Dermatovenereology 2020
anggiadmtr
be aware of typing mistakes, no proofreading was done, please do not distribute, for personal use only.
K Pengantar Blok
Fungsi Kulit
Proteksi : perlindungan gangguan fisik, mekanik, kimia (tekanan, gesekan, bahan iritan, panas,
infeksi), yang berperan adalah bantalan lemak, ketebalan lapisan kulit, melanosit, stratum
korneum yang impermeable thdp zat kimia dan air, pH kulit 5-6,5 untuk proteksi dari infeksi/
jamur, proses keratinisasi
Sensasi : corpuscle paccini (vibrasi), meissner (sentuhan), ruffini (tekanan), Krause (dingin),
merkel (sentuhan ringan)
Absorpsi : absorpsi inter sel, intrasel, muara saluran kelenjar (dipengaruhi ketebalan kulit,
hidrasi, kelembapan, metabolisme)
Eksresi : zat yang tidak berguna/ sisa metabolisme (CL, Na, urea, asam urat, ammonia),
sebum untuk meminyaki kulit dan mencegah evaporasi air terlalu banyak, kelenjar kulit
memproduks sebum dan keringat untuk menjaga pH 5-6,5
Pembentukan pigmen, regulasi suhu tubuh, proses keratinisasi
Struktur Kulit
Epidermis : lapisan kulit yang dinamis dan terus beregenerasi dan merespon rangsangan dari
luar dan dalam tubuh. Penyusun terbesarnya adalah keratinosit, dan terselip didalamnya ada
melanosit dan sel Langerhans, kadang sel Merkel dan limfosit. Lapisan epidermis terdiri dari
Stratum Korneum, Stratum Lusidum, Stratum Granulosum, Stratum Spinosum dan Stratum
Basale.
Dermis : jaringan dibawah epidermis yang memberikan ketahanan pada kulit, termoregulasi,
perlindungan imunologik dan ekskresi, dibentuk oleh serabut kolagen dan terdapat fibroblast
(memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen), makrofag (pertahanan
imunologik) serta sel mast.
Subkutis : jaringan lemak untuk mempertahankan suhu tubuh, cadangan energy dan bantalan
peredam trauma, sel lemak dibagi dalam lobus dan dipisahkan oleh septa.
Adneksa kulit : rambut, kelenjar ekrin (mengantur pelepasan panas, ekskresi air dan elektrolit,
mempertahankan pH), kelenjar apokrin (aktif saat pubertas, menyebabkan bau badan,
mengandung feromon) dan kuku.
Pemeriksaan Kulit
Inspeksi (Efloresensi) : gambaran proses patologis lokal kulit, prinsip (lokasi, morfologi, jumlah,
batas, bentuk, ukuran, susunan/ konfigurasi, distribusi)
Palpasi : perubahan warna, permukaan kasar/ halus, suhu kulit, nyeri tekan
Pemeriksaan sederhana : uji gores (kulit digores lalu timbul urtika/ edema setempat sesuai
goresan tersebut), Nickolsky test (untuk menilai epidermolisis)
Ukuran : miliar (jarum pentul), lenticular (biji jagung), gutata (tetesan air), numular (uang koin),
plakat (telapak tangan dewasa)
Susunan/ konfigurasi/ bentuk : linier (lurus seperti garis), sirsiner (cincin), arsiner (setengah
lingkaran), polisiklik (lesi arsiner bergabung), irisiformis (mirip iris mata), konfluens (dua/ lebih
lesi menyatu), korimbiformis (lesi seperti induk ayam dan anaknya mengelilinginya),
herpetiformis (beberapa lesi kumpul di satu tempat mirip herpes), monomorf (kelainan kulit 1
jenis morfologi), polimorf (kelainan kulit berbagai macam morfologi, seperti eritema vesikel
erosi), soliter (hanya 1 lesi)
Distribusi/ sebaran : regional (di 1 tempat), universalis (90-100% tersebar di tubuh),
generalisata (tersebar di setiap bagian tubuh, melebihi 50-90% luas permukaan tubuh),
bilateral (tersebar di kedua belahan tubuh), simetris (di kedua belahan tubuh dengan letak
bentuk dan besar yang persis sama), unilateral (di satu sisi badan), diskret (tersebar satu
persatu dimana-mana), serpiginosa (perjalanan lesi ke satu arah, diikuti penyembuhan di sisi
yang ditinggalkan)
Sistematika : morfologi (efloresensi primer/ warna), banyak (soliter/ multiple), batas (tegas/
tidak), ukuran, bentuk/ konfigurasi, distribusi
Lesi Kulit
Efloresensi primer : lesi kulit yang mulanya merupakan bentuk awal yang khas dari penyakit
kulit (macula, papula, nodus, vesikula, bula, urtika, tumor, kista, plak, abses)
Efloresensi sekunder : lesi kulit yang sudah mengalami perubahan, akibat proses penyakitnya
sendiri, pengobatan, garukan atau infeksi sekunder (skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus,
rhagade, parut, keloid, abses, likenifikasi, guma, hiperpigmentasi, hipopigmentasi)
Efloresensi khusus : kanalikuli, milia, komedo, eksantema, purpurik, lesi target, burrow,
teleangiektasis, vegetasi, roseola
Topical Corticosteroids Potency Chart
Kelompok Lesi Berdasarkan Letak Terhadap Permukaan Kulit
Sama Rata (Flat) Lebih Tinggi Lebih Rendah
Makula Papul Erosi
Perubahan warna kulit, batas Penonjolan permukaan kulit, Kelainan kulit karena
tegas, ukuran kurang dari 0,5 konsistensi padat, batas kehilangan jaringan (tidak
cm, karena pigmen kulit/ tegas, ukuran kurang dari melampai stratum basal),
melanin, vasodilatasi yang 0,5-1 cm, bentuk (kerucut/ biasanya karena garukan
menyebabkan hiperemi folikuler, kubah, kasar,
(eritema, kongesti vascular), bertangkai, umbilikasi, datar,
ekstravasasi eritrosit polygonal), warna (putih,
(petekiae ukurannya kurang mirip tembaga, kekuningan)
dari 3 mm, ekimosis
ukurannya lebih dari 1 cm,
purpura ukurannya 3-10 mm),
peleberan pembuluh darah
(telangiektasi)
Hipopimentasi
Plak Ekskoriasi
Papul yang melebar, infiltrate Bila garukan lebih dalam
padat, batas tegas dan datar, (hingga melebihi stratum
ukuran > 1 cm basal), akan terlihat bintik
pendarahan
Hiperpigmentasi
Nodus Ulkus
Massa padat batas tegas/ Hilangnya jaringan lebih dari
sirkumkrip, penonjolan ekskoriasi, memiliki tepi,
infilltrat kulit yang lebih besar dinding, dasar
dari papul (> 0,5 cm), jika < 1
Eritema
cm disebut nodulus, terletak
di epidermis/ subkutan
Vesikel Fistel
Ekimosis Gelembung di permukaan Saluran yang
Memar/ bercak biru-hitam kulit berisi cairan (serosa/ menghubungkan rongga di
pus), batas tegas, ukuran < bawah kulit dan luar tubuh
0,5 cm, bagian atap
umbilikasi
*ukuran > 1 cm
Bula Sinus
Vesikel > 0,5 cm, isi (bula Saluran yang terbentuk
purulent, bula hemoragik, dengan 1 bukaan saja
bula hipopion, bula
multilokuler)
Pustula Guma
Kavitas sirkumkripta/ batas Infiltrate sirkumskrip,
tegas yang meninggi pada menahun, destruktif dan
epidermis/ infundibulum yang biasanya melunak
berisi pus, bisa berbentuk
kerucut dan berisi rambut di
tengahnya, bisa terbentuk
halo eritema di sekitarnya
Kista
Ruangan berdinding dan
berisi cairan, tidak terbentuk
karena peradangan tapi bisa
mengalami radang, sumber
pembentukan (duktus
kelenjar yang menutup,
pembuluh darah), dinding
jaringan ikat kadang ada
epitel/ endotel isi cairan
kental/ setengah padat
Skuama
Stratum korneum terlepas
dari kulit, skuama kasar
(psoriasis, eritroderma), halus
(pitiriasis versikolor/ rosea),
kolaret (sisa atap vesikel/
bula yang pecah), tersusun
mirip genting (tinea imbrikata,
iktiosis lamelaris)
Krusta
Cairan tubuh yang mengering
di permukaan kulit, warna
kuning muda (serum), kuning
kehijauan (pus), hitam
(darah)
Vegetasi
Pertumbulan berupa
penonjolan bulat/ runcing
yang menjadi satu (erupsi
kulit yang tumbuh ke
permukaan), bisa dari
permukaan kulit/ ulkus,
bentuk (papilomatosa/ mirip
papil, veruciformis/
meruncing, verukosa/ seperti
parutan)
Contoh
Punggung atas tampak macula dan patch hipopigmentasi,
multiple, batas tegas, ukuran miliar sampai plakat, pada
permukaannya tampak skuama halus, powdery, bentuk bulat,
geografika, konfluen regional
Pipi kanan dan kiri tampak patch eritema batas tidak tegas
multiple, plakat, pada permukaan tampak erosi, sebagian
tertutup krusta berbentuk anular, bilateral simetris regional
Dada dan leher terdapat macula dan papula eritema, batas
tidak tegas, ukuran dari linier sampai plakat, konfluen regional
Dermatitis
Radang kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap faktor eksogen dan endogen
sehingga timbul kelainan klinis berupa efloresensi (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan gatal
Bisa disebut eczema
E : eksogen (bahan kimia, fisik, mikroorganisme, allergen, iritan, kelembapan), endogen
(gangguan imunologis, hormone, stress, genetic, keadaan kulit)
P : belum diketahui
S : gatal, tergantung stadium, bisa batas tegas/ difus, bisa penyebaran lokal/ generalisata/
universalis
Stadium :
Akut Sub akut Kronis
T : sesuai kausa, pengobatan sistemik (pada kasus ringan diberi antihistamin yang bisa juga
dikombinasikan dengan antiserotonin/ antibradikinin, sedangkan pada kasus berat diberi
kortikosteroid), jika dermatitis basah akut maka buat dia agak kering dulu, jika lesi kering maka
kronis sifatnya dan buat agak lembut dengan bahan yang berbasis minyak/ salep, topical (nacl
0,9%, kalium permanganas 1:10.000, kortikosteroid topical), sistemik (antihistamin,
kortikosteroid sistemik, antibiotic jika ada infeksi sekunder)
Dermatitis Kontak
Radang kulit karena terpapar kulit dengan bahan dari luar tubuh
Jenis : kontak iritan/ DKI (non imunologik, tanpa sensitisasi) dan kontak alergi/ DKA
(sensitisasi)
E : bahan hapten, bersifat lipofilik dan sangat reaktif, berat molekul rendah dan bisa
menembus stratum korneum hingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup
(formaldehyde, parfum, balsam peru, neomycin sulfat, cobalt dichloride, nikel, debu)
Patofisiologi :
1. Fase sensitisasi (saat kontak pertama allergen dengan kulit hingga limfosit mengenali dan
memberikan respon, hapten/ protein tidak lengkap masuk ke kulit dan berikatan dengan
protein lengkap sehingga membentuk antigen, antigen ditangkap dan diproses makrofag
dari sel Langerhans, sehingga memicu sensitisasi limfosit T
2. Fase elisitasi (saat pajanan ulang allergen sampai timbul gejala klinis, kontak ulang hapten
mengaktifkan sel efektor yang sudah mengalami sensitisasi sehingga mengeluarkan
limfokin yang menarik sel radang dan terjadi gejala klinis)
S : gatal, tergantung lokasi dan tingkat keparahan
Stadium :
1. Akut (bercak eritematosa batas tegas, diikuti edema, papulovesikel, vesikel/ bula, vesikel/
bula yang pecah menyebabkan erosi dan eksudasi/ basah)
2. Kronis (kulit kering, ada skuama, papul, likenifikasi, bisa ada fissure, batas tidak tegas)
DKI DKA
Keluhan subyektif Terbakar, sakit, nyeri Gatal
Bahan penyebab Iritan Alergen
Sifat lesi Decresendo Cresendo
Lokasi lesi Daerah terpapar Meluas
Fase sensitisasi, Fase
Waktu Akut (kuat), kronis (lemah)
elisitasi 24-48 jam
Efloresensi Nekrosis (kuat) Pustul, nekrosis (jarang)
Reaksi imunologis Tidak Ya (RH tipe IV)
Tes tempel decresendo cresendo
Dermatitis Atopik
Radang kulit yang ditandai dengan rasa gatal dan perjalanan kronis/ kumat-kumatan, kadang
disertai asma
E : multifactor (genetic, lingkungan, barrier kulit, sistem imun), berkaitan dengan penyakit atopi
(asma bronkial, rhinitis alergi, urtikaria, hay fever)
Patofisiologi dermatitis atopic : kadar IgE dan jumlah eosinophil darah perifer penderita
meningkat, kromosom 5q31-33 mengandung kumpulan famli IL3,IL4, IL13 dan GN CSF yang
di ekspresikan TH2, IL4 berperan pada ekspresi dermatitis atopic, kadar seramid menurun dan
mempengaruhi kelembapan kulit (TEWL meningkat) sehingga kulit kering
Lesi lebih kering, sering di fossa Lesi mirip dengan fase anak
Macula eritema, antecubital, popliteal, (papul/ plak eritema, skuama),
vesikel oozing, krusta pergelangan tangan, cenderung manifestasi bisa kronis
pada pipi (simetris), kronis (disertai hyperkeratosis & (hyperkeratosis & pigmentasi,
meluas ke kepala, dahi pigmentasi, erosi, ekskoriasi, erosi, ekskoriasi, krusta dan
hingga ekstremitas krusta dan skuama) skuama), predileksi di
bagian volar/ekstensor antecubital, popliteal, leher,
ekstremitas fleksor
Recurrent conjunctivitis
Keratokonus
Cheilitis
Xerosis
Radang kulit kronis ditandai dengan lesi bentuk uang koin/ lonjong, batas tegas, efloresensi
papulovesikel yang mudah pecah dan oozing/ basah.
