Anda di halaman 1dari 9

8/2/22

DEFINISI
Presentasi Teori Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit berupa eritroskuamosa yang biasanya
terlihat di daerah kaya kelenjar sebasea termasuk skalp, wajah, dan badan daerah

DERMATITIS SEBOROIK intertriginosa. Gambaran pada DS akan terlihat seperti kulit bersisik warna merah
muda dan kadang-kadang berminyak dengan penyebaran lesi dimulai dari
derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan bentuk eritroderma.
Pembimbing: dr. Rita Maria, Sp. KK
Pada kulit kepala bayi biasanya dinamakan “cradle cap”
Penyaji: Sapphira Mazaya Salsabila
sebum+rrhea = seborrhea yang diartikan dari Bahasa latin sebagai peningkatan
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN sekresi dan pelepasan sebum secara tidak normal
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
PERIODE 4 JULI – 6 AGUSTUS 2022

Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221

EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI

Etiologi pada SD sebenarnya masih belum jelas. Namun terdapat faktor muktifaktorial
● Dapat terjadi di semua ras dan etnis dan yang mungkin berhubungan: (Endogen dan eksogen)
berdistribusi di seluruh dunia
● Prevalensi DS secara umum berkisar 3-5% Eksogen
kasus dengan lesi ringan berupa ketombe Endogen 1. Malassezia
memiliki angka 50% kasus 1. Peran kelenjar sebasea 2. Stress serta pola hidup, diet dan
● Pada kelompok HIV, angka kejadian DS lebih 2. Status imunologis pasien (seperti higienitas
tinggi dibandingkan populasi umum
pada pasien HIV/AIDS dan penyakit 3. Cuaca/iklim
● Jenis kelamin laki laki > perempuan
● Dapat terjadi pada semua usia, namun paling
Parkinson) 4. Obat-obatan (buspirone,
sering ditemukan pada bayi atau orang klorpromazin, simetidin, etionamid,
dewasa dengan umur 30-60 tahun flourourasil, griseofulvin,
haloperidol, litium, psoralen)

Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221
Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.
Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls. 2022 May 8. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

1
8/2/22

Adalsteinsson JA, Kaushik S, Muzumdar S, Guttman-Yassky E, Ungar J. An update on the microbiology, immunology and genetics of seborrheic dermatitis. Experimental dermatology. 2020 May;29(5):481-9.

Sekresi Lipid Skin barrier Eritema, skuama


terganggu MANIFESTASI KLINIS

Gejala pada DS dapat berlangsung kronis, persisten, dan berulang


Kolonisasi flora
Penurunan hasil
kulit: Malassezia Gejala akan terlihat lesi eksematosa ringan, skuama kuning berminyak yang kadang disertai
metabolisme sphingolipid: rasa gatal dan menyengat dengan predileksi pada:
Ceramide dan merusak Wajah, alis, lipat nasolabial, kelopak mata atas dahi, area postauricular, saluran
pendengaran dan daun telinga. Dapat muncul pada tempat lain: oksiput dan leher, dada,
structural keratinx punggung atas, atau umblikus
Sekresi lipase
Gambaran ketombe merupakan tanda awal dari DS.

Sekresi sitokin à Kadang kala pasien akan merasakan adanya rasa gatal dan menyengat

Aktivasi respon pro-inflamasi dan


inflamasi TNF-α PATOGENESIS Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221
Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

2
8/2/22

MANIFESTASI KLINIS
Keparahan dari manifestasi klinis DS bervariasi dari gejala ringan berupa eritema dan pruritus
hingga gejala berat berupa keluhan berminyak, skuama tebal dengan adanya sensasi
terbakar atau kesemutan

Tahap lanjut: plak eritematosa berkonfluensi, membentuk rangkaian plak di sepanjang batas
rambut frontal (korona seboroika)

Pasien dengan immunokompromais dapat datang dengan Pityrosporum folliculitis dan


Pityrosporum blepharitis

Selain itu, pada pasien dengan kulit yang lebih gelap à diskromia persisten dengan hiper atau
hipopigmentasi yang bervariasi.

Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221 c
Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

MANIFESTASI KLINIS PADA BAYI

DSI memiliki fitur yang relatif berbeda dengan DS pada dewasa

ISD biasanya muncul pada Biasanya mengenai daerah


minggu kedua kehidupan dan ISD tergambar sebagai kulit kepala frontal atau
cenderung berlangsung 4-6 erupsi kulit non-pruritus
vertex dan daerah tengah
bulan dan gejala akan membaik dengan skuama kering, wajah,
secara spontan dalam 6-12 tebal, melekat, dan dapat
bulan kehidupan. mengelupas disertai ruam 3
eritematosa pada daerah
1 intertriginosa

“Cradle cap”
2
Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls. 2022 May 8.
Eltis M. Seborrheic blepharitis. Clin Refract Optom[Internet]. 2010 [cited 2022 Jul 14];21(10–11):229–32
Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

3
8/2/22

HIV/AIDS DAN DERMATITIS SEBOROIK

• DS dapat muncul dalam pola yang luas dan refrakter pada pasien dengan
HIV/AIDS.

