Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Visi Program Studi


Menjadi program studi pendidikan dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK Universitas Udayana yang mampu menghasilkan lulusan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin yang Unggul, Mandiri, Profesional dan Berbudaya
serta mempunyai Daya Saing di tingkat nasional, regional, dan internasional pada
tahun 2025.

1.2 Misi Program Studi


1. Menyelenggarakan program pendidikan Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin yang terintegrasi dengan program studi terkait dan berorientasi
pada keunggulan serta perkembangan teknologi kedokteran dengan
menghasilkan lulusan yang menjunjung tinggi etika, moral dan
kemanusiaan.
2. Menyelenggarakan penelitian dan menjamin hasil yang inovatif di bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan mengikuti perkembangan
teknologi kedokteran serta bermanfaat untuk kepentingan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
pelayanan kesehatan terpadu sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama dalam bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
4. Menjalin kerjasama yang sinergis dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin dengan institusi lain baik di dalam maupun di luar negeri.

1.3 Tujuan Pendidikan Dokter Spesialis


Pendidikan dokter spesialis dilaksanakan melalui proses belajar dengan mengacu
pada kurikulum tertentu demi menghasilkan dokter spesialis yang:
1. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam ilmu kesehatan sesuai dengan
kebijakan pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

1
2. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta mempunyai
keterampilan spesialistik dan sikap yang baik sehingga sanggup
menjelaskan dan memecahkan masalah kesehatan secara ilmiah dan dapat
mengamalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat yang sesuai dengan
bidangnya secara optimal.
3. Mampu menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan
penelitian secara mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik
yang lebih tinggi.
4. Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etika ilmu dan etika
profesi, serta medikolegal dalam hubungan dokter dengan perseorangan
dan atau masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan diri dalam bidang ilmu kesehatan, secara terus
menerus, sehingga dapat bekerja lebih baik.

1.4 Tujuan Instruksional Umum Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu


Kesehatan Kulit dan Kelamin
PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin bertujuan untuk mendidik dokter untuk
menjadi dokter spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang:
1. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI) dengan penuh rasa tanggung jawab.
2. Sanggup menanggulangi persoalan penyakit kulit dan kelamin di
Indonesia, baik sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain, dengan
menggunakan sarana yang tersedia dan mengusahakan agar tercapai hasil
yang seoptimal mungkin.
3. Sanggup mengembangkan ilmunya dan mengamalkan untuk umat
manusia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya.

2
BAB II
KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN

2.1 Area Kompetensi


Terdapat tujuh area kompetensi lulusan dokter Spesialis Kulit dan Kelamin yang
harus diraih. Area kompetensi yaitu meliputi profesionalisme yang luhur, mawas
diri dan pengembangan diri, komunikasi efektif, pengelolaan informasi, landasan
ilmiah, keterampilan lulusan dalam mengelola pasien kulit dan kelamin, dan
pengelolaan masalah kesehatan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Tujuh Area Kompetensi Lulusan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
No Area Kompetensi Penjabaran Kompetensi Metode Pembelajaran Level
Kompetensi

1. Profesionalisme yang 1.1 Memegang teguh dan Praktek kerja layanan 4


luhur bertindak sesuai pasien / pengabdian
Lulusan mampu KODEKI, Undang- masyarakat
menjunjung tinggi etik, Undang Praktik
hukum kedokteran dan Kedokteran no 29/2004
profesionalisme dalam dan Permenkes RI no
praktik penanganan kasus 512/2007.
kulit dan kelamin 1.2 Berpraktik dengan Tutorial / praktek kerja 4
senantiasa layanan pasien /
mengutamakan pengabdian masyarakat
kepentingan dan
keselamatan pasien
(patient safety)
1.3 Menetapkan faktor
sosial-budaya ekonomi- 4
lingkungan dan
kebijakan pemerintah
yang mempengaruhi
kesehatan kulit dan
kelamin pada individu,
keluarga dan masyarakat
1.4 Memfasilitasi dan
4
menerapkan kebijakan

3
kesehatan pemerintah
1.5 Melakukan tindakan Praktek kerja layanan 4
dengan pasien / pengabdian
mempertimbangkan masyarakat
budaya, sosial ekonomi,
usia, serta senantiasa
mendahulukan
kepentingan dan
keselamatan pasien
1.6 Bersikap profesional
dalam praktik sesuai 4
dengan kompetensi
dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin, bertindak
jujur, penuh tanggung
jawab, sesuai
kewenangan,
menunjukkan integritas,
altruism (tidak egois),
etis, menggunakan
hukum kedokteran, dan
belajar sepanjang hayat

2. Mawas diri dan 2.1 Berperan dalam Sistem Praktek kerja layanan 4
pengembangan diri Pelayanan Kesehatan pasien
Nasional
Lulusan mampu 2.2 Menyadari kemampuan
melakukan praktik dan keterbatasan diri Tutorial / sistem rujukan 4
Spesialistik Kulit dan dalam praktik nasional
Kelamin, bertanggung Spesialistik Kulit dan
jawab atas keharusan Kelamin.
belajar sepanjang hayat, 2.3 Mengenali dan mengatasi
dan memelihara masalah emosi, personal, Tutorial dan mentoring 4
kemampuan profesi dan masalah lain yang
mempengaruhi
kesehatan, kesejahteraan,
dan kemampuan profesi
2.4 Mengembangkan Ilmu
Kesehatan Kulit dan
Kelamin melalui Penelitian dan P2KB 4

4
kegiatan riset dan
pembelajaran sepanjang
hayat
2.5 Berperan aktif dalam P2KB 4
program pendidikan
berkelanjutan dan
pelatihan Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin

3. Komunikasi efektif 3.1 Berkomunikasi efektif Praktek kerja layanan 4


......(disertai empati) pasien / pengabdian
Lulusan mampu masyarakat
berkomunikasi efektif baik
verbal maupun non-verbal, 3.2 Mendengar aktif Praktek kerja layanan 4
mendengar aktif, serta pasien / pengabdian
menciptakan kerjasama masyarakat
yang baik antara dokter –
pasien, keluarga,
komunitas, teman sejawat, 3.3 Menghargai pasien Praktek kerja layanan 4
dan tenaga profesional lain sebagai manusia pasien / pengabdian
yang terlibat seutuhnya masyarakat

3.4 Memberi informasi secara Penulisanilmiah, 4


efektif kepada pasien, Publikasi ilmiah,
keluarga, masyarakat, dan penyuluhan awam /
anggota tim kesehatan pengabdian masyarakat

3.5 Menggunakan bahasa 4


verbal secara efektif

3.6 Menggunakan bahasa


4
tertulis secara efektif

3.7 Menggunakan teknologi 4


komputer secara efektif

4 Pengelolaan informasi 4.1 Mampu memanfaatkan Membaca jurnal ilmiah 4


teknologi informasi, termuktahir
Lulusan mampu komunikasi, dan

5
mengakses, menilai dan informasi kesehatan
menyebarkan informasi dalam praktik Spesialistik
dalam bidang Ilmu Kulit dan Kelamin, juga
Kesehatan Kulit dan dunia kedokteran secara
Kelamin. luas

4.2 Dapat menilai informasi Mampu melakukan 4


yang sesuai dengan penelitian yang
kompetensi berbasis mengikuti kaidah
bukti penelitian yang baik
menurut Kode Etik
Kedokteran
4.3 Mampu melakukan 4
hubungan berbasis
teknologi informasi
elektronik dengan
berbagai sumber ilmu
pengetahuan untuk
pengembangan
pelayanan kesehatan
kulit dan kelamin

5 Landasan Ilmiah Ilmu 5.1 Mencari, mengumpulkan, Membaca jurnal ilmiah 4


Kesehatan Kulit dan menyusun dan termuktahir, mampu
Kelamin menganalisis informasi melakukan penelitian
kesehatan kulit dan yang mengikuti kaidah
Lulusan mampu kelamin dari berbagai penelitian yang baik
mengakses, menilai sumber menurut Kode Etik
kesahihan dan Kedokteran
kemampuan-terapan, 5.2 Mencari informasi 4
mengolah informasi, dengan memanfaatkan
menjelaskan dan teknologi informasi yang
menyelesaikan masalah di spesifik berkaitan dengan
bidang Ilmu Kesehatan masalah kesehatan kulit
Kulit dan Kelamin secara dan kelamin, meliputi:
sistematis dan mengambil epidemiologi klinik,
keputusan EBM, farmakologi
dalam kaitannya dengan klinik, biologi molekuler,

6
pelayanan kesehatan mikrobiologi klinik,
spesialistik parasitologi klinik, dan
hukum kedokteran
5.3 Melakukan kajian kritis 4
analitik terhadap
informasi kesehatan kulit
dan kelamin

5.4 Melakukan kajian hasil 4


penelitian masalah kulit
dan kelamin
5.5 Melakukan kajian hukum 4
kedokteran terhadap Ilmu
pengetahuan, tindakan
diagnostik atau
pengobatan dalam
menyelesaikan masalah
kulit dan kelamin