E : infeksi fokal (gigi, ISPA), allergen lingkungan (dust, mites, candida), kekeringan kulit lansia,
obat (isotretinoin), Hepatitis C yang diterapi interferon
P : belum diketahui
S : sangat gatal
Px Fisik (kuliah) : predileksi (tungkai bawah, ekstensor lengan, dorsum manus), lesi primer
(diskret, bentuk koin, eritematous, edema, papulovesikel dan krusta)
Px Fisik (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : lesi akut berupa plak eritematosa bentuk koin dengan
batas tegas yang terbentuk dari papul dan papulovesikel yang berkonfluens, nanti vesikel akan
pecah dan terjadi eksudat bentuk pinpoint, eksudat lalu akan kering jadi krusta kekuningan,
leisi bisa ditemukan di ekstensor ekstremitas, badan, dan bisa karena trauma (fenomena
Koebner)
Radang kronis pada kulit yang sangat gatal, bisa disebut neurodermatitis sirkumkripta, bersifat
kronis residif
E : tidak diketahui pasti, diduga dipengaruhi faktor panas, iritasi, lingkungan, emosional, atopi
S : kulit tebal, sangat gatal (bertambah saat berkeringat, iritasi oleh pakaian), garukan
berulang
Px fisik : satu/ banyak plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi/ penonjolan/ mirip batang kayu,
skuama, ekskoriasi (letak di kepala, leher, pergelangan kaki, ekstensor ekstremitas, skrotum,
labia mayora)
DD : eksema atopic likenifikasi, psoriasis likenifikasi, planus hipertrofi likenifikasi
T : stop skilus gatal garuk, kortikosteroid topical potensi tinggi, antihistamin sedative, emolien,
capsaicin, calcipotriene, tacrolimus, cryotherapy, UVB, UVA
Napkin Eczema
Dermatitis yang disebabkan karena penggunaan popok (bisa karena iritasi bahan popok,
gangguan flora normal)
E : multifactorial, jarang ganti popok, lokasi lembap/ basah, gesekan (merusak barrier), fungsi
barrier turun, iritasi, kontrak urine/ feses, kontak enzim digestif (fecal proteolitik dan lipolitik),
pH kulit meningkat, superinfeksi (candida, bakteri)
Px Fisik : lesi di lipatan kulit, ada erosi, ulserasi, ujung penis iritasi dan berkrusta, sering
kencing dan ada bercak darah, lesi satelit berupa papul eritema/ pustule di perifer lesi utama
Urtikaria Akut
Reaksi vascular kulit yang ditandai edema setempat yang cepat timbul dan menghilang
perlahan, warna pucat kemerahan, meninggi di permukaan kulit dan sekitarnya ada halo
E : stress, genetic, alergi makanan, allergen dari lingkungan, obat, penyakit sistemik, gigitan
serangga, trauma fisik, infeksi/ infestasi, bahan fotosensitizer, inhalan
Jenis :
1. Spontan : tidak ada faktor pencetus (akut/ kurang dari 6 minggu, kronis/ lebih dari 6
minggu)
2. Fisik : ada faktor pencetus (kontak dingin, kontak panas, demografik/ tekanan/ goresan
mekanis, solar/ sinar UV, delayed pressure/ karena tekanan vertical dan timbul setelah 3-
12 jam, vibratori/ getaran)
3. Tipe lain : aquagenik/ air, kolinergik/ peningkatan suhu tubuh karena olahraga, kontak/
kontak dengan bahan tertentu, induksi olahraga
Patofisiologi : pelepasan mediator (histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of
anaphylaxis/ SRSA dan prostaglandin dari sel mast/ basophil menyebabkan vasodilatasi dan
permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi transudasi cairan yang mengumpul secara
lokal. Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria akut (IgE menempel di permukaan sel
mast/ basophil karena ada reseptor Fc dan jika terjadi degranulasi sel maka terjadi pelepasan
mediator)
S : gatal, sensasi terbakar, tertusuk
Px Fisik : eritema dan edema setempat terbatas, kadang di bagian tengah lebih pucat,
umumnya hilang dalam 1-24 jam
Prognosis : urtikaria akut (umumnya baik dan hilang dalam 24 jam dan tidak pernah
menimbulkan kematian kecuali disertai angioedema saluran nafas atas)
Urtikaria Kronis
Tinea/ Dermatofitosis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit
Dermatofita : kelompok jamur (Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton) yang menempel
pada keratin rambut, kuku, dan jaringan tanduk manusia dan binatang dan menggunakannya
sebagai sumber nutrisi
Klasifikasi jamur (habitat alami) : anthropophilic (host manusia, epidemic, penularan dengan
kontak langsung/ sisir/ handuk/ topi, inflamasi ringan/ tidak ada), zoophilic (host binatang,
menular ke manusia lewat kontak langsung, inflamasi akut dan berat), geophilic (tanah
sebagai host, inflamasi berat)
P : jamur menempel di kulit dan tumbuh jika keadaan kulit sesuai dan adanya faktor risiko,
jamur mengeluarkan enzim keratolitik dan tumbuh subur, keratin dihancurkan dan jamur
bertambah sehingga semakin banyak enzim keratolitik yang dihasilkan dan memungkinkan
untuk meluasnya penyakit
Px Penunjang : KOH 10-20%,kultur (saboruraud’s dexterous agar, potato dexterous agar),
lampu wood
Px KOH (hifa panjang bersepta)
Px Kultur
Px Lampu Wood
Tinea Kapitis
Bisa disebut tinea tonsurans, dermatofitosis yang terjadi di rambut dan kulit kepala
E : trichophiton dan microsporum (kontak langsung)
Jenis infeksi : ektotriks (spora diluar akar rambut krn m. canis, m. gypseum, t. equinum, t.
verrucosum), endotriks (spora didalam akar rambut krn t. tonsurans, t. violaceum), favus (kulit
kepala berskuama, krn t. schoenleini)
Gambaran klinis : ada tiga jenis (non inflamasi, black dot, inflamasi)
Jenis non inflamasi : gambaran gray patch ringworm, E (antrofilik spt m. auduoinii, m.
ferrugineum, Px Fisik (alopesia non skar dengan dominan skuama, rambut kusam warna abu/
diskolorasi dan mudah patah), Px Penunjang (wood lamp warna kehijauan)
Jenis black dot : E (antrofilik seperti t. tonsurans, t. violaceum), Px Fisik (rambut patah tepat
pada sclap dan ada bintik hitam/ black dot, masih ada rambut normal diantara black dot,
skuama difus, inflamasi minimal, bisa terlihat pustule/ nodul/ massa)
Jenis inflamasi : E (zoofilik/ geofilik spt m. canis, m. gypseum, t. verrucosum), S (kulit kepala
gatal dan nyeri), Px Fisik (reaksi inflamasi menyebabkan adanya pustule, furunkelosis, kerion,
scarring alopecia, limfadenopati servikal posterior)
DD : paling mungkin (dermatitis seboroik/ kontak, psoriasis plak/ pustule, dermatitis atopic,
pioderma bacterial, folikulitis decalvans, lichen planopapilaris, selulitis diseksi pada kulit
kepala), mungkin (alopesia areata, trichotillomania, pseudopelade), rule out (lupus
eritematosus kutan subakut, sifilis)
Tine Barbae
Tinea yang terdapat pada dagu dan diatas bibir
Jenis superficial : E (t. violaceum), Px Fisik (inflamasi ringan, pada tepi aktif ada papul dan
pustule diatas kulit eritema), infeksi berulang dapat menyebabkan alopesia
Jenis inflamasi : E (t. interdigitale yang zoofilik, t. verrucosum), Px Fisik (nodul edema
kemerahan dengan pustule, rambut pada lesi tampak kusam dan mudah lepas, nodul dapat
bergabung membentuk abses, sinus dan scarring alopesia)
Tinea Korporis
Tinea yang megenai area kulit tidak berambut kecuali telapak tangan, kaki dan pangkal paha
E : t. rubrum, epidermophyton floccosum, t. intermediate, m. canis, t. tonsurans (penularan
dengan kontak langsung)
DD : paling mungkin (eritema anular centrifugal, eczema numular, psoriasis, tinea versicolor,
lupus eritematosus kutan subakut, candidiasis kutan), mungkin (dermatitis kontak/ atopi,
pitiriasis rosea, dermatitis seboroik), rule out (mikosis fungoides, parapsoriasis, sifilis
sekunder)
Tinea korporis gladiatorum : E (t. tonsurans), sering pada pegulat, tipe (anular, polisiklik,
psoriasform)
Jenis :
Tipe Anular Tipe Polisiklik Tipe Psoriasiformis
Bentuk klasik, tampak Tampak macula eritema Bentuk mirip lesi psoriasis
ringworm (macula eritema bentuk polisiklik dengan tepi
dengan tepi berskuama) meninggi
Tinea Imbrikata : E (t. concentricum), sering di negara timur jauh, pasifik selatan dan amerika
tengah/ selatan, Px Fisik (plak hiperpigmentasi dengan skuama kalus tersusun konsentris)
Majocchi’s Granuloma : infeksi superficial folikel rambut, E (t. rubrum, t. interdigitale, m. canis),
FR (shaving, penggunaan steroid di daerah infeksi, imunocompromised ), Px Fisik (nodul dan
papul berskuama pada folikel rambut yang tersusun anular)
Tinea Kruris
Dermatofitosis pada pangkal paha, area genitalia, pubis, perineal dan perianal
E : t. rubrum, e. floccosum, t. interdigitale, t. verrucosum
Px Fisik : tampak macula eritema dengan skuama tipis dan tepi meninggi
Tinea Pedis
Dermatofitosis pada kaki
E : t. rubrum, t. interdigitale, e. floccosum
DD : mungkin (pitiriasis rubra papilaris), rule out (reaktif arthritis)
Jenis : interdigitalis, hiperkeratotik kronis/ moccasin, vesikobulosa, ulseratif akut
Jenis interdigitalis : paling sering, Px Fisik (skuama, eritema pada tempat infeksi, maserasi
kulit interdigital dan subdigital yang meluas ke telapak kaki), co infeksi bakteri (seperti
pseudomonas, proteus dan s. aureus bisa menyebabkan erosi interdigital, gatal dan bau
busuk, biasanya disebut athlete’s foot), DD (erosion interdigitalis blastomycetica, eritrasma, co
infeksi bakteri)
Jenis hiperkeratotik kronis/ moccasin : E (t. rubrum, e. floccosum, t. interdigitale), Px Fisik
(macula eritema dengan skuama difus pada telapak kaki meluas sampai ke lateral dan
medial), DD (dyshidrosis, psoriasis, dermatitis kontak/ atopi, keratoderma herediter/ acquired)
Jenis ulseratif akut : E (superinfeksi zoofilik t. interdigital dengan bakteri gram negative), Px
Fisik ( vesikel, pustule, ulkus purulent di telapak kaki, sering terjadi selulitis, limfangitis,
limfadenopati, demam)
Tinea Manuum
Dermatofitosis pada tangan
Px Fisik : non inflamasi, skuama kering difus, pada infeksi zoofilik (vesikel, pustule, eksfoliasi),
Sering bersamaan dengan tinea pedis tipe moccasin dan onikomikosis
Sindrom dua kaki satu tangan (tinea manuum dan pedis bersamaan), karena t. rubrum
PSO : E (t. rubrum, t. megninii), Px Fisik (kuku proximal warna krim gelap, subungual
hyperkeratosis, leukonychia, proximal onycholysis, destruksi seluruh kuku), bisa meluas ke
seluruh kuku
T : cukur rambut yang terinfeksi, azol topical, antijamur sistemik untuk mengurangi rekurensi
(itraconazole)
Pitiriasis Versikolor
Panu, tinea versicolor
E : malassezia furfur
Faktor predisposisi : exogen (suhu, udara lembap, daerah tropis, pakaian, peningkatan
konsentrasi CO2, mikroflora, pH), endogen (malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing,
terapi imunosupresan, hyperhidrosis, riwayat keluarga terinfeksi
S : gatal di lesi, hipopigmentasi
Macula hipopigmentasi terjadi karena cahaya matahari terhambat ke lapisan kulit, ada toxin
yang menghambat pembentuk melanin, asam azeleat yang dihasilkan pitirosporum dari asam
lemak menjadi inhibitor kompetitif tirosinase
Px Fisik : lesi di badan, lengan, bercak warna-warni, bentuk tidak teratur/ teratur, batas jelas/
difus, pada kulit terang (lesi macula coklat muda dengan skuama halus di permukaan), pada
kulit gelap (bercak hipopigmentasi/ versicolor)
DD : paling mungkin (pitiriasis alba, pitiriasis rosea, dermatitis seboroik, infeksi dermatofita),
mungkin (eritrasma, vitiligo, psoriasis, pitiriasis rubra papilaris, papilomatosis konfluen/
reticulated Gougerot & Carteaud), rule out (sifilis sekunder, mikosis fungoides hipopigmentasi)
Px Penunjang : KOH 10% (ditemukan sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar
dan sering terputus-putus/ pendek-pendek, penampakan spageti and meatball), wood lamp
(fluoresensi kuning emas sampai orange)
Kandida Intertriginosa : predileksi (genitocrural, gluteal, interdigital, infra mammae, antara jari
dan aksila), predisposisi (DM, obesitas, pakaian terlalu ketat), S (gatal, kemerahan), Px Fisik
(bercak merah eritema dengan maserasi, plak tipis dengan lesi satelit vesikopustul, pustule
bisa membesar dan pecah sehingga dasar eritema tertutup skuama yang mudah lepas dan
menimbulkan maserasi dan fisura), Px Penunjang (KOH, kultur), T (antifungal topical seperti
clotrimazole, econazole, ciclopirox, miconazole, ketoconazole, nystatin, terapi sistemik pada
imunocompromised atau infeksi yang luas dan berat)
Hasil Px KOH : budding yeast cells, spora seperti angka 3 dengan atau tanpa pseudohifa,
seperti untaian sosis
T : oral (ivermectin dosis tunggal 200 μg/kg berat badan, oral albendazol 400 mg setiap hari
selama 5-7 hari, tiabendazol 50 mg per kg berat badan selama 2-4 hari), topical (tiabendazole
10-15% 3x/ hari selama 5-7 hari), antibiotic jika ada infeksi sekunder, cryotherapy dengan dry
ice (penekanan 45 detik – 1 menit selama 2 hari berturut-turut), nitrogen liquid, semprot kloretil
sepanjang lesi
Pencegahan : hindari FR
Prognosis : self limiting, lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati sembuh dalam 4-8 weeks,
terapi farmako memperpendek perjalanan penyakit
Filariasis
Penyakit menular karena cacing filaria
E : nematode family filariidae
Jenis filarial (host habitat cacing dewasa) : grup kutan (loa loa, onchocerca volvulus,
mansonella streptocerca), grup limfe (w. bancrofti, brugia malayi, brugia timori), grup rongga
tubuh (m. perstans, m. ozzardi)
Filariasis kutan :
1. Loa loa : endemik di afrika tengah dan barat, E (gigitan lalat chrysops), S (4-24 bulan
setelah infeksi, mikrofilia terdeteksi 5-6 bulan setelah infeksi, calabar swelling/ angioedema
karena migrasi cacing dewasa lewat jaringan subkutan yang timbul 1 tahun setelah infeksi,
nyeri dan gatal di sendi ekstremitas selama 2-4 hari dan rekuren, lemas, nyeri otot,
atralgia), cacing dewasa hidup selama 20 tahun di host manusia, Px Fisik (creeping
eruption), Px Penunjang (lab : eosinophilia perifer, leukositosis, pengingkatan Ig E), T
(diethylcarbamazine)
Pedikulosis Kapitis
Penyakit kulit kepala karena infestasi ektoparasit obligat (tungau/ lice)
E : pediculus humanus vas. capitis (family pediculidae)
Sering pada anak usia 3-11 tahun
