Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

LOW BACK PAIN

Pembimbing :
dr. Muhammad Agus Toha Sp.PD

Disusun Oleh :
Adhitya Surya Dwi Atmaja 201820401011143

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT

LOW BACK PAIN

Referat dengan judul “LOW BACK PAIN” telah diperiksa dan disetujui sebagai

salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di

bagian SMF Ilmu Peyakit Dalam.

Surabaya, 17 Februari 2020


Pembimbing

dr. Muhammad Agus Toha Sp.PD

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis telah menyelesaikan penyusunan refreat dengan topik “Low

Back Pain”.

Penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

pada program pendidikan profesi dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan di RSU Haji Surabaya.

Ucapan terima kasih kepada dr. Muhammad Agus Toha Sp.PD selaku dokter

pembimbing terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua

pihak terkait yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

referat ini.

Penulis menyadari penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan.

Dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penyusunan referat ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 20 Februari 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul di masyarakat
kita. Hampir setiap orang pernah mengalami episode nyeri punggung bawah di
sepanjang hidupnya. Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai
sedang dan sebentar. Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan
orang.
Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa
mengetahui penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat
trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid yang lama, dan lain-lain.
Prevalensi di Amerika Serikat sekitar 15-20%, dan tertinggi pada usia 45-60
tahun, sedangkan di Indonesia menurut Community Oriented Program for Control of
Rheumatic Disease 13-18% dan puncak insidens terjadi pada usia antara 45-60 tahun.
Nyeri punggung bawah harus mendapat perhatian penting karena berefek
terhadap pekerjaan pasien, 80% orang dewasa bekerja akan mengalami nyeri
punggung bawah dan 1 dari tiga jumlah tersebut tidak dapat bekerja karena nyeri
punggung bawah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, yang dapat merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau
keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke
daerah lain atau sebaliknya (referred pain).
NPB merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka
yang disertai penjalaran ke tungkai dan kaki. Mobilitas punggung bawah sangat
tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat
berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus uranius.
Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu
dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.

II.2 Struktur Punggung dan Organ Lain yang Berdekatan


Garis besar struktur punggung bawah adalah sebagai berikut:
a. Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya termasuk, diskus
intervertebralis dan nukleus pulposus.
b. Jaringan saraf yang meiputi konus medularis, filum terminalis, duramater,
dan araknoid, radiks dengan saraf spinalnya.
c. Pembuluh darah dan muskulus atau otot skelet.
Organ lain di luar struktur punggung bawah adalah traktus digestivus, traktus
urinarius, traktus genitalis. Sementara itu masih ada lagi satu struktur yanng tak
akan pernah terlihat, akan tetapi dapat sangat berperan dalam hal terjadinya
keluhan NPB. Struktur tadi ialah status mental atau kondisi psikologis.
Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit – unit fungsional yang terdiri dari
segmen anterior dan segmen posterior.

5
1. Segmen anterior
Sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga badan.
Segmen ini meliputi korpus vertebra dan diskus intervertebralis yang diperkuat
oleh ligamentum longitudinale anterior dan ligamentum longitudinale posterior.
Ligamentum longitudinale posterior membentang dari oksiput sampai sakrum; di
daerah setinggi vertebra lumbal ke satu menyempit sehingga di bagian akhir
tinggal separuh di bagian atas.
Hal ini mungkin untuk mempermudah gerakan vertebra di daerah lumbal, namun
hal ini juga menyebabkan tidak terlindunginya daerah posterolateral diskus
intervertebralis sehingga diskus ini lebih mudah mendesak ke dalam kanalis
spinalis, yang dalam kenyataannya banyak dijumpai.
2. Segmen posterior
Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus
spinosus. Satu sama lain dihubungkan dengan sepasang artikulasi dan beberapa
ligamentum serta otot. Gerakan tubuh yang terbanyak ialah gerakan fleksi dan
ekstensi, dan gerakan ini paling banyak dilakukan oleh sendi L5 – S1, yang
dimungkinkan oleh bentuk artikulasinya tidak datar tetapi membentuk sudut 30
derajat dengan garis datar. Titik tumpu berat badan terletak kira – kira 2,5cm di
depan S2. Titik ini penting karena setiap pemindahan titik tersebut akan
memaksa tubuh untuk mengadakan kompensasi dengan jalan mengubah sikap.
3. Diskus intervertebralis
Diskus ini terdiri dari anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Anulus
vibrasus terdiri dari beberapa anyaman serabut fibro elastik yag tersusun
sedemikian rupa sehingga tahan untuk mengikuti gerakan vertebra atau tubuh.
Tepi atas dan tepi bawahnya melekat pada korpus vertebra.
Di tengah – tengah anulus tadi terdapat suatu bahan kental dari
mukopolisakarida yag banyak mengandung air. Mulai usia dekade kedua, anulus
dan nukleus tadi mengalami perubahan. Serabut fibroelastik mulai putus yang