6 Keterampilan lulusan 6.1 Mencatat hasil anamnesis 4


dalam mengelola pasien sesuai kasus yang
kulit dan kelamin dihadapi meliputi keluhan
utama (kuantitas-kualitas),
Lulusan mampu mencatat menggali etiopatogenesis
riwayat penyakit lengkap penyakit (awitan sakit,
dan kontekstual, faktor yang mendasari,
melakukan pemeriksaan faktor yang
kulit dan kelamin yang mempengaruhi, faktor
komprehensif serta uji pencetus, sumber infeksi,
diagnostik, memahami cara penularan, faktor
pengelolaan pasien secara lingkungan, perjalanan Praktek kerja layanan
lege artis penyakit dan pengaruh pasien / pengabdian
intervensi). masyarakat
6.2 Mencatat pemeriksaan
fisik umum dan khusus 4
kulit dan kelamin (lokasi
dan deskripsi lesi) secara
lege artis
6.3 Mencatat hasil
pemeriksaan prosedur uji

7
diagnostik kulit 4
6.4 Memahami indikasi,
keterbatasan pemeriksaan,
komplikasi pada
pemeriksaan uji 4
diagnostik, serta mampu
menjelaskan dan meminta
persetujuan pasien untuk
tindakan (informed
consent)
6.5 Menggunakan data rekam
medis meliputi klinik, uji
diagnostik kulit, dan
4
laboratorium, serta
informasi ilmiah untuk
menjelaskan dan
menyelesaikan masalah
kulit dan kelamin secara
sistematik
6.6 Melakukan tindakan
terapi, medis, dan bedah
kulit
4
6.7 Mengatasi dan
mengambil keputusan
terapi, tindakan, dan
bedah kulit pada
4
kedaruratan medis kulit

7 Pengelolaan masalah 7.1 Menyelesaikan masalah Penelitian 4


kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin dengan
Lulusan mampu menggunakan penelitian
menyelesaikan masalah di atau solusi berbasis ilmu
bidang Ilmu Kesehatan dasar dan klinik
Kulit dan Kelamin dengan 7.2 Menyelesaikan masalah Systematic review 4
melakukan penelitian atau di bidang Ilmu Kesehatan
solusi (problem solving Kulit dan Kelamindengan
cycle) menggunakan evidence
based medicine
7.3 Menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi

8
dalam menyelesaikan Praktek kerja layanan 4
masalah kedokteran pasien / pengabdian
dengan masyarakat
mempertimbangkan value
based medcine

7.4 Melakukan praktek secara


lege artis sesuai prosedur
diagnostik dan terapeutik
yang berlaku di Bidang 4
Kulit dan Kelamin
7.5 Menyadari fungsi manajer
dalam perencanaan,
pengorganisasian, 4
pelaksanaan dan penilaian Praktek kerja layanan
masalah kesehatan kulit pasien / pengabdian
dan kelamin masyarakat
7.6 Menyadari dan
melakukan prosedur dan
tindakan kulit dan kelamin 4
berdasarkan cost
effectiveness
Keterangan: Level kompetensi adalah kemampuan yang diharapkan pada akhir
pembelajaran, kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi
pembelajaran.

2.2Standar Proses Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Tahap Pendidikan


Profesi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
2.2.1.. Pendekatan Pembelajaran
a. Merupakan pendidikan akademik dan profesi yang terintegrasi dalam satu
proses pendidikan. Dengan demikian, para lulusan harus memiliki
kompetensi akademik dan kompetensi profesional.
b. Dilakukan melalui proses pendidikan akademik perguruan tinggi, sebagai
landasan keilmuan yang akan diterapkan pada program pendidikan profesi,
dan diakhiri dengan penelitian. Program pendidikan profesi dilakukan di
Rumah Sakit Pendidikan yang memberikan pelayanan Spesialistik Kulit
dan Kelamin.

9
c. Pelaksanaan program pendidikan profesi terdiri dari atas 3 tahap yaitu
tahap pengayaan/ pembekalan, tahap magang dan tahap mandiri.

1. Tahap I (Tahap Pengayaan/ Pembekalan) :


a. Mampu berkomunikasi efektif (disertai empati), mendengar aktif,
menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya, memberikan informasi
secara efektif kepada pasien, keluarga, masyarakat dan anggota
timkesehatan, menggunakan bahasa verbal dan tertulis, serta teknologi
komputer.
b. Mampu mengintegrasikan epidemiologi klinik, EBM, farmakologi
klinik, biologi molekuler, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, gizi
klinik dan hukum kedokteran dalam menyelesaikan masalah-masalah
di Bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

2. Tahap II (Tahap Magang) :


a. Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan klinis
dalam Bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
b. Mampu menerapkan keterampilan medis dan bedah kulit dalam
pengelolaan pasien diBidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
c. Melakukan pembelajaranberbasis praktik yang komprehensif dan
terintegrasi dengan akademik, menerapkan etik dan hukum kedokteran,
serta sikap profesionalisme.
Pada tahap II kompetensi dan kewenangan masih dibawah supervisi
staf pengajar.

3. Tahap III (Tahap Mandiri)


Pada tahap mandiri kompetensi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin telah
tercapai 100%, namun kewenangan masih dalam supervisi staf pengajar.
Semua tahap terintegrasi dalam tiap matrik pembelajaran.

10
2.2.2Substansi Kajian dan Pencapaian Kompetensi Jenjang Profesi
Substansi kajian ditentukan berdasarkan kompenen kompetensi, learning outcome
dan tingkat pencapaian. Substansi kajian dan keterampilan klinik diBidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, yaitu :
A. Substansi Kajian
A.1. Dermatologi Dasar
A.2. Dermatologi Khusus
A.2.1. Dermatologi Infeksi
A.2.2. Infeksi Menular Seksual
A.2.3. Dermatologi Non Infeksi
A.2.4. Dermato Alergo Imunologi
A.2.5. Dermatologi Kosmetik
A.2.6. Dermatologi Tumor dan Bedah Kulit
A.2.7. Dermatologi Anak
A.2.8. Morbus Hansen
B. Keterampilan Klinik
B.1. Pemeriksaan Dasar
B.1.1. Mendata perjalanan penyakit
B.1.2. Pemeriksaan fisik
B.2. Pemeriksaan Penunjang
B.2.1. Sediaan apus
B.2.2. Sediaan basah
B.2.3. Mendeteksi parasit
B.2.4. Acetowhite
B.2.5. Imunofluoresensi
B.2.6. Pemeriksaan klinik khusus (voluntary muscle test)
B.2.7. Uji kulit (tes tempel, tes tusuk)
B.2.8. Dermatopatologi
B.2.9. Dermoskopi
B.3. Dermatologi Intervensi
B.3.1. Dermatologi kosmetik

11
B.3.2. Laser serta alat berbasis cahaya dan energi
B.3.3. Fototerapi dan Fotodinamik
B.3.4. Bedah kulit

2.3 Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran yang dipilih harus menjamin pencapaian tujuan pendidikan.
Metode pembelajaran dalam rangka penyelenggaraan dilakukan berdasarkan
masalah (problem-based learning), yang meliputi:
1. Kajian kritis makalah
2. Menerapkan evidence based medicine (EBM)
3. Penulisan dan publikasi makalah, di jurnal nasional dan internasional
terakreditasi
4. Presentasi di forum nasional dan internasional
5. Berbagai kegiatan belajar-mengajar yang dapat diterapkan antara lain
: bedside teaching/ learning dan pengelolaan pasien diruang rawat
inap, pengelolaan pasien rawat jalan, ronde pasien, tugas jaga, diskusi
dan refleksi kasus, laporan kasus, pembacaan buku ilmiah, serta
tinjauan pustaka.
6. Diskusi multidisiplin
7. Tesis (karya ilmiah akhir)
8. Modul adalah penjabaran kurikulum yang dituangkan dalam bentuk
upaya/ kegiatan guna menjamin tercapainya suatu pencapaian
kompetensi. Materi modul dapat berupa pokok atau subpokok
bahasan yang berasal dari substansi kajian kulit dan kelamin. Modul
dibuat bersama-sama (Kolegium, Institut Pusat Studi
penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin, serta Kelompok Studi) sebagai perwakilan dari
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI)
mengacu pada panduan pembuatan modul MKKI, Standar
Kompetensi, Standar Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.

12
Bukti hasil pembelajaran direkam dalam portofolio dan atau buku log. Evaluasi
kompetensi yang dilakukan di tiap PPDSKulit dan Kelamin/ Fakultas Kedokteran
agar memperoleh ijazah, serta uji kompetensi nasional yang dilakukan oleh
Kolegium bersama-sama dengan Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi.