Menular dengan kontak langsung/ benda
S : gatal
Px Fisik : macula eritema, papula, erosi karena garukan, limfadenitis
Terapi :
Pedikulosis Pubis
Infeksi pedikulosis di pubis dan sekitarnya, merupakan penyakit hubungan seksual
E : phthirus pubis
S : gatal di pubis
Px Fisik : ekskoriasi di pubis, macula serulae, black dot di celana dalam, bisa juga limfadenitis
jika ada infeksi sekunder
DD : scabies
T : obati infeksi sekunder dulu jika ada, gameksan 1%, emulsi benzil benzoat 25%, permethrin
1%, lindane lotion, pengobatan partner sexual, pencucian pakaian dengan air panas dan
disetrika
Skabies
Penyakit kulit karena tungau
E : sarcoptes scabei var. hominis (menular langsung kulit-kulit, tidak langsung lewat benda)
Sering pada daerah soseko rendah, hygiene buruk, pada hubungan seksual ganti pasangan
S : pruritus nocturnal/ gatal malam hari
Px Fisik : ada terowongan, ditemukan tungau, menyerang berkelompok
DD : prurigo, gigitan serangga, folikulitis
Terapi :
Px Penunjang (jarang) : DL (leukopenia), serologi (igM dan igG anti measles), PCR,
ELISA, RT-PCR
T : suportif (bedrest, analgetik, anti piretik, nutrisi, hidrasi), vitamin A 200.000 unit/ hari
selama 2 hari (untuk bayi 6-24 bulan, anak imunodefisiensi, malnutrisi), antibiotic untuk
infeksi sekunder, vaksinasi (anak 12 bulan, 2 dosis)
Komplikasi (terutama pada anak dibawah 5 tahun dan dewasa diatas 30 tahun) : OMA,
laringotracheobronchitis, pneumonia, gastroenteritis, hepatitis, ensefalitis,
trombositopenia)
Lupus Eritematosus
Spectrum penyakit yang berhubungan dengan pola autoimun seluler dan humoral dengan
kelainan mulai dari pada kulit (cutaneous lupus) hingga mengancam nyawa (systemic lupus
erythematosus)
Lupus Eritematosus Kulit
Jenis lesi kulit :
1. Lesi akut/ ACLE : sering dihubungkan dengan keterlibatan sistemik/ SLE, di wajah, meluas
3. Lesi kronis/ CCLE : jarang ada keterlibatan SLE, discoid (lokal, meluas, hipertrofik), lupus
panniculus, LE tumidus
Lesi lupus pada bibir dan lesi lupus eritematosus hipertrofi pada bibir
Systemic Lupus Erythematosus/ SLE
Predisposisi : riwayat keluarga, paparan sinar matahari, obat
S : gatal dan terbakar di kulit, lemah, demam, BB turun, malaise, arthralgia, artritis, nyeri
abdomen, keluhan pada saraf
Px Fisik : demam, lesi kulit, arthritis, di kulit (ACLE, SCLE)
Px Penunjang : histopatologi (atrofi epidermis, degenerasi liquefaksi epidermis dan dermis,
edema dermis, infiltrate limfosit di dermis, degenerasi fibrinoid di jaringan ikat dan pembuluh
darah), imunofluresens (deposit granuler) globular imun reaktan pada dermal-epidermal
junction), darah (anemia/ leukopenia/ limfopenia/ trombositopenia, LED naik), urin (persisten
proteinuria, casts), serologis (ANA)
T : kortikosteroid oral/ topical, imunosupresan, sunblock
Kriteria SLE :
Erupsi Obat
Reaksi alergi pada kulit/ mukokutan karena obat (terjadi jika seseorang memiliki
hipersensitivitas thdp obat tertentu)
E : obat baru yang digunakan dalam rentang 8 minggu sebelum reaksi muncul
P : belum diketahui
Diagnosis : anamnesis dan manifestasi klinis
Morfologi klinis : erupsi obat makulopapular (exanthema morbiliformis), fixed drug eruption,
erupsi urtikaria, reaksi obat vesikobulosa (SSJ & TEN)
Px Penunjang : DL, urinalisis, renal & liver function test
T : hentikan obat penyebab
Erupsi Obat Makulopapuler
Reaksi obat paling umum yang ditandai dengan macula dan papul eritema di seluruh tubuh
E : obat antikejang, sulfonamide, penicillin, nevirapin
Hypersensitivity syndrome reaction/ HSR : erupsi obat makulopapuler yang disertai
keterlibatan organ internal seperti hepar, ginjal dan CNS
DD : viral exanthema, pityriasis rosea, dermatitis kontak alergi
T : eliminasi obat yang dicurigai menjadi penyebab, steroid oral (metilprednisolon 8 mg x 3),
antihistamin, bedak topical asam salisilat
Fixed Drug Eruption
Terjadi pada tempat yang sama setiap terpapar obat dan bertambah berat
50% kasus di oral dan genital
E : ibuprofen, sulfonamide, tetrasiklin, naproksen
S : lesi terasa perih/ seperti tersengat/ terbakar
Px Fisik : lesi macula eritema keunguan, soliter/ multiple, kadang ada vesikel/ bula, pada
generalized bullous FDE (lesi banyak dan ada bula), terjadi hiperpigmentasi setelah fase akut
T : eliminasi obat, steroid oral (metilprednisolon 8 mg x 3), antihistamin, steroid topical
Eritema Multiform
Erupsi kulit lokal dengan keterlibatan mukosa minimal/ tanpa keterlibatan mukosa
Kondisi kulit akut, self limited dan kadang berulang, termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV
E : infeksi, obat dll.
Onset sering simetris berupa macula kemerahan, papul terus berkembang menjadi target
lesion yang tipikal (bagian central nekrosis atau vesicular, dikelilingi edema pucat diluarnya
dan daerah eritema, disebut target lesion
Papul berkembang menjasi lesi iris dalam 72 jam dari ekstremitas, lesi menetap setidaknya 7
hari sebelum sembuh
P : 90% karena virus (HSV1 > HSV2), mycoplasma, pneumonia, 10% karena obat
(sulfonamide, TNF alpha inhibitor, radiasi, idiopatik)
Px Fisik : lesi “target” di ekstremitas
EM Mayor : gangguan lebih berat dan mengancam nyawa, melibatkan 1/ lebih selaput lender,
mengenai 10% luas area tubuh, sering karena obat
T : simptomatis, untuk kasus berat pertimbangkan steroid sistemik
Prognosis : onset akut lebih dari 24 jam bisa berkembang ke seluruh tubuh dalam 72 jam dan
akan sembuh tanpa cacat dalam 2 minggu, EM mayor sering ada komplikasi seperti ke mata
Eritrasma
Infeksi superfisial kronis, intertriginosa kulit
E : corynebacterium minutissimum (flora normal, bakteri lipofilik, gram positif tanpa spora,
aerob)
Menyerang 1/3 bagian atas stratum korneum
FR : panas dan lembap, daerah tropis, keringat berlebih, gemuk, DM, hygiene buruk, lansia,
imunocompromised
P : bakteri di ruang antar sel dan ekstra sel, melarutkan fibril keratin
S : asimptom, kadang gatal
Px Fisik : patch/ macula coklat merah, batas tegas, sisik halus, likenifikasi, hiperpigmentasi,
lokasi sering di kruris, skrotum, celah interdigital keempat
Px Penunjang : KOH (negative)
DD : PVC/ pitiriasis versicolor, pruritus ani, dermatitis seboroik
Prognosis : baik, pada imunocompromised yang jinak bisa jadi invasive
Henoch Schoenlein Purpura (dari Buku Ajar Dermatologi FKUI)
Disebut sindrom Schoenlein jika disertai nyeri sendi dan disebut sindrom Henoch jika disertai
gejala GI dan urinaria, jika kelainan terbatas disebut purpura simpleks
Vaskulitis leukositoklastik/ purpura anafilaksis/ alergik : kelainan karena reaksi antigen
antibody di dekat endotel pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan permeabilitas
dinding baskular dan dilatasi
Sindrom Henoch-Schoenlein sering pada anak 3-10 tahun dengan pencetus infeksi virus,
bakteri, alergi makanan, aspirin, zat warna azo, benzoate dalam makanan
Px Fisik : purpura yang teraba, eritema, edema, urtikaria, bula
Px Penunjang : imunologi (kompleks IgA dan IgG meningkat)
T : kortikosteroid, analgesic, antispasmodik
Henoch Schoenlein Purpura (dari kuliah)
Gangguan immunoglobulin A akut yang ditandai dengan vaskulitis menyeluruh yang
melibatkan pembuluh darah kulit, GI, ginjal dan sendi
S : prodromal (sakit kepala, demam, anorexia, selanjutnya pada kulit ada purpura yang sering
di kaki, nyeri perut, muntah), kadang bisa nyeri sendi lutut dan wrist, edema subkutan, edema
skrotum
Purpura anafilaktoid : vaskulitis yang melibatkan pembuluh darah kulit dan seringkali ginjal, S
(ruam kulit keunguan terutama di bokong, ekstremitas bawah ekstensor, nyeri sendi, kadang
kram perut), sering pada musim semi, mengikuti ISPA, sering pada anak
Px Penunjang : kultur swab tenggorokan, urinalisis, renal function test, biopsy kulit dan ginjal
(tanda vasculitis), imunoflorescen (deteksi antibody IgA)
T : antiinflamasi untuk nyeri sendi (ibuprofen, aspirin), kelainan perut/ ginjal (steroid), tekan
sistem kekebalan tubuh (siklofosfamid, azathioprine, mycophenolat mofetil)
Prognosis : baik, bisa rekurensi
Komplikasi : sakit perut, pendarahan GI, gg ginjal pada adults
Sifilis Stadium II (dari Buku Ajar Dermatologi FKUI,di kuliah tidak ada)
Sifilis adalah penyakit infeksi karena treponema pallidum
Stadium sekunder/ stadium II timbul setelah 6-8 minggu sejak stadium I (bisa berlangsung
sampai 9 bulan)
S : anoreksia, bb turun, malaise, nyeri kepala, demam tidak tinggi, atralgia, kelainan kulit yang
menyerupai berbagai penyakit kulit (the great imitator)
Kelainan kulit yang basah/ eksudatif sifatnya menular, yang kering tidak terlalu menular
Bentuk yang sangat menular : kondiloma lata dan plaque muqueuses
Kelainan kulit pada sifilis stadium II tidak gatal dan sering disertai limfadenitis generalisata
Bentuk lesi :
1. Roseola (lesi pertama yang muncul, eritema macular, berbintik/ bercak, warna merah
tembaga dengan bentuk bulat/ lonjong)
2. Papul (sering ditemui, bulat, , bisa berskuama di pinggir, jika papul menghilang
meninggalkan bercak hipopigmentasi/ leukoderma koli/ collar of venus)
3. Pustule (jarang, awalnya banyak papul yang menjadi vesikel dan jadi pustule)
4. Bentuk lain (banyak papul, pustule dan krusta yang berkonfluensi sehingga mirip impetigo,
karena itu disebut sifilis impetiginosa)
K4 Kulit Kemerahan dan Bersisik/ Ketombe
Psoriasis Vulgaris
Inflamasi kronis kulit, bersifat kronis residif (menahun dan kambuh)
E : genetic (insiden meningkat pada individu dengan riwayat psoriasis di keluarga, berkaitan
dengan HLA tertentu)
Pencetus : stress fisik, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol,
merokok
Sering berhubungan dengan celiac disease, limfoma, penyakit metabolic dan cardiovaskular
P : gangguan proliferasi dan differensiasi dari epidermis, gangguan biokimia dan imun,
kelainan vascular, proliferasi terjadi karena keterlibatan mediator inflamasi yang kompleks (T-
helper/ Th1 dan Th17)
Histopatologi : penebalan epidermis, perpanjangan rete ridge, peningkatan dilatasi, pembuluh
darah dermis berkelok, infiltrate mononuclear meningkat
Px Fisik : sering terjadi psoriasis vulgaris (plak/ macula eritema dengan skuama tebal),
predileksi di kulit kepala, permukaan ekstensor ekstremitas, punggung, umbilicus dan sacrum,
lesi terdistribusi simetris, bisa ke sendi (disebut psoriasis arthritis)
Gambaran klinis di kuku (pitting nail, onikolisis distal, oil spot/ salmon patches)
2. Psoriasis inversa : bentuk khusus, lesi di area lipatan, celah dan permukaan fleksor
(telinga, axilla, paha, inframammae, umbilicus, lipatan intergluteal)
3. Psoriatic arthritis : keterlibatan sendi interfalang distal yang asimetris dengan kerusakan
kuku, arthritis mutilans dengan osteolisis pada phalang dan metacarpal, polyarthritis
simetris, mirip rheumatoid arthritis dengan claw hand, ankylosing spondilosis saja atau
dengan arthritis perifer, oligoarthritis dengan pembengkakan dan tenosynovitis pada satu
atau bbrp sendi tangan
4. Guttate psoriasis : lesi “water drops” ukuran 2-5 mm, erupsi tiba-tiba, diawali infeksi akut
strep. pharyngitis, sering pada usia dibawah 30 tahun, T (UVB dosis erythemogenic, jika
rekuren beri dikloksasilin 4 x 250 mg selama 10 hari, rifampin 1 x 600 mg)
*terapi topical yang sering adalah glukokortikoid/ steroid (lini pertama untuk psoriasis ringan
dan sedang), perbaikan dalam 2-4 minggu, dan diikuti terapi intermitten, hati hati pada
penggunaan steroid topical super poten karena bisa menyebabkan atrofi, telengiektasis dan
striae, serta pada penggunaan jangka panjang ditemukan takifilaksis
Dermatitis Seboroik
Lesi papuloskuamous kronis pada area banyak kelenjar sebasea, ditandai dengan adanya
plak dengan skuama kuning dan berminyak
Pada infant biasanya self limiting, pada orang dewasa kronis
E : genetic (mutasi ZNF750 yan mengkode C2H2), imunologi (peran IL10, menurunkan IL2
dan IF gamma), fisik (kelembapan dan suhu udara), microbial (malessezia, pityrosporum
ovale), obat (griseofulvin, cimetidine, lithium, methyldopa, arsenic, goldm auranofin), nutrisi
(defisiensi zinc), sering dihubungkan pada penyakit seperti parkinson, HIV/AIDS, DM, epilepsy
Histologi : akantosis teratur pada epidermis dengan penipisan suprapapillary, spongiosis
dengan derajat bervariasi dan eksitosis limfosit, khasnya ada skuama fokal yang dekat dengan
ostium folikular
Jenis :
1. Dandruff/ pityriasis sicca : bentuk ringan, skuama kering
2. Pityriasis steatoides : skuama tebal berminyak
3. Pada infant 3 minggu – 3 bulan : di vertex, macula eritema dengan skuama kuning
kecoklatan, oozing
4. Leiner : pada bayi, yang meluas pada bayi hingga menutupi seluruh tubuh (eritroderma)
5. Pityriasis amiantacea : dengan skuama putih perak
6. Pada penderita HIV/ AIDS : seperti lupus eritematosus, macula eritema dengan skuama
yang awalnya lesinya di facial dan meluas ke dagu, dada dan daerah lainnya)
S : gatal
Px Fisik : predileksi (scalp, kelopak mata dan alis, lipatan nasolabial, submammae, sternum,
axilla, umbilicus, lipatan paha, bokong)
Ichtyosis Vulgaris
Sering dijumpai, diturunkan secara autosomal dominan
E : diduga karena mutasi gen yang mengkode profilagrin (precursor filargrin)
Onset : early childhood (3 dan 12 bulan)
Px Fisik : skuama putih halus, area luas, dominan di ekstensor ekstremitas, area bebas lesi
(flexura dan diaper area), skuama melekat pada bagian sentral dengan cracking pada tepinya,
temuan lainnya (hiperlinearis palmaris, keratosis papilaris, hipohidrosis dengan intoleransi thdp
panas)
Sering dihubungkan dengan atopic
Kelenjar Sebasea : melekat pada folikel rambut dan melepaskan sebum ke duktus folikular dan ke
permukaan kulit, kelenjar ini ada pada seluruh permukaan tubuh kecuali di telapak tangan dan kaki,
paling banyak ditemukan di kulit kepala dan wajah.
Kelenjar Ekrin : kelenjar kecil yang jumlahnya hingga jutaan di kulit manusia dan terbuka secara
direct ke permukaan kulit, fungsi termoregulasi dan mensekresikan air yang mengandung elektrolit.
Acne Vulgaris
Inflamasi pada kelenjar pilosebaseus yang ditandai lesi pleomorfik berupa komedo (komedo
terbuka/ blackhead, komedo tertutup/ whitehead), papul, pustule, nodul dan scar acne
Mulai saat pubertas sebagai tanda meningkatkan produksi hormone seksual, biasanya
ditemukan di wajah, leher, badan atas dan lengan
Acne neonatal : timbul beberapa hari setelah lahir
Acne infantile : timbul beberapa hari/ setelah usia 4 minggu
E : produk kosmetik (bersifat komedogenik), gesekan atau mekanik (cuci muka terlalu kasar,
topi), drug-induced, kelainan endokrin, diet
P : elemen penyebab (hiperproliferasi folikel epidermis, produksi sebum berlebih, inflamasi,
adanya aktivitas propionibacterium acnes)
1. Microcomedone (infundibulum
hiperkeratotik, korneosit kohesif,
sekresi sebum)
2. Comedone (akumulasi sisa korneosit
dan sebum, dilatasi ostium folikular)
3. Papul/ pustule inflamasi (perluasan unit
folikular, proliferasi propionobakterium
acne, inflamasi perifolikular)
4. Nodule (rupture dinding folikular,
inflamasi perifolikular, scarring)
Riwayat : digali saat anamnesis, sebagian besar acne vulgaris onset lesinya saat pubertas,
pada acne neonatal/ infantile/ acne vulgaris klasik mucnulnya bertahap, jika muncul mendadak
dikaitkan dengan hiperandrogenisme/ hirsutisme/ periode mens yang ireguler, selain itu obat
juga bisa menyebabkan erupsi akneiformis (lesi banyak di badan)
Lesi kutan : acne vulgaris sering di wajah, jarang di badan (punggung, dada, baru) cenderung
terkonsentrasi di dekat area garis tengah, bisa disertai inflamasi atau tidak, polimorfik
1. Lesi komedo tanpa inflamasi
Komedo tertutup/ whiteheads Komedo terbuka/ blackheads
Warna putih, infundibulum folikel Warna hitam, menyerupai komedo
menggelembung isi keratin dan tertutup kecuali cabang osteum
sebum, epitel folikel menipis folikel
Perempuan 17 tahun, Nodul yang dalam dan Acne luas dan berat
banyak lesi pustule dan rapuh dapat bergabung pada dada dan
nodul bercampur membentuk pseudokista punggung, scar adalah
dengan komedo dan seperti pada acne komplikasi umum dari
papul yang lebih kecil, konglobata acne berat
menutupi seluruh wajah
Jenis (berdasarkan lesi dominan) : tipe komedonal, tipe papulopustular, tipe konglobata
Komedo Papul/ pustul Nodul
Ringan <20 <15 -
Sedang 20-100 15-50 <5
Berat >100 >50 >5
*untuk menentukn derajat, kriteria ini digunakan, contohnya jika ditemukan komedo kurang
dari 20, papul/ pustule kurang dari 15 dan tidak ada nodul maka itu acne derajat ringan,
tipenya ditentukan dengan melihat lesi mana yang dominan ditemukan.
*jika ditemukan komedo 50, papul/ pustule 15, maka disebut tipe komedonal karena dominan
komedo, dan derajatnya acne vulgaris komedonal derajat sedang
DD : acne komedo tertutup (milia, hyperplasia sebasea), acne komedo terbuka (Winer pore
dilatasi, syndrome Favre-Racouchot), acne inflamasi (rosacea, dermatitis perioral), acne
neonatal (miliaria rubra), bisa juga erupsi akneiformis (ditandai papul pustule tpi tdk ada
komedo, berhubungan dengan glukokortikoid, isoniazid, vitamin B kompleks dosis tinggi,
phenobarbital, tetrasiklin, iodide dan bromide, timbul mendadak, distribusi tersebar/ berbeda
dengan acne)
Px Penunjang : curiga hiperandrogenisme (lab :kadar DHEA/ dehidroepiandrosteron
meningkat yaitu precursor testosterone dan dihydrotestosterone, testosterone meningkatkan
proliferasi kelenjar sebasea)
T : prinsip (memperbaiki kerusakan pola keratinisasi folikuler, menurunkan aktivitas kelenjar
sebasea, menurunkan populasi bakteri folikuler terutama p. ances, menekan efek
antiinflamasi)
1. Antibiotic sistemik/ topical
2. Retinoid sistemik/ topical
3. Terapi hormone
4. Kortikosteroid (penggunaan terbatas)
5. Fisik (ekstraksi komedo, fotodinamik terapi, laser, dermabrasi, bedah scalpel)
Pencegahan : hindari produk yang menyebabkan kulit kering, hindari kosmetik komedogenik,
hindari makanan dengan indeks glikemik tinggi
Komplikasi : macula eritema, hiperpigmentasi pasca inflamasi, scar, masalah sosial dan
psikologi
Dermatitis Perioral
Lesi papul/ pustule diatas macula eritema terutama di daerah perioral
E : belum diketahui, hubungan jelas antara penggunaan steroid topical jangka panjang dengan
dermatitis perioral, apabila penghentian kortikosteroid maka memperburuk lesi dermatitis
perioral
Px Fisik : lesi primer discrete (papul eritematosus, vesikel dan pustule), lesi biasanya simetris
tpi bisa unilateral, ditemukan di perioral, perinasal/ periokular, ada 5 mm clear zone di pinggir
vermilion bibir
2. Miliaria rubra : sumbatan keringat sampai pada epidermis dan dermis bagian atas, di
lipatan dan daerah gesekan, lesi uniform, papul eritema, sering saat musim panas/ udara
lembap, pada pasien rawat inap, membaik dengan mandi air dingin, bisa diikuti
hipohidrosis pasca miliaria (1-2 minggu)
4. Miliaria pustulosa : merupakan papul eritema di miliaria rubra isi nanah jadi pustule,
sebelumnya dermatitis, ada kerusakan atau blockade saluran kelenjar keringat, pustule
superfisial, diluar folikel rambut, di flexura, intertriginosa, karena bed rest lama
5. Miliaria profunda : karena sumbatan keringat sampai dermis bagian bawah, terlihat papul
warna kulit, dalam, asimptom, berlangsung singkat, 1 jam setelah overheated, terjadi di
badan dan ekstremitas, karena injeksi agen kolinergik/ adrenergic
6. Hipohidrosis pasca miliaria : karena tersumbatnya saluran kelenjar keringat jadi
kemampuan berkeringat kurang, pasien jadi tidak tahan panas, berhubungan dengan
beratnya miliaria sebelumnya
T : ruangan dingin, lanolin (topical), salep hidrofilik, kompres dingin, salep kortikosteroid
potensi rendah juga bisa
K6 Kulit Bernanah
Pioderma
Penyakit infeksi kulit karena staphylococcus, streptococcus, atau keduanya
Faktor Predisposisi : stamina rendah, malnutrisi, anemia gravis, DM, hygiene buruk, penyakit
kulit pre-existing
Jenis :
1. Primary pyoderma : infeksi pada kulit normal tanpa penyakit kulit lainnya, E (staph/ strep, 1
jenis mikroorganisme), contoh (impetigo, folliculitis, furunkel, karbunkel, ektima, eritrasma,
erysipelas, selulitis, paronychia, SSSS), jenis berdasarkan etiologi (staphylococcus :
impetigo contagiosa bullosa, folliculitis, furucle, carbuncle, sycosis barbae, SSSS,
streptococcus : impetigo contagiosa crustosa, ektima, erysipelas, staphy + strep : cellulitis,
corynebacterium minutissimum : eritrasma)
2. Secondary pyoderma : komplikasi dari pre-existing skin lesions (scabies, eczema,
varicella), contoh (hidradenitis supuratif, intertrigo, ulserasi, infeksi sekunder)
Impetigo
Pioderma superficialis (hanya di epidermis)
Jenis : krustosa, bullosa
Impetigo Krustosa
Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury fox
E : strep. beta hemolitik grup A
S : tidak ada gejaa umum, sering pada anak
Px Fisik : eritema dan vesikel pecah jadi krusta tebal warna kuning seperti madu, krusta
dilepaskan tampak erosi dibawahnya, krusta sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian
tengah, predileksi (wajah, sekitar lubang hidung dan mulut)
DD : ektima
T : krusta sedikit (lepaskan dan beri salep antibiotic), krusta banyak (antibiotic sistemik)
Impetigo Bullosa
Impetigo vesikobulosa, cacar monyet
E : staph. aureus
S : tidak ada gejala umum, lepuh
Px Fisik : eritema, bulla, bulla hipopion, seringkali pasien datang dengan vesikel/ bulla pecah
dan tampak hanya koleret dan dasarnya yang masih eritematosa, predileksi (axilla, dada,
punggung)
DD : dermatofitosis (jika vesikel pecah dan hanya terlihat koleret dan eritema)
T : vesikel/ bula sedikit (pecahkan, salep antibiotic), banyak (antibiotic sistemik)
1. Lini pertama : topical (mupirocin, retapamulin, asam fusidat, 2x/ day), sistemik (dicloxacillin
250-500 mg 4x/ day 5-7 hari, amoxicillin + asam klavulanat 25mg/ kg BB/ day 4 hari)
2. Lini kedua (alergi penicillin) : topical impetigo ringan (retapamulin 2x/ day), sistemik
(azithromycin awal 500 mg 1x/ day dilanjutkan dosis 250 mg/ day 4 hari, clindamycin 25mg/
kg BB/ day 3x/ day 10 hari, eritromisin 250-500 mg 4x/ day 5-7 hari)
Impetigo Ulseratif/ Ektima
Ulkus superficial dengan krusta diatasnya
E : strep. beta hemolitik
Px Fisik : krusta tebal warna kuning, dasar berupa ulkus, sering di kaki (mudah trauma)
T : lesi dikit (antibiotic topical), lesi banyak (antibiotic topical dan sistemik), jika berulang (cari
faktor predisposisi)
Dd : skrofuloderma
T : antibiotic sistemik, insisi (jika abses), kompres (jika nodus belum melunak), eksisi kelenjar
apokrin (kasus kronis & residif)
Skrofuloderma
Penyakit karena penjalaraninfeksi perikontinuitatum dari organ bawah kulit (KGB) yang
diserang penyakit tuberculosis
E : mycobacterium tuberculosis
S : limfadenitis TB (pembesaran KGB), periadenitis TB (perlekatan KGB dengan jaringan
sekitar)
Px Fisik : KGB melunak serentak, konsistensi kenyal/ lunak (cold abcess), terbentuk fistel dan
ulkus (memanjang dan tidak teratur, warna merah biru/ livid, dinding bergaung, tertutup pus
seropurulen), krusta warna kuning dan sikatriks memanjang/ tidak teratur, sering di leher, lalu
ketiak, dan lipatan paha
DD : variola (lebih berat dan gambaran monomorf), reaksi hipersensitivitas gigitan serangga,
scabies impetigenisata
T :simptomatik (analgetik, antipiretik spt parasetamol), cegah vesikel pecah dini (bedak
antigatal), antivirus (pasien imunokompromis)
Pencegahan : vaksin varisela (12 bulan), vaksin hidup yang dilemahkan (oka strain)
Komplikasi : jarang pada anak, dewasa (ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis,
hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, artritis, purpura)
Herpes Zoster Tanpa Komplikasi
Shingles, penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vesicular berkelompok dengan dasar
eritematosa dan nyeri radicular unilateral yang umumnya terbatas pada 1 dermatom (lebih
sering pada dewasa)
E : varisela zoster virus
P : reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster di neuron ganglion sensoris radix
dorsalis, ganglion saraf kranialis/ ganglion saraf autonomic
S : prodromal rata-rata 2 hari (nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, paresthesia sepanjang
dermatom, gatal, rasa terbakar), konstitusi (nyeri kepala, malaise, demam)
Px Fisik : setelah gejala prodromal, muncul erupsi kulit gatal dan nyeri lokal di satu dermatom
(macula eritema yang berkembang jadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari), lalu
isi vesikel jadi keruh dan pecah menjadi krusta (7-10 hari), erupsi kulit involusi setelah 2-4
minggu, sering di area nervus trigeminal dan T3-L2
Px Penunjang : deteksi antigen/ nucleic acid varicella zoster virus, isolasi virus dari sediaan
hapus lesi, px antibody IgM, PCR, direct immunofluorescent antigen-staining
DD : fase awal (dermatitis kontak/ dermatitis venenata), di genitalia (herpes simpleks), herpes
zoster diseminata (varisela)
Tata laksana :
1. Sistemik : antivirus (famsiklovir, valasiklovir hidroklorida, asiklovir), kortikosteroid
(prednisone dan asiklovir untuk nyeri akut, oleh FKUI tidak dianjurkan), analgetik (nyeri
akut ringan : asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak/ analgetik opioid : parasetamol,
tramadol, asam mefenamat), antidepresan/ antikonvulsan
