 3 Laporan Kasus
2. 3 Journal Reading (critical appraisal)
3. 4 Buku Ajar
4. Ujian Dermatologi Umum dan ujian Bangsal
5. Ujian Tahap 1
Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan:
1. Pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap dasar
2. Jaga I
Stase Departemen Lain:
1. Departemen Patologi Anatomi
2. Mikrobiologi
15
spesialistik untuk menetapkan diagnosis, keperawatan, melaksanakan tindakan
preventif, kuratif, dan promotif penyakit kulit dan kelamin, sesuai dengan materi
pada setiap divisi yang dijalani. Kegiatan peserta PPDSpada tahap magang
adalah stase di poliklinik divisi yang terdiri atas 7 (tujuh) divisi dan 1 Rumah
Sakit jejaring, berlangsung selama 22 bulan, dengan perincian sebagai berikut:
Materi:
Tahap:
- Dermatoimunologi
- Dermatomikologi
- Morbus Hansen
- Infeksi Menular Seksual
- Dermatologi Anak
- Dermatologi Kosmetik
- Tumor dan Bedah Kulit
- Rumah Sakit jejaring
Penerapan Akademik: Kegiatan Ilmiah
Peserta didik dalam tahap ini membuat dan mempresentasikan:
1. 4 Tinjauan Pustaka
2. 6 Journal Reading(2 diantaranya critical appraisal, sisanya journal
review)
3. 8 Buku Ajar (sudah termasuk 1 buku ajar di divisi RS jejaring)
4. 8 Laporan Kasus (sudah termasuk 1 laporan kasus di divisi RS jejaring)
5. Usulan penelitian
6. Penelitian retrospektif
7. Publikasi ilmiah
8. Ujian akhir stase
Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan
1. Pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap (kasus-kasus penyakit kulit
khusus sesuai dengan divisi)
2. Jaga II
16
Stase Rumah Sakit Jejaring (1 bulan):
Kegiatan berupa:
1. 1 Buku Ajar
2. 1 Laporan Kasus
Tabel 2. Uraian Isi Kurikulum, Kegiatan, dan Satuan Kredit Semester (SKS)
Orientasi RS 2 minggu
17
. Pendidikan
1. Tahap pengayaan pengetahuan
& keterampilan Kulit dan 14 bulan 14 I s/d II
Kelamin dasar, Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU),
Lama Bobot SKS Semester
Materi Pendidikan
No Pendidikan
.
Bangsal, DU, Mikrobiologi,
Patologi Anatomi
2. Tahap Magang
a. Mikologi 3 bulan 6
b. MH 3 bulan 6
c. Alergi Imunologi 3 bulan 8
d. IMS 3 bulan 8
e. Dermatologi Anak 3 bulan 4 III s/d VI
f. Dermatologi Kosmetik 3 bulan 8
g. Tumor dan Bedah Kulit 3 bulan 8
h. Rumah Sakit Jejaring 1 bulan 4
i. Usulan Penelitian 1
3. Tahap Mandiri
1. Chief Poli 3 bulan 4 VI-VII
2. Chief Bangsal 3 bulan 4
3. Tesis 5
Total 42 bulan 80
18
milia, injeksi triamsinolon asetonid, injeksi toksinbotulinum, dermal filler,
mikrodermabrasi, subsisi, epilasi, dan depilasi, bedah kimia,. Tindakan
bedah kulit seperti: bedah skalpel, bedah listrik, bedah beku, dan laser.
b. Penerapan pengetahuan dan ketrampilan serta tanggung jawab.
