Anda di halaman 1dari 30

Referat

LOW BACK PAIN

Oleh:
Dorratun Rezky , S.Ked
71 2018 042

Pembimbing:
dr. Rizal Daulay, Sp.OT MARS

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat yang Berjudul:


“Low Back Pain”

Oleh
Dorratun Rezky, S.Ked
71 2018 042

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Palembang, Juni 2020


Pembimbing,

dr. Rizal Daulay, Sp.OT. MARS


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Low
Back Pain” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Shalawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. Dr. Rizal Daulay, Sp. OT MARS selaku pembimbing
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Nyeri .................................................................................... 3
2.2. Nyeri Punggung Bawah….……………………………........ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................. 24


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.1 LBP termasuk salah
satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan
produktivitas kerja dan disabilitas.2 LBP bukanlah diagnosis tapi merupakan suatu
sindroma.3
Nyeri punggung bawah adalah nyeri atau rasa tidak nyaman yang terletak
dibawah costae ke 12 sampai otot gluteus dengan atau tanpa nyeri menjalar pada kaki
yang merupakan keluhan yang sangat umum dirasakan oleh penderita, nyeri akan
menjadi kronis ketika berlangsung selama tiga bulan bahkan lebih.4
Penyebab LBP sebagian besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada
jaringan lunak, berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain
yang serius adalah spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor.5
Low back pain (LBP) adalah musculoskeletal yang paling umum kondisi yang
mempengaruhi populasi orang dewasa, dengan prevalensi naik hingga 84%. 6 Setiap
tahun, prevalensi nyeri punggung bawah pada populasi orang dewasa AS umumnya
adalah 10-30%.7 LBP umumnya di alami pada usia 35-55 tahun, dengan kejadian yang
tertinggi pada dekade ketiga kehidupan di seluruh dunia.8
Data epidemiologik mengenai LBP di Indonesia berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Desa Hegarmanah, Desa Cilayung, dan Desa Cipacing, Jatinangor. Dari
808 orang total subjek didapatkan laki-laki berjumlah 272 subjek dan perempuan
berjumlah 536 subjek dengan rasio 1 : 2. Dengan proporsi laki-laki yang mengalami
low back pain 40,4% dan perempuan yang mengalami low back pain 37,3%.9
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Rumah Sakit
Muhammad Hoesin Palembang. Dari 55 total subjek, 34 diantaranya mengalami nyeri

1
punggung bawah dan 21 subjek tidak mengalami nyeri punggung bawah. Didapatkan
dari 34 subjek yang mengalami low back pain, proporsi laki-laki sebanyak 22 orang
dan perempuan sebanyak 12 orang.10

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri
A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.1

B. Klasifikasi Nyeri
Nyeri punggung dapat dibagi secara lokasi anatomis, lamanya diderita, identitas
dan secara patofisiologi.
1. Berdasarkan Lokasi Anatomis
Yang dimaksud adalah nyeri berdasarkan lokasi seperti nyeri punggung bawah,
nyeri pelvis, nyeri abdomen, nyeri toraks, nyeri kepala yang kesemuanya ini
merujuk kepada nyeri lokal.3

2. Berdasarkan Lamanya Diderita


Berdasarkan batasan lamanya di derita maka nyeri dibagi atas akut dan kronik.
Dikatakan akut apabila penderita merasa nyeri dibawah 3 bulan dan sesudahnya
adalah kronik.3

3. Berdasarkan Identitas
Pembagian nyeri berdasarkan identitas bisa bervariasi :
a. Waktu berlangsungnya nyeri (transient, intermittent, atau persisten)
b. Intensitas nyeri ( ringan, sedang dan berat)
c. Kualitas (tajam, tumpul, dan rasa terbakar)
d. Penjalarannya (superficial, dalam, lokal atau difus).3