6
sebagian diganti jaringan dan sebagian lagi rusak; hal ini berlangsung terus
menerus sehingga terbentuk rongga – rongga dalam anulus yang kemudian di isi
bahan dari nukleus pulposus.
Nukleus pulposus juga mengalami perubahan yaitu kadar air berkurang.
Dengan demikian terjadi penyusutan nukleus dan bertambahnya ruangan dalam
anulus sehingga terjadi penurunan tekanan intradiskus. Hal ini menyebabkan :
a. Jarak antar vertebra akan mengecil atau memendek, dengan akibat terlepasnya
ligamentum longitudinale posterior dan anterior, sehingga terbentuk rongga
antara vertebra dengan ligamentum yang kemudian di isi jaringan fibrosis dan
mengalami pengapuran. Hal terakhir ini dikenal sebagai osteofit, yang apabila
terlalu besar atau menonjol dapat menekan medula spinalis atau
mempersempit kanalis spinalis.
b. Mendekatnya kapsul sendi posterior sehingga timbul rangsangan sinovial.
c. Materi nukleus pulsposus yang masuk ke dalam rongga – rongga di anulus
makin banyak dan makin mendekati lapisan terluar sehingga bila secara
mendadak tekanan intradiskus naik maka isi nukleus akan menonjol keluar
dan terjadilah hernia nukleus pulposus.

II. 3 Fisiologi Nyeri


Rangsangan nyeri yang dapat berupa rangsangan mekanik, ternik atau suhu,
kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf
bebas yang mempunyai spesifikasi. Di sini ada dua kelompok yaitu :
1. Yang berganti neuron dilamina I yang kemudian menyilang linea mediana
membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini disebut
sistem neospinotalamik yang menganyarkan rangsangan secara cepat
2. Bersinaf dilamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinapsis disubstansia retikularis batang otak dan di
talamus. Sistem ini disebut sistem paleospinotalamik yang menghantarkan
perasaan nyeri yang kronik dan kurang terlokalisasi.

7
II.4 Mekanisme Nyeri
1. Nyeri Inflamasi
 Stimuli menyebabkan inflamasi jaringan menyebabkan perubahan
komponen nosiseptif  Jaringan yang inflamasi mengeluarkan mediator
inflamasi (prostaglandin,bradikinin dll)  Mediator inflamasi
mengaktivasi/mensensitasi nosiseptor langsung/ tidak langsung 
menyebabkan nyeri & sensitasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia
 Dua jenis hiperalgesia: primer & sekunder
 Hiperalgesia primer dibangkitkan stimulasi termal & mekanikal;
sementara hiperalgesia sekunder hanya mekanikal
 Hiperalgesia sekunder terjadi karena kemampuan neuron di kornu dorsalis
medula spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal
 Proses modulasi terjadi karena impuls terus-menerus menstimulasi MS
yang berasal dari daerah lesi sehingga kornu dorsalis jadi sensitif
(sensitisasi sentral)
2. Nyeri Neuropatik
 Nyeri neuropatik pada pasien NPB: penekanan/jeratan radiks oleh HNP,
penyempitan kanalis spinalis, pembengkakan artikulasio/jaringan sekitar,
fraktur mikro, penekanan tumor dsb
Iritasi serabut saraf menyebabkan:
1. Penekanan hanya terjadi pd selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang distribusi saraf dan bertambah bila
peregangan serabut saraf
2. Penekanan serabut saraf sehingga terjadi gangguan keseimbangan
neuron sensorik melalui perubahan molekuler. Perubahan molekuler
menyebabkan aktivitas SSA abnormal dengan timbulnya aktivitas
ektopik (aktivitas di luar nosiseptor),akumulasi saluran ion Na dan
saluran lain di daerah lesi.