Penanganan pasien rawat jalan dan inap, emergensi, jaga konsul, dan
referal dari rumah sakit jejaring.
c. Pembuatan dan presentasi laporan kasus, referat,book reading,
journalreading. Ketentuan mengajukan kasus yaitu kasus sesuai dengan
divisi masing–masing. Pada kasus yang diajukanà residen yang
mengajukan kasus dan terlibat dalam perawatan pasien yang kasusnya
diajukan. Boleh mengambil pasien kelas atas persetujuan supervisor dan
ikut terlibat dalam perawatannya. Ketentuan presentasi kasus yaitu PPDS
melaporkan kepadapembimbing kasus yang akan diolah untuk presentasi
kasus, bila pembimbing setuju maka kasustersebut baru dapat diolah oleh
PPDS. Saat memperoleh kasus yang direncanakan akan diajukan ke
pembimbing, PPDS harus mengisi buku bank kasus. Ketentuan presentasi
buku ajar yaitu buku ajar sesuai Fitzpatrick, dapat juga menggunakan buku
lain yang menjadi pedoman pada satu divisi (IMS, MH). Ketentuan
presentasi ilmiah yaituwaktu presentasi ilmiah diharapkan maksimal 20
menit, sehingga diskusi dapat lebih optimal. Power point hanya memuat
poin yang penting, presenter harus menguasai materi. Saat
pesertaPPDSpresentasi, PPDS lainnya yang mengikuti ilmiah diharapkan
mendengarkan dengan seksama dan aktif bertanya saat diskusi. Setelah
presentasi, PPDS yang bersangkutan meminta tanda tangan pembimbing
pada buku kecil log book (bisa ditunda maksimal 3 hari). Peserta PPDS
yang lain mengisi buku absen setiap kegiatan ilmiah yang ditandatangani
supervisor pembimbing. Telepon seluler diharapkan dalam mode silent.
d. Mengikuti pertemuan ilmiah tingkat lokal dan nasional. Menyusun karya
ilmiah dan publikasi ilmiah minimal 3 karya ilmiah: 1 (satu) sebagai
penulis utama (author) dan 2 (dua) sebagai penulis pendamping (co-
author). Jumlah mengikuti pertemuan ilmiah lokal dan nasional 10 kali
19
terdiri dari: 1 PIT, 1 KONAS, dan 8 kali simposium/ seminar. Ketentuan
mengikuti PIT/ KONAS adalah bila sudah melewati tahap I dan wajib
membawakan karya ilmiah (poster, presentasi oral). Ketentuan mengikuti
simposium adalah bila sudah berada pada tahap magang dengan
persetujuan kepala subdivisi dan koordinator pendidikan. Karya untuk
publikasi ilmiah dalam bentuk laporan kasus, studi retrospektif dan
penelitian.
e. Ujian Nasional
Ujian nasional terdiri dari ujian teori dan OSCE. Ketentuan mengikuti
ujian nasional yaitusudah lulus semua stase subdivisi kecuali RS Jejaring
dan mengisi lengkap buku log, sudah lulus ujian proposal, memiliki surat
layak etik/ada rekomendasi sedang dalam pengurusan ethical clearence,
dan telah dinyatakan bisa mengikuti ujian nasional dalam rapat Bagian
IKKK. Ketentuan mengikuti ujian nasional ulang yaitu sesuai dengan
Kongres Nasional Perdoski Bandung September 2014: Dapat diikuti bila
hasil ujian tulis nasional nilai antara 50-69. Bila nilai <50, harus mengikuti
ujian tulis nasional berikutnya. Ujian tulis nasional ulang dilaksanakan di
Jakarta.
f. Tesis
Seminar usulan penelitian dan hasil penelitian
20
Pada akhir ujian, Pembimbing dan Penguji berdiskusi untuk memutuskan hasil
penilaian ujian tesis. Pembimbing dan Penguji memutuskan:
1. Tesis diterima dan mahasiswa dinyatakan lulus
2. Tesis diterima dengan perbaikan
3. Mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang ujian
21
semester. Bila lebih dari 11 semester, peserta PPDS dinyatakan putus studi.Lama
studi dapat dilihat pada timetable (Secara lengkap dapat dilihat lampiran).