3
4. Berdasarkan Patofisiologi
Secara patofisiologi nyeri dikelompokkan atas :
a. Nyeri adaptif atau nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan (kecuali jaringan saraf) nyeri
muncul sebagai suatu proses adaptasi terhadap penyembuhan jaringan itu
sendiri.3
b. Nyeri maladaptif atau nyeri neuropati atau nyeri kronik
Nyeri neuropati disebabkan kerusakan atau lesi khusus jaringan saraf baik
perifer maupun sentral.3
c. Nyeri psikogenik atau nyeri idiopatik
Nyeri yang secara anatomi atau lokasinya sering tidak jelas ditemukan. Selain
itu jika ada kelainan patologis maka nyeri sering tidak sesuai dengan kelainan
fisik tersebut.3
Nyeri psikogenik pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional
yang digambarkan sebagai penderitaan.3

5. Berdasarkan Penyebabnya
a. Nyeri lokal, yang disebabkan oleh regangan struktur yang sensitif terhadap
nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri dekat
dengan bagian punggung yang sakit.
b. Nyeri alih ke bagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian visceral
abdomen atau pelvis. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai nyeri abdomen
atau pelvis tetapi bersamaan dengan nyeri punggung dan biasanya tidak
terpengaruh dengan posisi tubuh tertentu. Pasien dapat juga
mempermasalahkan nyeri punggungnya saja.
c. Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari punggung atau
dialihkan ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit yang melibatkan tulang
belakang lumbal bagian atas dapat menimbulkan nyeri alih ke regio lumbal,
pangkal paha, atau paha bagian atas.

4
d. Nyeri punggung radikular biasanya bersifat tajam dan menyebar dari tulang
punggung regio lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan radix saraf.
Batuk, bersin, atau kontraksi volunteer dari otot abdomen (mengangkat
barang berat atau pada saat mengejan) dapat menimbulkan nyeri yang
menyebar. Rasa nyeri dapat bertambah buruk dalam posisi yang dapat
meregangkan saraf dan radix saraf. Saraf femoral (radix L2, L3, dan L4)
melewati paha bagian depan dan tidak akan teregang dengan posisi duduk.
e. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas, biasanya
dikaitkan dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme otot biasanya
dikaitkan dengan postur abnormal, otot paraspinal yang teregang, dan rasa
nyeri yang tumpul.12

C. Penilaian dan Pengukuran Nyeri


Perasaan nyeri adalah subjektif, kompleks dan pribadi yang hanya bisa
diakses secara tidak langsung melalui laporan penderita. Begitu pula pengukuran
nyeri dilakukan berdasarkan laporan pribadi pasien atau juga kesimpulan yang
diambil oleh dokter berdasarkan keluhan pasien.3
Penilaian nyeri ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi.11

1. Uni-dimensional
a. Hanya mengukur intensitas nyeri
b. Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
c. Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome pemberian
analgetik
d. Skala assessment nyeri uni-dimensional ini meliputi:
1) Visual Analog Scale (VAS)
Skala analog visual (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan
untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi

5
tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili
sebagai garis sepanjang 10 cm. Pasien diberi tahu bahwa 0 menyatakan
"tidak ada nyeri sama sekali" dan 10 menyatakan "nyeri paling parah yang
mereka dapat bayangkan". Pasien kemudian diminta untuk menandai angka
yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang
mereka rasakan pada suatu waktu. Sedang pada pasien dewasa dan anak
>3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan
angka sehingga menggunakan Wong-Baker Pain Rating Scale (WPRS)
yaitu penilaian tingkatan nyeri mengunakan ekspresi wajah (Gambar 2.1).11
Tingkatan nyeri pada VAS yaitu:
a) 0 tidak nyeri
b) 1-3 nyeri ringan
c) 4-6 nyeri sedang
d) 7-10 nyeri berat

2) Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik
verbal ini lebih bermanfaat pada periode pasca bedah, karena secara alami
verbal atau kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan
motorik. Skala verbal menggunakan kata- kata dan bukan garis atau angka
untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa
tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang atau redanya nyeri dapat dinyatakan
sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik
atau nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata
pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.11

6
Gambar 2.1 Skala analog visual untuk menilain instesitas nyeri.
Keterangan: A. skala numberik. B. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale.
Sumber: Wong, DL et all. 2003

