Oleh :
210141010262
Supervisor Pembimbing :
MANADO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Joana Maria Posumah
210141010262
Supervisor Pembimbing:
B. DEFINISI ........................................................................................................ 7
C. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................ 7
D. PATOFISIOLOGI .......................................................................................... 8
E. ETIOLOGI .................................................................................................... 10
F. GEJALA KLINIS......................................................................................... 11
G. DIAGNOSA ................................................................................................. 13
H. PENATALAKSANAAN .............................................................................. 16
I. EDUKASI ..................................................................................................... 20
J. PROGNOSIS................................................................................................ 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh
penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa
dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan
di dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai
50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan
mengencangkan otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan
dalam berbagai posisi. 1
Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat
meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan
mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna
vertebralis torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta
lumbal sebagai simpai tongnya.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low
Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat,
2
dan biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena
anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena capek
bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke
tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul).
Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan
sering membungkuk. 1,2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis
adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-
tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
4
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas
2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis
vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara
satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior.
5
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.
6
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas
daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-
otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti
oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan
sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1
sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.
B. DEFINISI
C. EPIDEMIOLOGI
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-3 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan
yang banyak membungkuk dan mengangkat.
7
Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat
pada bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero
lateral, dengan kompresi radiks saraf. 3
D. PATOFISIOLOGI 1,2,3
9
E. ETIOLOGI 4,5
10
F. GEJALA KLINIS
Gejala khas HNP lumbal adalah nyeri punggung bawah dan nyeri radikuler,
serta defisit sensorimotor. Selain itu, dalam kasus yang parah yaitu pada sindrom
cauda equina (CES) dapat ditemukan keluhan pada kandung kemih, pencernaan, dan
disfungsi seksual.
Gejala khas nyeri radikular yaitu adanya radiasi nyeri punggung bawah
sepanjang dermatom saraf perifer. Bentuk paling umum dari nyeri radikular adalah
sciatica, yang mengacu pada nyeri yang menyebar dari tulang belakang bagian
bawah di sepanjang daerah gluteal dan bagian belakang paha atas dan betis, serta ke
kaki. Batuk dan bersin biasanya menyebabkan peningkatan sensasi nyeri. Tanda
Lasegue positif didapatkan pada sekitar 95% dari semua pasien yang menderita
HNP.
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang
pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan
gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma
kauda equina.2,3,5
11
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh.
masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari
tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan
dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus
menuju kaki.5
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa
menyebar sepanjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang
Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah
bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu
antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran
tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain
sebagainya.6
12
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah : 2,3,5,7
• Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,
bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
• Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi
dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
• Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.
13
G. DIAGNOSA
1. Anamnesa 1,2,7,8
• Nyeri Spontan
• Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau
hilang.
14
2. Pemeriksaan Motoris 6
• Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang
nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang
berjingkat.
3. Pemeriksaan Sensoris
• Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
5. Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks
antara L5 – S1 terkena.
15
6. Pemeriksaan Penunjang 7,8,9
H. PENATALAKSANAAN 2,4,5.6,9
1. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf,
memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi
tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia
adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti
inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa
persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut
yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah
baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih
secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.
16
b. Medikamentosa
• Analgetik dan NSAID
• Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
• Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
c. Terapi fisik
• Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris
traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah
baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.
• Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi
inflamasi dan spasme otot. keadaan akut biasanya dapat
digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.
Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun
dingin.
• Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut
namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga
korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi
spasme.
17
• Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres
minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
18
meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan
diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
2. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi
saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif
HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
• Defisit neurologik memburuk.
• Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
• Paresis otot tungkai bawah.
a. Laminectomy
19
b. Discectomy
c. Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat
kecil dengan menggunakan – ray dan chemonucleosis.
20
I. EDUKASI
1. Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali
mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau
dalam keadaan membungkuk. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat
untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
21
2. Saran
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara
kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur
jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis
lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang.
Penderita diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit
ditekuk pada sendi lutut.
22
karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan
bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya
perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan
analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi
seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai
untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
J. PROGNOSIS 9
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak "Low
Back Pain" akibat proses degeneratif.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta: PT Dian Rakyat. 87-95.
4. Nuarta, Bagus. 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi
III, jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59.
5. Sidharta, Priguna. 2006. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum, edisi III, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
9. Mansjoer, Arif, et all., 2007. Kapita selekta kedokteran: Edisi ketiga jilid pertama.
Cetakan ke-8. Jakarta: Media Aesculapius
25
26