BAB IV
SISTEM EVALUASI PESERTA DIDIK
22
CBD adalah suatu cara untuk menilai kemampuan klinik PPDS dalam hal
pengambilan keputusan klinik dan aplikasi pengetahuan medik dalam mengelola
pasien. Lembar penilaian CBD meliputi beberapa komponen, antara lain:
1. Penulisan / pembuatan rekam medik
2. Penilaian klinik
3. Investigasi dan rujukan
4. Tatalaksana
5. Pemantauan dan rencana selanjutnya
6. Profesionalisme
7. Penilaian secara keseluruhan
23
11. Kemampuan secara keseluruhan dalam melakukan tindak medik
24
3. Ujian praktik dengan pasien
4. Lembar penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT
5. Observasi harian (termasuk perilaku profesional)
6. Penilaian tugas
7. Penilaian hasil penelitian
8. Penelitian publikasi
9. Penilaian Publikasi
Pemberian angka, scoring, dan interpretasi dipakai untuk memberi
angka, nilai mutu dan predikat menurut acuan DIKTI.
Setelah memenuhi prasyarat yang ditetapkan, pada akhir pendidikan
dilakukan uji kompetensi oleh Kolegium bersama dengan PPDS. Uji
kompetensi tersebut terdiri atas ujian tulis dan ujian praktik pasien (OSCE).
Setelah lulus, peserta berhak mendapat sertifikat kompetensi.
Setelah ujian kompetensi, peserta PPDS melaksanakan ujian lokal akhir
yang terdiri atas ujian pasien dan tesis. PPDS dinyatakan lulus bila telah
mendapatkan ijazah dari fakultas kedokteran terkait dan berhak menggunakan
gelar Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Sp.KK).
Setelah peserta dinyatakan LULUS oleh Komisi Evaluasi Nasional,
selanjutnya akan diberikan Sertifikat Lulus Ujian Nasional yang ditandatangani
oleh Ketua Komisi Evaluasi Nasional dan Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin.
Sertifikat Kompetensi Spesialis dapat diperoleh dengan melengkapi
persyaratan yang diperlukan yaitu:
a. Sertifikat Lulus Ujian Nasional
b. Sertifikat Tanda Lulus Pendidikan Spesialis dari pusat studi
c. Rekomendasi dan rekomendasi etika dari PERDOSKI Cabang
Jika dalam jangka waktu 1 (satu) tahun peserta didik belum juga mendapat
sertifikat tanda lulus pendidikan dari pusat studinya, maka yang bersangkutan
harus mengulang ujian nasional lagi, karena ujian nasional merupakan evaluasi
belajar peserta PPDS selama masa pendidikan.
25
4.3 Prinsip Evaluasi
Harus mempunyai hubungan antara evaluasi dan tujuan pendidikan. Prinsip
dan pelaksanaan evaluasi harus sesuai dengan tujuan pendidikan:
a. Mampu meningkatkan proses pembelajaran
b. Dapat menggambarkan kecukupan pendidikan
c. Mendorong pembelajaran terintegrasi
d. Dapat menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan
sebagai Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
26
Ketentuan mengikuti ujian PA yaitu tidak ada hutang tugas di ilmiah selama
stase PA. Ketidakhadiran di PA tidak lebih dari 3 hari. Bila lebih dari 3 hari
maka membayar hutang hari dulu baru bisa mengikuti ujian. Penilaian stase
PA meliputi kognitif, psikomotor dan afektif.
NILAI TAHAP 1 :
UJIAN TAHAP 1 :
Syarat untuk pindah ke tahap magangyaitu apabila PPDS telah memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Sudah melakukan kuliah pengetahuan dasar lengkap
2. Nilai ujian tahap I ≥ 70
3. Telah menyelesaikan administrasi program studi
4. Telah dinyatakan bisa mengikuti ke tahap pendidikan berikutnya dalam
rapat Bagian IKKK untuk boleh dilakukan yudisium
27
4.3.2.Evaluasi Tahap Magang
Kriteria Penilaian:
a. Pengetahuan
Pengetahuan terdiri dari:
- Nilai ujian tulis Mikologi, MH, IMS, Alergi, Kosmetik, TBK, DA
- Nilai ujian kasus Mikologi, MH, IMS, Alergi, Kosmetik, TBK, DA, stase RS
Jejaring
- Ujian Nasional
Catatan:
1. Nilai afektif dan psikomotor PPDS dinilai melalui rata-rata akumulasi
form penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.