2. Multi-dimensional
a. Mengukur intensitas dan afektif (un- pleasantness) nyeri
b. Diaplikasikan untuk nyeri kronis
c. Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
d. Skala multi-dimensional ini meliputi:
1) McGill Pain Questionnaire (MPQ)
2) The Brief Pain Inventory (BPI)
3) Memorial Pain Assessment Card
4) Catatan harian nyeri (Pain diary)
Pendekatan untuk memperoleh riwayat detail dari seorang pasien nyeri
sebaiknya menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengetahui masalah pasien.
Selain itu, perhatikan juga faktor-faktor seperti menentukan tempat ketika
melakukan wawancara, menunjukkan sikap yang suportif dan tidak
menghakimi, memperhatikan tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan
meluangkan waktu yang cukup untuk melakukan wawancara. Penggunaan

7
Mnemonik PQRST juga akan membantu untuk mengumpulkan informasi
vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien. 11
Mnemonik PQRST untuk evaluasi nyeri
1) P : Paliatif atau penyebab nyeri.
2) Q : Quality atau kualitas nyeri.
3) R : Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri.
4) S : Subjektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya.
5) T : Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri. 11

Selain mnemonik PQRST, untuk membantu menilai nyeri pada


pasien dapat digunakan mneumonik SOCRATES. Adapun delapan elemen
dari SOCRATES yaitu site, onset, character, radiation, associated factor,
timing, exacerbating and relieving factor and severity.12

2.2 Nyeri Punggung Bawah


A. Pengertian
Low back pain adalah suatu sindroma klinis dengan manifestasi berupa
rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah belakang tubuh dengan batas tulang
costae 12 hingga lipatan glutea dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai.
Low back pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Low back pain merupakan gangguan muskuloskeletal terkait kerja yang
biasa. Nyeri yang dirasakan dapat bersifat tumpul/tajam dan atau
tersebar/terlokalisir. Bila nyeri bersifat akut dan berat disebut lumbago dan bila
nyeri menjalar ke pantat sampai paha belakang hingga kaki disebut sciatica.
Umumnya episode manifestasi klinis yang dirasakan berlangsung singkat,
namun risiko kekambuhanya tinggi.13

8
B. Anatomi Tulang Belakang
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi
menyanggah cranium, gelang bahu dan ekstremitas superior dan dinding thorax
serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior.
Didalam columna vertebralis terletak medulla spinalis, radix nervi spinalis dan
lapisan penutup meningen yang dilindungi oleh columna vertebralis.14
1. Komposisi Columna Vertebralis
Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae, yaitu 7 vertebrae
cervicalis, 12 vertebrae thoracicus, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sacralis
yang bergabung membentuk os sacrum, dan 4 vertebare coccygea. 14
Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen
dan tersusun dari vertebrae, sendi-sendi dan bantal fibrocartilage yang disebut
discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat
dari panjang columna.14

Gambar 2.2 Columna Vertebrae


Sumber : Atlas Anatomi Manusia Sobbotta Edisi 23 Jilid 1

9
2. Ciri-ciri Umum Vertebrae
Vertebrae yang khas terdiri dari corpus yang bulat di anterior dan arcus
vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang yaitu foramen
vertebrae yang dilalui oleh medulla spinalis. Arcus vertebrae terdiri dari
sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus,
dan sepasang lamina yang pipih yang melengkapi arcus pada daerah posterior.14
Arcus vertebrae mempunyai tujuh processus yaitu satu processus
spinosus, dua processus transversus, dan empat processus articularis.
Kedudukan facies superior dan inferior menghasilkan satu facet joint.14,15
Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan
kedua lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina
dan pediculus. Processus spinosus dan processus transversus berfungsi sebagai
pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan ligamentum.14
Processus artikularis superior dan dua processus articularis inferior.
Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan pediculus. Dan facies
artikularisnya diliputi oleh kartilago hialin.14
Kedua processus artikularis superior dari sebuah arcus vertebrae
bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada
diatasnya, membentuk sendi synovial.14
Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya,
membentuk incisura vertebralis superior dan inferior.14
Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah vertebrae
dan incisura vertebralis inferior vertebrae diatasnya membentuk foramen
intervertebrae. Foramina ini pada kerangka yang bersendi berfungsi sebagai
tempat lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radix anterior dan
posterior nervi spinalis bergabung didalam foramina ini, bersama dengan
pembungkus duramaternya membentuk saraf spinalis segmentalis.14