13
BAB III
MATA KULIAH

3.1 Struktur Kurikulum


3.1.1 Tahap Pengayaan (Dasar)
Kompetensi yang harus dicapai pada tahap pengayaan ini adalah peserta
PPDSmemiliki pengetahuan dasar (basic sciences), pengetahuan klinis untuk
menetapkan diagnosis, keperawatan, melaksanakan tindakan preventif, kuratif,
dan promotif penyakit kulit umum (general Dermatology) yang sering ditemukan.
Peserta program akan menjalankan masa pendidikan selama 14 (empat belas)
bulan, meliputi MKU (1,5 bln), Bangsal (3,5 bln), Dermatologi umum I & II (6
bln), Patologi Anatomi (2 bln), dan Mikrobiologi (1 bln).
Materi:
A. Mata Kuliah Dasar Umum
1. Filsafat Ilmu
2. EBM
3. Biomol
4. Statistika
5. Metodologi penelitian
6. Penulisan ilmiah

B. Pengetahuan Dasar Dermatologi


1. Anatomi, embriologi,biokimia, dan fisiologi: kulit,adneksa, saraf tepi, dan
genitalia
2. Dasar dermatopatologi kulit dan kelamin (teknik biopsi dan pembuatan
sediaan)
3. Farmasi kedokteran dan farmakologi obat-obat untuk penyakit kulit dan
kelamin

14
4. Mikrobiologi dan mikologi penyakit kulit dan kelamin (carapengambilan
sediaan,pewarnaan, dan interpretasi hasil)
5. Parasitologi (skabies, pedikulosis,larva migrans)
6. Dasar-dasar alergi-imunologi penyakit kulit dan kelamin
7. Serologi/imunodiagnosis
8. Diagnosis fisik, morfologi penyakit, dan pembuatan status
9. Dasar-dasar diagnosis klinis dan diagnosis banding
10. Dermatologi anak (genodermatosis)
11. Dasar perawatan kulit/ kosmetik medik
12. Dasar-dasar bedah kulit:bedah listrik, skalpel, beku, kimia, laser,
liposuction, dermabrasi, flap & skin graft, roserplasty, dan anestesi lokal
13. Dasar-dasar perawatan kulit:penyakit kulit rawat inap

C. Pengetahuan Khusus
Bangsal, Mikrobiologi, Dermatologi umum, Patologi Anatomi
Penerapan Akademik: Kegiatan Ilmiah
1. 3 Laporan Kasus
2. 3 Journal Reading (critical appraisal)
3. 4 Buku Ajar
4. Ujian Dermatologi Umum dan ujian Bangsal
5. Ujian Tahap 1
Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan:
1. Pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap dasar
2. Jaga I
Stase Departemen Lain:
1. Departemen Patologi Anatomi
2. Mikrobiologi

3.1.2Tahap Magang (Madya)


Kompetensi yang diharapkan pada tahap pendidikan ini adalah peserta
PPDSmemiliki pengetahuan dasar (basic sciences) dan pengetahuan klinis

15
spesialistik untuk menetapkan diagnosis, keperawatan, melaksanakan tindakan
preventif, kuratif, dan promotif penyakit kulit dan kelamin, sesuai dengan materi
pada setiap divisi yang dijalani. Kegiatan peserta PPDSpada tahap magang
adalah stase di poliklinik divisi yang terdiri atas 7 (tujuh) divisi dan 1 Rumah
Sakit jejaring, berlangsung selama 22 bulan, dengan perincian sebagai berikut:
Materi:
Tahap:
- Dermatoimunologi
- Dermatomikologi
- Morbus Hansen
- Infeksi Menular Seksual
- Dermatologi Anak
- Dermatologi Kosmetik
- Tumor dan Bedah Kulit
- Rumah Sakit jejaring
Penerapan Akademik: Kegiatan Ilmiah
Peserta didik dalam tahap ini membuat dan mempresentasikan:
1. 4 Tinjauan Pustaka
2. 6 Journal Reading(2 diantaranya critical appraisal, sisanya journal
review)
3. 8 Buku Ajar (sudah termasuk 1 buku ajar di divisi RS jejaring)
4. 8 Laporan Kasus (sudah termasuk 1 laporan kasus di divisi RS jejaring)
5. Usulan penelitian
6. Penelitian retrospektif
7. Publikasi ilmiah
8. Ujian akhir stase
Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan
1. Pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap (kasus-kasus penyakit kulit
khusus sesuai dengan divisi)
2. Jaga II

16
Stase Rumah Sakit Jejaring (1 bulan):
Kegiatan berupa:
1. 1 Buku Ajar
2. 1 Laporan Kasus

3.1.3Tahap Mandiri (Chief)


Pada tahap mandiri kegiatan peserta PPDSmeliputi stase di poliklinik umum dan
bangsal. Sebelum mengakhiri masa studi, peserta didik harus mengikuti ujian tulis
nasional dan ujian OSCE nasional yang diselenggarakan oleh Kolegium Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Indonesia dengan persyaratan; telah menyelesaikan
semua divisi dan lulus (kecuali RS jejaring) dan mengisi lengkap buku log, sudah
lulus ujian proposal, memiliki surat layak etik/ ada rekomendasi sedang dalam
pengurusan ethical clearance, dan telah dinyatakan bisa mengikuti ujian nasional
dalam rapat Bagian IKKK. Lama pendidikan mandiri selama 6 bulan.
Materi:
Dermatologi Umum dan Bangsal
Penerapan Akademik: Kegiatan Ilmiah III
1. 1 Laporan Kasus
2. 1 Journal Reading
3. Seminar Hasil Penelitian/Tesis
4. Ujian tesis
5. Publikasi ilmiah
6. Ujian komprehensif
Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan
1. Jaga III
2. Kegiatan mendidik Koass

Tabel 2. Uraian Isi Kurikulum, Kegiatan, dan Satuan Kredit Semester (SKS)
Orientasi RS 2 minggu

No Materi Pendidikan Lama Bobot SKS Semester

17
. Pendidikan
1. Tahap pengayaan pengetahuan
& keterampilan Kulit dan 14 bulan 14 I s/d II
Kelamin dasar, Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU),
Lama Bobot SKS Semester
Materi Pendidikan
No Pendidikan
.
Bangsal, DU, Mikrobiologi,
Patologi Anatomi
2. Tahap Magang
a. Mikologi 3 bulan 6
b. MH 3 bulan 6
c. Alergi Imunologi 3 bulan 8
d. IMS 3 bulan 8
e. Dermatologi Anak 3 bulan 4 III s/d VI
f. Dermatologi Kosmetik 3 bulan 8
g. Tumor dan Bedah Kulit 3 bulan 8
h. Rumah Sakit Jejaring 1 bulan 4
i. Usulan Penelitian 1
3. Tahap Mandiri
1. Chief Poli 3 bulan 4 VI-VII
2. Chief Bangsal 3 bulan 4
3. Tesis 5

Total 42 bulan 80

3.2 Keterampilan Klinis dan Non-Klinis


a. Keterampilan pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap, termasuk
keterampilan menetapkan dan penggunaan alat diagnosis, seperti uji tusuk,
uji intradermal, uji tempel, uji provokasi oral dan dermoskopi.
Keterampilan tindakan terapi medis, seperti ekstraksi komedo, enukleasi

18
milia, injeksi triamsinolon asetonid, injeksi toksinbotulinum, dermal filler,
mikrodermabrasi, subsisi, epilasi, dan depilasi, bedah kimia,. Tindakan
bedah kulit seperti: bedah skalpel, bedah listrik, bedah beku, dan laser.
b. Penerapan pengetahuan dan ketrampilan serta tanggung jawab.
Penanganan pasien rawat jalan dan inap, emergensi, jaga konsul, dan
referal dari rumah sakit jejaring.
c. Pembuatan dan presentasi laporan kasus, referat,book reading,
journalreading. Ketentuan mengajukan kasus yaitu kasus sesuai dengan
divisi masing–masing. Pada kasus yang diajukanà residen yang
mengajukan kasus dan terlibat dalam perawatan pasien yang kasusnya
diajukan. Boleh mengambil pasien kelas atas persetujuan supervisor dan
ikut terlibat dalam perawatannya. Ketentuan presentasi kasus yaitu PPDS
melaporkan kepadapembimbing kasus yang akan diolah untuk presentasi
kasus, bila pembimbing setuju maka kasustersebut baru dapat diolah oleh
PPDS. Saat memperoleh kasus yang direncanakan akan diajukan ke
pembimbing, PPDS harus mengisi buku bank kasus. Ketentuan presentasi
buku ajar yaitu buku ajar sesuai Fitzpatrick, dapat juga menggunakan buku
lain yang menjadi pedoman pada satu divisi (IMS, MH). Ketentuan
presentasi ilmiah yaituwaktu presentasi ilmiah diharapkan maksimal 20
menit, sehingga diskusi dapat lebih optimal. Power point hanya memuat
poin yang penting, presenter harus menguasai materi. Saat
pesertaPPDSpresentasi, PPDS lainnya yang mengikuti ilmiah diharapkan
mendengarkan dengan seksama dan aktif bertanya saat diskusi. Setelah
presentasi, PPDS yang bersangkutan meminta tanda tangan pembimbing
pada buku kecil log book (bisa ditunda maksimal 3 hari). Peserta PPDS
yang lain mengisi buku absen setiap kegiatan ilmiah yang ditandatangani
supervisor pembimbing. Telepon seluler diharapkan dalam mode silent.
d. Mengikuti pertemuan ilmiah tingkat lokal dan nasional. Menyusun karya
ilmiah dan publikasi ilmiah minimal 3 karya ilmiah: 1 (satu) sebagai
penulis utama (author) dan 2 (dua) sebagai penulis pendamping (co-
author). Jumlah mengikuti pertemuan ilmiah lokal dan nasional 10 kali