2. Ketentuan mengikuti ujian stase yaitu terdiri dari ujian tulis dan ujian
kasus. Tidak ada hutang tugas di ilmiah stase tersebut, kecuali tugas
referat tidak wajib. Menunjukkan buku log yang memuat kelengkapan
nilai ilmiah di stase tersebut. Ketidakhadiran di stase tersebut tidak
lebih dari 3 hari. Bila lebih dari 3 harià membayar hutang hari dulu
baru bisa mengikuti ujian. Ketentuan mencari pasien untuk ujian kasus
stase yaitu sehari sebelum ujian, PPDSmelapor kepada para supervisor
penguji. Bila supervisor penguji merupakan dosen luar biasa, maka
untuk menghubungi supervisor tersebut dapat dibantu oleh pegawai
sekretariat IKKK.Pada saat melapor tersebut,PPDSmengingatkan
penguji, supervisor siapa yang ditunjuk untuk mencari pasien ujian.
Supervisor yang bertugas untuk mencari pasien ujian adalah supervisor
junior di divisi tersebut, bila berhalangan dapat digantikan oleh
supervisor DPJP atau supervisor junior yang ada saat itu.Setelah
supervisor penguji menentukan supervisor siapa yang akan mencarikan
28
pasien, maka PPDSharus melapor saat itu juga kepada supervisor yang
ditunjuk oleh supervisor penguji.
A:
NILAI KOGNITIF + NILAI AFEKTIF &PSIKOMOTOR
B:
29
4. Melengkapi buku besar log book berserta nilai yang telah ditandatangani
kepala subdivisi
5. Dilakukan yudisium oleh koordinator pendidikan
30
pembimbing dan penguji yang bersangkutan dalam jangka waktu 2
minggu.
Pemberian angka, scoring, dan interprestasi dipakai untuk memberi angka,
nilai mutu dan predikat menurut acuan DIKTI.
Tabel III. Angka, nilai mutu, markah, dan interprestasinya pada sistem
penilaian
Angka Nilai Mutu Markah Interprestasi
85-100 4.0 A Dengan pujian
(Cumlaude)
80 < 85 3.70 A- Sangat memuaskan
75 < 80 3.30 B+ Memuaskan
70 < 75 3.00 B
65 < 70 2.70 B-
60 < 65 2.30 C+
55 < 60 2.00 C-
31
5. Bila karena suatu hal PPDS pindah melewati tanggal yang telah
ditetapkan, maka harus lapor ke koordinator pendidikan.
4.6Perbaikan Berkesinambungan
Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin bersifat dinamis, sehingga harus
dievaluasi secara protektif, berkala setiap 5 tahun dan berkesinambungan, meliputi
evaluasi struktur, fungsi, proses, kinerja dan mutu program. Perbaikan program
pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan pengalaman terdahulu, aktivitas
saat ini, dan perspektif masa mendatang. Proses evaluasi program adalah sebagai
berikut:
a. Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan
b. Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa mencakup:
1) Prinsip penilaian
2) Teknik dan instrumen penilaian
3) Mekanisme dan prosedur penilaian
4) Pelaksanaan penilaian
5) Pelaporan penilaian dan
6) Kelulusan mahasiswa
32
c. Prinsip penilaian mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel,
dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.
d. Teknik penilaian terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes
tertulis, tes lisan, angket dan OSCE.
e. Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan
instrumen penilaian yang digunakan.
f. Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran.
g. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan oleh:
1) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu
2) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan
mengikutsertakan mahasiswa dan/atau
3) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan yang relevan
h. Pelaksanaan penilaian wajib menyertakan tim penilai eksternal dari
perguruan tinggi yang berbeda
i. PPDS yang dinyatakan lulus berhak memperoleh ijazah, gelar atau
sebutan, sertifikat profesi dan surat keterangan pendamping ijazah sesuai
dengan peraturan perundangan.
j. PPDS dinyatakan lulus jika telah mengikuti uji kompetensi program
spesialis kulit dan kelamin.