8
 Penumpukan saluran ion Na & saluran ion baru di daerah lesi
menyebabkan timbulnya mechano-hot-spot yg sangat peka rangsang
makanis & temperatur (mekanikal & termal hiperalgesia)
 Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik
spontan:parestesia, disestesia, nyeri seperti kesetrum listrik dsb
 Terjadinya hiperalgesia & alodinia pada nyeri neuropatik disebabkan
fenomena wind-up, LTP (Long-term Potentiation) & perubahan fenotip
Aβ2

II.5 Faktor Resiko


Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Nyeri Punggung
Bawah :
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan
juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih
kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan
mekanisme gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari
lumbal spine
4. Berat tubuh
5. Trauma
Beberapa membagi faktor resiko menjadi :
1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur
tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat >80),
HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok
2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,
terpelintir.
3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres.

9
II.6 Penyebab Nyeri Punggung Bawah
Kondisi Hubungan dengan klinik

NPB tdk spesifik(mekanik, nyeri Tidak ada gangguan saraf, nyeri terlokalisir di
sendi, osteoarthritis,spasme otot) area lumbosacral
Sciatica / herniasi diskus Punggung-ekstremitas inferior berhubungan,
pola spasme radikuler, lassegue (+)
Fraktur spina (fraktur kompresi) Riwayat trauma(+), osteoporosis, nyeri
terlokalisir pada spina
Spondylolysis Pada atlet muda nyeri pd ekstensi spina,
gambaran defek pd interartikularis pd foto
obliq
Proses keganasan (multiple BB turun tanpa sebab yg jelas, demam,
myeloma), metastase gambaran serum protein abnormal pd
elektroporesis, riwayat keganasan
Penyakit jaringan ikat (SLE) Demam, LED , antinuclear antibodies(+),
scleroderma, rheumatoid arthritis
Infeksi (disc space, spinal Demam, penyalahgunaan obat terlarang IV,
tuberculosis) riwayat TB
Aneurisma aorta abdominal Tdk dpt mnemukan posisi yg nyaman, NPB
tdk hilang dgn istirahat, teraba masa
berdenyut di abdomen
Sindrom kauda equina (spinal Retensi urin, ggn miksi&defekasi, anestesi
stenosis) saddle, kelemahan ekstremitas inferior scr
progresif
Hiperparathyroidism Berhubungan dgn hypercalcemia, batu ginjal,
konstipasi
Ankylosing spondylitis (morning Laki-laki usia 20, HLA-B27 antigen (+),
stiffness) family history(+), LED
Batu ginjal Nyeri flank area yg kolik ke arah groin,
hematuria, Tdk dpt mnemukan posisi yg
nyaman

II.7 Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas

10
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak
terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat
dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut
ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf
dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam
system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden
harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang
terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun
atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama
lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara
disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-

11
sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri
punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut.

