Anda di halaman 1dari 28

Referat

Rehabilitasi Medik pada Pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus

Oleh :

Joana Maria Posumah

210141010262

Masa KKM : 10 Juli – 23 Juli 2023

Supervisor Pembimbing :

dr. Jenny J. C. Pandaleke, Sp. KFR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan Judul :

Rehabilitasi Medik pada Pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus

Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada Juli 2023


di Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado

Oleh :
Joana Maria Posumah
210141010262

Supervisor Pembimbing:

dr. Jenny J. C. Pandaleke, Sp. KFR


DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTEBRAE .............................................. 4

B. DEFINISI ........................................................................................................ 7

C. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................ 7

D. PATOFISIOLOGI .......................................................................................... 8

E. ETIOLOGI .................................................................................................... 10

F. GEJALA KLINIS......................................................................................... 11

G. DIAGNOSA ................................................................................................. 13

H. PENATALAKSANAAN .............................................................................. 16

I. EDUKASI ..................................................................................................... 20

J. PROGNOSIS................................................................................................ 23

BAB III :KESIMPULAN .......................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25

1
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”.


Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang
sakrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural
dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika. 1

Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh


manusia. Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak,
pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting.

Peranan otot-otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan


ketika mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang
ditempatkan di dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki
pada berbagai sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal
ketika berdiri tegak.

Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh
penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa
dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan
di dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai
50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan
mengencangkan otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan
dalam berbagai posisi. 1

Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat
meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan
mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna
vertebralis torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta
lumbal sebagai simpai tongnya.

Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low
Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat,

2
dan biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena
anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena capek
bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke
tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul).
Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan
sering membungkuk. 1,2

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTEBRAE 1,2

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis
adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-
tulang tak beraturan, disebut vertebrae.

Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :


- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygate (4, 3 bawah biasanya menyatu)

4
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas
2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis
vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara
satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior.

Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.


Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

5
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya


adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri
adalah:

• Lig. Longitudinale anterior


• Lig. Longitudinale posterior
• Corpus vertebra dan periosteumnya
• Articulatio zygoapophyseal
• Lig. Supraspinosum
• Fasia dan otot

6
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas
daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-
otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.

Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti
oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan
sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1
sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.

B. DEFINISI

HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari


discus intervertebralis melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan
radix spinalis dan menimbulkan gangguan.3

C. EPIDEMIOLOGI

HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-3 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan
yang banyak membungkuk dan mengangkat.

7
Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat
pada bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero
lateral, dengan kompresi radiks saraf. 3

D. PATOFISIOLOGI 1,2,3

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :


1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus pulposus (gel) yang akhirnya keluar, kemudian timbul rasa nyeri oleh
karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks.

Diskus intervertebralis terdiri dari nukleus pulposus (NP) di bagian dalam


dan anulus fibrosus (AF) di bagian luar. Nuklous pulposus sentral adalah tempat
sekresi kolagen dan mengandung banyak proteoglikan, yang memfasilitasi retensi
air, menciptakan tekanan hidrostatik untuk menahan kompresi aksial tulang
belakang. NP terutama terdiri dari kolagen tipe II, yang menyumbang 20% dari
keseluruhan berat keringnya. Sebaliknya, AF berfungsi untuk mempertahankan NP
di tengah diskus dengan jumlah proteoglikan yang rendah, yaitu 70% dari berat
8
keringnya dan terdiri dari serat kolagen tipe I yang konsentris. Pada hernia nukleus
pulposus (HNP), penyempitan ruang thecal sac dapat disebabkan oleh penonjolan
diskus melalui AF yang utuh, ekstrusi NP melalui AF meskipun masih
mempertahankan kontinuitas dengan ruang diskus, atau hilangnya kontinuitas
sepenuhnya dengan ruang diskus dan sekuestrasi fragmen bebas. Beberapa
perubahan dalam biologi diskus intervertebralis dianggap berkontribusi terhadap
HNP diantaranya seperti menurunnya retensi air di NP, peningkatan persentase
kolagen tipe I di dalam NP dan AF bagian dalam, degradasi bahan kolagen dan
matriks ekstraseluler (ECM), dan peningkatan regulasi sistem degradasi seperti
apoptosis, ekspresi matriks metalloproteinase (MMP), dan jalur inflamasi.