33
BAB V
KETENTUAN ABSEN, PERIJINAN DAN SANKSI
34
1. PPDS diharapkan untuk tidak hamil pada 1 tahun pertama
pendidikan. Bila terjadi kehamilan, maka pendidikan ditunda selama 1
tahun.
2. Melampirkan surat keterangan dokter yang merawat.
3. Maksimal 2 (dua) kali selama masa studi. Masing-masing
maksimal selama 3 (tiga) bulan.
5.2.5Ijin Melanjutkan Studi Bagi Peserta Didik Yang Sembuh Dari Penyakit
.........Berat
1. Membawa surat keterangan dokter yang merawat yang menyatakan
bahwa kegiatan pendidikan tidak memperburuk penyakitnya.
35
2. Masa istirahat paska sakit berat maksimal 2 semester sejauh tidak
melewati batas maksimun masa studi.
3. Bila perlu, Koordinator Program Studi berhak memanggil tenaga ahli
untuk memperkirakan kecakapan peserta didik dalam menyelesaikan
pendidikan.
4. Keputusan menghentikan pendidikan ditetapkan oleh Dekan Fakultas
berdasarkan usulan dari Bagian.
5.3 Proses Pemberian Sanksi
Pemberian sanksi diberikan melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Teguran lisan dapat langsung diberikan sesuai dengan temuan pada saat
pelanggaran dilakukan dan dicatat dalam buku sanksi di setiap subdivisi
terkait.
2. Katagori pelanggaran peserta didik dibagi menjadi 3 yaitu pelanggaran
kartu biru, kartu kuning dan kartu merah. Jenis-jenis pelanggaran yang
termasuk dalam kartu-kartu tersebut beserta sanksinya diatur dalam suatu
standar operasional prosedur (SOP) morbiditas peserta didik.
3. Jika telah mendapat teguran lisan sebanyak ≥ 3x, maka yang bersangkutan
akan diberikan SP I. Sanksi SP I diselesaikan melalui rapat di Bagian.
Apabila dipandang pelanggaran yang dilakukan peserta didik cukup berat
maka tidak diperlukan teguran lisan hingga 3x untuk pemberian SP.
Kriteria pelanggaran berat diputuskan dalam rapat bagian.
4. Jika kembali mengulangi kesalahan, maka yang bersangkutan akan
diberikan SP II. Bagian akan mengadakan rapat dan hasil pertemuan
tersebut diajukan kepada DEKAN FK Universitas Udayana untuk
selanjutnya diterbitkan surat keputusan skorsing kepada peserta didik.
5. Untuk pelanggaran akademik, koordinator pendidikan tidak harus
mendapat laporan dari divisi, namun dapat berdasarkan hasil perhitungan
nilai akademik. Jika nilai akademik < 70, maka PPDS dinyatakan tidak
lulus.
6. Untuk pelangaran etika akan diajukan terlebih dahulu ke komisi etik
RSUP Sanglah Denpasar untuk meminta pertimbangan pelanggaran etika.
36
6.4 Ketentuan Tidak Melanjutkan Stase (Grounded)
Ketentuan tidak melanjutkan stase atau grounded ditiadakan, semua peserta
didik diwajibkan menyelesaikan tugas ilmiah dan pindah stase sesuai waktu
yang ditetapkan yaitu pada tanggal 1 setiap bulannya.
BAB VI
WAHANA PENDIDIKAN BAGI DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Tujuan Pembelajaran:
Setiap peserta PPDSsetelah selesai masa tugas di rumah sakit satelit diharapkan
mampu untuk :
a. Memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dengan sarana di RSU
tingkat kabupaten.
b. Dapat mengelola sistem pembinaan rujukkan kulit dan kelamin.