II.8 Klasifikasi
a. Berdasarkan perjalanan klinis
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan kurang dari
6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low Back Pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri pingang akut terfokus pada istirahat dan
pemakain analgetik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang –
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang

12
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
b. Berdasarkan keluhan nyeri
Keluhan nyeri yang beragam pada pasien NPB dan nyeri diklasifikasikan
sebagai nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar ( refered pain 0 atau
spasmodik :
1. Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal yang berasal dari proses patologik yang merangsang ujung
saraf sensorik, umumnya menetap , namun dapat pula interminten, nyeri
dipengaruhi perubahan posisi, bersifat tajam atau tumpul.
2. Nyeri radikular
Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf saraf spinal
(spinal never root), dan keluhan ini lebih dirasakan berat pada posisi yang
mengakibatkan tarikan seperti membungkuk dan berkurang dengan
istirahat.
3. Nyeri menjalar (referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum yang mengenai
dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.
c. Berdasarkan karakteristik NPB
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan
patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh.
1. NPB Viserogenik
NPB Viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik ginjal
atau visera didaerah pelvis, serta tumor retroperitonial. Riwayat nyeri
biasanya dapat dibedakan dengan NPB yang bersifat spondilogenik. Nyeri
viserogenik ini tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya
tidak berkurang dengan istirahat. Penderita NPB viserogenik yang
mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat dalam upaya untuk

13
meradakan perasaan nyerinya. Sementara itu NPB spondilogenik akan lebih
memilih berbaring diam dalam posisi tertentu yang paling meredakan rasa
nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor didinding ventrikulus dan duodenum
akan menimbulkan induksi nyeri didaerah epigastrium. Tetapi bila dinding
bagian belakang turut terlibat dan terutama apabila ada perluasan
retroperitoneal, maka nyeri mungkin juga akan terasa di punggung. Nyeri
tadi biasanya terasa digaris tengah setinggi lumbal pertama dan dapat naik
sampai torakal ke-6.
2. NPB Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat
menimbulkan NPB dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan
aktivitas tubuh. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan
nyeri dibagian pantat, yang makin memperberat pada saat berjalan akan
mereda pada saat diam berdiri. Nyeri ini dapat menjalar kebawah, sehingga
mirip dengan iskialgia, tetapi nyeri ini tidak berpengaruh terhadap
presipitasi tertentu, misalnya membungkuk dan mengangkat benda berat.
Klaudikasio intermintens- nyeri interminten di betis sehubungan
dengan penyakit vaskular perifer, suatu saat akan sangat menyerupai
iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks. Namun demikian, dengan
adanya riwayat yang khas ialah nyeri yang makin berat pada saat berjalan,
dan kemudian mereda pada saat diam berdiri, tetap memberikan gambaran
ke aarah insufiensi vaskular perifer.
3. NPB Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan NPB yaitu pada :
a. Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah
neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan meningioma. Nyeri yang

14
diakibatkan neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat
HNP. Pada umumnya gejala pertama adalah nyeri kemudian timbul
gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas, dan vegetatif.
Rasa nyeri sering timbul waktu sedang tidur sehingga membangunkan
penderita. Rasa nyeri berkurang kalau untuk berjalan. Dengan demikian
penderita cenderung bangkit dari tempat tidur untuk berjalan – jalan.
b. Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses
degenerasi diskus intervetebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum
flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adalah klaudikasio interminten yang
disertai rasa kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya
masih tetap ada. Bedanya dengan klaudikasio interminten pada penyumbatan
arteri ialah disini denyut nadi hilang dan tidak rasa kesemutan.
4. NPB Spondilogenik
NPB spondilogenik adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses
patologik di artikulasio sakroiliaka.
a. NPB Osteogenik sering disebabkan:
- Radang atau infeksi, misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberkulosa.
- Trauma yang menyebabkan fraktur maupun spondilositesis
(bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra di bawahnya)
- Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks)
maupun sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di
kelenjar tiroid, paru – paru, payudara, hati, prostat dan ovarium.