10
3. Sendi-sendi Columna Vertebralis
a. Articulatio Atlanto-occipitalis
Articulatio atlanto-occipitalis merupakan sendi synovial antara
condyles occipitalis yang terdapat dikanan dan kiri foramen magnum diatas
dan dengan facies articularis superior massa lateralis atlantis dibawah.
Sendi ini dibungkus oleh sebuah capsula.14
b. Articulatio Atlanto-axis
Articulatio Atlanto-axis terdiri atas tiga buah sendi synovial,
yaitu sebuah articulatio antara dens dan arcus anterior atlantis, dan antara
massa lateralis tulang, Sendi ini dibungkus oleh sebuah capsula.14

4. Sendi-sendi Antar Dua Corpus Vertebrae


Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi
oleh lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Diantara lempeng tulang rawan
tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun dari jaringan
fibrocartilage.14
a. Discus Intervertebralis
Discus intervertebralis paling tebal didaerah cervical dan lumbal,
tempat dimana paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Discus ini
berperan sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis
mendadak bertambah dan berkurang kapasitasnya sejalan dengan
bertambahnya usia.14
Setiap discus terdiri dari bagian pinggir yaitu annulus fibrosus dan
bagian tengah yaitu nucleus pulposus.

b. Annulus Fibrosus
Terdiri atas jaringan fibrocartilage, yang melekat dengan erat pada
corpus vertebrae dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior columna
vertebralis.14

11
c. Nucleus Pulposus
Pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat gelatin
yang banyak mengandung air, sedikit serabut collagen, dan sedikit sel-sel
tulang rawan. Biasanya berada dalam tekanan dan terletak sedikit ke pinggir
posterior dari pada pinggir anterior discus.14
Sifat setengah cair nucleus pulposus memungkinkan berubahnya bentuk
dan vertebrae dapat menjungkit kedepan atau kebelakang diatas yang lain.
Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna vertebralis
menyebabkan nucleus pulposus semi cair menjadi gepeng.14
Kadang-kadang, dorongan keluar ini terlalu kuat bagi annulus, sehingga
annulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol kedalam
canalis vertebralis, dimana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis,
nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis.14

Gambar 2.3 Discus Intervertebralis


Sumber : Atlas Anatomi Manusia Sobbotta Edisi 23 Jilid 1

12
5. Sendi-sendi Antar Dua Arcus Verterbrae
Sendi-sendi antar dua arcus vertebrae terdiri atas sendi synovial antara
processus articularis superior dan inferior dari vertebrae yang berdekatan.
Facies articularis diliputi oleh tulang rawan hialin, dan sendi-sendi dikelilingi
oleh ligamentum capsule.14
Adapun struktur pada tulang belakang yang sensitif terhadap nyeri
adalah periosteum vertebralis, dura, facet joint, annulus fibrosus, diskus
intervertebralis, arteri dan vena epidural, ligamentum longitudinal posterior.15
Penyakit pada struktur-struktur ini menjelaskan tentang kejadian nyeri
punggung tanpa adanya kompresi pada akar saraf. Nucleus pulposus pada
diskus intervertebralis dalam keadaan normal tidak sensitif terhadap nyeri.
Sebagian sensasi nyeri dari dalam kanalis spinalis disampaikan oleh nervus
sinuvertebralis yang keluar dari nervus spinalis pada setiap segmen tulang
belakang dan masuk kembali ke kanalis spinalis melalui foramen
intervertebralis pada tingkat yang sama.15

C. Epidemiologi
Low back pain merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum
dijumpai pada banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, diperkirakan
setidaknya 70% dari populasi pernah menderita sakit punggung baik akut
maupun kronis.
Di Negara Inggris ± 17,3 juta orang Inggris pernah mengalami nyeri
punggung pada suatu waktu dan dari jumlah tersebut 1,1 juta mengalami
kelumpuhan akibat nyeri punggung yang dideritanya. Adapun di Indonesia
berdasarkan Riskesdas (2014) angka prevalensi LBP adalah 11,9 – 24,7%.
Prevalensi penderita LBP tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani,
nelayan, dan buruh yaitu 31,2%. Nyeri punggung bawah pada pekerja
umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada

13
kelompok usia 45-65 tahun dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis
kelamin.16

D. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri punggung antara
lain:
1. Nyeri Punggung Karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama nyeri
punggung. Menurut Soeharso (1978) dalam Wiarto (2017), secara patologis
anatomis pada nyeri punggung bawah dapat disebabkan karena trauma, dapat
ditemukan beberapa keadaan sebagai perubahan pada Sendi Sacro-Iliaca dan
perubahan pada Sendi Lumbo-sacral.15

2. Nyeri Punggung Akibat Proses Degeneratif


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya
pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang
punggung dan anggota bagian tubuh lain.15
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan nyeri punggung yang
disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain karena penyakit osteoarthritis
(spondylosis deformans), penyakit fibrositis dan penyakit Hernia Nucleus
Pulposus.15

3. Nyeri Punggung Akibat Penyakit Inflamasi


Beberapa penyakit punggung akibat inflamasi adalah arthritis
rheumatoid, dan spondylitis angkilopoetika.12

14
4. Nyeri Akibat Gangguan Metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai
oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral
tulang.12

5. Nyeri Akibat Neoplasma


Nyeri dapat disebabkan oleh tumor benigna atau tumor maligna.
Tumor benigna yang dapat menyebabkan nyeri adalah osteoma osteoid, dan
hemangioma. Tumor maligna yang dapat menyebabkan nyeri adalah tumor
ganas di vertebra lumbosakralis.12

6. Nyeri Punggung Karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama pada posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,
coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri
dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya nyeri
punggung. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan nyeri punggung akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan
postur tubuh dan kelemahan otot.15

F. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya
atau memperberat LBP, yaitu17: .
1. Usia
Kejadian low back pain meningkat dan mencapai puncakya pada usia
sekitar 55 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia
kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan

15
tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini
terjadi karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga risiko
terjadi keluhan meningkat
Jenis kelamin Laki-laki dan wanita mempunyai risiko low back pain
yang sama hingga usia sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai
risiko low back pain yang lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis.

2. Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan besar
pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statis yang
berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktu lama. Pekerjaan yang
dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau memutar tubuh secara
berulang-ulang merupakan faktor risiko LBP.

3.Rokok
Perokok lebih beresiko mengalami LBP, hal ini disebabkan penurunan
pasokan oksigen dan berkurangnya oksigen darah. Kebiasaan merokok dapat
menyebabkan nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darah, termasuk ke tulang belakang.
Kebiasaan minum alkohol, kopi dan rokok dihubungkan dengan kejadian
osteoporotik.

G. Klasifikasi Low Back Pain


Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan penyebab terjadinya, sebagai berikut:
1. Nyeri Punggung Spondylogenik
Nyeri punggung spondylogenik adalah nyeri punggung yang berasal
dari tulang belakang dan struktur yang terkait. Jenis nyeri punggung ini
diperburuk oleh aktivitas umum dan spesifik dan hilang dengan istirahat. Lesi
yang menyebabkan nyeri ini dapat berupa komponen tulang tulang belakang,

16
sendi sakroiliaka atau perubahan jaringan lunak seperti cakram, ligamen, dan
otot. Ini adalah jenis nyeri punggung yang paling umum.18

2. Nyeri Punggung Neurogenik


Jenis nyeri ini disebabkan oleh iritasi akar saraf dan berbeda dengan
nyeri yang dijelaskan sebelumnya. Iritasi akar saraf karena perubahan dalam
jaringan lunak atau tulang dari tulang belakang menyebabkan nyeri yang
dirujuk dan merupakan jenis nyeri neurogenik yang paling umum.18

3. Nyeri Punggung Viscerogenik


Nyeri Punggung Viscerogenik adalah sensasi nyeri yang disebabkan
karena adanya kelainan pada organ dalam.18