Uraian Kegiatan :
a. Peserta didik melapor ke kepala SMF Kulit dan Kelamin sebelum dikirim
di RS Jejaring
b. Hari pertama bertugas di RS Jejaring yang ditunjuk peserta didik harus
melapor ke Kepala SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelain serta Direktur
RS Jejaring terkait
c. Kegiatan pelayanan medik dipoliklinik dan di rawat inap
d. Kegiatan ilmiah buku ajar dan laporan kasus akan dibimbing dan
dipresentasikan di Departemen/SMF Dermatologi dan Venereologi RSUP
Sanglah
e. Kegiatan pendidikan berupa mendidik mahasiswa/mahasiswi dokter muda
yang sedang stase di RS Jejaring.
37
f. Kegiatan administrasi berupa mengawasi dan membuat status lengkap
pasien di poliklinik dan di rawat inap.
38
BAB VII
PANDUAN ADAPTASI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN
LULUSAN LUAR NEGERI
7.1 Tujuan
Tujuan penyelenggaraan adaptasi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin lulusan luar
negeri adalah untuk memberi kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah
ijazahnya, serta dinilai layak untuk memperoleh kesempatan adaptasi, sehingga
pada akhir program adaptasinya akan:
1. Dapat menerapkan kemampuan bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim dianut Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
2. Menguasai pola penyakit serta pola kerja dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku disini.
3. Memahami dan menghayati nilai-nilai serta etik profesi dalambidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, sehingga dapat diterima dikalangan profesi
tersebut.
7.2Syarat
Calon adaptasi harus memenuhi persyaratan administratif :
1. Ijazahnya dinilai sah oleh panitia penilai ijazah sarjana lulusan luar negeri
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi).
2. Kurikulum pendidikannya telah dikaji oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (DIKTI), Konsil Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium
Kedokteran Indonesia (MKKI), Kolegium Ilmu KesehatanKulit dan
39
Kelamin Indonesia dan disimpulkan layak untuk diberi kesempatan
adaptasi.
3. Surat permintaan dari Konsil Kedokteran Indonesia untuk kesempatan
adaptasi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin.
4. Surat telah mengikuti ujian nasionaldari Kolegium Ilmu KesehatanKulit
dan Kelamin.
7.3pJalur Penerimaan
1. Berkas permintaan pada butir B.2 diatas akan dipelajari oleh staf pengajar
program studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin PPDS di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
2. Mereka yang dinilai layak dengan kesempatan adaptasi, akan dipanggil
untuk wawancara dengan staf pengajar minimal 14 hari sebelum jadwal .
3. Wawancara dilakukan oleh Kepala Program Studi dan Sekretaris Program
Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin untuk dinilai :
1. Kejelasan keterangan tertulis yang ada
2. Latar belakang pendidikan
3. Penilaian diri terhadap program adaptasi
7.4 Penyelenggaraan
Lama stase di subdivisi Dermatologi umum, mikologi, alergi dan imunologi,
kosmetik medik, tumor dan bedah kulit, morbus hansen masing-masing 1
bulan kecuali di subdivisi infeksi menular seksual selama 3 bulan, setelah
menyelesaikan di semua subdivisi harus mengikuti ujian nasional
7.5 Penilaian
Bagi mereka yang diberi kesempatan adaptasi di Universitas Udayana, diatur
kegiatan sebagai berikut :
a. Orientasi kegiatan program studi selama 30 hari
b. Penilaian kemampuan pengetahuan, terdiri dari:
40
1. Nilai Ujian Kasus di subdivisi Dermatologi Umum, Mikologi,
Alergi dan Imunologi, Kosmetik Medik, Tumor Bedah Kulit,
Morbus Hansen, dan Infeksi Menular Seksual.
2. Nilai Makalah Ilmiah:
2. Buku Ajar di subdivisi Morbus Hansen.
3. Laporan kasus di subdivisi Dermatologi Umum, Mikologi,
Alergi-imunologi, Kosmetik Medik, Tumor Bedah Kulit,
Morbus Hansen, dan Infeksi Menular Seksual.
4. Tinjauan pustaka di Infeksi Menular Seksual.
Nilai Keterampilan dan afektif PPDS dinilai melalui rata-rata akumulasi form
penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.