2. Topical : analgetik (kompres solusio burowi & calamine/ cold pack untuk nyeri dan pruritus,
krim diklofenak, indometasin, bubuk aspirin di kloroform/ etil eter), anestetik lokal
Terapi (kuliah)
Antivirus (dewasa) selama 7-10 hari : Simptomatik : antipiretik, analgetik
Asiklovir 5 x 800 mg oral Lokal : bedak + antigatal (mentol, kamfora)
Valasiklovir 3 x 1 gr oral Erosi basah : kompres NaCl
Famsiklovir 3 x 500 mg Infeksi sekunder : antibiotic
Antivirus (anak) selama 4 hari : Sindrom ramsay hunt : kortikosteroid untuk
Asiklovir 20mg/ kgBB oral cegah paralisis (prednisone 3 x 10-20 mg/ day 7
hari lalu tapering off)
Pencegahan : vaksin hidup yang dilemahkan terutama untuk diatas 60 tahun (oka strain),
booster vaksin varisela
Komplikasi :
1. Sindrom ramsay hunt : gangguan nervus fasialis dan auditorius, paralisis otot wajah/ bell’s
palsy, lesi telinga luar, membrane timpani, tinnitus, vertigo, gg pendengaran dan
pengecapan, mual, gg lakrimasi
3. Neuralgia : nyeri menetap dan bertahan 30 hari setelah erupsi akut reda (karena usia,
imunokompromis, terlambat terapi)
4. Pada pasien imunokompromised : rekuren, manifestasi atipikal, berat dan susah sembuh,
generalisata (herpes zoster dermatom dengan erupsi lebih dari 20 lesi diluar dermatom
yang terkena)
Herpes Simplex Tanpa Komplikasi
Infeksi akut karena virus herpes simpleks yang ditandai vesikel berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan
Fever blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis
E : virus herpes simpleks hominis (HSV I dan II
1. HSV tipe I (lesi di orofasial, sering pada anak)
2. HSV tipe II (sering di genital, sering pada dewasa, penyebaran lewat kontak seksual)
Symptoms :
1. Infeksi primer : berat, didahului gejala konstitusional (malaise, demam, nyeri otot,
limfadenitis regional, gatal perih di lesi), lesi awalnya eritema lalu menjadi papul, menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar eritema, lalu terjadi erosi/ terbentuk ulkus dan menjadi
krusta (membaik dalam 5-15 hari)
2. Fase laten : tidak ada gejala, virus tidak aktif tapi ada di ganglion dorsalis
3. Infeksi rekuren : lesi lebih ringan, pencetus (trauma fisik spt kurang tidur, demam, kontak
seksual, trauma psikis seperti gg emosional dan menstruasi atau imun turun, paparan sinar
matahari), timbul di tempat sama (loco), timbul di tempat berbeda (non loco), gejala
prodromal lokal sebelum timbul vesikel (panas, gatal, nyeri)
HSV Tipe I
HSV Tipe II
Px Penunjang : sitology (tzanck test ditemukan multinucleated giant cell), serologi, IgM dan
IgG anti HSV, PCR
DD : di mulut dan hidung (impetigo vesikobulosa), di genitalia (ulkus durum ulkus mole, ulkus
mikstum)
Bentuk lain herpes kutaneus :
Herpetic Whitlow Herpes Gladiatorum/ Eczema Herpetikum
Rugbiaforum/ Scrum Pox
Inokulasi langsung HSV Herpes kutaneus transmisi Infeksi HSV yang meluas
pada jari (tenaga kesehatan, langsung pada atlet rugby/ akibat inokulasi langsung di
anak yang suka menghisap pegulat kulit yang tidak utuh karena
jari, kontak dengan Lesi sering di leher, thorax, dermatitis (atopi yang sering)
genitalia) telinga, wajah, lengan, Lesi berat, gejala sistemik
S : eritema, edema, nyeri, tangan (demam dan adenopati),
limfadenopati, lesi banyak di superinfeksi bakteri
ujung jari
Tata laksana (Buku Ajar Dermatologi FKUI) :
1. Lesi dini : topical (salep/ krim idoksuridin, asiklovir)
2. Ulserasi : kompres
3. Oral : asiklovir 5 x 200 mg/ day 5 hari
Sindrom Steven’s Johnson & Toxic Epidermal Necrolysis
Reaksi mukokutan akut yang mengancam nyawa dan ditandai oleh nekrolisis yang ekstensif
dan detachment epidermis
Dibedakan menurut luas lesi (rule of 9) :
1. SSJ : epidermolisis kurang dari 10% luas permukaan tubuh
2. TEN : epidermolisis lebih dari 30% luas permukaan tubuh
3. Overlapping SSJ-TEN : 10-30%
E : diduga karena reaksi sitotoxic yan dimediasi sel, merusak keratinosit sehingga terjadi
apoptosis yang luas
Symptoms (timbul setelah 8 minggu pajanan obat) :
1. Prodromal : gejala non spesifik 1-3 hari sebelum lesi kulit (demam, malaise, batuk, pilek)
2. Lesi kulit : macula eritema, purpura, vesikel, bula, lalu bergabung menjadi necrotic
detachment (tanda Nickolsky +)
3. Lesi mukosa : erosi ditutupi krusta (eritema dan erosi minimal di 2 tempat), bisa di mulut,
konjungtiva, genital
SSJ
TEN
Px Penunjang : lab (DL, albumin, protein daraf, liver/ renal function test, analisis gas darah),
histopatologi (keratinosit apoptosis di lapisan suprabasal/ subepidermal detachment, infiltrate
sel monoklear pada papillary dermis, banyak limfosit dan makrofag)
T : eliminasi obat penyebab, simptomatis (jaga kestabilan hemodinamik dengan nutrisi, suhu,
cairan elektrolit, aseptic kulit), kortikosteroid (dexamethasone, pada SSJ injeksi 2 x 10 mg,
pada TEN injeksi 3 x 10 mg), immunoglobulin IV, siklosporin A
Prognosis : SCORTEN
Poin SCORTEN (1 poin) :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. HR > 120
3. Kanker/ keganasan hematologi
4. Luas permukaan tubuh yang terkena > 10%
5. Serum urea level > 10Mm
6. Serum bikarbonat level < 20 Mm
7. Serum glukosa > 14 mM
Nilai SCORTEN Angka kematian (%)
0-1 3,2
2 12,1
3 35,8
4 58,3
5 90
Komplikasi : sepsis, gagal organ, skar, gg pengelihatan
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Infeksi kulit karena s. aureus dengan epidermolisis
E : s. aureus grup II faga 52, 55, 71
P : sumber infeksi mata/ hidung/ tenggorokan/ telinga, exotoxin yang dikeluarkan sifatnya
epidermolitik dan beredar di seluruh tubuh hingga sampai ke epidermis dan terjadi kerusakan
S : umumnya demam tinggi dan gejala ISPA, awalnya eritema mendadak di wajah, leher,
axilla, lipat paha dan menyeluruh dalam 24 jam, dalam 24-48 jam timbul bula besar berdinging
kendur, dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan dan pengelupasan lembar kulit dan
terlihat gambaran erosi, akan mongering dan terjadi deskuamasi dalam beberapa hari,
sembuh setelah 10-14 hari tanpa sikatriks
Pemphigus Vulgaris
Penyakit autoimun pada kulit dan mukosa, terjadi akantolisis intraepidermal
E : antigen dermoglein 3, auto antibody IgG, genetic (HLA-DR4, HLA DR6), obat
(penicillamine, captopril dll)
P : reaksi auto antibody dan antigen yang menghasilan enzim protease/ plasminogen activator
yang menyebabkan terbentuknya bula (akantolisis)
S : bula nyeri, sering di bokong, scalp, wajah, mukosa mulut, kongjungtiva, nasal, vagina,
penis, anus
Px Fisik : bula kendor diatas kulit normal, asboe-hansen sign (+), nickolsky sign (+), awalnya
bula lalu terjadi erosi, terbentuk krusta dan terjadi hiperpigmentasi (tidak menimbulkan skar)
Px Penunjang : Tzank smear (ditemukan scar akantolitik), histologi (akantolisis supra basal),
imunofluorescen (direct ditemukan IgG pada permukaan keratinosit, indirect IgG anti ds 3 di
plasma)
DD : dermatitis herpetiformis
T : sistemik (prednisone awal 1-2 mg/ kg/ day atau 100-150 mg/ day lalu tapering off,
kombinasi dengan azathioprine 1-3 g/ kg/ day, atau mycofenolate mofetil 1-1,5 g 2x/day), jika
tidak ada respon (plasmapheresis/ IVIG), topical (silver sulfadiazine, salin sol, krim steroid,
antibiotic)
Prognosis : kasus tidak diterapi (terapi), kasus yang diterapi (mortalitas 5-10%)
Komplikasi : sepsis, pneumoni, pendarah GI
Pemphigus Foliaceus
E : antigen dermoglein 1, auto antibody IgG4, endemik (fogo-selvagem), obat (penicillin,
captopril dll)
Reaksi auto antibody dan antigen yang menghasilan enzim protease/ plasminogen activator
yang menyebabkan terbentuknya bula (akantolisis)
Sering pada usia 40-60 tahun
S : bula kendor diatas kulit mudah pecah (jika pecah membentuk krusta dan sisik), jarang kena
mukosa
Px Fisik : bula kendor diatas kulit normal, asboe-hansen sign (+), nickolsky sign (+)
Px Penunjang : histopatologi (akantolisis sub korneal), imunofluorescen (direct ditemukan IgG
pada permukaan keratinosit, indirect IgG anti ds 1 di plasma)
T : T : sistemik (prednisone awal 1-2 mg/ kg/ day atau 100-150 mg/ day lalu tapering off,
kombinasi dengan azathioprine 1-3 g/ kg/ day, atau mycofenolate mofetil 1-1,5 g 2x/day),
topical (silver sulfadiazine, salin sol, krim steroid, antibiotic)
Pemphigus Paraneoplastik
Dikaitkan dengan neoplasma (limfoma, limfositik leukemia, sarcoma, thymoma
E : antigen (desmo plakin 1, BPAG 1, periplakin, envoplakin), auto antibody (IgG1 d& IgG2)
Px Fisik : kulit (lesi polimorfik, macula, bula, erosi, lesi target), mukosa (erosi luas di mulut dan
bibir)
Px Penunjang : histopatologi (akantolisis supra basal, vacuolar dan nekrosis sel basal),
imunoflueorescen direct (IgG dan C3 di epidermis supra basal)
T : terapi neoplasma, sama seperti p. vulgaris
Pemphigoid Bulosa
Penyakit autoimun kronik, ditandai bula subepidermal yang besar berdinding tegang, pada px
imunologik ditemukan C3 atau komponen komplemen ke-3 pada epidermal basement
membrane zone
Sering pada usia diatas 65 tahun
E : antigen (BPAG1/ BP230, BPAG2/ BP 180), auto antibody IgG, obat (penicillin, furosemide,
captopril)
P : bula subepidermal terjadi karena degradasi dari matix protein extraseluler dan terjadi
pemisahan dermis dengan epidermis
S : bula di axilla, lengan flexor, lipat paha, jika bula pecah terdapat erosi luas tapi tidak
bertambah seperti p. vulgaris
Px Fisik : bula tegang dan besar dengan dasar eritema, asboe-hansen sign (-), nickolsky sign
(-)
Vitiligo
Penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit
E : genetic, kerusakan adesi melanosit, neurogenic, biokimiawi, autotoxic
P : kerusakan progresif melanosit epidermal yang dimediasi autoimun
Px Fisik : macula depigmentasi pada kulit dan rambut berwarna putih, batas tegas
Jenis (sesuai distribusi, perluasan dan jumlah bercak) : tipe generalisata (vulgaris, acrofasial,
campuran), universal, lokalisata (fokal, segmental, mucosal)
Tipe generalisata Tipe universal Tike lokalisata
V. vulgaris : non segmental/ Depigmentasi lebih dari 80% Fokal : 1/ lebih macula
generalisata, lesi multiple pola luas tubuh dalam satu area tapi tidak
distribusi simetris, gambaran jelas segmental/
umum dari vitiligo generalisata zosteriformis
1. Narrowband UVB : aman dan efektif untuk lesi luas, efek samping eritema dan nyeri ringan,
dosis tetap awal (0,21 J/cm2 2 kali seminggu), dosis naik 20% setiap sesi terapi sampai
dosis eritema minimal (dosis terendah yang masih menghasilkan eritema pada kulit
depigmentasi dalam 24 jam), terapi 9 bulan, jika dalam 3 bulan tidak berubah berarti tidak
responsive, lokasi paling responsive (wajah, badan, lengan, kaki), kurang responsive
(telapak tangan dan kaki)
2. PUVA/ fotochemotherapi : unutk vitiligo luas, PUVA (kombinasi topical/ oral 8-methoxy-
psoralen dosis oral 0,4mg/kgBB, 1-2 jam sebelum paparan UVA dengan rasiasi UVA 320-
340 nm), terapi PUVA topikal, methoxsalen 0,1% diaplikasikan pada daerah vitiligo 30-60
menit sebelum terpapar radiasi UV, efek samping fototoxic, setelah terapi pakai kacamata
pemblok UVA dan sunblock broad spectrum, PUVA tidak untuk anak dibawah 12 tahun
3. Kortikosteroid sistemik (mencegah penyebaran cepat)
4. Kortikosteroid topical (lini pertama untuk vitiligo lokalisata) : untuk lesi wajah/ lesi ringan
pada anak, golongan fluorinated potensi tinggi (salep klobetasol propionate 0,05%) selama
1-2 bulan, bertahap diturunkan ke potensi yang lebih rendah (contohnya krim
hidrokortiskon butirat 0,1%), efek samping atrofi kulit, telangiektasis, striae, dermatitis
kontak
5. Calcineurin inhibitors (memperbaiki jaringan kerja sitokin) : topical (salep tacrolimus 0,03%