19
terdiri dari: 1 PIT, 1 KONAS, dan 8 kali simposium/ seminar. Ketentuan
mengikuti PIT/ KONAS adalah bila sudah melewati tahap I dan wajib
membawakan karya ilmiah (poster, presentasi oral). Ketentuan mengikuti
simposium adalah bila sudah berada pada tahap magang dengan
persetujuan kepala subdivisi dan koordinator pendidikan. Karya untuk
publikasi ilmiah dalam bentuk laporan kasus, studi retrospektif dan
penelitian.
e. Ujian Nasional
Ujian nasional terdiri dari ujian teori dan OSCE. Ketentuan mengikuti
ujian nasional yaitusudah lulus semua stase subdivisi kecuali RS Jejaring
dan mengisi lengkap buku log, sudah lulus ujian proposal, memiliki surat
layak etik/ada rekomendasi sedang dalam pengurusan ethical clearence,
dan telah dinyatakan bisa mengikuti ujian nasional dalam rapat Bagian
IKKK. Ketentuan mengikuti ujian nasional ulang yaitu sesuai dengan
Kongres Nasional Perdoski Bandung September 2014: Dapat diikuti bila
hasil ujian tulis nasional nilai antara 50-69. Bila nilai <50, harus mengikuti
ujian tulis nasional berikutnya. Ujian tulis nasional ulang dilaksanakan di
Jakarta.
f. Tesis
Seminar usulan penelitian dan hasil penelitian

Diagram Alur Prosedur Pelaksanaan Ujian Tesis (Non-Combined Degree)


Peserta melapor ke Pembimbing dan Penguji ujian tesis, yang terdiri dari 2 orang
Pembimbing (I dan II) dan 3 orang Penguji (I, II, dan III)

Peserta mendapat persetujuan Pembimbing maupun Penguji untuk maju


presentasi

Peserta dibuatkan jadwal presentasi oleh Sekretariat Program Studi


Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Presentasi dilakukan di Bagian dan dihadiri oleh seluruh Pembimbing dan


Penguji

20
Pada akhir ujian, Pembimbing dan Penguji berdiskusi untuk memutuskan hasil
penilaian ujian tesis. Pembimbing dan Penguji memutuskan:
1. Tesis diterima dan mahasiswa dinyatakan lulus
2. Tesis diterima dengan perbaikan
3. Mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang ujian

3.3 Learning Outcome


Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, yaitu :
1. Mampu berperilaku menjunjung tinggi etika kedokteran, berkomunikasi
efektif, memberi pelayanan kesehatan terbaik dan keselamatan pasien.
2. Mampu menguasai pengetahuan dasar kulit dan kelamin, pengetahuan
klinis, uji diagnostik yang diperlukan, serta penatalaksanaan holistik,
meliputi medis, tindakan, dan penatalaksanaan non medis.
3. Terampil melakukan pemeriksaan kulit dan kelamin.
4. Menguasai interpretasi pemeriksaan uji diagnostik.
5. Dapat menganalisis-sintetis untuk menetapkan diagnosis kerja, diagnosis
banding, diagnosis pasti, dan pengelolaan pasien secara komprehensif.
6. Menguasai keterampilan spesialistik prosedur diagnostik dan terapeutik
secara lege artis, baik medis maupun bedah kulit, dengan memperhatikan
aspek sosial-budaya-ekonomi, serta hukum kedokteran.
7. Mampu memberikan layanan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
8. Mampu mengimplementasikan secara terintegritas komprehensif dan
sistematik ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku untuk
menyelesaikan masalah kulit dan kelamin.

3.4 Lama Pendidikan


Lama pendidikan adalah lama waktu seorang peserta PPDS menyelesaikan
pendidikannya dan meraih gelar Spesialis Kulit dan Kelamin. Lama waktu ini
tidak termasuk pengayaan/ orientasi umum di perguruan tinggi maupun rumah
sakit pendidikan, penugasan fakultas, cuti dan penugasan ke daerah. Pendidikan
khusus kulit dan kelamin dilaksanakan dalam waktu 7 semester, maksimal 11

21
semester. Bila lebih dari 11 semester, peserta PPDS dinyatakan putus studi.Lama
studi dapat dilihat pada timetable (Secara lengkap dapat dilihat lampiran).

BAB IV
SISTEM EVALUASI PESERTA DIDIK

4.1 Metode penilaian


Kemampuan akhir yang dievaluasi ialah pencapaian professional performance
(kemampuan/ keterampilan profesional) yang secara artifisial dapat dipilah
menjadi 3 bidang/ domain, yaitu:
a. P: Pengetahuan atau Knowledge (bidang kognitif)
1. Pengetahuan dan pemahaman
2. Penyelesaian masalah dan pengembalian keputusan klinis

c. K: Keterampilan atau Skill (bidang psikomotor)


1. Keterampilan klinis non-tindakan
2. Keterampilan klinis tindakan

d. S: sikap atau Attidude (bidang afektif)


1. Hubungan inter-personal
2. Sikap dan cara kerja profesional

Ketiga bidang/ domain tersebut dinilai menggunakan lembar penilaian Case


Based Discussion (CBD), Direct Observation of Procedural Skill (DOPS), dan
Mini Peer Assessment Tool (Mini PAT).

4.1.1 CBD(Case Based Discussion)

22
CBD adalah suatu cara untuk menilai kemampuan klinik PPDS dalam hal
pengambilan keputusan klinik dan aplikasi pengetahuan medik dalam mengelola
pasien. Lembar penilaian CBD meliputi beberapa komponen, antara lain:
1. Penulisan / pembuatan rekam medik
2. Penilaian klinik
3. Investigasi dan rujukan
4. Tatalaksana
5. Pemantauan dan rencana selanjutnya
6. Profesionalisme
7. Penilaian secara keseluruhan

Ketujuh komponen tersebut masing-masing dinilai dari skor A (80-100)


hingga E (<50). Penilaian CBD ini dipergunakan setiap PPDSmelakukan ujian
kasus pada saat stase Bangsal.

4.1.2 DOPS(Direct Observation of Procedural Skill)


DOPS adalah instrumen penilaian kompetensi PPDS saat melakukan tindakan
prosedur medik pada pasien. Lembar penilaian DOPS meliputi beberapa
komponen antara lain:
1. Pengetahuan tentang indikasi, relevansi anatomik, dan teknik prosedur
medik
2. Persetujuan pasien dan keluarga untuk dilakukan prosedur medik
3. Persiapan yang sesuai sebelum prosedur medik dilakukan
4. Mampu memberikan analgesik atau sedasi yang aman dan sesuai dengan
prosedur medik yang akan dilakukan
5. Kemampuan teknik melakukan prosedur medik yang akan dilakukan
6. Teknik aseptik
7. Mencari bantuan bila diperlukan
8. Tatalaksana pasca tindakan
9. Kecakapan komunikasi
10. Mempertimbangkan kondisi pasien/ profesionalisme

23
11. Kemampuan secara keseluruhan dalam melakukan tindak medik

Kesebelas komponen tersebut masing-masing dinilai dari skor A (80-100)


hingga E (<50). Penilaian DOPS ini dipergunakan setiap PPDS melakukan
tindakan prosedural pada subdivisi Alergi Imunologi (uji tusuk, uji tempel, uji
intradermal), Tumor Bedah Kulit (bedah listrik, bedah beku, bedah kimiawi,
injeksi kortikosteroid intralesi untuk keloid, bedah pisau), Kosmetik Medik
(ekstraksi komedo, peeling kimiawi, subsisi, dermabrasi, injeksi botox, injeksi
filler, laser), Morbus Hansen (monofilamen, pemeriksaan basil tahan asam) dan
Infeksi Menular Seksual (pemeriksaan duh tubuh, tes acetowhite, tutul TCA,
insisi abses, elektrokauter).

4.1.3Mini PAT (Peer Assessment Tool)


.. Lembar penilaian Mini PAT meliputi beberapa komponen antara lain :
1. Kemampuan mendiagnosis pasien
2. Menjaga praktek kedokteran yang baik
3. Mengajar, melatih, menelaah, dan menilai
4. Hubungan dengan pasien
5. Kerja sama dengan teman sejawat
6. Penilaian supervisor
Keenam komponen tersebut masing-masing dinilai dari skor A (80-100)
hingga E (<50). Penilaian Mini PAT ini dinilai oleh koordinator pendidikan Sp-1
Divisi/ Ka Divisi/ Staf Divisi/ Kepala Ruangan/ Kepala Poliklinik saat PPDS
melakukan ujian kasus di masing-masing subdivisi.

Contoh ketiga form penilaian tersebut dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Cara Evaluasi


Berbagai cara yang digunakan untuk evaluasi:
1. Ujian tulis
2. Ujian lisan

24
3. Ujian praktik dengan pasien
4. Lembar penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT
5. Observasi harian (termasuk perilaku profesional)
6. Penilaian tugas
7. Penilaian hasil penelitian
8. Penelitian publikasi
9. Penilaian Publikasi
Pemberian angka, scoring, dan interpretasi dipakai untuk memberi
angka, nilai mutu dan predikat menurut acuan DIKTI.
Setelah memenuhi prasyarat yang ditetapkan, pada akhir pendidikan
dilakukan uji kompetensi oleh Kolegium bersama dengan PPDS. Uji
kompetensi tersebut terdiri atas ujian tulis dan ujian praktik pasien (OSCE).
Setelah lulus, peserta berhak mendapat sertifikat kompetensi.
Setelah ujian kompetensi, peserta PPDS melaksanakan ujian lokal akhir
yang terdiri atas ujian pasien dan tesis. PPDS dinyatakan lulus bila telah
mendapatkan ijazah dari fakultas kedokteran terkait dan berhak menggunakan
gelar Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Sp.KK).
Setelah peserta dinyatakan LULUS oleh Komisi Evaluasi Nasional,
selanjutnya akan diberikan Sertifikat Lulus Ujian Nasional yang ditandatangani
oleh Ketua Komisi Evaluasi Nasional dan Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin.
Sertifikat Kompetensi Spesialis dapat diperoleh dengan melengkapi
persyaratan yang diperlukan yaitu:
a. Sertifikat Lulus Ujian Nasional
b. Sertifikat Tanda Lulus Pendidikan Spesialis dari pusat studi
c. Rekomendasi dan rekomendasi etika dari PERDOSKI Cabang
Jika dalam jangka waktu 1 (satu) tahun peserta didik belum juga mendapat
sertifikat tanda lulus pendidikan dari pusat studinya, maka yang bersangkutan
harus mengulang ujian nasional lagi, karena ujian nasional merupakan evaluasi
belajar peserta PPDS selama masa pendidikan.