9
E. ETIOLOGI 4,5

Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :


• Degenerasi diskus intervertebralis
• Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

• Trauma berat atau terjatuh

• Sering mengangkat atau menarik benda berat

10
F. GEJALA KLINIS
Gejala khas HNP lumbal adalah nyeri punggung bawah dan nyeri radikuler,
serta defisit sensorimotor. Selain itu, dalam kasus yang parah yaitu pada sindrom
cauda equina (CES) dapat ditemukan keluhan pada kandung kemih, pencernaan, dan
disfungsi seksual.

Pasien HNP biasanya mengeluhkan adanya nyeri punggung bawah lokal


yang meningkat di bawah tekanan dan beban aksial. Jadi duduk lama dan berdiri
tegak biasanya lebih melemahkan daripada tetap dalam posisi berbaring. Diskus
herniasi medial sering menyebabkan lumbago predominan tanpa nyeri radikuler.
Herniasi diskus lateral, bagaimanapun, dapat menyebabkan nyeri radikuler tanpa
nyeri punggung bawah.

Gejala khas nyeri radikular yaitu adanya radiasi nyeri punggung bawah
sepanjang dermatom saraf perifer. Bentuk paling umum dari nyeri radikular adalah
sciatica, yang mengacu pada nyeri yang menyebar dari tulang belakang bagian
bawah di sepanjang daerah gluteal dan bagian belakang paha atas dan betis, serta ke
kaki. Batuk dan bersin biasanya menyebabkan peningkatan sensasi nyeri. Tanda
Lasegue positif didapatkan pada sekitar 95% dari semua pasien yang menderita
HNP.

Dengan keparahan progresif kompresi akar saraf, gangguan refleks,


gangguan sensorik (hipestesia, hiperalgesia), dan kelemahan motorik dapat terjadi.
Abnormalitas sensorik dan defisit motorik ditemukan pada lebih dari separuh pasien
HNP.

Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang
pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan
gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma
kauda equina.2,3,5

11
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh.
masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari
tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan
dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus
menuju kaki.5

Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa
menyebar sepanjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang
Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah
bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu
antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran
tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain
sebagainya.6

Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus


ischiadicus sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan
kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan
meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk
punggung atau duduk.

12
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah : 2,3,5,7

• Nyeri punggung bawah.


• Nyeri daerah bokong.
• Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
• Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit.

• Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,


terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.

• Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,
bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.

• Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota


badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai
bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).

• Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi
dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

• Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.

13
G. DIAGNOSA
1. Anamnesa 1,2,7,8

Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke


bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah
bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus
yang mempersarafi tungkai bagian belakang.

• Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian


ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).

• Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat


barang berat.

• Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis


antara dua krista iliaka).

• Nyeri Spontan
• Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau
hilang.

14
2. Pemeriksaan Motoris 6

• Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang
nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang
berjingkat.

• Mobilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.

3. Pemeriksaan Sensoris
• Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.

• Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat


sementara.

4. Tes-tes Khusus 5,6


1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT) Tungkai
penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.

2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau


bagian medial dari ibu jari kaki (L5).

3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu


jari kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).

• Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit


• Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine,
merupakan indikasi untuk segera operasi.

5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan


indikasi untuk operasi.

6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan


intratekal.

5. Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks
antara L5 – S1 terkena.

15
6. Pemeriksaan Penunjang 7,8,9

• Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan


lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka
myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.

• MRI merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat


melihat struktur columna vertebra dengan jelas dan
mengidentifikasi letak herniasi.

• EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer

• Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

H. PENATALAKSANAAN 2,4,5.6,9

1. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf,
memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi
tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia
adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti
inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa
persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut
yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.

a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah
baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih
secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan


menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi
sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan
yang meradang.

16
b. Medikamentosa
• Analgetik dan NSAID
• Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
• Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.

c. Terapi fisik
• Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris
traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah
baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.

• Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi
inflamasi dan spasme otot. keadaan akut biasanya dapat
digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.
Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun
dingin.

• Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut
namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga
korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi
spasme.

17
• Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres
minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.

• Proper body mechanics


Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun
nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung
adalah sebagai berikut:
- Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan,
punggung tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga
kelurusan tulang punggung.

- Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung


didekatkan ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan
dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke
posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan
pada paha untuk membantu posisi berdiri.

- Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu


mengangkat dan menggeser posisi panggul.

- Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat


akan berdiri badan diangkat dengan bantuan tangan
sebagai tumpuan.

- Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk


seperti hendak jongkok, punggung tetap dalam keadaan
lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara

18
meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan
diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

- Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan.


Kepala, punggung dan kaki harus berubah posisi secara
bersamaan.

- Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu,


ganti wc jongkok dengan wc duduk sehingga
memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung
saat bangkit.

2. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi
saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif
HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
• Defisit neurologik memburuk.
• Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
• Paresis otot tungkai bawah.
a. Laminectomy

Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina


vertebralis, dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix
spinalis yang tertekan atau terjepit oleh protrusi nukleus pulposus.

19
b. Discectomy

Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat


untuk mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan
untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia.
Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk
berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko
pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa
minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif
mungkin diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama
untuk sembuh (recovery).

c. Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat
kecil dengan menggunakan – ray dan chemonucleosis.

Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain)


ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada
kasus-kasus tertentu.

20
I. EDUKASI

1. Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali
mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau
dalam keadaan membungkuk. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat
untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.

21
2. Saran
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara
kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur
jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis
lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang.
Penderita diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit
ditekuk pada sendi lutut.

Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa penderita tidak boleh


bangun untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil
dan besar orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh
karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru
membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.

Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan


nyeri. Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot
dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai, setelah nyeri sudah hilang
latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.

Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai


dapat dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik.
Cara “pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan

22
karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan
bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya
perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan
analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi
seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai
untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.

Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika serta nasehat


untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap
membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana terasa
nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia datang kembali dan
“sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.

J. PROGNOSIS 9

• Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.

• Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.

• Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,


kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%

23
BAB III

KESIMPULAN

1. Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak "Low
Back Pain" akibat proses degeneratif.

2. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke


tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat,
mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat
beban yang berat dan sering membungkuk.

3. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling


sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya
HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.

4. Terapinya meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi


medikamentosa seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek.
Sedangkan terapi rehabilitasi medik seperti traksi mekanik, diatermi, korset
lumbal, latihan fisik, dan proper body mechanics.

5. Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu


dengan terapi konservatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta: PT Dian Rakyat. 87-95.

2. Sidharta, Priguna. 2012 Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum.


Cetakan ke-8. Jakarta : PT Dian Rakyat. 182-212.

3. Purwanto ET. 2016. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: 48-133. Perdossi.

4. Nuarta, Bagus. 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi
III, jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59.

5. Sidharta, Priguna. 2006. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum, edisi III, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205

6. Partono M. 2010. Mengenal Nyeri pinggang. Cetakan kedua. Jakarta. 16-20.

7. Anonim. 2011. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

8. Sidharta, Priguna. 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri


Pinggang Bawah. Diakses 8 Maret 2022. Available In : http://www.kalbe.co.id .

9. Mansjoer, Arif, et all., 2007. Kapita selekta kedokteran: Edisi ketiga jilid pertama.
Cetakan ke-8. Jakarta: Media Aesculapius

25
26

Anda mungkin juga menyukai