Jika belum lulus pada satu stase dapat melanjutkan ke stase sebelumnya dan
hutang ilmiah dan ujian dapat dilakukan setelah semua stase selesai (kecuali stase
IMS).
41
a. Semua pembiayaan yang timbul selama penyelenggaraan program adaptasi
harus dipikul oleh peserta sendiri.
b. Diharapkan untuk mendidik satu PPDS adaptasi selama satu periode
sampai PPDS tersebut selesai masa pendidikannya.
BAB VIII
PENELITIAN
8.1 Pendahuluan
1. Fakultas Kedokteran dalam hal ini Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) wajib melaksanakan penelitian dalam ruang lingkup ilmu
kedokteran yang disesuaikan dengan kemajuan perkembangan ilmu
kedokteran dan kesehatan.
2. Ruang lingkup ilmu kedokteran meliputi ilmu biomedik, ilmu kedokteran
klinik, ilmu humaniora kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran
pencegahan/kedokteran komunitas, dan ilmu pendidikan kedokteran.
3. Penelitian kedokteran harus memenuhi lolos kaji etik.
4. Fakultas Kedokteran/PPDS harus memiliki kebijakan yang mendukung
keterkaitan antara penelitian, pendidikan, dan pengabdian pada masyarakat
serta menetapkan prioritas penelitian beserta sumber daya penunjangnya.
5. Fakultas Kedokteran/PPDS harus memberi kesempatan kepada peserta
PPDS untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan dosen.
6. Fakultas Kedokteran/PPDS harus mengalokasikan anggaran untuk
menjamin aktivitas penelitian yang mendukung pendidikan kedokteran
minimal 5% dari seluruh anggaran operasional, dan harus ditingkatkan
secara bertahap.
7. Standar Penelitian terdiri atas:
a. Standar hasil penelitian
b. Standar isi penelitian
c. Standar proses penelitian
42
d. Standar penilaian penelitian
e. Standar peneliti
f. Standar sarana dan prasarana penelitian
g. Standar pengelolaan penelitian
h. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
8.2 Standar Hasil Penelitian
1. Mutu hasil penelitian bergantung pada iuran publikasi penelitian tersebut.
2. Penelitian terutama uji klinik harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip
etik yang berasal dari Deklarasi Helsinki, dan yang konsisten dengan Cara
Uji Klinik yang Baik (CUBK) dan peraturan yang berlaku.
3. Tujuan penelitian peserta PPDS adalah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran, serta meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa.
4. Hasil penelitian haruslah dapat meningkatkan suasana akademik,
memberikan dasar-dasar proses penelitian yang benar pada mahasiswa,
perbaikan kurikulum, dan upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
5. Hasil penelitian peserta PPDS yang tidak bersifat rahasia, tidak
mengganggudan/atau tidak membahayakan kepentingan umum atau
nasional wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan,
dipatenkan, dan/atau cara lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan
hasil penelitian kepada masyarakat.
6. Jika PPDS melakukanpenelitian untuk tesis, maka:
a. Pada saat penelitian, pembimbing telah dapat merencanakan
publikasitersebut pada jurnal:
1) Jurnal tidak terakreditasi
2) Jurnal terakreditasi nasional A atau B
3) Jurnal terakreditasi internasional
b. Manuskrip publikasi penelitiantelah selesai pada
waktupengambilan transkrip nilai.
43
8.3 Standar Isi Penelitian
1. Kriteria minimal tentang kedalaman dan keluasan materi penelitianharus
sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8.
2. Kedalaman dan keluasan materi penelitian harus memuat prinsip-prinsip
kemanfaatan, kemuktahiran, dan mengantisipasi kebutuhan masa
mendatang.