25
4.3 Prinsip Evaluasi
Harus mempunyai hubungan antara evaluasi dan tujuan pendidikan. Prinsip
dan pelaksanaan evaluasi harus sesuai dengan tujuan pendidikan:
a. Mampu meningkatkan proses pembelajaran
b. Dapat menggambarkan kecukupan pendidikan
c. Mendorong pembelajaran terintegrasi
d. Dapat menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan
sebagai Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.

4.4 Umpan Balik Kepada Peserta Didik


Umpan balik kinerja peserta didik diberikan secara berkala dan dipergunakan
untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.

4.5 Tahapan Evaluasi


4.3.1 Evaluasi Tahap Pengayaan
Kriteria Penilaian :
a. Pengetahuan
Nilai ujian tulis Dermatologi Dasar, Patologi Anatomi, Mikrobiologi. Nilai
ujian tulis dan ujian kasus Dermatologi Umum.
b. Nilai Makalah Ilmiah
- Buku Ajar
- Laporan kasus
- Jurnal
- Tinjauan Pustaka
Nilai Kognitif: BA + LK + J+TP
4
c. Nilai afektif dan psikomotorPPDS dinilai melalui rata-rata akumulasi form
penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.
d. Ketentuan mengikuti ujian Bangsal yaitu tidak ada hutang tugas di ilmiah
selama stase Bangsal. Ketidakhadiran di Bangsal tidak lebih dari 3 hari. Bila
lebih dari 3 hari maka membayar hutang hari dulu baru bisa mengikuti ujian.

26
Ketentuan mengikuti ujian PA yaitu tidak ada hutang tugas di ilmiah selama
stase PA. Ketidakhadiran di PA tidak lebih dari 3 hari. Bila lebih dari 3 hari
maka membayar hutang hari dulu baru bisa mengikuti ujian. Penilaian stase
PA meliputi kognitif, psikomotor dan afektif.

Nilai akhir tahap pengayaan terdiri dari nilai:

NILAI TAHAP 1 :

UJIAN TAHAP 1 :

Nilai batas lulus (NBL): 70


Ketentuan evaluasi tahap pengayaan:
a. Nilai kumulatif rerata dari semua kompenen penilaian dan dinyatakan
lulus bila nilai ≥ 70.
b. Apabila nilai ujian akhir kasus atau makalah ilmiah< 70, maka tim penguji
akan memberikan tugas bacaan yang harus diserahkan ke pembimbing dan
penguji yang bersangkutan dalam jangka waktu 2 minggu.
c. Apabila nilai ujian tahap I < 70, maka PPDS harus mengulang ujian tahap
I dalam jangka waktu 1 minggu.

Syarat untuk pindah ke tahap magangyaitu apabila PPDS telah memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Sudah melakukan kuliah pengetahuan dasar lengkap
2. Nilai ujian tahap I ≥ 70
3. Telah menyelesaikan administrasi program studi
4. Telah dinyatakan bisa mengikuti ke tahap pendidikan berikutnya dalam
rapat Bagian IKKK untuk boleh dilakukan yudisium

27
4.3.2.Evaluasi Tahap Magang
Kriteria Penilaian:
a. Pengetahuan
Pengetahuan terdiri dari:
- Nilai ujian tulis Mikologi, MH, IMS, Alergi, Kosmetik, TBK, DA
- Nilai ujian kasus Mikologi, MH, IMS, Alergi, Kosmetik, TBK, DA, stase RS
Jejaring
- Ujian Nasional

b. Nilai Makalah Ilmiah:


- Buku Ajar - Jurnal
- Laporan kasus - Tinjauan Pustaka
- Proposal Penelitian - Studi Retrospektif

Catatan:
1. Nilai afektif dan psikomotor PPDS dinilai melalui rata-rata akumulasi
form penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.
2. Ketentuan mengikuti ujian stase yaitu terdiri dari ujian tulis dan ujian
kasus. Tidak ada hutang tugas di ilmiah stase tersebut, kecuali tugas
referat tidak wajib. Menunjukkan buku log yang memuat kelengkapan
nilai ilmiah di stase tersebut. Ketidakhadiran di stase tersebut tidak
lebih dari 3 hari. Bila lebih dari 3 harià membayar hutang hari dulu
baru bisa mengikuti ujian. Ketentuan mencari pasien untuk ujian kasus
stase yaitu sehari sebelum ujian, PPDSmelapor kepada para supervisor
penguji. Bila supervisor penguji merupakan dosen luar biasa, maka
untuk menghubungi supervisor tersebut dapat dibantu oleh pegawai
sekretariat IKKK.Pada saat melapor tersebut,PPDSmengingatkan
penguji, supervisor siapa yang ditunjuk untuk mencari pasien ujian.
Supervisor yang bertugas untuk mencari pasien ujian adalah supervisor
junior di divisi tersebut, bila berhalangan dapat digantikan oleh
supervisor DPJP atau supervisor junior yang ada saat itu.Setelah
supervisor penguji menentukan supervisor siapa yang akan mencarikan

28
pasien, maka PPDSharus melapor saat itu juga kepada supervisor yang
ditunjuk oleh supervisor penguji.

NILAI AKHIR STASE:

A:
NILAI KOGNITIF + NILAI AFEKTIF &PSIKOMOTOR

B:

Nilai batas lulus (NBL): 70


Nilai kognitif: nilai journal reading, buku ajar, laporan kasus, referat
Nilai afektif & psikomotor: nilai CBD + DOPS + Mini PAT
Ketentuan evaluasi tahap magang:
a. Nilai kumulatif rerata dari semua kompenen penilaian dan dinyatakan
lulus bila nilai ≥ 70.
b. Apabila nilai ujian akhir kasus atau makalah ilmiah< 70, maka tim penguji
akan memberikan tugas bacaan yang harus diserahkan ke pembimbing dan
penguji yang bersangkutan dalam jangka waktu 2 minggu.
c. Ketentuan tugas di RS Jejaring yaitu sudah melewati semua stase,tidak ada
hutang hari, dan tidak ada hutang ilmiah. Boleh mengajukan referat tidak
wajib. Mengikuti peraturan berlaku di RS jejaring (masalah apel, jam
kerja, jam pulang). Membawa surat tugas disampaikan ke RS Jejaring.
Mengingatkan supervisor di RSJejaring untuk memberikan nilai
psikomotor dan afektif pada akhir masa stase.
Syarat untuk menjadi chief, yaitu:
1. Tidak ada hutang ilmiah pada stase sebelumnya
2. Tidak ada hutang hari (karena sakit atau ijin) pada stase sebelumnya
3. Sudah melewati stase RS Jejaring

29
4. Melengkapi buku besar log book berserta nilai yang telah ditandatangani
kepala subdivisi
5. Dilakukan yudisium oleh koordinator pendidikan

Syarat untuk mengikuti Ujian Nasional, yaitu:


1. Sudah lulus semua stase subdivisi kecuali RS Jejaring dan mengisi
lengkap buku log
2. Sudah lulus ujian proposal
3. Memiliki surat layak etik/ ada rekomendasi sedang dalam pengurus ethical
clearance
4. Telah dinyatakan bisa mengikuti ujian nasional dalam rapat Bagian IKKK

4.3.3.Evaluasi Tahap Mandiri


Kriteria Penilaian:
a. Pengetahuan
- Nilai ujian kasus chief poli atau chief bangsal
- Ujian Komprehensif (ditempuh 1 kali pada saat chief yaitu sebagai
chief bangsal / chief poli  stase chief yang terakhir dengan 3
orang penguji)
b. Nilai Makalah Ilmiah
- Laporan kasus
- Jurnal
- Ujian tesis
c. Nilai afektif dan psikomotor PPDS dinilai melalui rata-rata
akumulasi form penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.

Ketentuan evaluasi tahap mandiri:


a. Nilai kumulatif rerata dari semua kompenen penilaian dan dinyatakan
lulus bila nilai ≥ 70.
b. Apabila nilai ujian akhir kasus atau makalah ilmiah < 70, maka tim
penguji akan memberikan tugas bacaan yang harus diserahkan ke

30
pembimbing dan penguji yang bersangkutan dalam jangka waktu 2
minggu.
Pemberian angka, scoring, dan interprestasi dipakai untuk memberi angka,
nilai mutu dan predikat menurut acuan DIKTI.
Tabel III. Angka, nilai mutu, markah, dan interprestasinya pada sistem
penilaian
Angka Nilai Mutu Markah Interprestasi
85-100 4.0 A Dengan pujian
(Cumlaude)
80 < 85 3.70 A- Sangat memuaskan
75 < 80 3.30 B+ Memuaskan
70 < 75 3.00 B
65 < 70 2.70 B-
60 < 65 2.30 C+
55 < 60 2.00 C-

Tabel IV. Nilai Batas Lulus ( NBL ) : 70 (IPK = 3.0)


IPK Predikat

3.75 – 4.00 Dengan pujian (Cumlaude )

3.50 – 3.74 Sangat memuaskan

2.75 – 3.49 Memuaskan

4.3.4 Ketentuan Perpindahan Stase


1. Melapor kepada koordinator pendidikan dan supervisor divisi masing-
masing pada saat pertama masuk stase dan akhir stase.
2. Perpindahan stase adalah setiap tangal 1.
3. Diperbolehkan pindah stase bila telah menyelesaikan tugas-tugas ilmiah
di stase sebelumnya, serta lulus ujian tulis dan ujian kasus di divisi
tersebut.
4. Setiap perpindahan stase setiap awal bulan melapor ke SPS untuk
pencatatan dan evaluasi kelengkapan nilai.