15
- Kongenital, misalnya skoliosis dan lumbal. Nyeri yang timbul
disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior
satu sisi.
- Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis.
b. NPB Diskogenik :
- Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin
menyempitnya jarak antar vertebra sehingga mengakibatkan
terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intevertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada
spondilosis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan
tertekannya radiks oleh kantung duramater yang mengakibatkan
iskemia dan radang. Pada foto rontgen lumbal orang usia lanjut
sering ditemukan gambaran spondilosis mskipun tidak ada keluhan
NPB. Oleh karena itu, bila pada manusia usia lanjut ada keluhan
NPB dan ditemukan spondilosis, maka masih perlu dicari
kemungkinan penyebab yang lain. Gejala neurologiknya timbul
karena gangguan pada radiks , yaitu gangguan sensabilitas dan
motorik (paresis, fasikulasi dan mungkin atrofi otot). Nyeri akan
bertambah apabila tekanan cairan serebrospinal dinaikkan dengan
cara mengejan (percobaan Valsava) atau dengan menekan kedua
vena jugularis (percobaan Naffziger).
- Hernia nukleus pulposus (HNP), ialah keadaan dimana nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi
di bagian lateral dan ini yang banyak terjadi, disebut HNP lateral,
dapat pula di bagian tengah dan disebut HNP sentral.
Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus
intervertebralis, maka banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada

16
yang berusia muda mungkin ada faktor penyebab yang lain. Ada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat (terutama secara mendadak), mendorong
benda berat. Laki – laki banyak mengalami HNP daripada wanita.
Gejala yang timbul pertama kali adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi dan nyeri tekan di
temapt tadi. Hal ini disebabkan oleh spasme otot dan spasme ini
menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis.
HNP sentral akan menimbulkan paraparese flaksid, parestesi dan
retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5.
Pada HNP lateral L5-S1 antara rasa nyeri terdapat di punggung
bawah, di tengah –tengah antara kedua pantat dan betis, belakang
tumit, dan telapak kaki. Di tempat – tempat tersebut akan terasa nyeri
bila ditekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks
achiles negatif. Pada HNP latelar L4 – L5 rasanyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungaki bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kkai
berkurang dan refleks patela negatif. Sensabilitas pada dermatom
yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
- Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi sakroiliaka
yang kemudian menjalar ke atas, daerah leher, gejala permulaan
berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas – ruas bambu sehingga bamboo spine.
c. NPB Miogenik : disebabkan ketegangan otot, spasme otot, defisiensi
otot, otot yang hipersensitif.
- Ketegangan otot,disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang – ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot
yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak

17
akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau
kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot – otot
menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima
beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan
pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan
miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
- Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba
dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau
kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala khas,
ialah dengan adanya kontraksi otot ini memberikan gejala yang khas,
ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat.
Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaigus menambah
kontraksi.
- Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena mobilisasi.
- Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang
apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke
daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah
picu, dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita NPB, tidak jarang
dijumpai adanya noktah picu ini. Tidak ini apabila ditekan dapat
menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman.

5. NPB Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan
depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi. Pada anamnesis akan
terungkap bahwa penderita mudah tersinggung, sulit tertidur atau mudah

18
terbangun di malam hari tetapi akan sulit untuk tidur kembali, kurang tenang
atau mudah terburu – buru tanpa alasan yang jelas.
II.9 Tanda dan Gejala
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam
kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari
aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih
tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal
di daerah nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang

19
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan
atu demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
II.10 Diagnosis2,4
Anamnesa
 Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
 Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu?apa pekerjaan sehari-
hari?adakah suatu trauma?
 Dimana letak nyeri?sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan
dimana letak nyerinya.Ada tidak penjalaran?
 Bagaimana sifat nyeri ?apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu?
Apakah bertambah pada kegiatan tertentu
 Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
 Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
 Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada tidak
gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
- Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,
pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada
hambatan selama melakukan gerakan
- Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah
ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas

20
- Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring
dan bangun dari berbaring
- Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.

Palpasi dan perkusi


- Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling
ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa
paliag nyeri.
- Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau anterior – posterior

Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang
bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf
tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan
menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat
diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa
sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka
tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang
terganggu.