- 0,1%; salep pimekrolimus 1%), efektif jika kombinasi dengan UVB frek. tinggi
6. Derivate Vit. D Topikal (vitiligo lokalisata) : alep calcipotriol (0,005%), Salep tacalcitol (20
μg), menginduksi supresi imun kulit
7. Pseudokatalase : untuk memperbaiki aktivitas katalase yang berkurang pada epidermis
pasien vitiligo, mengurangi H2O2 yang berlebihan dan perbaikan aktivitas enzim pada kulit
vitiligo
8. Terapi laser : UVB narrowband excimer laser/ XeCl dan monochromatic excimer light/
MEL, untuk vitiligo lokalisata
9. Bedah : untuk vitiligo stabil, luas lesi terbatas (kurang dari 3% tubuh), efek samping
(infeksi, hiperpigmentasi pasca inflamasi, repigmentasi tidak rapi, cobblestone appearance,
jaringan parut)
10. Suspense epidermal tanpa kultur : mengraft suspensi yang tidak dikultur berisi baik
keratinosit dan melanosit , dipindahkan ke kulit resipien melalui lokasi-lokasi tertentu
11. Graft tipis dermal-epidermal : graft diambil dari kulit donor sedalam 0,1-0,3mm,
ditempatkan langsung di samping lokasi kulit resipien yang telah dibuat luka (abrasi),
kemudian dibalut dengan tekanan ringan selama 1 minggu
12. Minigrafting : perforasi multipel dibuat pada daerah kulit resipien menggunakan alat punch
ukuran 1,0 – 1,2 mm dengan jarak 3-4mm satu sama lain, selanjutnya, minigraft diambil
dari kulit donor menggunakan alat punch yang sama dan dipindahkan ke daerah lokasi lesi
pada resipien menggunakan forceps kecil atau jarum hipodermik, repigmentasi terjadi
disekitar setiap minigraft dengan penyebaran pigmen selebar 2-5mm
13. Epidermal grafting : alat sedot, memindahkan epidermis dengan menggunakan metode
beku nitrogen cair atau dermabrasi superfisial atau laser ablasio
14. Epidermis dengan melanosit : Suspensi epidermal dikumpulkan dari sedikit sampel kulit
yang diambil dari donor dan dipersiapkan menggunakan digesti trypsin 0,25% dan ditanam
dalam lempengan kultur. Setelah 3 minggu, lapisan epidermis diambil dari wadah kultur
dan ditransplantasikan ke daerah kulit resipien yang depigmentasi yang sebelumnya
dibersihkan dengan metode beku nitrogen cair. Dermabrasi superfisial, laser atau bedah
diatermal
15. Suspensi melanosit : Suspensi melanosit yang dikultur secara in vitro diperoleh melalui
metode yang sama menggunakan media kultur yang terdefinisi dan spesifik seperti Ham’s
F12. Selama masa pengkulturan, sel-sel pigmen meningkat jumlahnya dan ketika
kepadatannya mencapai 100.000 melanosit/cm2 bisa ditransplantasikan ke daerah yang
dipersiapkan.Suspensi menyebar ke daerah resipien dan ditutup selama seminggu,
memberikan pemulihan jaringan yang baik.Besarnya populasi sel yang diperoleh dari suatu
daerah donor yang kecil mewakili besarnya keuntungan yang bisa diperoleh dalam
mengobati daerah vitiligo yang luas untuk satu sesi pengobatan
16. Mikropigmentasi : untuk lesi di mukosa/ mukokutan, men-tato granula pigmen inert ke
dermis pada jaringan kolagen dan matrix ekstrasel kedalaman 1-2 mm, kombinasi pigmen
putih, kuning, hitam, merah, coklat
17. Depigmentasi : ether monobenzyl 20% dari hidrokuinon (MBEH; monobenzone), yang
menginduksi hilangnya melanosit melalui mekanisme nekrotik jaringan tanpa mengaktivasi
caspase cascade atau fragmentasi DNA, aplikasi 2x/ day selama 1 tahun
Melasma
Hipermelanosis didapat
Pada area yang terpapar sinar matahari di wajah
E : genetic, hormone, radiasi UV
Pencetus : pil KB, terapi pengganti estrogen, disfungsi tiroid/ ovarium, tumor ovary, kosmetik,
nutrisi, obat fototoxic/ foto-alergik, obat epilepsy
Sering pada wanita hamil (mask of pregnancy), orang kulit gelap
Px Fisik : lesi macula coklat tepi tidak teratur, asimetri, sering di wajah dengan pola retikuler,
pola mayor distribusi (sentrofasial di dahi, hidung, dagu, bibir bagian atas, malar di hidung &
pipi, mandibular di ramus), bisa juga mengenai dada anterior dan lengan
T : hidrokuinon, tretinoin, asam azeleat, rucinol, asam kojik, formula Kligman (hidrokuinon,
tretinoin, dan topikal steroid ringan), peeling kimia, terapi laser
Pencegahan : lindungi kulit dari sinar matahari
Lentigo Simpleks
Lentigo : macula coklat/ coklat kehitaman bentuk bulat/ polisiklik, kondisi hyperplasia
melanositik, intraepidermal dan peningkatan formasi melanin
E : jumlah melanosit bertambah tanpa ada proliferasi fokal
P : peningkatan melanosit pada lentigo karena defek intrinsic hemostasis melanosit
Px Fisik : macula hiperpigmentasi lokal warna coklat terang-gelap batas tegas, agminated
(focal cluster), multiple pada kulit, kuku dan mukosa
Dihubungkan dengan penyakit seperti :
1. Peutz-Jeghers Syndrome : lentigo timbul saat lahir dan anak, lesi oral dan kutan hilang
setelah pubertas, lesi selalu di mukosa mulut, bisa juga di bibir, hidung, kelopak mata,
anus, nail bed, permukaan dorsal dan ventral telapak
2. Leopard Syndrome (lentigenes, electrocardiogram conduction defects, ocular
hypertelorism, pulmonary stenosis, genital abnormalities, growth retardation, sensorineural
deafness) : lentigo timbul saat lahir dan meningkat saat anak-anak, lesi di organ kena
matahari dan yang tidak kena (genital, konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan kaki
3. LAMB/ myxoma syndrome : lentigo timbul saat masa anak-anak awal dan persisten, di
wajah, genitalia (macula coklat-hitam)
4. Pigmentasi Laugier-Hunziker : lentigo didapat saat dewasa, mukosa bukal dan labial, ujung
jari, nail matrix
5. Agminated lentigines : dari lahir, macula kecil coklat batas tegas diameter 2-10 mm, lokal di
1 area
Px Penunjang : dermoscopy, histopatologi (hyperplasia melanositik di stratum basal,
pemanjangan rete bridge, tidak ada nest formation)
DD : soliter (solar lentigo/ ephells, nevus junctional nevomelanositik, nevus melanosit atipikal,
café au lait macula, melanoma/ lentigo maligna), group (agminated nevomelanositik nevi/
letigines, nevus spilus)
T : cryotherapy, laser (lesi jinak)
Pencegahan : hindari paparan matahari berlebih
Prognosis : bisa menjadi melanoma
Lentigo Solaris
Lesi hiperpigmentasi yang disebabkan oleh sinar ultraviolet (UV), lesi jinak
E : paparan UV intensitas tinggi terus menerus, akumulasi radiasi UV
Hyperplasia epidermal lebih menonjol da nada struktur bud-like di dasar rete ridges
Beda dengan freckles/ ephelis (freckles sering pada anak dan di sentral wajah)
Px Fisik : macula hiperpigmentasi batas tegas, tunggal/ multiple di kulit yang terpapar radiasi
UV, lesi bisa berkonfluen dengan tepi halus/ tidak rata
Px Penunjang : dermoscopy, wood lamp (lesi yang tidak tampak dengan cahaya matahari),
histopatologi (elongasi epidermal rete ridges dengan perluasan slub-shaped/ bud-like, sering
ada percabangan dan fusi rete ridges, atropi epidermis di antara rete-ridges, jumlah melanosit
epidermal meningkat tanpa pembentukan sarang melanosit)
(dari kuliah)
Konsep :
1. Tumor jinak (proliferasi setempat, pertumbuhan dan diferensiasi normal)
2. Tumor ganas (pertumbuhan dan diferensiasi abnormal, sel atipik, bisa metastase)
3. Karsinoma in situ (pertumbuhan dan diferensiasi abnormal, sel atipikal, terbatas dalam
epidermis, belum lewat membrane basal)
Penyebab :
DNA dan karsinogenesis
Fisik seperti radiasi UV (merusak DNA, mutasi, jadi kanker kulit)
Zat kimia yang merusak rangkaian DNA (arsenic, hidrokarbon polisiklik aromatic)
Kelainan herediter
Virus
Tumor kulit :
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel basal
Melanoma maligna
Lesi pra kanker (keratosis aktinik, leukoplakia, bowen’s disease, paget’s disease)
Tumor Jinak Kulit
Epidermis Dermis
Lapisan Epidermis Lapisan Adneksa Kulit
Nevus Epidermal Siringoma Hemangioma :
Cavernous & Capillary
Keratosis Seboroik
Rambut : adneksa kulit (kecuali di telapak tangan dan kaki, kuku dan bibir), rambut lanugo (di dalam
uterus saat kehamilan 24 minggu), rambut terminal (rambut kasar, pigmen banyak, diameter lebih
dari 0.06 mm), rambut velus (rambut halus, pigmen sedikit, diameter kurang dari 0.03 mm), faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan rambut (fisiologis : hormone, metabolism, nutrisi dan
vaskularisasi, patologis : radang, obat)
Siklus folikel rambut :
1. Fase anagen (sel matriks bermitosis jadi sel baru, mendorong sel tua ke atas, selama 2-6 tahun)
2. Fase katagen (peralihan, penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut, bagian tengah akar
rambut menyempit, bagian bawah melebar dan mengalami pertandukan sehingga disebut rambut
gada/ club hair, selama 2-3 minggu)
3. Fase telogen (masa istirahat, sel epitel memendek dan berbentuk tunas kecil yang membuat
rambut baru, selama 100 hari)
Alopesia Areata
Alopesia (kebotakan) ada tiga jenis : universalis, totalis, areata
Alopesia areata : kebotakan setempat batas tegas, pitak
E : tidak diketahui, mungkin autoimun, genetic, stress, infeksi fokal
P : genetic (HLA-DQB1), karena trigger (virus, stress) yang mengaktifkan T helper 1 sehingga
diproduksinya interferon gamma, interferon gamma ini mengatur CXCL10 dan IL15 serta bisa
merusak folikel rambut
S : onset cepat, bercak/ patch kerontokan rambut
Px Fisik : patch rambut rontok (diameter 1-5 cm), lokasi (bisa di scalp, alis, janggut, bulu
mata), black dots, exclamation hair, sering berhubungan dengan katarak, vitiligo, dermatitis
atopic, penyakit tiroid
Px Fisik (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : bercak soliter (batas tegas, rambut tanda seru/
exclamation mark hair di pinggir lesi), bercak multiple bentuk retikula dan ophiasis (bercak
pertama meluas atau timbul bercak baru, bentuk reticular, prognosis buruk, bentuk ophiasis
adalah alopesia areata yang meluas sering di pinggir rambut dan pada anak), alopesia areata
totalis/ universalis (totalis di seluruh kulit kepala, universalis di seluruh tubuh)
Px Penunjang : histopatologi (fase katogen dan telogen, infiltrasi limfosit peribulbar/ inflamasi
peribulbus di folikel anagen), fungsi tiroid
DD : tinea kapitis, sifilis sekunderm alopesia androgenic, effluvium telogen
Tata laksana :
1. Dibawah 10 tahun : minoxidil 5% dengan anthralin short contact/ kortikosteroid topical
2. 10 tahun dan diatas 10 tahun : kurang dari ½ scalp (kortikosteroid intralesi seperti
triamcinolone acetonide 2,5-10 mg/ ml, minoxidil 5%, anthralin short contact/ kortikosteroid
topical), lebih dari 50% scalp (imunoterapi topical seperti difenilsiklopropenon/ DPCP,
squaric acid dibuthyl ester/ SADBE, jika respon baik lanjutkan, jika respon buruk beri
minoxidil 5% dengan anthralin short contact/ kortikosteroid topical, bisa juga PUVA)
T (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : imunomodulator (target sel T dan sitokin, steroid topical
seperti krim fusinolon asetonid 0,2% 2x/ day, krim kalsinoid 0,1%, krim betametason
dipropionat 0,05% 2x/ day)
Alopesia Androgenik
Male pattern baldness/ alopecia, androgen dependent alopecia
Kerontokan rambut progresif, miniaturisasi batang rambut, androgen-dependent
Terjadi penurunan durasi anagen dan peningkatan durasi telogen
P : percepatan konversi hormone testosterone menjadi DHT/ dihydrotestosteron yang
menghasilkan enzim tipe II, 5 α reductase, folikel yang terpapar DHT akan menjadi lemah dan
tidak bisa menumbuhkan rambut/ graft sehat
S : rambut menipis, rontok bertahap dari vertex/ frontal
Px Fisik : garis rambut anterior mundur, dahi lebih luas
Px Penunjang : histopatologi, fungsi tiroid, kadar DHEA-S, kadar testosterone bebas (wanita),