31
5. Bila karena suatu hal PPDS pindah melewati tanggal yang telah
ditetapkan, maka harus lapor ke koordinator pendidikan.

4.3.5 Ketentuan Pelepasan Dokter Spesialis Baru (Brevet)


1. Lulus ujian komprehensif dan ujian akhir pendadaran.
2. Ujian tesis dan brevet dilaksanakan pada saat yang berbeda.
3. Jadwal pelepasan: bagian (brevet), fakultas (pelantikan) dan universitas
(wisuda), waktu diantaranya bisa berbeda.
4. Setelah brevet dibebaskan tugas di Bagian Kulit dan Kelamin.
5. Mengirimkan publikasi ilmiah (sudah ada surat bukti akan dinyatakan
dimuat).
6. Menyerahkan CD yang berisi kumpulan karya ilmiah sebelum
dilangsungkan brevet.

4.6Perbaikan Berkesinambungan
Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin bersifat dinamis, sehingga harus
dievaluasi secara protektif, berkala setiap 5 tahun dan berkesinambungan, meliputi
evaluasi struktur, fungsi, proses, kinerja dan mutu program. Perbaikan program
pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan pengalaman terdahulu, aktivitas
saat ini, dan perspektif masa mendatang. Proses evaluasi program adalah sebagai
berikut:
a. Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan
b. Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa mencakup:
1) Prinsip penilaian
2) Teknik dan instrumen penilaian
3) Mekanisme dan prosedur penilaian
4) Pelaksanaan penilaian
5) Pelaporan penilaian dan
6) Kelulusan mahasiswa

32
c. Prinsip penilaian mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel,
dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.
d. Teknik penilaian terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes
tertulis, tes lisan, angket dan OSCE.
e. Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan
instrumen penilaian yang digunakan.
f. Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran.
g. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan oleh:
1) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu
2) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan
mengikutsertakan mahasiswa dan/atau
3) Dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan yang relevan
h. Pelaksanaan penilaian wajib menyertakan tim penilai eksternal dari
perguruan tinggi yang berbeda
i. PPDS yang dinyatakan lulus berhak memperoleh ijazah, gelar atau
sebutan, sertifikat profesi dan surat keterangan pendamping ijazah sesuai
dengan peraturan perundangan.
j. PPDS dinyatakan lulus jika telah mengikuti uji kompetensi program
spesialis kulit dan kelamin.

33
BAB V
KETENTUAN ABSEN, PERIJINAN DAN SANKSI

5.1 Ketentuan Absen


1. Absen residen:
Senin - Kamis Jumat
- Pagi: pk 07.30 - Pagi: pk 07.00
- Siang: pk 16.00 - Siang: pk 15.30
2. Buku absen ilmiah pertama diisi sebelum jam 8 pagi, diletakkan di meja
supervisor :
- Keterangan ketidakhadiran diisi oleh chief poli atau satu tingkat dibawah
chief .
- Bagi yang terlambat dapat melapor kepada supervisor dan mengisi absen
setelah acara ilmiah pertama selesai.
3. Buku absen ilmiah ditandatangani kembali saat acara ilmiah pagi yang
kedua atau ilmiah siang.

5.2 Ketentuan Ijin


1. Melapor kepada kepala subdivisi mengenai alasan ijin.
2. Mengisi dan menandatangani buku ijin di masing-masing subdivisi.
3. Mengisi form yang memuat tanggal ijin, PPDS yang menggantikan tugas
dan tandatangan kepala subdivisi atau atas nama.
4. Jika ijin lebih dari 3 hari maka diharuskan untuk mengganti hari. Setelah
selesai stase disemua subdivisi, bisa melakukan ujian. Bila tidak dibayar di
selesai stase, maka nilai dibatalkan (ujian ulang). Bayar hutang sesuai
lamanya cuti.
5. Bila dipandang perlu oleh institusi, maka akan dirapatkan dan dapat
berlaku kententuan lain.

5.2.1Ketentuan Cuti Hamil dan Melahirkan

34
1. PPDS diharapkan untuk tidak hamil pada 1 tahun pertama
pendidikan. Bila terjadi kehamilan, maka pendidikan ditunda selama 1
tahun.
2. Melampirkan surat keterangan dokter yang merawat.
3. Maksimal 2 (dua) kali selama masa studi. Masing-masing
maksimal selama 3 (tiga) bulan.

5.2.2Ketentuan Cuti Sebelum Ujian Board


1. Calon peserta ujian BOARD mendapatkan hak cuti 2 minggu sebelum
tanggal ujian.
2. Bila dalam jadwal yang tercantum; 1 minggu sebelum cuti ada jadwal
jaga, saat minggu cuti tetap wajib datang melaporkan jaga pada morning
report.
3. Saat cuti, kewajiban jaga langsung diganti oleh jaga 2 yang ditunjuk dan
tidak ada kompensasi pada pengganti.

5.2.3 Ketentuan Praktek Dokter Selama Pendidikan


1. Peserta didik dalam tahap I tidak diperkenankan praktek swasta
perorangan.
2. Peserta didik tahap II dapat mengajukan ijin praktek dokter umum kepada
Koordinator Program Studi selama tidak mengganggu proses pendidikan.

5.2.4Ketentuan Meninggalkan Tugas Saat Jam Kerja/Pendidikan


1. Untuk kepentingan mendesak (keluarga inti sakit, mengurus KTP/ Paspor,
dan lainnya).
2. Harus melaporkan ke kepala subdivisi.

5.2.5Ijin Melanjutkan Studi Bagi Peserta Didik Yang Sembuh Dari Penyakit
.........Berat
1. Membawa surat keterangan dokter yang merawat yang menyatakan
bahwa kegiatan pendidikan tidak memperburuk penyakitnya.

35
2. Masa istirahat paska sakit berat maksimal 2 semester sejauh tidak
melewati batas maksimun masa studi.
3. Bila perlu, Koordinator Program Studi berhak memanggil tenaga ahli
untuk memperkirakan kecakapan peserta didik dalam menyelesaikan
pendidikan.
4. Keputusan menghentikan pendidikan ditetapkan oleh Dekan Fakultas
berdasarkan usulan dari Bagian.
5.3 Proses Pemberian Sanksi
Pemberian sanksi diberikan melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Teguran lisan dapat langsung diberikan sesuai dengan temuan pada saat
pelanggaran dilakukan dan dicatat dalam buku sanksi di setiap subdivisi
terkait.
2. Katagori pelanggaran peserta didik dibagi menjadi 3 yaitu pelanggaran
kartu biru, kartu kuning dan kartu merah. Jenis-jenis pelanggaran yang
termasuk dalam kartu-kartu tersebut beserta sanksinya diatur dalam suatu
standar operasional prosedur (SOP) morbiditas peserta didik.
3. Jika telah mendapat teguran lisan sebanyak ≥ 3x, maka yang bersangkutan
akan diberikan SP I. Sanksi SP I diselesaikan melalui rapat di Bagian.
Apabila dipandang pelanggaran yang dilakukan peserta didik cukup berat
maka tidak diperlukan teguran lisan hingga 3x untuk pemberian SP.
Kriteria pelanggaran berat diputuskan dalam rapat bagian.
4. Jika kembali mengulangi kesalahan, maka yang bersangkutan akan
diberikan SP II. Bagian akan mengadakan rapat dan hasil pertemuan
tersebut diajukan kepada DEKAN FK Universitas Udayana untuk
selanjutnya diterbitkan surat keputusan skorsing kepada peserta didik.
5. Untuk pelanggaran akademik, koordinator pendidikan tidak harus
mendapat laporan dari divisi, namun dapat berdasarkan hasil perhitungan
nilai akademik. Jika nilai akademik < 70, maka PPDS dinyatakan tidak
lulus.
6. Untuk pelangaran etika akan diajukan terlebih dahulu ke komisi etik
RSUP Sanglah Denpasar untuk meminta pertimbangan pelanggaran etika.

36
6.4 Ketentuan Tidak Melanjutkan Stase (Grounded)
Ketentuan tidak melanjutkan stase atau grounded ditiadakan, semua peserta
didik diwajibkan menyelesaikan tugas ilmiah dan pindah stase sesuai waktu
yang ditetapkan yaitu pada tanggal 1 setiap bulannya.
BAB VI
WAHANA PENDIDIKAN BAGI DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Wahana pendidikan kedokteran adalah fasilitas selain rumah sakit pendidikan


yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin.