4. Nyeri Punggung Psikogenik


Nyeri psikogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang timbul karena
adanya gangguan psikis seperti neurosis, ansietas dan depresi.18

Klasifikasi low back pain berdasarkan waktu :


Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan durasi terjadinya, yaitu: akut
(±12 minggu), dan subakut (6-12 minggu), kronik (>12 minggu) (Huldani,
2012). Selain klasifikasi tersebut banyak penelitian lain yang hanya membagi
LBP menjadi 2 yaitu akut apabila < 12 minggu dan LBP kronik apabila > 12
minggu.18

H. Patofisiologi
1. Kelainan Neuroanatomi, Neurotransmitter dan Sistem Imun pada Nyeri
Punggung Bawah
Terjadinya rasa nyeri pada pada daerah lumbosacral, baik nosiseptif
maupun neuropatik bisa berupa lesi atau kerusakan jaringan. Kerusakan ini bisa

17
diakibatkan oleh mekanik, trauma, inflamasi, neoplasma, iskemik serta proses
autoantigen di persendian didaerah lumbosacral.3
Selain itu bisa disebabkan oleh regangan yang terjadi secara intensif
pada proses degenerasi dari diskus didaerah lumbal yang dapat memicu sekresi
kimiawi serta beragam mediator dan neurotransmitter yang akan menimbulkan
nyeri nosiseprif maupun nyeri neuropatik atau juga kombinasi.3
Nyeri menjalar melalui nosiseptor, yaitu neuron sensorik perifer yang
memperingatkan kita terhadap rangsangan yang berpotensi merusak pada kulit
dengan mentransduksi rangsangan ini menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke
pusat otak yang lebih tinggi yaitu ke korda spinalis hingga ke bagian
mesensefalon dan thalamus otak.6
Nosiseptor adalah neuron somatosensori primer semu pseudo-unipolar
yang mempunyai dua cabang, yaitu: cabang perifer mempersarafi kulit dan
cabang-cabang sentral bersinaps di dorsal medula spinalis yang
memproyeksikan pada mesencephalon dan thalamus untuk afektif-kognitif
nyeri. Dorsal tulang belakang adalah situs utama integrasi informasi
somatosensori dan terdiri dari beberapa populasi interneuron yang membentuk
jalur penghambatan dan penyampaian yang mampu memodulasi transmisi
sinyal nociceptive. Jika stimulus berbahaya tetap ada, proses sensitisasi perifer
dan sentral dapat terjadi, mengubah nyeri dari akut menjadi kronis.6
Sensitasi sentral adalah proses dimana tubuh menangkap signal nyeri
secara tidak normal. Sensitisasi sentral terjadi pada sejumlah gangguan nyeri
kronis, seperti gangguan temporomandibular, LBP, osteoarthritis,
fibromyalgia, sakit kepala, dan epicondylalgia lateral. Sensitisasi perifer dan
sentral memiliki peran kunci dalam kronifikasi LBP. Terlebih lagi, pada sendi
dan diskus banyak ditemukan serabut saraf delta A yang bila terus menerus
terangsang berperan dalam pembentukan sensitasi sentral.6

18
2. Nyeri Punggung Bawah Sebagai Nyeri Kombinasi
Nyeri pada LPB bisa berupa referred pain yang berasal dari organ
viseral, kejadian di retroperitoneal, sistem urogenitalia dan aorta. Seperti
diketahui, saraf perifer tediri akson somatik motorik, akson otonomik, dan saraf
aferen somatik sensorik viseral yang kesemuanya ini akan berkomunikasi ke
saraf sentral melalui kornu dorsalis atau ventralis. Lapisan pembungkus saraf
perifer yang disebut dengan epineurium berfungsi sebagai pelindung yang
terdiri dari serabut saraf bebas, pembungkus kolagen, pembuluh darah, lemak
serta nervinervorum seperti yang ditemukan pada saraf noradrenergic
simpatetik dan akson saraf polimodal peptidergik.3
Inflamasi lokal terhadap nervinervorum akibat stimulasi patologik oleh
mediator inflamasi seperti SP dan fosfolipase A2 bisa menyebabkan terjadinya
neuritis yang berefek sensitasi terhadap saraf perifer sebagai patologi dari nyeri
punggung bawah. Baik nyeri neuropatik maupun nyeri nosiseptif mempunyai
kebersamaan dalam menimbulkan perubahan yang terjadi di saraf perifer, yaitu
peningkatan eksitasi, disinhibisi baik di kornu dorsalis maupun di jaras
supraspinalis.3
Proses inflamasi bisa juga disertai proses autoantigen di persendian.
Secara imunologis jika makrofag bersentuhan dengan antigen seperti yang
ditemukan pada serabut yang rusak maka mediator sitokin seperti IL-1, dan IL-
6 akan tersekresi dari sel makrofag tersebut. Jenis sitokin ini akan mengaktivasi
system neuroendokrin untuk selanjutnya kembali melibatkan makrofag dan
mediator yang kesemuanya ini berperan dalam kegiatan HPA aksis.3