scalp photography, hair pull test, trichogram (50-100 rambut dicabut dan dilihat dibawah
miskroskop), mikroskopik (diameter rambut mengecil dan pigmen berkurang, rambut velus
bertambah, telogen meningkat, folikel atrofi)
DD : effluvium telogen, alopesia areata, sifilis sekunder
T : minoxidil 2-5% (4-6 weeks, 2 x 1 ml/ day), finasteride (1mg/ day, 24 bulan), low level light
therapy
Telogen Effluvium
Rambut rontok lebih dari 120 helai perhari, terjadi difus karena percepatan fase anagen
menjadi telogen
E : kontrasepsi, diet/ nutrisi (defisiensi biotin/ besi/ zinc, kekurangan kalori/ protein/ asam
lemak essensial), tindakan bedah, trauma psikis, pasca demam
Faktor lain : hipo/hipertiroid, post partum, peri/post menopause
S : rambut rontok lebih dari 120 helai/ hari, sering di area temporal
Px Penunjang : histopatologi, hair pull test (beberapa helai rambut digenggam ibu jari dan
telunjuk dan ditarik secara halus), lab
Px Penunjang (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : hair pluck (untuk mengetahui rasio anagen dan
telogen, 50 rambut dijepit dengan needle holder di dasar dan ditarik dengan cepat, rambut lalu
diletakkan di object glass dan dihitung), mikroskopis (ujung rambut proximal)
DD : alopesia androgenika, alopesia areata, sfilis sekunder
T : identifikasi dan eliminasi pencetus, minoxidil 2-5% (2 x 1 ml/ day)
Tinea Kapitis (sudah di K2)
K11 Luka pada Kelamin
Sifilis
Infeksi kronik dan sistemik, bisa disebut lues/ raja singa, bisa menular dari ibu ke janin
E : treponema pallidum (penularan lewat kontak seksual, ibu ke janin)
Stadium :
1. Primer (chancre)
2. Sekunder : early latent (1 tahun sejak kontak), late latent (lebih dari 1 tahun sejak kontak)
Klasifikasi :
1. Kongenital : masuk secara hematogen ke janin saat kehamilan 10 minggu, dini (bayi usia
bbrp minggu - sebelum 2 tahun, gejala mirip sifilis sekunder), lanjut (setelah 2 tahun, khas
guma di mulut dan hidung), stigmata (fasies/ saddle nose & bulldog jaw, gigi, ragades/
sudut mulut, jaringan parut koroid, kuku, kornea, sikatriks gumatosa, tulang, atrofi optikus,
trias Hutchinson)
2. Akuisata/ Acquaired : klinis (stadium I-III), epidemiologic (stadium dini menular : I, II,
rekuren, laten dini, stadium lanjut tidak menular : stadium laten lanjut, III)
Px Penunjang : px treponema pallidum (mikroskop lapangan gelap), tes serologi sifilis (non-
treponemal/ VRDL/ venereal disease research labroatories, treponemal/ TPHA/ treponemal
pallidum haemoglutination assay)
Terapi : penisilin dan antibiotic lain, untuk wanita hamil (eritromisin)
Jika alergi penisilin : Antibiotic lain :
Tetrasikin 4x 500 mg/hari Sefalosporin : sefaleksin 4 x 500 mg/
Eritromisin 4 x 500 mg/hari hari selama 15 hari, seftriakson 2 gr/
Doksisiklin 2 x 100 mg/hari hari dosis tunggal IV/ IM selama 15 hari
Lama pengobatan : Azitromisin : 500 mg/ hari dosis tunggal
15 hari untuk S I dan S II selama 10 hari untuk S I dan S II
30 hari untuk S Laten
Evaluasi (VRDL) : diulangi 1 bulan sesudah pengobatan selesai
Jika titer turun : tidak perlu pengobatan lagi
Jika titer naik : ulangi pengobatan
Jika menetap : tunggu 1 bulan lagi
Kriteria sembuh : jika lesi hilang, KGB tidak teraba dan VRDL negative
Prognosis : terapi penisilin (prognosis baik), sembuh klinis (tidak menular ke orang lain tes
serologi sifilis dan LCS negative)
Sifilis Primer/ S I
Masa tunas 2-4 minggu
Khas : ulkus durum (ulkus bular soliter dasar jaringan, granulasi merah dan bersih, ada serum,
dinding tidak bergaung, tidak ada tanda radang indolen dan teraba indurasi), lokasi ulkus
durum sering di sulkus koronarius (pria) dan labia mayor & minor (wanita), atau bisa juga
ekstragenital (lidah, tonsil, anus), sembuh sendiri dalam 3-10 minggu
S : tanpa gejala konstitusi
Px Fisik : erosi/ ulkus bersih, soliter, bulat/ oval, teratur, indolen dengan indurasi
Px Penunjang : treponema pallidum (+)
DD : herpes simplex (vesikel, kulit eritematosa, pecah membentuk erosi, tidak ada indurasi),
ulkus piogenik (karena trauma garukan, tampak kotor dengan pus, dan nyeri, tanpa indurasi),
scabies (papul/ vesikel, gatal di malam hari), balanitis (erosi superficial di glans penis dengan
eritema, tanpa indurasi), LGV/ limfogranuloma venereum (khas limfadenitis regional, tanda
radang akut, supurasi tidak serentak, dengan gejala konstitusi), karsinoma sel skuamosa,
penyakit behcet, ulkus mole (ulkus multiple, tanda radang akut, pus, dinding bergaung,
supurasi serentak)
Terapi :
1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit secara IM (2,4 juta) dan diberikan satu kali
seminggu
2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta unit, diberi 0,6 juta unit/hari selama 10 hari
3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat). Dosis total 4,8 juta unit/kali 2 kali
seminggu
Pantau serologis (bulan I, III, VI, XII dan setiap 6 bulan pada tahun kedua)
Sifilis Sekunder/ S II
6-8 minggu setelah S I
Bisa berlangsung sampai 9 bulan
Gejala konstitusi : anorexia, bb turun, malaise, nyeri kepala, demam tidak tinggi, atralgia
Kelainan kulit : mirip kelainan kulit lainnya/ the great imitator, tidak gatal, sering ada
limfadenitis generalisata
Kelainan kulit yang eksudatif sangat menular (tipe kondiloma lata, plaque muqueuses), yang
kering kurang menular
Stadium :
1. S II dini (kelainan kulit generalisata, simetris, lebih cepat hilang, bbrp hari/ minggu)
2. S II lanjut (tidak generalisata, bersifat setempat/ lokal, tidak simetris, lebih lama hingga
bbrp minggu/ bulan), dibagi menjadi sifilis laten lanjut dan sifilis tersier/ S III
Lesi pada kulit :
1. Makula
2. Papul : papuloskuamous, lenticular, corymbose, nodular, annular, follicular, kondiloma lata
(plakat erosive dan basah), korona venerik
3. Mukosa (angina sifilitika, plaque mqueuses)
Lesi pada tempak lainnya :
1. Rambut (S II dini terjadi alopesia difusa, S II lanjut terjadi alopesia areolaris)
2. Kuku (onikia sifilitika, paronikia sifilitika)
3. KGB (limfadenopati generalisata)
4. Mata (uveitis, chorioretinitis)
5. Hepatitis akut
6. Splenomegaly
7. Glomerulonefritis akut
8. Hematologi (anemia, leukositosis)
9. Meniere’s disease (auditorik)
10. Tulang (periostitis, polyarthritis, tenosynovitis
11. Saraf (meningitis, meningoencephalitis
Predileksi :
1. Pria : preputium, frenulum, glans penis, kadang di meatus uretra, corpus penis, anus
2. Wanita : genital (vulva, labia minora, vestibule, serviks, vagina, perianal), ekstragenital
(payudra, jari, paha, intraoral), keluhan sering dysuria, nyeri defekasi dan tidak
berhubungan dengan ulkus
Px Penunjang : px pewarnaan gram (basil kecil gram negative sederet berpasangan), kultur
bakteri, PCR
DD : herpes genitalis, sifilis, granuloma inguinale
Terapi :
Sistemik : Lokal :
Ciprofloxacin 2x500mg/hari per oral Kompres/ rendam larutan salin
selama 3 hari Aspirasi untuk bubo berukuran > 5 cm
Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama
7 hari
Azithromisin 1 gr per oral, dosis tunggal
Ceftriaxone 250 mg IM, dosis tunggal
Prognosis : baik dengan terapi antibiotic, keluhan hilang dalam 3 hari jika terapi berhasil, ulkus
membaik dalam 1-2 minggu
Herpes Simplex Virus Tipe II
Infeksi akut pada genitalia karena HSV
Sering disebut fever blister, cold sore, herpes labialis, herpes progenitalis/ genitalis, herpes
febrilis
E : HSV/ herpres simplex virus (virus herpes hominis) tipe I dan II
Symptoms :
1. Fase infeksi primer : lama, berat, ada gejala sistemik (demam, malaise, anorexia, KGB
regional bengkak), vesikel berkelompok diatas kulit sembab dan eritematosa, vesikel isi
cairan jernih lalu seropurulen, pecah menjadi krusta dan terbentuk ulserasi dangkal, pada
wanita infeksi di genitalia eksterna disertai infeksi serviks
2. Fase laten : tidak ada gejala klinis, HSV aktif di ganglion dorsalis
3. Fase infeksi rekuren : HSV aktif lagi, ada gejala klinis yang lebih ringan dari infeksi primer,
akibat pencetus (trauma fisik saat hubungan seksual, gangguan emosi, makanan), sering
ada gejala prodromal lokal (panas, gatal, nyeri) sebelum ada vesikel, infeksi bisa di tempat
sama/ loco, atau di tempat berbeda/ non loco
Predileksi : HSV tipe I (pinggang keatas, mulut dan hidung), HSV tipe II (pinggang kebawah,
genitalia)
Px Penunjang : tes tzank (multinucleated giant cell, badan inklusi nukklear)
DD : di wajah (impetigo vesikobulosa), di genitalia (ulkus durum, ulkus mole)
Terapi (menurut Depkes RI 2011)
Episode klinis pertama
Asiklovir 200 mg per oral, 5x sehari selama 7 hari
Asiklovir 400 mg per oral, 3x sehari selama 7 hari
Valasiklovir 500 mg per oral, 2x sehari selama 7 hari
Infeksi Herpes Rekutren
Asiklovir 200 mg per oral, 5x sehari selama 5 hari
Asiklovir 400 mg per oral, 3x sehari selama 5 hari
Valasiklovir 500 mg per oral, 2x sehari selama 5 hari
Prognosis : semakin dini terapi semakin baik prognosis, jika imunitas turun infeksi bisa
menyebar
K12 Daging dan Benjolan pada Kelamin
Kondiloma Akuminatum
Kutil kelamin, venereal warts
Lesi berbentuk papilomatosis dengan permukaan verukosa di kelamin/ anus
E : human papilloma virus/ HPV tipe 6 & 11 (menular lewat hubungan seksual, masa inkubasi
3 minggu – 8 bulan)
P : HPV masuk ke mikrolesi kulit, menyebabkan abrasi permukaan epitel dan menembus sel
basal epidermis, mengambil alih DNA dan terjadi replikasi yang tidak terkendali, HPV yang
masuk ke epitel merangsang respon inflamasi yang mengaktifkan pembentukan protein,
meningkatkan proliferasi sel, dan menyebabkan penebalan keras menjadi bentuk
papilomatosa
Pada sebagian besar orang (infeksi HPV genital sifatnya transien (bertahan selama 1-2 tahun
tanpa sekuelae/ komplikasi), pada sebagian kecil orang (infeksi persisten), dari sebagian kecil
yang persisten (terjadi degenerasi maligna)
Komplikasi keganasan : terjadi karena integradi genome HPV ke DNA host, risiko tertinggi di
zona transmisi cervix dan anus, lokasi keganasan (cervix, glans penis, anus, area
vulvovaginal, kulit periungual)
Predileksi : pria (area penis, anus, skrotum, jarang di intrauretra), wanita (mukosa vulva,
cervix, perineum, sekitar anus)
S : sering asimptom, bisa gatal
Px Fisik : papul lobular ukuran 2-5 mm, multifocal, berwarna pucat, keabuan, kekuningan/
merah jambu, cauliflower-like mass (lesi warna daging/ mukosa, bentuk seperti kol,
berkembang di lokasi lembab dan tertutup seperti kulit perianal, vulva, lipatan inguinal, berbau
busuk)
Px Penunjang : asam asetat 3-5% asetat 10 menit (lesi berubah jadi putih/ acetowhitening),
PCR (untuk tau tipe HPV)
DD (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : benign penile pearly papules (pada laki-laki masa pubertas
yang tidak disirkumsisi), veruka vulgaris (vegetasi tidak bertangkai, kering, abu-abu/ warna
kulit), kondilloma lata (lesi S II, plakat erosi dan basah, spirochaeta pallidum), karsinoma sel
squamosal (vegetasi kembang kol, berbau, mudah berdarah), karsinoma verukosa/ giant
condylomata (lesi neoplastic invasive lokal, HPV tipe 16)
DD (kuliah) : consider (bowenoid papulosis, seborrheic keratosis, pearly penile papules, lichen
planus, lichen sclerosus et aphicus), rule out (erythroplasia, extramammary paget’s disease,
condylomata S II)
T : belum ada pengobatan spesifik terhadap virus
1. Podophyllin : efektif pada kutil yang terletak pada daerah lembap dan tertutup, aplikasi oleh
dokter tiap minggu, dibasuh setelah 4-8 jam, tidak boleh pada ibu hamil)
2. TCA/ trichloroacetic acid (konsentrasi 35-85%, aplikasi oleh dokter seminggu/ dua minggu