2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka

21
musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang
dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang bersifat
halus) pada otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang
disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun
atau menghilang
- Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat
berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul
dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka
refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi ini negatif.
- Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam
posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung
kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles
dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks achiles
positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap lurus.
Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi
pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan
saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue

22
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri
pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.
Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang
membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah
sendi coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut
d. Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi,
extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu
diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini
dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila
timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non
neurologik misalnya coxitis.
e. Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan
mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis
]spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas
juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal atas.
Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf tersebut
f. Viets dan naffziger test
Penekanan vena jugularis dengan tangan (viets)atau dengan manset
sebuah alat ukur tekanan darah hingga 40 mmhg(naffziger)
g. Ober’s sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam
posisi fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara
mendadak dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini akan cepat turun
atau jatuh ke bawah. Bila terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi
tersebut maka tungkainya akan jatuh lambat.

23
h. Neri’s sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan
akan terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.
i. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf
autonom, dan dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan yang ada
yaitu sesuai dengan radiks atau saraf spinal yang terkena.

Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah


1. Pemeriksaan rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan
menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom, penyakit
urilogik atau ginekologik yang berada di panggul

24
2. Pemeriksaan vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya
penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint
Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan oleh bagian
ortopedi.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Laju endap darah
Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan laju
endap darah yang menyolok.
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)
3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis
Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal
4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.

Pemeriksaan Cairan Otak


Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan
jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel dalam
cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.

Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dari intervertebral space, foramen intervetebralis,
sacroiliac joint. Gambaran osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis
bisa didapatkan.

25
2. X-foto dengan kontras
Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film.
3. Discografi
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien. Dengan
ini dapat diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang dapat
menimbulkan nyeri. Discogram juga dapat digunakan untuk perencanaan
preoperative lumbar spinal fusion.5
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral, lateral
recess entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT Scan
kontras dengan memasukkan radioaktif marker IV.4,5
5. MRI
TABEL 2
indikasi selektif untuk pemeriksaan radiologi

usia >50 tahun


Riwayat trauma (+)
Defisit neuromotor
Kehilangan BB tanpa sebab yg jelas (10kg dlm 6 bln)
Suspek ankylosing spondylitis
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Riwayat kankertory
Penggunaan kortikosteroid
Temperatur >=37.8°C (100.0°F)
Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dgn keluhan sama dan tdk ada perbaikan

Adapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in primary care: current use and
effects of selective ordering criteria. J Gen Intern Med 1986;1:20-5.

II.11 Diferensial Diagnosis


TABLE 3
Differential Diagnosis of Low Back Pain

Primary mechanical derangements Metabolic disease


Ligamentous strain Osteoporosis
Muscle strain or spasm Osteomalacia
Facet joint disruption or degeneration Hemochromatosis
Intervertebral disc degeneration or Ochronosis

26
herniation
Vertebral compression fracture
Vertebral end-plate microfractures
Spondylolisthesis Inflammatory rheumatologic disorders
Spinal stenosis Ankylosing spondylitis
Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis Reactive spondyloarthropathies (including
Scheuermann's disease (vertebral Reiter's syndrome)
epiphyseal aseptic necrosis) Psoriatic arthropathy
Infection Polymyalgia rheumatica
Epidural abscess Referred pain
Vertebral osteomyelitis Abdominal or retroperitoneal visceral
Septic discitis process
Pott's disease (tuberculosis) Retroperitoneal vascular process
Nonspecific manifestation of systemic Retroperitoneal malignancy
illness Herpes zoster
Bacterial endocarditis Paget's disease of bone
Influenza Primary fibromyalgia
Neoplasia Psychogenic pain
Epidural or vertebral carcinomatous Malingering
metastases
Multiple myeloma, lymphoma
Primary epidural or intradural tumors

Reprinted with permission from Heffernan JJ. Low back. In: Noble J, Greene HL II, Modest GA,
Levinson W, Young MJ, eds. Textbook of primary care medicine. 2d ed. St. Louis: Mosby, 1996:1026-40.
By permission of Mosby-Year Book.

