Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT
DESEMBER2014

UNIVERSITAS HASANUDDIN

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

OLEH:
DELVINA TANDIARI
(C111 11 140)
PEMBIMBING:
Dr. dr. Jumraini Tamase, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama

: Delvina Tandiari

Judul Referat : Hernia Nucleus Pulposus

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 6 Desember 2014


Mengetahui,
Pembimbing

Dr.dr.Jumraini Tamase, Sp.S

BAB I
PENDAHULUAN
Pinggang ialah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
thoraks ke atas dan perut. Secara anatomi, pinggang adalah daerah tulang
belakang L-1 sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya. Daerah
pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi
penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, berperan dalam
pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting. Tiap ruas tulang belakang
berhubungan dengan diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis yang
merupakan satu kesatuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan yang terdiri dari
korpus vertebrae dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang
kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan, yang berperan
dalam menahan tekanan tersebut adalah nukleus pulposus.1
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis,
yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral
radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat
akut, kronik atau berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit
dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau
Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral
sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui
anulus fibrosus kedalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks
saraf.2
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari
nyeri punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari
populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam
waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis
adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulangtulang tak beraturan, disebut vertebrae.1
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
a. Cervicales (7)
b. Thoracicae (12)
c. Lumbales (5)
d. Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
e. Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks
yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus
vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh
ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior
tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan
spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale.
Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi
apofisial (fascet joint). 1

Tulang

vertebrae

ini
dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum
dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus
vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang
disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior
dan ligamentum longitudinalis posterior. Diskus invertebralis menyusun
seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical
dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan
berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera
bila terjadi trauma. 2

Discus

intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),


nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis. Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus

pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan
bagian peka nyeri adalah:

Lig. Longitudinale anterior

Lig. Longitudinale posterior

Corpus vertebra dan periosteumnya

Articulatio zygoapophyseal

Lig. Supraspinosum

Fasia dan otot

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus


intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini
stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan
refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan
sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1
sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.1
II.2 DEFINISI
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan
medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.3
II.3 EPIDEMIOLOGI
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade
ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
banyak membungkuk dan mengangkat. karena ligamentum longitudinalis

posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi
discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.3
II.4 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di
canalis vertebralis menekan radiks.4-5

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang


oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan
direspon

dengan

pengeluaran

berbagai

mediator

inflamasi

yang

akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang


bertujuan

untuk

mencegah

pergerakan

sehingga

proses

penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada
jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik
yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.5
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari

nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang


serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion
Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.7

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,


dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
1. Degenerasi diskus: Nukleus Pulposus mengalami kelemahan akibat
degenerasi yang berkaitan dengan usia; dan terdapat retakan dan robekan
pada annulus. Penonjolan belum terjadi.
2. Prolaps: Bentuk atau posisi dari diskus berubah dan terbentuknya penonjolan
kecil, penonjolan ini dapat mengenai medulla spinalis, dan dapat menjadi
precursor sebuah herniasi.
3. Ekstrusi: Nukleus pulposus menembus annulus fibrosus, namun masih berada
di dalam diskus.
4. Sequestrasi: Nukleus pulposus menembus annulus fibrosus dan keluar dari
diskus ke dalam canalis spinalis.

II. 5

GEJALA KLINIS

Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat
terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang
pertama

ke

menyebabkan
gejala

dan

radiks

dan

arah

postero-lateral

nyeri pinggang, sciatica, dan


tanda-tanda

pinggang dan
equina. 2,3,5

sesuai

dengan

saraf mana yang terkena.

Berikutnya
postero-sentr

yang

ke
al

arah

menyebabkan

nyeri

sindroma

kauda

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada
tubuh. masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic
menjalar dari tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke
bokong dan dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang
dan terus menuju kaki. 5 Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri
sciatica bisa menyebar sepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica
terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf
Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab
terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang
otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi
Nukleus Pulposus (HNP), dan lain sebagainya. 6
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus
sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan
kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan
meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk
punggung atau duduk.4

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah nyeri punggung bawah,
nyeri daerah bokong, rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah. Nyeri yang
menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan dari
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian
saraf mana yang terjepit. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan
aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat
barang yang berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal. Jika
dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah

dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR). Bila mengenai
konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi
seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen. Kebiasaan penderita
perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat. 7
II.6

DIAGNOSA

Anamnesa
Pada anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya berupa
frekuensi nyeri, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran
nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan
meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma, dan
riwayat merokok karena merupakan faktor risiko terjadinya HNP. Selain itu
penting untuk mencaritahu sifat nyeri di pinggang yang menjalar ke bawah (mulai
dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini
dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian
belakang.8

Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke

tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).


Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.
Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara dua

krista iliaka).
Nyeri Spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah
hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik terlihat gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke
sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang
berjingkat. Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas. Lipatan bokong sisi
yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat. Dalam pemeriksaan fisik juga

perhatikan daerah yang mengalami spasme dan ketegangan otot, kelemahan otot,
atrofi otot, atau perubahan sensasi yang dialami ekstremitas bawah. Perhatikan
pula postur dan keadaan umum dan menyuruh pasien untuk fleksi, ekstensi, dan
rotasi untuk mengetahui range of motion yang dapat digapai pasien dan untuk
mengidentifikasi gerakan yang dapat menimbulkan nyeri.5
Tes-tes Khusus
FABER (Patrick) Test:
Tes untuk mengetahui adanya kelainan di coxae. Pemeriksa meletakkan tungkai
bawah yang akan di test dalam posisi fleksi, abduksi, dan external rotasi sehingga
kaki pasien berada di atas lutut dari tungkai yang berlawanan. Pemeriksa
kemudian menekan tungkai yang dites secara pasif ke arah meja sambil
menstabilisasi dengan cara memberikan tekanan pada ileum yang berlawanan
dengan tungkai tersebut. Tes ini positif apabila ada nyeri pada punggung atau pada
tungkai yang dites, atau tungkai yang dites tetap datar di atas tungkai yang
berlawanan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada coxae.9

FABIR

(Counter-Patrick)

Test:
Tes

untuk

kelainan

di

mengetahui

adanya

articulatio sacroiliaca.

Pemeriksa meletakkan tungkai bawah yang akan di test dalam posisi fleksi,
abduksi, dan internal rotasi sehingga lutut pasien berada di atas lutut dari tungkai
yang berlawanan. Pemeriksa kemudian menekan tungkai yang dites secara pasif
ke arah meja sambil menstabilisasi dengan cara memberikan tekanan pada ileum
yang berlawanan dengan tungkai tersebut. Tes ini positif apabila ada nyeri pada
punggung atau pada tungkai yang dites, atau tungkai yang dites tetap datar di atas
tungkai yang berlawanan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada
articulatio sacroiliaca.9

Straight Leg Raise (Laseque) Test:

Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi
supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari
tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat
mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.

Ankle Jerk Reflex

Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada
kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra
L5-S1.9

Knee-Jerk Reflex

Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal
ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3L4.9
Pemeriksaan Penunjang

Foto Polos

X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan
herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan
kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan
alignment dari vertebra.10

Mylogram

Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna


spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat
mempertegas batas-batas nervus spinalis. Prosedur ini dapat menimbulkan efek
samping sedang hingga berat berupa rasa mual, muntah, dan nyeri kepala,
sehingga harus dilakukan d rumah sakit.10

MRI

Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna
vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.10

MRI dari columna vertebralis nrmal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)

CT-Scan
Alternatif dari MRI.10

Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi

kerusakan nervus.10

II.7

PENATALAKSAAN

Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi
fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat
dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik.
Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada
aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat
perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.11
1. Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 g per hari) sebagai terapi lini
pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa pedoman terapi
(rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien dengan riwayat
alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver, mengonsumsi obat tertentu
(terutama antikonvulsan), atau orang tua yang lemah, toksisitas hati dapat terjadi
pada dosis yang direkomendasikan. Selanjutnya, toksisitas asetaminofen
meningkat secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor
siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).
2. NSAID
Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan bukti
moderat pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID direkomendasikan oleh
sebagian besar pedoman pengobatan. Semua NSAID tampaknya memiliki khasiat
yang sama. Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American

Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama


dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium
trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping
gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah
daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi
lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting dalam
proses produksi nyeri.
3. Relaksan Otot
Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang jelas
(rekomendasi B). Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol moderat
berkualitas menunjukkan bahwa cyclobenzaprine lebih efektif daripada plasebo
dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung. Namun, efeknya minimal dengan
efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi terjadi dalam 4 hari pertama terapi.
Kesimpulan serupa juga sama untuk obat lain yang sejenis. Baclofen dan
Tizanidine memiliki lebih sedikit potensi kecanduan daripada relaksan otot
lainnya. Relaksan otot tidak dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti tentang
manfaatnya masih belum jelas.
4. Opioid
Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek opioid
dalam berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak ada penelitian acak
berkualitas tinggi untuk menunjukkan manfaat dan keamanan opioid jangka
panjang untuk setiap indikasi pemberiannya. Kegunaan opioid pada nyeri leher
harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti sembelit, sedasi,
dan ketergantungan. Beberapa pihak mendukung penggunaan opioid dalam
berbagai sindrom nyeri ketika strategi lain tidak melngurangi rasa sakit secara
adekuat, dan ada bukti jelas bahwa obat ini tidak merugikan pasien dan
memberikan peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan.