I. Diagnosis
1. Anamnesis
Menurut Ratini (2015), tanda dan gejala dari LBP antara lain yakni: 19
1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor.

19
2. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah
terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas
berat lainnya.
3. Sakit kronis dibagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama
setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.
4. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke
betis dan kaki.
5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot
di punggung bawah.19

Tanda dan gejala nyeri punggung bawah adalah onset/waktu timbulnya


bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada
otot-otot punggung bawah, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada.
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,
deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala
serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu
diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin
setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan
yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang – kadang
berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang
penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan
inkontinensia.20

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait
(cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa

20
duduk lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya,
lordosis, ada tidak jalur spasme otot para vertebral, deformitas, kifosis, gibus.

2. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada
salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada
palpasi atau adanya spasme otot para vertebra).

3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi
atau myeloma), kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase,
antigen spesifik prostat (jika ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat),
elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat
diperisa tes tuberculin atau tes brucella, tes faktor rheumatoid, dan
penggolongan HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis).12

b. Pemeriksaan Radiologis
Dapat berupa foto rontgen, CT Scan, MRI, dan Mielografi atau CT
Mielografi.12

J. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1) Pemberian Analgesik
2) Pemberian NSAID
3) Pemberian Opioid
4) Obat relaksan otot.3

21
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat
diketahui,maka perlu diatasi penyebab tersebut.Tidak ada pengobatan yang
spesifik untuk penyebab nyeri muskuloskeletal.Tetapi terdapat beberapa
tindakan yang dapat membantu,biasanya tindakan ini juga dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang belakang tindakan ini
meliputi: perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres hangat
atau dingin pada daerah nyeri,dan olahraga. Untuk nyeri punggung bawah
yang baru terjadi,penanganan dimulai dengan mencegah aktivitas yang
memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat benda berat
dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi
nyeri.Jika terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang
dapat mengatasi nyeri dan peradangan.jika keduanya tidak dapat mengatasi
nyeri yang ada, maka dapat digunakan obat golongan Opioid. Pemakaian
relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol,
terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri
masih kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena
lebih sering memberi efek samping.13

2. Non Farmakologi
1) Tirah baring
2) Terapi Akupuntur
3) Terapi fisik dingin (masase es) atau panas (mandi dengan air hangat)
dapat mengurangi nyeri dan spasme.3
4) Fisioterapi: diatermi, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS), traksi lumbal, dan exercise.

22
K. Prognosis
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan,
35% pasien dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan.
Dilaporkan tingkat kekambuhan LBP mencapai 62% pada tahun pertama.
Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya mengalami satu kali kekambuhan.21