sekali, boleh pada ibu hamil)
3. Electrofulguration/ elektrokauterisasi (lebih efektif dari TCA, cryotherapy, imiquimod/
podophyllin, perlu anestesi lokal, bisa ada skar, resolusi 95%)
4. Cryotherapy (dengan nitrogen cair, resolusi 70-80%, 1-2 freez-thaw cycles pada kutil setiap
2 mm disekitar lesi setiap 1-3 minggu)
Pencegahan : vaksin HPV, wajib pada anak perempuan pubertas
Moluskum Kontagiosum
Penyakit virus pox
E : virus DNA genus molluscipox/ MCV/ molluscum contagiosum virus tipe I-IV (paling sering
tipe I), transmisi kontak langsung terutama kulit basah/ lembap
Khas : papul kubah, berkilat, ada delle/ cekungan/ lekukan/ umbilikasi di permukaan, isi massa
dengan badan moluskum
Predileksi : wajah, leher, ketiak, badan, ekstremitas (jarang di telapak), pada dewasa sering di
pubis dan genitalia
S : bintil bulat keras berkilat, dengan cekungan, tanpa inflamasi
Px Fisik :
1. Lesi individual (papul kubah seperti mutiara, permukaan halus, padat, diameter 3-5 mm,
central umbilication/ delle, jika dipijat keluar massa putih mirip butiran nasi)
2. Lesi iritasi (pustule berkrusta mirip infeksi sekunder bakteri)
Pola infeksi :
1. Anak (lesi general, beberapa hingga 100 lesi, terutama di wajah, badan dan limbs)
2. Dewasa muda (ditularkan lewat hubungan seksual, co-exist dengan IMS lainnya, lesi
kurang dari 20, sering di genitalia externa, shaft penis, abdomen bawah, paha atas)
3. Pasien HIV (wajah dan genitalia, berkonfluen membentuk plak, lesi raksasa sering
ditemukan, bisa terjadi di mukosa oral dan genital)
Px Penunjang : jika isi dikeluarkan dan diwarnai dengan pewarnaan wright/ giemsa/ gram
maka terlihat intracytoplasmic inclusion bodies
DD (kuliah) : most likely (verrucae), consider (granuloma piogenik, popular granuloma
annulare, epidermal inclusion cyst, sebaceous hyperplasia), rule out (appendageal tumor,
basal cell carcinoma, amelanotic melanoma, cryptococcosis/ histoplasmosis/ penicilliosis)
DD (Buku Ajar Dermatologi FKUI) : milia, folikulitis, lesi awal varisela
Terapi :
Kuliah Buku Ajar Dermatologi FKUI
Anak imunokompeten Observasi, kadang tidak Oleskan kantaridin 0.7%,
perlu terapi, lesi bertahan dibiarkan 4 jam lalu dicuci,
2-4 bulan, infeksi hingga timbul nyeri dan vesikel 1-3
2 tahun hari setelah aplikasi, nyeri
bisa diatasi dengan
asetaminofen, bisa vesikel
pecah diolesi krim/ salep
natrium fusidat/ mupirosin,
efek samping berupa
hiperpigmentasi pasca
inflamasi yang hilang
Dewasa dengan lesi Hilangkan core dengan Keratolitik topical (tretinoin,
genital enukleasi/ cryotherapy, bichlorocetic acid/ TCA, asam
obati pasangan seksual salisilat)
Pasien HIV HAART/ high active Antivirus per oral (cidofovir)
retroviral therapy
membantu reolusi lesi,
kuretase dan enukleasi
jika lesi sedikit,
cantharone/ TCA 100%
untuk lesi individual,
aplikasi tretinoin kontinu
setiap malam dosis
tertinggi yang masih
ditoleransi menurunkan
munculnya lesi baru
S : kista bartholini (pembengkakan labia tanpa nyeri), abses bartholini (nyeri akut dengan
pembengkakan labia unilateral, nyeri saat jalan, duduk, hubungan seksual, bengkak vulva,
bisa rupture spontan)
T : simptomatis dan antibiotic (infeksi sekunder), insisi dan drainase, tindakan operatif (eksisi/
bartolinektomi, marsupialisasi)
Komplikasi rekurensi, pendarahan, jaringan parut
Prognosis : dubius/ ragu-ragu
Abses Folikel Rambut/ Kelenjar Sebasea
Abses : kumpulan nanah yang terakumulasi dalam jaringan karena inflamasi, ada tanda
inflamasi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungiolesa)
E : staph aureus, strep beta hemolitikus
P : radang folikel rambut lalu ke jaringan sekitarnya
Px Fisik : nodul keras, nyeri, fluktuasi (+), abses, bisa rupture (ada pus, jaringan nekrotik)
T : sistemik (antibiotic), lokal (pemanasan lokal), insisi-drainase (bila lesi besar, sangat nyeri,
fluktuasi +)
1. Antibiotic first line : topical (mupirocin, fusidic acid), sistemik (dicloxacillin, amoxicillin +
asam klavulanat)
2. Antibiotic second line : sistemik (azithromycin, clindamycin, erythromycin)
K13 Keluar Cairan/ Nanah pada Kelamin Wanita
Vaginal Environment
Ekosistem dinamis, banyak koloni bakteri flora normal (lactobacilli)
pH vagina normal : 3,8-4,2 (dijaga oleh asam laktat), untuk menekan overgrowth bakteri
pathogen
Duh tubuh wanita normal : bening hingga putih, tidak berbau
Duh tubuh wanita abnormal : berbau, warna kuning kehijauan, berbusa, putih, keabuan, bisa
disertai nyeri kelamin, gatal, nyeri panggul
Infeksi terjadi pada :
1. Serviks : servisitis gonorrhea & non-gonorhea
2. Vagina : bacterial vaginosis (BV), vulvovaginal candidiasis (VVC), trichomoniasis
Px Penunjang : pemeriksaan preparat (NaCl, KOH, gram), whiff test (mencium bau amis pada
bacterial vaginosis), vaginal pH
Sindrom Duh Genital Gonorhe
Gonococcal Cervicitis/ Servitis Gonokokal
FR : partner seksual multiple, usia muda, PSK, penggunaan narkoba, konsumsi alcohol,
sosioekonomi dan pendidikan rendah, tidak menggunakan kondom, riwayat IMS
E : n gonorrhea (gram negative diplococcic, tumbuh berpasangan)
P : melekat dengan sel mukosa pada genitalia, protein membrane eksterna (PilC dan Opa)
mebantu perlekatan dan invasi lokal, invasi (endositosis), replikasi dan proliferasi,
menyebabkan reaksi radang, terjadi kerusakan sel mukosa progresif dengan respon leukosit
polimorfonuklear, pembentukan submucosal microabscess, eksudat purulent
60% asimptom pada wanita, 20-40% asimptom pada pria
Predileksi : endoserviks
S : sekret purulent/ mukopurulen, eritema, edema, bisa juga pembengkakan kelenjar bartholin
& skene’s
Px Penunjang : pengecatan gram, kultur (media thayer-martin, pria di uretra, wanita di serviks
dan uretra), PCR
T : cefixime oral 400 mg, levofloxacin oral 500 mg, tiamfenikol 3,5 gr, kanamisin IM 2 gr,
seftrikson IM
Komplikasi : pelvic inflammatory disease, abses tubo-ovary, kehamilan ektopik, nyeri panggul
kronis, infertilitas karena scar, proktitis, faringits gonococcal, DGI
Oftalmia Neonatorum
Didapat saat lahir, kontak dengan sekret mengandung Neisseria gonorrhea
S : sekret purulent dari mata
Px Penunjang : saline wet mount/ preparat saline (specimen sekret vagina, ditemukan
protozoa bentuk ovoid), kultur anaerob, immunochromatographic test (OSOM Trichomonas
Rapid Test)
T : metronidazole oral 2 gr dosis tunggal/ tinidazole 2 gr oral dosis tunggal/ metronidazole 500
mg oral 2x/ hari selama 7 hari, obati partner seksual juga
Komplikasi : kehamilan (lahir premature, BBLR), pelvic inflammatory disease atipik, transmisi
HIV
Vaginosis Bakterialis
Sindrom polimikrobial, ketidakseimbangan flora normal di vagina
Hydrogen peroksida dihasilkan lactobacilli sp.
P : awalnya lactobacilli banyak, lalu bakteri lain bertambah (vaginalis, mobiluncus sp., m.
hominis, anaerobic gram-negative rods;prevotella, porphyromonas, and bacteroides, and
peptostreptococcus)
FR : multiple sexual partner, tidak pakai kondom, lactobacilli berkurang
S : 50-70% asimptom, sekret amis putih/ abu, sering setelah intercourse/ mentruasi
Px Fisik : sekret putih homohen seperti susu pada dinding vagina
AMSEL criteria : pH vagina > 4,5, adanya > 20% clue cell pada preparat basah dengan HPF,
tes armin/ whiff test dengan 10% potassium peroxide (+), adanya sekret putih homohen seperti
susu pada dinding vagina
Px Penunjang : clue cells (sel epitel besar ditutupi bakteri)
Terapi :
Wanita tidak hamil : Alternative :
Metronidazole, 500 mg oral 2x/ hari selama 7 Tinidazole 2.0 g oral 1x/ hari selama 3 hari/
hari/ Tinidazole 1.0 g oral 1 x/ hari selama 5 hari/
Metronidazole gel, 0.75%, 5 g intravagina 1x/ Clindamycin 300 mg 2x/ hari selama 7 hari/
hari selama 5 hari/ Clindamycin ovules, 100 g iintravaginal qhs
Clindamycin cream, 5%, 5 g intravagina qhs selama 3 hari
selama 7 hari
Komplikasi : melahirkan premature, transmisi HIV, demam postpartum, endometritis
postpartum
Kandidiasis Vulvovaginal
E : c albicans, c. glabrata
FR : penggunaan antibiotic sistemik/ steroid, DM, IUD, imunosupresi, pakaian ketat
Relaps : perubahan hormone mentruasi (luteal phase), saat kehamilan
Px Fisik : gatal di vulva, terbakar, kadang nyeri kencing/ post-coitus, plak kental putih di
dinding vagina dengan eritema dan edema hingga labia/ perineum, serviks normal
Duh Tubuh Uretra Pria : cairan yang keluar dari genital (bukan urin atau darah)
Sindrom Duh Genital Gonorhe
Gonorrhea
Infeksi karena Neisseria Gonorrhoeae, merupakan IMS
E : Neisseria Gonorrhoeae (bakteri gram negative bentuk coccus)
FR : partner seksual multiple, usia muda, belum menikah, PSK, konsumsi alcohol, social
ekonomi rendah, tidak pakai kondom, riwayat STD
P : bakteri masuk sel epitel lewat pili/ fimbrae dengan bantuan protein membrane terluar,
invasi dimediasi adhesion & sphingomyelinase (endositosis), gonococci mengatur integrin sel
target untuk melindungi kerusakan sel, protease memecah rantai immunoglobulin dan
menghambat kemampuan bakterisidal normal host, di dalam sel bakteri bereplikasi-proliferasi
dan menimbulkan respon inflamasi, membrane terluar bakteri mengandung endotoxin
lipooligosaccharide (infeksi diseminata)
Menyerang membrane (mukosa sel epitel columnar), inkubasi 2-8 hari
Predileksi : uretra, rectum, faring, konjungtiva
S : keluar cairan purulent dari meatus penis, membrane mukosa uretra anterior radang, nyeri/
terbakar saat kencing, meatal bengkak & eritema
Px Fisik : pada beberapa kasus ada disebut bull head clap (radang jaringan lunak sehingga
seluruh distal oenis bengkak)
Px Penunjang : pengecatan gram (bakteri gram negative, diplokokus intrasel dalam sel PMN)
T:
Sindrom Duh Genital Non-Gonorhe
Chlamydia
E : chlamydia trachomatis (gram negative, 2 siklus hidup), penularan lewat hubungan seksual,
gejala 1-3 minggu setelah infeksi
Siklus hidup chlamydia : bentuk infektif masuk ke sel (endositosis), membelah diri (adenosine
triphosphate), ke reticulate bodies, bermbang jadi elementary body/ bentuk infektif di dalam
sitoplasma, dilepaskan dari sel
S : cairan seperti air/ mukoid dari uretra, dysuria/ nyeri berkemih
Epididymitis (cairan dari uretra dan bengkak nyeri di skrotum)
Px Penunjang : kultur specimen uretra/ anus, direct fluorescent antibody test, enzyme
immunoassay, PCR
Komplikasi : reactive arthritis, classic triad (non gonococcal urethritis, arthritis, konjungtivitis),
lower back pain, lesi kulit, regurgitasi aorta, nyeri otot
T:
Trichomonas Vaginalis
Infeksi protozoa pada epitel mukosa dan menyebabkan mikroulserasi
E : trichomonas vaginalis (protozoa parasit)
Pada pria organisme ditemukan di genitalia eksterna, uretra anterior, epididymis, prostat,
semen
S : asimptom, cairan dari uretra, dysuria, jarang (balanitis, prostatitis, epididymitis)
Px Penunjang : mikroskopis
T : metronidazole 2 gr oral/ tinidazole 2 gr oral, metronidazole 500 mg oral 2x/ hari selama 7
hari
Herpes Simplex Genitalia
E : HSV tipe 2 dan 1 (virus DNA, replikasi di kulit/ mukosa, infeksi ujung sarah lokal lalu ke
ganglia)
S : lesi di glans/ shaft penis (vesikel, pustule, ulkus eritematosa selama 2-3 weeks), nyeri,
gatal, dysuria, limfadenopati inguinal, discharge uretra, demam, nyeri kepala, nyeri otot,
malaise, herpetic sacral radiculomyelitis, retensi urin, neuralgia, konstipasi
Predileksi : pangkal paha, pantat
Lesi rekuren : bisa di lokasi sama/ beda, gejala prodromal (nyeri, gatal, terbakar, tingling),
lebih ringan dari lesi primer, sembuh tanpa pengobatan dalam 6-10 hari
Px Penunjang : PCR, tzank test, tes serologis