5. Antidepresan ajuvan dan Antikonvulsan


Meskipun tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol untuk penggunaan agen
ini secara khusus pada nyeri leher, penggunaannya, terutama dalam nyeri kronis
dan neuropatik, secara didukung secara luas oleh berbagai literatur (rekomendasi
A). Juga harus dicatat bahwa dalam sindrom nyeri kronis, depresi sering terjadi
bersamaan, dan pengobatan depresi secara agresif sering memberikan bermanfaat.
6. Hipnotik sedatif
Tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol yang cukup panjang untuk
menunjukkan manfaat dan keamanan jangka panjang obat ini untuk mengobati
nyeri. Selain menghilangkan rasa sakit yang secara khusus disebabkan oleh kejang
otot, obat ini bukan penghilang rasa sakit yang efektif.

Terapi Non Konservatif

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti


jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan
otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi
pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin
meningkat.12

Proper body mechanics

Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga
posisi punggung adalah sebagai berikut: 12

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan

lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.


Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir
tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan

berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha

untuk membantu posisi berdiri.


Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser

posisi panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan

diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.


Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki.
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan

dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan

kaki harus berubah posisi secara bersamaan.


Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung
saat bangkit.

Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga
nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan
alasan yang kuat yaitu berupa: 11

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat
dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit
oleh protrusi nukleus pulposus.

Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi
tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang
menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal di rumah
sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk
mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu
beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery).
Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan
ray dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasuskasus tertentu.

Edukasi
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali mengangkat benda
atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan
membungkuk. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi

kambuhnya gejala setelah episode awal. Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur
harus yang padat. Diantara kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau
plywood agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak
membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah
pinggang. Penderita diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai
sedikit ditekuk pada sendi lutut. 12
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa penderita tidak boleh bangun untuk
mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit
diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil
di pot sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih
berat lagi. Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan
nyeri. Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan
dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai, setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan
sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.12
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat
dilakukan pelvic traction, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara pelvic
traction, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak
menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat dilakukan dalam masa yang
cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan flexion
excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila
iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit
diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle
support sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh. Penderita
dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika serta nasehat untuk jangan sekalikali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk
segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan
demikian ia datang kembali dan sakit pinggang yang lebih jelas mengarah ke
lesi diskogenik.10,11,12

DAFTAR PUSTAKA
1. Raj. P.P, M.D., F.I.P.P, A.B.I.P.P. 2008. Intervertebral Disc: AnatomyPhysiology-Pathophysiology-Treatment. 19-21.
2. Shankar H., M.B.B.S., Scarlett A.J. M.D., Abram E. S. M.D. 2009.
Anatomy and Pathophysiology of Intervertebral Disc Disease. 67-75.
3. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat.
Jakarta. 2009
4. D. Scott Kreiner, MD. 2012. Clinical Guidelines for Diagnosis and
Treatment of Lumbar Disc Herniation with Radiculopathy
5. Isaacs B., Nirav P. 2009. Herniated Disc Disease: Diagnostics.1-7.
6. Lyndsay A. Alexander. 2007. The Response of the Nucleus Pulposus of the
LumbarIntervertebral Discs to Functionally Loaded Positions
7. Jacky T Yeung.Cervical disc herniation presenting with neck pain and
contralateral symptoms: a case report.Yeung et al. Journal of Medical Case
Reports 2012, 6:166. http://www.jmedicalcasereports.com/content/6/1/166
8. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
9. Palmer & Epler. 1998. Fundamentals of Musculoskeletal Assessment
Techniques 2nd Ed. 1-9
10. Pierre C. Milette MD, FRCPC. 2000. Classification, Diagnostic Imaging,
And Imaging characterization of A Lumbar Herniated Disk. Volume 38,
Issue 6. W. B. Saunders Company
11. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. 1-15.
http://www.jamsostek.co.id/content_file/terapi.pdf
12. Adochio M. R. 2004. Disc Herniation or Degenerative Disc Disease. 123.Oklahoma Workers Compensasion Court. 2009. Guidelines for

Treatment of The Lumbar Spine. 1-14.

Anda mungkin juga menyukai