8.4 Standar Proses Penelitian
a) Kriteria minimal tentang kegiatan penelitian
1. Perencanaan proposal harus selesai di semester 4
2. Pelaksanaan pada waktu semester 5 dan 6
3. Pelaporan tesis diujikan setelah waktu penelitian selesai
b) Proposal setidaknya memuat
1. Judul penelitian
2. Latar belakang
3. Tinjauan kepustakaan
4. Kerangka teori dan kerangka konsep
5. Metodologi penelitian termasuk alur penelitian
6. Penjelasan kepada subjek penelitian (SP) dan persetujuan SP bila
menggunakan manusia
7. Daftar pustaka
c) Proposal dinilai oleh dua orang pembimbing yang terdiri atas minimal satu
pembimbing substansi dan satu orang pembimbing metodologi penelitian
serta dua orang penguji.
d) Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang memenuhi kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan otonomi keilmuan dan
budaya akademik dan mempertimbangkan standar mutu, keselamatan
kerja, kesehatan, kenyamanan, serta kemandirian peneliti, masyarakat, dan
lingkungan.
e) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peserta PPDS dalam rangka
melaksanakan tugas akhir, tesis, harus mengarah pada terpenuhinya
44
capaian hasil akhir pendidikan, serta memenuhi ketentuan dan peraturan di
PPDS.
45
atas pelaksanaan penelitian dan dibimbing oleh peneliti/pembimbing yang
berpengalaman.
2. Pembimbing penelitian peserta PPDS haruslah orang yang memenuhi
kualifikasi pendidikan (akademik), pelatihan dan pengalaman termasuk
metodologi penelitian serta mempunyai kewenangan melaksanakan
penelitian.
3. Peneliti dan pembimbing penelitian haruslah memahami, menyadari dan
mematuhi Deklarasi Helsinki, CUKB dan perarturan terkait yang berlaku.
46
1. Pengelolaan penelitian mulai dari perencanaan, pelakasanaan, pemantauan
dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan penelitian di lakukan oleh peneliti
dengan dibimbing dan dipantau oleh pembimbing penelitian.
2. Pengelolaan penelitian dilakasanakan oleh PPDS dengan koordinator
penelitian dan pengembangan (Kolitbang) yang bertugas untuk mengelola
penelitian dan kewajiban:
a. menyusun dan mengembangkan rencana program penelitian
sesuai dengan rencana strategis penelitian PPDS.
b. menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem
penjaminan mutu internal penelitian.
c. memfasilitasi pelaksanaan penelitian.
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penelitian.
e. melakukan diseminasi hasil penelitian.
f. Memfasilitasi peningkatan kemampuan peneliti untuk
melaksanakan penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan perolehan
hak atas kekayaan intelektual (HAKI).
g. memberikan penghargaan kepada peneliti yang berprestasi, dan
melaporkan kegiatan penelitian yang dikelolanya.
3. PPDS wajib:
a. memiliki rencana strategis penelitian yang merupakan bagian
dari rencana strategis PPDS.
b. menyusun kriteria dan prosedur penilaian penelitian paling
sedikit menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi ilmiah,
penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
jumlah dan mutu bahan ajar.
c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau
fungsi penelitian dalam menjalankan program penelitian secara
berkelanjutan.
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau
fungsi penelitian dalam melaksanakan program penelitian.
47
e. memiliki panduan tentang kriteria peneliti dengan mengacu pada
standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian.
f. mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada lembaga
lain melalui program kerja sama penelitian.
g. melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis,
dan spesifikasi sarana dan prasarana penelitian, dan
h. menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi penelitian
dalam menyelenggarakan program penelitian paling sedikit
melalui pangkalan data PPDS.
48
a. Manajemen penelitian yang terdiri atas seleksi proposal,
pemantauan dan evaluasi, penelitian , dan diseminasi hasil
penelitian.
b. Peningkatan kapasitas peneliti.
c. Insentif publikasi atau insentif hak kekayaan intelektual
(HKI).
5. Mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian diatur
berdasarkan ketentuan PPDS.
BAB IX
PENGABDIAN MASYARAKAT
49
6. Fakultas kedokteran dan organisasi profesi bertanggung jawab secara
penuh terhadap penyelenggaraan pengabdian masyarakat
BAB X
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENCAPAIAN
PROGRAM PROFESI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN
50
BAB XI
PENUTUP
51