Untuk mendiagnosa nyeri punggung bawah tidak mudah karena banyak factor yang
dapat menyebabkannya, termasuk factor non organic. Untuk itu pasien diminta untuk
mendeskripsikan distribusi nyeri, dan jenis nyeri. Jika distribusi yang ditunjukkan
tidak sesuai anatomi, harus dipertimbangkan adanya factor psikogenik. Test waddel’s
dapat dikerjakan untuk mengidentifikasi penyebab nonorganik .
TABEL 4
Waddell's Tests for Nonorganic Physical Signs

Test Inappropriate response

Tenderness Superficial, nonanatomic tenderness to light touch


Simulation  
Axial loading Vertical loading on a standing patient's skull produces low back pain
Rotation Passive rotation of shoulders and pelvis in same plane causes low back pain
Distraction Discrepancy between findings on sitting and supine straight leg raising tests
Regional disturbances  
Weakness "Cogwheel" (give-way) weakness

27
Sensory Nondermatomal sensory loss
Overreaction Disproportionate facial expression, verbalization or tremor during examination

*--Three or more inappropriate responses suggest complicating psychosocial issues in patients with low
back pain.
Adapted from Waddell G, McCulloch JA, Kummel E, Venner RM. Nonorganic physical signs in low-back
pain. Spine 1980;5:117-25.

II.12 Penatalaksanaan
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan edukasi
dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan pasien sehingga
sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari sering dapat meringankan nyeri. Namun
jika terlalu lama tidak dianjurkan. Penggunaan obat-obatan NSAID dapat membantu,
dan untuk obat-obatan yang lebih keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan
narkotik dapat digunakan dalam jangka waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan, disebut
pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun. Termasuk bantuan pasif
adalah terapi panas, terapi dingin, massage, ultrasound, stimulation listrik, traksi dan
akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung bawah adalah
prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau merusak area yang dirasakan
atau yang menyebabkan nyeri, contohnya intra discal electrothermy (IDET) yang
mana sebuah coiled wire ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan
radiofrequency ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat merusak jaringan,
memiliki resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih lama dibanding terapi
yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak dilakukan prosedur
bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring
ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa

28
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain
analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS) misalnya piroksikam,
antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat
penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik
juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan
antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
 Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk
HNP).
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut,
serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang

29
terasa nyeri atau sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari atau 48
jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko
komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga
menyebabkan infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot
belakang dan melancarka peredaran darah.
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur
yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui
adalah gangguan fungsi otonom dan paraplegia.
e. Rehabilitasi

30
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat
segera bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari.
Agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami komplikasi yang
membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi
saluran kencing, dan sebagainya.

II.13 Terapi menurut Jenis Nyeri Punggung Bawah


a. NPB Non Spesifik
Terapi: anti ansietas, anti depresan, cognitive behavioral treatment serta mencari
penyebab
b. NPB Psikogenik
Terapi: analgetik,sitostatika dan radioterapi
c. NPB Tumor Ganas
Terapi: analgetik, kalsium, kalsitriol, bifosfonat dan raloxifen, calcitonin
d. NPB Osteoporosis
Terapi analgesik, OAINS, fisioterapi, suntikan steroid epidural
Pembedahan bila ada defisit neurologik yg progresif atau nyeri menetap
e. NPB Stenosis Lumbal
Sebagian besar terapi konservatif: tirah baring, obat-obat & fisioterapi
Pembedahan segera bila ada tanda sindroma kauda equina atau defisit
neurologik yg progresif
f. NPB HNP
Terapi: tirah baring ≤2 hr, analgetik & NSAID, kompres hangat, jika perlu
suntikan lokal anestesi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. www. America Academy of Orthopaedic Surgeon.org

2. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain.

The American academy of family physician. November 15, 1999 (online

www.aafp.org 22 Mei 2007 19.00 pm)

32
3. P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA chap.3. 2000.

(online www. HCNA.org. tgl 23/5/2007)

4. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management

Low Back Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124 –

135. Oxford University Press. Great Britain. 2001

33

Anda mungkin juga menyukai