• Gejala klinis dapat diawali dengan adanya gambaran eritematosa seperti kupu-
kupu yang terlihat pada paisen lupus eritematosus sistemik

• Penyakit DS dapat digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi


perkembangan penyakit AIDS pada pasien à dikaitkan dengan penurunan
fungsi sel T dan gejala memburuk saat jumlah limfosit CD4+ menurun

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

Tidak ada gold standard, biasanya hanya ditegakkan


DIAGNOSIS berdasarkan anamnesis, gambaran morfologi khas
lesi eksema dengan skuama kuning berminyak di
area predileksi

Pada lesi yang tidak khas, dapat dilakukan:

Biopsi kulit

Dapat diamati berdasarkan tahapan dari penyakit: akut, subakut, dan kronik. Selain itu, dapat
dilakukan pemeriksaan biopsi kulit pada pasien DS dengan HIV karena akan tampak gabaran
yang khas.

Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan pemeriksaan KOH untuk menentukan apakah
terdapat pitirosporum folikulitis.

Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221
Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

4
8/2/22

TAHAPAN GAMBARAN

Akut dan Subakut Spongiosis ringan hingga sedang dengan hiperplasia


psoriasiform ringan, kerak folikulosentrik yang mengandung
neutrophil tersebar di ujung lubang folikel, ortokeratosis
dengan parakeratosis fokal, dan infiltrasi limfohistiositik
perivascular superfisial
Kronik Menunjukkan gambaran pola yang lebih intens dari
gambaran akut dan subakut dengan spongiosis minimal dan
pembuluh darah superfisial yang melebar à kadang mirip
dengan psoriasis sehingga harus jeli dalam melihat
gambaran histopatologi
DS pada HIV/AIDS Menunjukkan pola yang sangat parah seperti gambaran
parakeratosis yang luas, leukositosis, nekrosis keratinosit,
dan infiltrasi sel plasma perivascular superfisial.

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

Algoritma Diagnosis
DIAGNOSIS PADA DS INFAN
• Diagnosis sama seperti halnya pada dewasa, melalui morfologi lesi khas
pada bayi berdasarkan kriteria diagnosis dari Beare dan Rook.

Beare and Rook Criteria


Onset Awal (<6 bulan)

Ruam eritematosa disertai skuama pada kulit kepala,


daerah popok, dan intertriginosa

Tidak adanya pruritus

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

5
8/2/22

DIAGNOSIS BANDING

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.

SEBORRHOEIC DERMATITIS AREA SEVERITY


TATA LAKSANA INDEX (SDASI)
Pengobatan tidak menyembuhkan secara permanen namun hanya memperbaiki gejala dan
terapi dilakukan berulang saat gejala timbul kembali pada pasien. Prinsip pengobatan untuk
Dilakukan penilaian pada 3 area: Kulit Kepala, Wajah, Dada
mengurangi gatal dan eritema
Skor Area % luas gejala
Farmakologis Lokal DS
Skor EPS Derajat
Keparahan SDASI Derajat
• Pengobatan lini pertama non skalp dapat diberikan pengobatan topikal mencakup 1 ≤10% EPS
Keparahan DS
antijamur, antiinflamasi (kortikosteroid topikal dan inhibitor kalsineurin), dan keratolitik 0 Tidak ada
2 11-30% 0-7.9 Ringan
• Pemberian sampo pada lesi di scalp biasanya mengandung kombinasi bahan seperti 3 31-50% 1 Ringan 8-15.9 Sedang
pinus atau tar batubara (antipruritik/keratolitik), asam salisilat (keratolitik), ketokenalol,
zinc pirithione. 4 51-70% 2 Sedang >16 Berat

• Pengobatan oral menjadi pertimbangan untuk penyakit umum atau refrakter dengan 5 >70% 3 Berat

antijamur atau antiinflamasi


Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221 c
(PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017

6
8/2/22

Jenis Sediaan Pengobatan Non-Skalp

• Antijamur topikal
- Krim ketokonazol 2%, 2x1 selama 4 minggu
- Krim Ciclopirox 1%

• AIAFp:
- Krim piroctone olamin 2x1 selama 4 minggu

• Inhibitor kalsineurin topikal:


- Krim takrolimus 0.1%
- Krim pimekrolimus 1%

• Kortikosteroid topikal
- Potensi ringan: krim/salep hidrokortison 1% selama 2x1 selama 4 minggu
- Potensi sedang/berat: krim desonide 0.05%. Salep aklometason 0.05%

• Antijamur sistemik
- Itrakonazol 200 mg/hari
- Terbinafin 250 mg/hari
Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017
(PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017

Jenis Sediaan Pengobatan Daerah Skalp

• Sampo antijamur
- Sampo ketakonazol 1-2%, 2-3x/minggu

• AIAFp:
- Sampo piroctone olamin 2-3x/minggu

• Sampo lainnya:
- Sampo Selenium Sulfida 2.5%, 2-3 x/minggu
- Sampo Zinc Pyrithione 1-2%, 2-3x/minggu

• Kortikosteroid topikal
- Potensi ringan: linimentum dan solusi hidrokortison 1%, losion hidrokortison 0.1% (1x1 selama 4
minggu
- Potensi sedang: krim desonide 0.05%, salep aklometason 0.05%
- Potensi berat: sampo fluocinolone acetonide 0.01%/Sampo Klobetasol propionate 0.05%

Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017 Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017

7
8/2/22

• Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional yaitu


dengan terapi sinar ultraviolet-B (UVB) atau pemberian itrakonazol
100 mg/hari per oral selama 21 hari

• Bila masih tidak bisa membaik dengan semua modalitas, pada DS


yang luas dapat diberikan prednisolone 30 mg/hari untuk respons
cepat

Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221

TATA LAKSANA PADA DS INFAN EDUKASI NON MEDIKAMENTOSA


• Prinsip dasar sama seperti pengobatan pada pasien dewasa. 1. Menghindari faktor pencetus:
• AC/udara kelembapan rendah
•Jangan menggaruk lesi –> iritasi
• Ketika melibatkan area popok, penggunaan popok sekali pakai dan sering
•Hindari menggunakan bahan-bahan iritatif di tempat atau sekitar lesi
mengganti dapat mencegah bertambahnya gejala dengan membersihkan
•Menjaga higinitas kulit
menggunakan sabun dan senyawa tanpa alkohol
2. Mencari faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab
• Pada cradle cap dapat menggunakan minyak zaitun hangat untuk meluruhkan 3. Edukasi perjalanan penyakit
• Tujuan pengobatan dan hasil yang diharapkan
krusta disertai penggunaan sampo bayi, 2% sampo ketokonazol, dan krim 1-2.5%
• Lamanya terapi
hidrokortison
• Cara penggunaan obat, efek samping
• Relaps pengobatan
• Obat topikal antijamur (mikonazol) dan antiinflamasi (betamethasone 0.1%)
merupakan pilihan efektif 4. Pentingnya perawatan kulit dan hindari obat diluar resep

Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017

8
8/2/22

KOMPLIKASI PROGNOSIS
Dermatitis seboroik biasanya berlangsung jinak sehingga komplikasi yang serius jarang
terjadi

DEWASA INFAN
Sama seperti pasien Dewasa Infantil
Pasien dewasa dewasa dapat
dengan kasus yang menimbulkan infeksi
tidak diobati dapat sekunder Bonam
Bersifat kronis dan dapat relaps
mengakibatkan Bersifat self-limited
Quo ad Vitam: bonam
infeksi sekunder disease
Quo ad Functionam: bonam
bakteri maupun
Quo ad Sanationam: dubia ad
jamur
bonam

Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls. 2022 May 8. Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls. 2022 May 8.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adalsteinsson JA, Kaushik S, Muzumdar S, Guttman-Yassky E, Ungar J. An update on the microbiology,
immunology and genetics of seborrheic dermatitis. Experimental dermatology. 2020 May;29(5):481-9.
2. Eltis M. Seborrheic blepharitis. Clin Refract Optom [Internet]. 2010 [cited 2022 Jul 14];21(10–11):229–32
3. Jacoeb TN. Dermatitis Seboroik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan

TERIMA KASIH
Kelamin. 7th ed. Vol 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016, 213-221.
4. Widaty S, Bramono K, Kariosentono H, et al. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana
dermatitis seboroik [in Indonesian]. Jakarta: Central Communications; 2019. p.1-29.
5. International Journal of Women's Dermatology. 2019 Dec 1;5(5):314-9.
6. Suh DH. Seborrheic Dermatitis. Kang S, Amagai M, Brunckner AL, Alexander H, Margolis DJ,
McMichael MJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGrawHill; 2019, 428-437.
7. Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls. 2022 May 8.
8. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y, Siswati AS, Triwahyudi D, et al. Panduan Praktis Klinis.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Jakarta: PERDOSKI; 2017

Anda mungkin juga menyukai