Anda di halaman 1dari 33

HIPOSPADIA

Nama : Abd.Halim Musahib


Stambuk : N 111 13 024
Pembimbing : dr. I Wayan Suarsana Sp.U
PENDAHULUAN

Hipospadia merupakan kelainan kongenital saluran kemih dari


perkembangan uretra anterior dimana muara dari uretra terletak
ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glans
penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau
perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan
semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatura yang
disebut “chordee”.
Normal

TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI
Secara umum, fungsi penis ada dua yaitu:
1. Urinasi, penis berfungsi sebagai tempat
keluarnya air seni atau urin dari kandung
kemih.
2. Ejakulasi, penis berfungsi untuk melepaskan
semen (air mani) dari kelenjar prostat dan
sperma dari testis.
Klasifikasi hipospadia
EPIDEMIOLOGI
Di beberapa negara, kejadian hipospadia dapat
meningkat. Secara umum, frekuensi tampaknya agak
konstan, pada 0,26 per 1000 kelahiran hidup di Meksiko
dan Skandinavia dan 2.11 per 1000 kelahiran hidup di
Hungaria.

Pada hipospadia yang timbul dalam 8 per 1000


bayi laki-laki. Hipospadia cenderung familial
dan sering disertai dengan chordee, suatu
lengkungan ventral penis.

Insiden hipospadia lebih tinggi pada ras kulit


putih daripada ras kulit hitam, dan faktor
genetik berperan sekitar 7% untuk kejadian
hipospadia
ETIOLOGI
Faktor Genetik: Prevalensi 8 % hipospadia dapat diturunkan dari ayah
yang menderita hipospadia.

Faktor hormon: hormon androgen sangat


berpengaruh terhadap kejadian hipospadia karena
berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa
embrional. Androgen dihasilkan oleh testis dan
placenta karena terjadi defisiensi androgen akan
menyebabkan penurunan produksi
dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi oleh 5 ɑ
reduktase, ini berperan dalam pembentukan penis
sehingga bila terjadi defisiensi androgen akan
menyebabkan kegagalan pembentukan uretra yang
disebut hipospadia.
Faktor Lingkungan: Biasanya faktor lingkungan
yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi..
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
• kesulitan dalam mengatur aliran kencing.
• penderita harus miksi dalam posisi duduk
• mengalami gangguan hubungan seksual.

Pemeriksaan Fisik
• OUE tidak berada di ujung glans penis
• Preputium tidak ada di bagian bawah penis.
• Biasanya jika penis mengalami kurvatura ( melengkung)
ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee
yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans
penis.
• Dapat timbul tanpa chordee bila letak meatus pada dasar
dari glans penis.
DIAGNOSIS

Inspeksi:

Px. Penunjang:

1. Pemeriksaan Ultrasound
Prenatal ( Untuk medeteksi
adanya kelainan genitourinari
sebelum kelahiran bayi )
2. Uretroskopi
3. Sistoskopi
Penatalaksanaan
• Membuat penis lurus dengan memperbaiki chordee
• Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada
ujung penis (uretroplasti)
• Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia
eksterna (kosmetik) dengan merekonstruksi jaringan
yang membentuk radius ventral penis (glans, corpus
spongiosum dan kulit)
PRINSIP PEMBEDAHAN
1) Eksisi chordee
Setelah insisi dari
hipospadia telah dilakukan 2) Urethroplasti
dan flap telah diangkat, -Membentuk uretra dan
seluruh jaringan yang meatusnya yang bermuara
dapat mengakibatkan pada ujung penis
penis menjadi bengkok
diangkat dari sekitar
meatus dan dibawah
glans.
3) Penile Covering
Apabila penis telah menjadi lurus dan uretra telah
direkonstruksi sempurna, banyak ahli bedah
menganjurkan untuk ditutup neouretra dengan
jaringan yang masih sehat.
• MAGPI (Meatal Advancement
and Glanuloplasty Incorporated):
Prosedur MAGPI lebih kearah
membentuk kembali (reshaping)
glans dan dalam hal ini meatus
uretra sudah dipindahkan ke
ujung penis. Teknik MAGPI ini
dapat digunakan untuk pasien
dengan hipospadia glanular
distal.
• Mathieu
A: Garis insisi. B: Diseksi
Mathieu flap dan insisi
sepanjang tepi urethral
plate.C: Menjahit Mathieu
flap di sepanjang tepi urethral
plate yang telah dimasukkan
kateter ukuran 8F (2.64-mm)
hingga 10F (3.30-mm). D:
glansplasti, dan sirkumsisi.
• Onlay
A: Garis insisi B: Diseksi preputium
berbentuk segi empat C dan D:
Mukosa preputium yang sudah
didiseksi dipindahkan ke urethral
plate supaya bisa menjadi dasar dan
menutup urethral plate.
• Buccal Mucosal Graft:
Apabila penis telah
menjadi lurus dan uretra
telah direkonstruksi
sempurna, banyak ahli
bedah menganjurkan
untuk ditutup neouretra
dengan jaringan yang
masih sehat
A: Mukosa buccal berbentuk segi empat diambil dari
bagian dalam bibir bawah. B: Buccal graft (uretroplasti).
KOMPLIKASI
 Infertilitas : menurunnya fungsi reproduksi
dalam memperoleh keturunan
 Psikososial : penderita hipospadia memiliki
pola pergaulan yang cenderung menutup diri
Komplikasi Setelah Pembedahan

Perdarahan : Perdarahan postoperasi jarang terjadi dan


biasanya dapat dikontrol dengan balut tekan. Tidak jarang hal
ini membutuhkan eksplorasi ulang untuk mengeluarkan
hematoma dan untuk mengidentifikasi dan mengatasi sumber
perdarahan.
2. Infeksi : Infeksi merupakan komplikasi yang cukup jarang dari
hipospadia. Dengan persiapan kulit dan pemberian antibiotika
perioperatif hal ini dapat dicegah.

3. Edema : Edema lokal dan bintik-bintik perdarahan dapat terjadi


segera setelah operasi dan biasanya tidak menimbulkan masalah
yang berarti.

4. Jahitan yang terlepas

5. Nekrosis flap
6. Ketidakpuasan kosmetis : Komplikasi ini biasa terjadi hasil dari
penjahitan yang irregular, gumpalan kulit (skin blobs), atau kulit
bagian ventral yang berlebihan. Jika aspek ventral glans pendek
dan tidak ada mucosal collar disekeliling glans, hasilnya adalah
mengecewakan. Namun yang harus diingat sering pasien dan ahli
bedah masing-masing mempunyai tanggapan yang beda tentang
kosmetis.
7. Stenosis atau menyempitnya meatus uretra karena edema atau
hipertropi scar pada tempat anastomosis. Adanya aliran air seni
yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya
stenosis meatus. Stenosis meatal lazimnya mudah untuk ditangani
dengan melakukan operasi meatal revision. Namun, stenosis di
proximal adalah paling parah dan cuma bisa diperbaiki dengan
dilatasi uretra, yang mana tidak memungkinkan untuk dilakukan
pada anak.
Prognosis
Secara umum hasil fungsional dari one-stage
procedure lebih baik dibandingkan
dengan multi-stage procedures karena insidens
terjadinya fistula atau stenosis lebih sedikit, dan
lamanya perawatan di rumah sakit lebih singkat
maka prognosisnya baik.
Perhatian!!!

Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra sekolah agar


tidak mengganggu kegiatan belajar pada saat operasi. Perlu
diingat bahwa seringkali rekonstruksi hipospadia membutuhkan
lebih dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi komplikasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai