JANUARI 2017
OLEH
SUPERVISOR:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Sadly Sadikin C111 12 069
Nurul Awalia Burhan C111 12 112
Santri Safira C111 12 122
Menyetujui,
Supervisor Pembimbing,
BAB I
LAPORAN KASUS
2
A. Data Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Alamat : Jln. Tator 6 Blok H 315 BSP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/ Penjual Kue
Agama : Katolik
Tgl Pengobatan : 18 Januari 2017
Rumah Sakit : RS. Tajuddin Chalid
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
“Nyeri punggung bawah”
2. Riwayat Penyakit
Nyeri punggung bawah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan di
punggung bawah menjalar sampai ke tungkai kanan disertai kram, nyeri terasa tajam
seperti kesetrum. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan saat pasien berubah
posisi seperti membungkuk atau bila pasien mengangkat beban yang berat, dan
dirasakan memberat saat pasien batuk dan bersin serta mengejan. Nyeri dirasakan
hilang pada saat pasien istirahat dan minum obat Asam mefenamat.
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada punggung sebelumnya.
Gejala yang diderita tidak didahului atau disertai oleh gejala demam, batuk kronis,
penurunan berat badan yang masif, dan keringat malam. Tidak ada kelemahan pada
anggota gerak, tidak terdapat gangguan pada buang air kecil dan buang air besar.
Pasien telah menjalani terapi di poli Rehabilitasi Medik RS Tadjuddin Chalid
sebanyak 3 kali, dan pasien merasakan ada perbaikan pada nyeri punggungnya.
3
- Riwayat penurunan berat badan, keringat malam, batuk darah sebelumnya
disangkal.
- Riwayat menderita tumor atau operasi disangkal.
- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat hipertensi ada kurang lebih 1 tahun yang lalu, terkontrol dengan obat
Amlodipin 5 mg
- Riwayat Diabetes Mellitus, Penyakit jantung, Asam urat disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien dengan riwayat sering mengangkat beban berat seperti cucian dengan
cara membungkuk. Pasien tiap malamnya sekitar jam 1, bangun untuk membuat kue
sampai pagi, posisi waktu membuat kue pasien duduk lama, dan pasien membuat kue
dengan sendirinya.
C. Pemeriksaan Fisis
1. Status Umum
4
Kompos mentis / Ambulasi mandiri / Gaya berjalan normal / Postur normal/ pengguna
tangan kanan
Tekanan darah : 150/90 mmHg, Nadi :74 x/mnt, Pernapasan : 20 x/mnt, Suhu : 36.8oC
IMT; 28,72 kg/m2
Kepala & leher : Normal
Thorax : Cor : Normal
Pulmo : Normal
Abdomen : Liver/Spleen : Tidak teraba pembesaran
Extremitas : Extremitas Atas : Normal
Extremitas Bawah : nyeri pada punggung menjalar ke kaki kanan
a. Pergerakan : Normal
b. Kekuatan : 5/5/5/5
c. Tonus : Normal/Normal
d. Refleks Fisiologis : Normal/Normal
e. Refleks patologis : Ekstremitas Atas normal., Ekstremitas Bawah Normal
2. Pemeriksaan Muskuloskeletal
ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5
Extension Full 0-450) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-450) 5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Full (0-1800) 5/5
Extension Full/Full (0-600) 5/5
Abduction Full/Full (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Forearm Supination Full/Full (0-900) 5/5
5
Forearm Pronation Full/Full (0-900) 5/5
Wrist
Flexion Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-700) 5/5
Radial Deviation Full/Full (0-200) 5/5
Ulnar Deviation Full/Full (0-350) 5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
PIP Full/Full (0-1000) 5/5
DIP Full/Full (0-900) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-200) 5/5
Adduction Full/Full (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
IP Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-700) 5/5
Adduction Full/Full (50-00) 5/5
Opposition Full 5/5
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-450) 5/5
Adduction Full/Full (0-200) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Knee
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extension Full/Full (135-00) 5/5
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 5/5
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 5/5
Inversion Full/Full (0-1500) 5/5
Eversion Full/Full (0-350) 5/5
6
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 5/5
IP Full/Full (0-500) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 5/5
IP Full/Full (0-250) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
3. Pemeriksaan Neurologis
7
Gambar 1. 1 Regio Trunkus
5. Pemeriksaan Khusus
6. Pemeriksaan Radiologi
Foto Lumbosacral AP/Lateral
Hasil:
Alignment vertebra lumbosacralis baik
Tampak osteofit pada aspek anterior CV L 2 – 5 disertai sclerotic subchondral
Discus intervertebralis baik
Mineralisasi tulang baik
Soft tissue baik
Kesan :
Spondylosis Lumbalis
7. Pemeriksaan Laboratorium
8
8. Diagnosis
“Low Back Pain”
9. Diagnosis Fungsional :
Diagnosa Klinis : Low Back Pain
Diagnosa Etiologi : Spondylosis Lumbalis
Diagnosa Topis : Lumbosakral L2-4
Diagnosa Fungsional :
11. Planning
a. Edukasi
1) Penjelasan kondisi pasien
2) Proper back mechanism
3) Home exercise program
4) Diet
9
b. Farmakoterapi
Natrium Diklofenak 50 mg/24jam/oral
c. Latihan
1) Fisioterapi :
Penguatan otot-otot abdomen dan otot-otot lumbal secara isometrik
Latihan fleksibilitas trunk dan ekstremitas bawah secara pasif
2) Okupasi terapi : Activity Daily Living dan Fine motor
3) Modalitas :
12. Resume
Pasien perempuan umur 47 tahun, datang ke poli reahabilitasi medik dengan keluhan
utama nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu.
nyeri dirasakan di punggung bawah menjalar sampai ke tungkai kanan disertai kram, nyeri
terasa tajam seperti kesetrum. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan saat pasien
berubah posisi seperti membungkuk atau bila pasien mengangkat beban yang berat, dan
dirasakan memberat saat pasien batuk dan bersin serta mengejan. Nyeri dirasakan hilang pada
saat pasien istirahat dan minum obat Asam mefenamat. keluhan tidak disertai dengan demam,
batuk lama tidak ada, penurunan berat badan yang masif dan keringat malam tidak ada.
Pasien dengan riwayat mengangkat beban berat dengan posisi yang salah yakni
membungkuk, pasien tiap malammnya membuat kue sampai pagi dengan posisi duduk lama.
Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya, pasien ada riwayat penyakit
hipertensi dengan rutin konsumsi Amlodipin. Tidak riwayat keluhan yang sama dalam
keluarga.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan nyeri pada punggung bawah (VAS 4-5/10), spasme
otot (+) setinggi L2 – L4, tidak ditemukan kelemahan otot, tidak ada keluhan lain (tidak ada
kelemahan otot, tidak ada gangguan BAK dan BAB).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Low back pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta sampai
lumbosakral. Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan
pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.1
Nyeri punggung bawah merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliaka yang disertai penjalaran ke tungkai dan kaki. Mobilitas punggung bawah sangat
tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan
jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus uranius. Kedua jaringan atau organ ini
apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah.2
B. EPIDEMIOLOGI
Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada semua
Negara. Nyeri pinggang dapat mengenai semua umur. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri
pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua
kunjungan ke dokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan
pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri
11
pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.4
Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami nyeri
punggung bawah, keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya
pengobatan dan kehilangan jam kerja. Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat
mengalami serangan akut, dan menduduki urutan keempat untuk diagnosis rawat inap.5
Prevalensi di Indonesia menurut Community Oriented Program for Control of
Rheumatic Disease ada 13-18% dan puncak insidens terjadi pada usia antara 45-60 tahun.5
C. ETIOLOGI
Sebagian besar nyeri punggung bawah terjadi secara natural. Pada beberapa kasus, low
back pain, nyeri punggung dikaitkan dengan spondylosis, sebuah istilah yang mengacu pada
degenerasi umum dari tulang belakang yang terkait dengan penggunaan dan keausan normal
yang terjadi pada sendi, diskus, dan tulang belakang seiring dengan bertambahnya usia.
Beberapa contoh penyebab mekanik nyeri pinggang meliputi :7
(1) Lumbar sprain atau strain,
(2) Degenerasi diskus dan faset,
(3) Herniasi diskus,
(4) Pada penderita yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan Canalis Stenosis atau
Fraktur Kompresi Akibat Osteoporosis.
12
Proses keganasan (multiple BB turun tanpa sebab yg jelas, demam,
myeloma), metastase gambaran serum protein abnormal pd
elektroporesis, riwayat keganasan
Penyakit jaringan ikat (SLE) Demam, LED , antinuclear antibodies(+),
scleroderma, rheumatoid arthritis
Infeksi (disc space, spinal Demam, penyalahgunaan obat terlarang
tuberculosis) IV, riwayat TB
Aneurisma aorta abdominal Tdk dpt mnemukan posisi yg nyaman,
NPB tdk hilang dgn istirahat, teraba
masa berdenyut di abdomen
Sindrom kauda equina (spinal Retensi urin, ggn miksi&defekasi,
stenosis) anestesi saddle, kelemahan ekstremitas
inferior scr progresif
Hiperparathyroidism Berhubungan dgn hypercalcemia, batu
ginjal, konstipasi
Ankylosing spondylitis Laki-laki usia 20, HLA-B27 antigen (+),
(morning stiffness) family history(+), LED
Batu ginjal Nyeri flank area yg kolik ke arah groin,
hematuria, Tdk dpt menemukan posisi yg
nyaman
D. FAKTOR RISIKO
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah 7
Umur: semakin umur bertambah, risiko makin tinggi.
Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak daripada wanita.
Riwayat akibat cedera punggung atau HNP sebelumnya
b. Faktor risiko yang dapat diubah 7
Aktivitas dan pekerjaan, misalnya duduk dalam waktu lama, mengangkat ataupun
menarik beban yang berat, terlalu sering memutar punggung ataupun
membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, paparan pada vibrasi
yang konstan.
Olahraga tidak menentu, misalnya memulai aktivitas fisik yang sudah sekian
lama tidak dilakukan dengan berlatih berlebih dan berat dalam jangka waktu yang
cukup lama.
13
Merokok, dimana nikotin dalam rokok dapat mengganggu kemampuan diskus
menyerap nutrisi yang diperlukan dari darah.
Berat badan yang berlebihan, terutama beban ekstra di perut yang menyebabkan
strain pada punggung bawah.
Batuk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang.
E. PATOFISIOLOGI
Organ sensitif nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
olehberbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
denganpengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanismenyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Pembebanan eksentrik dan torsional yang kian berulang
disertai jejas mikrostruktural berulang dapat mengakibatkan robekan baik sirkumferensial
maupun radial pada serat annulus fibrosus. Beberapa jejas annular dapat menyebabkan
pemisahan endplate, yang mengakibatkan menurunnya suplai nutrien dan hidrasi dari nucleus
pulposus. Selain itu, robekan juga dapat memungkinkan substansi nuklear untuk bermigrasi
keluar dari annular ke dalam ruang epidural dan menyebabkan kompresi akar saraf beserta
iritasi percabangan saraf.8
Sepanjang 2 dekade pertama, 80-90% dari berat kompleks trijoint tulang belakang
lumbar ini ditransmisikan di sepertiga posterior dari diskus intervertebra; Namun, karena
ketinggian diskus intervertebra yang menurun dan sumbu biomekanik pembebanan bergeser
ke posterior, artikulasi posterior (yaitu, sendi facet) menanggung proporsi yang lebih besar
dari distribusi berat tubuh. pertumbuhan tulang (dalam bentuk osteofit baru)
mengkompensasi hal ini sebagaimana stres biomekanik meningkat untuk menstabilkan
kompleks trijoint. Seiring waktu, hipertrofi facet dan pertumbuhan berlebih tulang endplate
vertebra (osteofit) berkontribusi pada penyempitan progresif foraminal dan kanal vertebra.
Selain itu, terdapat penebalan relatif ligamentum flavum dan diskus yang mengalami
herniasi, perubahan ini berkontribusi pada pengurangan diameter kanal anteroposterior dan
patensi foraminal dengan berakibat kompresi saraf. stenosis tulang belakang mencapai
puncaknya di kemudian hari dan dapat menghasilkan nyeri bersifat radikuler, myelopathic,
atau sindrom vaskular seperti pseudoclaudication dan iskemia sumsum tulang belakang
Kompresi dari cabang saraf spinal diketahui berhubungan dengan keduanya baik nyeri
maupun disfungsi saraf sesuai distribusi segmental. Kompresi dapat menyebabkan gangguan
14
transport nutrient ke jaringan saraf yang kemudian dapat mengganggu jaringan persarafan.
Selain itu juga trerdapat pengaruh lokal pada percabangan saraf oleh substansi yang
merembes dari diskus intervertebra.8
F. MANIFESTASI KLINIS
Dalam kebanyakan kasus, LBP kronis dapat ditemukan dengan evaluasi dokter yang
tepat dan studi pencitraan. Nyeri tulang belakang yang paling sering diperburuk oleh
mekanika atau kegiatan yang berhubungan dengan beban statis tulang belakang (misalnya,
lama duduk atau berdiri), dan leverage postur (misalnya, membungkuk ke depan pada tulang
belakang lumbar). Nyeri berkurang ketika tulang belakang tidak dalam keadaan terbebani
secara aksial (misalnya, berbaring). Pasien dengan nyeri punggung bawah dengan etiologi
mekanik biasanya lebih memilih untuk tetap berbaring di tempat tidur, sedangkan pasien
dengan etiologi akibat kelainan pada pembuluh darah atau etiologi visceral sering ditemukan
menggeliat karena kesakitan dan tidak dapat menemukan posisi yang nyaman. Nyeri tak
henti-hentinya saat istirahat harus menunjukkan penyebab yang serius, seperti kanker atau
infeksi. pencitraan dan pemeriksaan darah biasanya wajib dalam kasus ini dan dalam kasus-
kasus dengan defisit neurologis progresif. Riwayat anamnesa lain, perilaku, dan tanda – tanda
klinis lain yang harus diwaspadai oleh dokter untuk etiologi nonmechanical membutuhkan
evaluasi diagnostik yang tepat sebagaimana diuraikan di bawah ini yakni bendera merah
diagnostic adalah di bawah ini:7,8
a. Nyeri tak henti-hentinya dengan istirahat atau modifikasi postural;
b. Nyeri tidak berubah meskipun pengobatan selama 2-4 minggu;
c. Perilaku menggeliat saat nyeri;
d. Nyeri kolik atau rasa sakit yang terkait dengan fungsi visceral;
e. Riwayat kanker sebelumnya;
f. Demam atau status imunosupresi;
g. Berisiko tinggi untuk patah tulang (misalnya, usia yang lebih tua, osteoporosis);
G. DIAGNOSIS
Diagnosis pada low back pain didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang.
15
Anamnesis
1. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan
fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Dalam hal ini perlu ditanyakan tentang sifat akut, Sub- akut, perlahan – lahan atau
bertahap.9
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya.
Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi
selama 2-4 minggu.9,10
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di
tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga
dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya
pola penyebaran yang tetap(1). Dalam hal ini perlu dibedakan apakah nyeri bersifat
radikular atau nyeri acuan (referred pain).11
4. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin
atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih
berat atau menetap jika berbaring. Aktivitas tertentu dapat menimbulkan rasa nyeri
yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan nyeri
yang hebat tadi.11
5. Kualitas/intensitas
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
16
Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri.12
17
juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh
nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih
sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.11,12
18
Perlu ditanyakan posisi yang bagaimana pasien dapat merasakan nyeri dan
meredakan nyeri, serta posisi yang memperberat nyeri.10
7. Trauma
Seringakali penderita tidak menyadari bahwa LBP merupakan akibat suatu
trauma. Pengertian orang awam tentang traum lebih terbatas sehingga perlu dijelaskan
perihal trauma tidak langsung misalnya mendorong mobil mogok, mengangkat lemari
yang berat, mencabut singkong dan lainnya.10
8. Obat – obatan
Sedapat mungkin menulusuri jenis algetika apa saja yang pernah diminum,
berapa lama minum obat, dan apakah tertolong dengan obat tersebut. Dalam
hubungan ini ada kaitannya dengan intensitas dan lamanya nyeri.10,11
9. Kemungkinan adanya proses keganasan
Cukup bervariasi pertanya yang dapat di ajukan untuk menulusui
kemungkinan keganasan. Riwayat operasi tumor atau masih adanya tumor dibagian
lain. Riwayat terapi radiasi, penurunan berat badan secara drastis, perdarahan melalui
anus atau vagina, menunjukkan adanya proses keganasan.10,11
10. Riwayat menstruasi
Ada wanita tertentu setiap kali mengalami menstruasi juga mengalami LBP
yang mengganggu aktivitas sehari – hari. Hamil muda, dalam trimester pertama,
khususnya wanita yang mempunyai uterus dengan posisi retrofleksi, dapat mengalami
LBP berat. Di samping riwayat menstruasi perlu ditanyakan riwayat penyakit
ginekologik lainnya, terutama kemungkinan adanya adneksitis dupleks kronis.10
11. Kondisi mental/emosional
Pada umumnya penderita akan menolak bila kita langsung menanyakan
tentang “banyak pikiran” atau pikiran yang “sedang ruwet”. Lebih baik kita
memberikan pertanyaan tidak langsung untuk mencara berbagai faktor stres yang
sedang menimpa pasien.10
Pemeriksaan Umum
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
19
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme
otot paravertebral .
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
a. Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah. 10,12
b. Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan
suatu kompresi pada saraf spinal. 10,12
c. Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect). 10,12
d. Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada
sisi yang sama. 10,12
e. Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.10,12
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa
ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.12
Pemeriksaan Neurologik :
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah adalah
benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
20
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-
batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini
meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi).
Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang
terganggu.13
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis
anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan : 13,14
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan fleksi dan ekstensi,
sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang bersifat halus)
pada otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan Refleks
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP
maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau duduk
dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan palu refleks. Apabila ada
reaksi ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-
L5, refleksi ini negatif.
Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi,
tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar
fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.11
21
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau
S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu,
lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi
lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis
(tes yang positif), dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat
modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi
(stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap
positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri
pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda
laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda
laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk
suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti
menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif
pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia
dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang
muda (<30 tahun).13
b. Tes Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons
yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu
HNP.13
c. Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.13
d. Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.13
e. Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri.13
f. Tes Patrick positif jika pada saat lutut tungkai difleksikan pasien merasakan nyeri di
sendi panggul.11
g. Tes Kontra-Patrick
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi sacroiliaka. Tes ini
bertujuan menentukan lokasi patologi dengan memfleksikan tungkai yang sakit ke sisi
luar, kemudian dilakukan endorotasi serta aduksi.11
22
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau myeloma),
kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika
ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum (protein
myeloma), dalam kasus khusus, dapat diperisa tes tuberculin atau tes Brucella, tes faktor
rheumatoid, dan penggolongan HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis).11
2. Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi
anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin nyeri
pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet dan
penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus vertebrae (spondilolistesis),
infiltasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat
spasme otot paravertebral.11
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk
menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina intervertebralis
dan facet joint, menunjukkan spondilosis, spondiloarthrosis, retrolistesis, spondilolisis,
dan spondilolistesis. Stenosis spinalis centralis atau stenosis recessus lateralis tidak dapat
ditentukan dengan metode ini.10
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang ,MRI (akurasi 73-80%) biasanya
sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli
bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan
diskus mana yang paling terkena .MRI sangat berguna bila: vertebra dan level neurologis
belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak, untuk
menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau
neoplasma. Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus
23
yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor13CT adalah metode terbaik untuk
mengevaluasi penekanan osseus dan pada saat yang sama juga nampak struktur yang
lainnya. Dengan potongan setebal 3 mm, ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus
lateralis, facet joint, lamina, dan juga morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural
dan ligamentum clavum juga terlihat.10
MRI dengan jelas lebih canggih daripada CT dalam visualisasi struktur non
osseus dan saat ini merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi canalis spinalis.
Disamping itu, di luar dari penampakan degradasi diskus pada T2 weighted image,
biasanya tidak dilengkapi informasi penting untuk diagnosis stenosis spinalis lumbalis.
Bagaimanapun juga, dengan adanya perkembangan pemakaian MRI yang cepat yang
merupakan metode non invasif, peranan MRI dalam diagnosis penyakit ini akan
bertambah. Khususnya kemungkinan untuk melakukan rangkaian fungsional spinal
lumbalis akan sangat bermanfaat.12
Pemeriksaan densitas tulang (misalnya dual-energy absorptiometry scan [DEXA])
memastikan tidak ada osteofit yang terdapat di daerah yang digunakan untuk pengukuran
densitas untuk pemeriksaan tulang belakang. Osteofit menghasilkan gambaran massa
tulang yang bertambah, sehingga membuat hasil uji densitas tulang tidak valid dan
menutupi adanya osteoporosis.
Mielografi (tidak dilakukan lagi) bermanfaat dalam menentukan derajat dan
kemiringan besarnya stenosis karena lebih dari sati titik penekanan tidak cukup. 10
H. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:
1. Terapi Non Farmakologis 13,14
a. Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut, misalnya:
1) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
2) Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
24
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
3) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan
lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan
jaringan.
4) High frequency current( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
5) Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk
mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan
mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan
mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum yang
diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh.
Tujuan terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis
sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan
pernafasan.
- Mengurangi nyeri
Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise
25
Curl-up exercise Lower trunk rotation stretch
26
b. Latihan dan Modifikasi Gaya Hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi
NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan. Direkomendasikan
untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercise
latihan aerobik yang memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik
sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awitan NPB.
Conditional exercise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah
dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan
pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti
lebih efektif daripada latihan tanpa alat.7
2. Terapi Farmakologis 5
1) Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin, Tramadol.
NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
2) Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot.Efek terapinya tidak sekuat
NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek
samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
4) Kortikosteroid Oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi.Dipakai pada kasus HNP yang
berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Anelgetik Adjuvan
27
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada
HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin,
Gabapentin.
3. Terapi Operatif
Indikasi terapi operatif adalah : 4
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12
minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala
dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
28
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid
diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk jangka waktu
yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan fungsi kandung kemih dan
usus. Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi
bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal
stenosis dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat
menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia14
J. PROGNOSIS
Sekitar 90% orang yang mengalami nyeri punggung, akan membaik dalam waktu satu
bulan tanpa terapi. Meskipun sebagian besar orang dengan nyeri punggung bawah akut
membaik dalam beberapa hari, yang lainnya membutuhkan waktu yang lebih lama atau
berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik. Fraktur,
tumor, herniasi diskus yang berat atau kondisi tulang belakang yang menekan akar saraf,
sumsum tulang belakang atau kestabilan tulang belakang dapat menyebabkan perburukan
neurologik yang progresif jika tidak diterapi dengan baik. 12 Pada HNP servikalis 75% pasien
akan pulih dengan penanganan terapi medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada
beberapa kasus berlanjut dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa
pasien, gejala radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh. Untuk
25% pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi. Perbaikan
tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif pada diskus servikalis. Pada
hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus membutuhkan penangan terapi bedah dan 85%
pasien akan pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah.13
K. PENCEGAHAN
1. Latihan Punggung Setiap Hari : 9
29
Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan
gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada
kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.
Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu
setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal dalam Praktik
Fisioterapi. Jamarta: CV. Trans Info Media
2. Mahadewa T.G.B., dan Maliawan ,Sri, 2009. Diagnosis dan Tatalaksana
Kegawatdaruratan
3. Trimunggara, Kantana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back
Pain pada Kegiataan Mengemudi Tim Ekspedisi PT.Enseval Putera Megatrading
Jakarta Tahun 2010. Skripsi:Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Kelompok Studi Nyeri, 2003. Nyeri Punggung Bawah. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
5. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson.1995.Patofisiologi Konsep-konsep Proses
Penyakit.Jakarta: EGC. Hal 1023-1026.
6. Harsono. 2009. Kapita selekta Neurologi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
7. Mardjono M. 2010.Neurologi Klinis dasar. Jakarta. Dian Rakyat
8. Borenstein, D.G and Wiesel, S.W,1989; Low Back Pain Medical Diagnosis and
Comprehensive Management; W.B Sounders Company, Philadelpia, hal. 78-79 dan
468-471.
9. Thomas J and Monaghan T, 2007 ; Pemeriksaan Fisik dan Ketrempilan Praktis,
Penerbit EGC, Jakarta, hal 239 – 250.
10. Meli Lucas, Suryami antradi. 2003. Nyeri Punggung. Use Neurontin. Hal 133-148
11. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang
Bawah.In :http://www.kalbe.co.id
12. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian
Rakyat
31
13. Chamberlin SL, 2005. The Gale Encyclopedia of Neurological Disorders. Farmington
Hills : Thomson Gale
14. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Available from
http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
32