Tujuan Pembelajaran:
Setiap peserta PPDSsetelah selesai masa tugas di rumah sakit satelit diharapkan
mampu untuk :
a. Memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dengan sarana di RSU
tingkat kabupaten.
b. Dapat mengelola sistem pembinaan rujukkan kulit dan kelamin.

Uraian Kegiatan :
a. Peserta didik melapor ke kepala SMF Kulit dan Kelamin sebelum dikirim
di RS Jejaring
b. Hari pertama bertugas di RS Jejaring yang ditunjuk peserta didik harus
melapor ke Kepala SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelain serta Direktur
RS Jejaring terkait
c. Kegiatan pelayanan medik dipoliklinik dan di rawat inap
d. Kegiatan ilmiah buku ajar dan laporan kasus akan dibimbing dan
dipresentasikan di Departemen/SMF Dermatologi dan Venereologi RSUP
Sanglah
e. Kegiatan pendidikan berupa mendidik mahasiswa/mahasiswi dokter muda
yang sedang stase di RS Jejaring.

37
f. Kegiatan administrasi berupa mengawasi dan membuat status lengkap
pasien di poliklinik dan di rawat inap.

Waktu tugas: peserta PPDS ditugaskan di RS Jejaring selama 1 bulan. Penilaian


meliputi pengetahuan nilai makalah ilmiah, keterampilan dan sikap (afektif).
Penilaian pengetahuan/kognitif dan psikomotor berupa ujian dan kegiatan
ilmiah/psikomotor dilakukan di Departemen/SMF Dermatologi dan Venereologi
RSUP Sanglah, sedangkan penilaian afektif dilakukan oleh supervisor di RS
Jejaring dan di Departemen/SMF Dermatologi dan Venereologi RSUP Sanglah

38
BAB VII
PANDUAN ADAPTASI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN
LULUSAN LUAR NEGERI

7.1 Tujuan
Tujuan penyelenggaraan adaptasi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin lulusan luar
negeri adalah untuk memberi kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah
ijazahnya, serta dinilai layak untuk memperoleh kesempatan adaptasi, sehingga
pada akhir program adaptasinya akan:
1. Dapat menerapkan kemampuan bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim dianut Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
2. Menguasai pola penyakit serta pola kerja dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku disini.
3. Memahami dan menghayati nilai-nilai serta etik profesi dalambidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, sehingga dapat diterima dikalangan profesi
tersebut.

7.2Syarat
Calon adaptasi harus memenuhi persyaratan administratif :
1. Ijazahnya dinilai sah oleh panitia penilai ijazah sarjana lulusan luar negeri
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi).
2. Kurikulum pendidikannya telah dikaji oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (DIKTI), Konsil Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium
Kedokteran Indonesia (MKKI), Kolegium Ilmu KesehatanKulit dan

39
Kelamin Indonesia dan disimpulkan layak untuk diberi kesempatan
adaptasi.
3. Surat permintaan dari Konsil Kedokteran Indonesia untuk kesempatan
adaptasi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin.
4. Surat telah mengikuti ujian nasionaldari Kolegium Ilmu KesehatanKulit
dan Kelamin.

7.3pJalur Penerimaan
1. Berkas permintaan pada butir B.2 diatas akan dipelajari oleh staf pengajar
program studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin PPDS di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
2. Mereka yang dinilai layak dengan kesempatan adaptasi, akan dipanggil
untuk wawancara dengan staf pengajar minimal 14 hari sebelum jadwal .
3. Wawancara dilakukan oleh Kepala Program Studi dan Sekretaris Program
Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin untuk dinilai :
1. Kejelasan keterangan tertulis yang ada
2. Latar belakang pendidikan
3. Penilaian diri terhadap program adaptasi

7.4 Penyelenggaraan
Lama stase di subdivisi Dermatologi umum, mikologi, alergi dan imunologi,
kosmetik medik, tumor dan bedah kulit, morbus hansen masing-masing 1
bulan kecuali di subdivisi infeksi menular seksual selama 3 bulan, setelah
menyelesaikan di semua subdivisi harus mengikuti ujian nasional

7.5 Penilaian
Bagi mereka yang diberi kesempatan adaptasi di Universitas Udayana, diatur
kegiatan sebagai berikut :
a. Orientasi kegiatan program studi selama 30 hari
b. Penilaian kemampuan pengetahuan, terdiri dari:

40
1. Nilai Ujian Kasus di subdivisi Dermatologi Umum, Mikologi,
Alergi dan Imunologi, Kosmetik Medik, Tumor Bedah Kulit,
Morbus Hansen, dan Infeksi Menular Seksual.
2. Nilai Makalah Ilmiah:
2. Buku Ajar di subdivisi Morbus Hansen.
3. Laporan kasus di subdivisi Dermatologi Umum, Mikologi,
Alergi-imunologi, Kosmetik Medik, Tumor Bedah Kulit,
Morbus Hansen, dan Infeksi Menular Seksual.
4. Tinjauan pustaka di Infeksi Menular Seksual.

Nilai Keterampilan dan afektif PPDS dinilai melalui rata-rata akumulasi form
penilaian DOPS, CBD, dan Mini PAT.
Jika belum lulus pada satu stase dapat melanjutkan ke stase sebelumnya dan
hutang ilmiah dan ujian dapat dilakukan setelah semua stase selesai (kecuali stase
IMS).

7.6 Penghentian Adaptasi


Penghentian program adaptasi dapat terjadi, bila :
a. Peserta adaptasi mengundurkan diri
b. Peserta adpatasi membuat kesalahan berat yang menyebabkan cacat tubuh
ataupun kematian yang seyogyanya dapat dihindarkan
c. Peserta adaptasi membuat kesalahan-kesalahan yang berulang, yang sudah
diperingatkan melalui peringatan lisan atau tertulis tanpa adanya usaha
perbaikan yang memadai
d. Peserta adaptasi tidak menunjukkan kemampuan yang sesuai dengan
harapan staf pengajar dan program pemindahan khusus yang diberikan
baginya juga tidak memeberikan hasil yang baik
e. Peserta adaptasi menolak menyelesaikan tugas yang tercakup dalam
program adaptasinya.

7.7 Lain – Lain

41
a. Semua pembiayaan yang timbul selama penyelenggaraan program adaptasi
harus dipikul oleh peserta sendiri.
b. Diharapkan untuk mendidik satu PPDS adaptasi selama satu periode
sampai PPDS tersebut selesai masa pendidikannya.

BAB VIII
PENELITIAN

8.1 Pendahuluan
1. Fakultas Kedokteran dalam hal ini Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) wajib melaksanakan penelitian dalam ruang lingkup ilmu
kedokteran yang disesuaikan dengan kemajuan perkembangan ilmu
kedokteran dan kesehatan.
2. Ruang lingkup ilmu kedokteran meliputi ilmu biomedik, ilmu kedokteran
klinik, ilmu humaniora kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran
pencegahan/kedokteran komunitas, dan ilmu pendidikan kedokteran.
3. Penelitian kedokteran harus memenuhi lolos kaji etik.
4. Fakultas Kedokteran/PPDS harus memiliki kebijakan yang mendukung
keterkaitan antara penelitian, pendidikan, dan pengabdian pada masyarakat
serta menetapkan prioritas penelitian beserta sumber daya penunjangnya.
5. Fakultas Kedokteran/PPDS harus memberi kesempatan kepada peserta
PPDS untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan dosen.
6. Fakultas Kedokteran/PPDS harus mengalokasikan anggaran untuk
menjamin aktivitas penelitian yang mendukung pendidikan kedokteran
minimal 5% dari seluruh anggaran operasional, dan harus ditingkatkan
secara bertahap.
7. Standar Penelitian terdiri atas:
a. Standar hasil penelitian
b. Standar isi penelitian
c. Standar proses penelitian

42
d. Standar penilaian penelitian
e. Standar peneliti
f. Standar sarana dan prasarana penelitian
g. Standar pengelolaan penelitian
h. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
8.2 Standar Hasil Penelitian
1. Mutu hasil penelitian bergantung pada iuran publikasi penelitian tersebut.
2. Penelitian terutama uji klinik harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip
etik yang berasal dari Deklarasi Helsinki, dan yang konsisten dengan Cara
Uji Klinik yang Baik (CUBK) dan peraturan yang berlaku.
3. Tujuan penelitian peserta PPDS adalah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran, serta meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa.
4. Hasil penelitian haruslah dapat meningkatkan suasana akademik,
memberikan dasar-dasar proses penelitian yang benar pada mahasiswa,
perbaikan kurikulum, dan upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
5. Hasil penelitian peserta PPDS yang tidak bersifat rahasia, tidak
mengganggudan/atau tidak membahayakan kepentingan umum atau
nasional wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan,
dipatenkan, dan/atau cara lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan
hasil penelitian kepada masyarakat.
6. Jika PPDS melakukanpenelitian untuk tesis, maka:
a. Pada saat penelitian, pembimbing telah dapat merencanakan
publikasitersebut pada jurnal:
1) Jurnal tidak terakreditasi
2) Jurnal terakreditasi nasional A atau B
3) Jurnal terakreditasi internasional
b. Manuskrip publikasi penelitiantelah selesai pada
waktupengambilan transkrip nilai.