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Nyeri punggung bawah adalah nyeri atau rasa tidak nyaman yang terletak
dibawah costae ke 12 sampai otot gluteus dengan atau tanpa nyeri menjalar pada
kaki yang merupakan keluhan yang sangat umum dirasakan oleh penderita.
2) LBP umumnya di alami pada usia 35-55 tahun, dengan kejadian yang tertinggi
pada dekade ketiga kehidupan di seluruh dunia.
3) Penyebab LBP sebagian besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada
jaringan lunak, berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot.
Penyebab lain yang serius adalah spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi
dan tumor.3
4) Faktor resiko LBP adalah usia, pekerjaan dan rokok.
5) Klasifikasi low back pain berdasarkan waktu yaitu nyeri punggung dapat dibagi
berdasarkan durasi terjadinya, yaitu: akut (±12 minggu), dan subakut (6-12
minggu), kronik (>12 minggu).
6) Tanda dan gejala nyeri punggung bawah adalah onset/waktu timbulnya
bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada
otototot punggung bawah, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada. Gejala
penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan
nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai.
7) Penatalaksanaan farmakologi pemberian Analgesik, pemberian NSAID,
pemberian Opioid, pemberian Obat relaksan otot. Penatalaksanaan Non
farmakologi Tirah baring , Terapi Akupuntur, Terapi fisik dingin (masase es)
atau panas (mandi dengan air hangat) dapat mengurangi nyeri dan spasme, dan
Fisioterapi: diatermi, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS),
traksi lumbal, dan exercise.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood LZ. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
2014.
2. Sari, RN. Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2015.
3. Purba, J.S. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2014.
4. Lionel, K A. Risk Factors Forchronic Low Back Pain. Lionel, J Community
Med Health Educ 2014, 4:2. 2014. http://dx.doi.org/10.4172/2161-
0711.1000271.
5. KEMENKES. Low Back Pain. Ditjen Yankes. 2018.
6. Allegri, M., Montella, S., Salici, F., Valente, A., Marchesini, M., Compagnone,
C, Fanelli, G. Mechanisms of low back pain: a guide for diagnosis and therapy.
2016.
7. Urits, I., Burstein., Sharma, M., et al. Low Back Pain, a Comprehensive Review
: Pathophysiology, diagnosis, and treatment. 2019.
8. Ganesan, S., Acharya, S.A,.Chauhan, R., dan Acharya, S. Prevalence and Risk
Factors for Low Back Pain in 1,355 Young Adults: A Cross-Sectional Study.
Asian Spine J. 11(4): 610–617. 2017. (htpps:// doi: 10.4184/asj.2017.11.4.610
diakses tanggal 15 Juni 2020).
9. Novitasari, D. D., Sadeli, H. A., Soenggono, A., Sofiatin, Y., Sukandar, H.,
Roesli, R. M. Prevalence and Characteristics of Low Back Pain among
Productive Age Population in Jatinangor. Althea Medical Journal 3: 3. 2016.
(diakses tanggal 15 Juni 2020)

25
10. Septadina, I. S., Legiran. Nyeri pinggang dan faktor-faktor risiko yang
mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Vol.1, No. 1. 2014.
11. Yudiyanta, Khoirunnisa. N., dan Novitasari R. W. Assessment Nyeri.
Departement Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia, 42(3), 214–234. 2015.
(http://kalbemed.com/Portals/6/19_226Teknik-Assessment Nyeri diakses
tanggal 16 Juni 2020).
12. Huldani. Nyeri Punggung. Universitas Lambung Mangkurat, 1–39. 2012.
(https://doi.org/61-17-002-0 diakses tanggal 16 Juni 2020).
13. Cianflocco, A.J. Low back pain. 2013. Diakses
dari:http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/
lo w_back_and_neck_pain/low_back_pain.html diakeses pada tanggal 16 Juni
2020).
14. Snell, R. S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC: Jakarta. 2011.
15. Wiarto, G. Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publishing : Yogyakarta. 2017.
16. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta,
Indonesia. 2013.
17. Helmi, ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
2012.
18. Singh, A. P. Lower Back Pain: Causes and Treatment. 2017.
(https://boneandspine.com/lower-back-pain-causes-and-treatment/)
19. Ratini, M. Understanding The Symptoms of Back Pain [Online Article]. 2015.
(http.//www.webMD.com diakses pada tangal 15 Juni 2020).
20. Apley, A.G. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya
Medika. 2013.
21. Hills, E.C. Mechanical Low Back Pain. 2014.
(http://emedicine.medscape.com/article/310353-overview. 20 Juni 2020).

26

Anda mungkin juga menyukai