43
8.3 Standar Isi Penelitian
1. Kriteria minimal tentang kedalaman dan keluasan materi penelitianharus
sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8.
2. Kedalaman dan keluasan materi penelitian harus memuat prinsip-prinsip
kemanfaatan, kemuktahiran, dan mengantisipasi kebutuhan masa
mendatang.
8.4 Standar Proses Penelitian
a) Kriteria minimal tentang kegiatan penelitian
1. Perencanaan proposal harus selesai di semester 4
2. Pelaksanaan pada waktu semester 5 dan 6
3. Pelaporan tesis diujikan setelah waktu penelitian selesai
b) Proposal setidaknya memuat
1. Judul penelitian
2. Latar belakang
3. Tinjauan kepustakaan
4. Kerangka teori dan kerangka konsep
5. Metodologi penelitian termasuk alur penelitian
6. Penjelasan kepada subjek penelitian (SP) dan persetujuan SP bila
menggunakan manusia
7. Daftar pustaka
c) Proposal dinilai oleh dua orang pembimbing yang terdiri atas minimal satu
pembimbing substansi dan satu orang pembimbing metodologi penelitian
serta dua orang penguji.
d) Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang memenuhi kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan otonomi keilmuan dan
budaya akademik dan mempertimbangkan standar mutu, keselamatan
kerja, kesehatan, kenyamanan, serta kemandirian peneliti, masyarakat, dan
lingkungan.
e) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peserta PPDS dalam rangka
melaksanakan tugas akhir, tesis, harus mengarah pada terpenuhinya

44
capaian hasil akhir pendidikan, serta memenuhi ketentuan dan peraturan di
PPDS.

8.5 Standar Penilaian Penelitian


1. Standar penilaian penelitian merupakan kriteria penilaian terhadap proses
dan hasil penelitian.
2. Tesis dinilai oleh dua orang pembimbing yang terdiri atas minimal satu-
dua orang pembimbing substansi dan satu orang pembimbing metodologi
penelitian serta dua-tiga orang penguji.
3. Penilaian terhadap proses dan hasil penelitian dilakukan secara terintegrasi
dengan prinsip penilaian yang bersifat edukatif, objektif, akuntabeldan
transparan, serta harus memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil,
standar isi, dan standar proses.
4. Tesis sekurang-kurangnya berisi :
a. Judul Tesis
b. Latar Belakang
c. Metode Penelitian
d. Hasil penelitian dan pembahasan
e. Kesimpulan dan saran
f. Daftar Pusaka
g. Lampiran
1) Lembar Penjelasan
2) Kuesioner penelitian
3) Tabel induk
4) Dan lain lain yang di anggap perlu
5. Penilaian penelitian yang dilaksanakan oleh peserta PPDS dalam rangka
penyusunan tesis diatur berdasarkan ketentuan peraturan di PPDS.

8.6 Standar Peneliti


1. Peneliti/ peserta PPDS harus memenuhi kualiifikasi pendidikan dan
pelatihan termasuk metodologi penelitian untuk memikul tanggung jawab

45
atas pelaksanaan penelitian dan dibimbing oleh peneliti/pembimbing yang
berpengalaman.
2. Pembimbing penelitian peserta PPDS haruslah orang yang memenuhi
kualifikasi pendidikan (akademik), pelatihan dan pengalaman termasuk
metodologi penelitian serta mempunyai kewenangan melaksanakan
penelitian.
3. Peneliti dan pembimbing penelitian haruslah memahami, menyadari dan
mematuhi Deklarasi Helsinki, CUKB dan perarturan terkait yang berlaku.

8.7 Standar Sarana dan Prasarana Penelitian


1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan isi dan
proses penelitian dalam rangka memenuhi hasil penelitian adalah:
a. Standar sarana penelitian:
1) Komputer
2) Perangkat lunak untuk pengolahan data (fakultas/departemen)
3) Sarana penelitian yang lain disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian.
b. Standar prasarana penelitian berupa ruangan penelitian yang berisi
sarana penelitian.
2. Sarana dan prasarana penelitian merupakan fasilitas PPDS yang di
gunakan untuk memfasilitasi penelitan yang terkait dalam ilmu
kedokteran.
3. Sarana dan prasarana penelitian merupakan fasilitas PPDS yang di
manfaatkan juga untuk proses pembelajaran dan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat.
4. Sarana dan prasarana penelitian harus memenuhi standar mutu,
keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan peneliti,
masyarakat, dan lingkungan.

8.8 Standar Pengelolaan Penelitian

46
1. Pengelolaan penelitian mulai dari perencanaan, pelakasanaan, pemantauan
dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan penelitian di lakukan oleh peneliti
dengan dibimbing dan dipantau oleh pembimbing penelitian.
2. Pengelolaan penelitian dilakasanakan oleh PPDS dengan koordinator
penelitian dan pengembangan (Kolitbang) yang bertugas untuk mengelola
penelitian dan kewajiban:
a. menyusun dan mengembangkan rencana program penelitian
sesuai dengan rencana strategis penelitian PPDS.
b. menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem
penjaminan mutu internal penelitian.
c. memfasilitasi pelaksanaan penelitian.
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penelitian.
e. melakukan diseminasi hasil penelitian.
f. Memfasilitasi peningkatan kemampuan peneliti untuk
melaksanakan penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan perolehan
hak atas kekayaan intelektual (HAKI).
g. memberikan penghargaan kepada peneliti yang berprestasi, dan
melaporkan kegiatan penelitian yang dikelolanya.
3. PPDS wajib:
a. memiliki rencana strategis penelitian yang merupakan bagian
dari rencana strategis PPDS.
b. menyusun kriteria dan prosedur penilaian penelitian paling
sedikit menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi ilmiah,
penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
jumlah dan mutu bahan ajar.
c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau
fungsi penelitian dalam menjalankan program penelitian secara
berkelanjutan.
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau
fungsi penelitian dalam melaksanakan program penelitian.

47
e. memiliki panduan tentang kriteria peneliti dengan mengacu pada
standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian.
f. mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada lembaga
lain melalui program kerja sama penelitian.
g. melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis,
dan spesifikasi sarana dan prasarana penelitian, dan
h. menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi penelitian
dalam menyelenggarakan program penelitian paling sedikit
melalui pangkalan data PPDS.

8.9 Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian


1. Sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian
a. Pendanaan dan pembiayaan penelitian sekurang-kurangnya
berasal dari:
1) Swadaya
2) Hibah baik dari PPDS maupun bersumber dari pemerintah,
kerjasama dengan lembaga lainbaik di dalam maupun di
luar negeri, atau dana darimasyarakat.
b. Mekanisme sesuai dengan ketentuan PPDS/Perguruan Tinggi.
2. PPDS wajib menyediakan dana penelitian internal
3. Pendanaan penelitian digunakan untuk membiayai:
a. Perencanaan penelitian:
b. Pelaksanaan penelitian:
c. Pengendalian penelitian:
d. Pemantauan dan evaluasi penelitian:
e. Pelaporan hasil penelitian; dan
f. Diseminasi hasil penelitian.
4. PPDS wajib menyediakan dana pengelolaan penelitian yang
digunakan untuk membiayai:

48
a. Manajemen penelitian yang terdiri atas seleksi proposal,
pemantauan dan evaluasi, penelitian , dan diseminasi hasil
penelitian.
b. Peningkatan kapasitas peneliti.
c. Insentif publikasi atau insentif hak kekayaan intelektual
(HKI).
5. Mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian diatur
berdasarkan ketentuan PPDS.

BAB IX
PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Pengabdian kepada masyarakat adalah penerapan, pengamalan, dan


pembudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, guna
memajukan kesejahteraan umum, meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Lingkup pengabdian masyarakat adalah:
1. Kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran/PPDS yang merupakan bagian dari penyelenggaraan
pendidikan kedokteran
2. Kegiatan dosen yang terlibat sebagai tim ahli berdasarkan penugasan
dari pemerintah
3. Kegiatan pengabdian masyarakat dapat diberikan insentif oleh
penyelenggara kegiatan.
4. Pelaksanaan pengabdian masyarakat yang berbentuk pelayanan kesehatan
kepada masyarakat harus seizin dinas kesehatan setempat.
5. Pelaksanaan pengabdian masyarakat yang berbentuk pelayanan kesehatan
kepada masyarakat mengutamakan keselamatan pasien dan masyarakat

49
6. Fakultas kedokteran dan organisasi profesi bertanggung jawab secara
penuh terhadap penyelenggaraan pengabdian masyarakat

BAB X
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENCAPAIAN
PROGRAM PROFESI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN

1. Sistem Penjamin Mutu internal harus diimplementasikan dan dikembangkan


oleh PPDS.
2. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal berupa evaluasi terhadap hasil
pendidikan dan program pendidikan.
3. Evaluasi hasil pendidikan dilakukan melalui Uji Kompetensi PPDS yang
dilaksanakan oleh Panitia Nasional secara berkala dan berkesinambungan
secara teratur.
4. Evaluasi program pendidikan dilakukan melalui akreditasi oleh Lembaga
Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Ilmu Kesehatan (LAM-PTKes).

50
BAB XI
PENUTUP

Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin ini menjadi


acuan bagi PPDS dalam menyelenggarakan Pendidikan Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin. Standar ini juga menjadi acuan dalam perumusan indikator untuk
evaluasi internal dan evaluasi eksternal penyelenggara Pendidikan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin.
Standar ini bersifat dinamis, tidak statis, dan akan dikembangkan serta
ditingkatkan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dalam rangka
peningkatan dan pemerataan Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
seluruh Indonesia.

51

Anda mungkin juga menyukai