Disusun oleh :
Devy Anggi Sitompul
11.2014.123
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS BHAKTI YUDHA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. ES
Umur
: 62 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: - (Pensiun)
II. SUBJEKTIF
Auto tanggal : 16-09-2016 , pukul :14.00 WIB
Keluhan utama : Nyeri pada pinggang kanan sejak 3 tahun yang lalu.
dan air besar, berat badan yang menurun tanpa sebab dan nyeri yang bertambah saat malam
disangkal oleh pasien. Selama ini pasien mengaku jika nyerinya timbul, pasien minum obat
warung Antanan, nyeri dirasakan hanya hilang seketika saja.
Riwayat penyakit keluarga
-
Riwayat Hipertensi
: (-)
: (-)
: (-)
Riwayat Stroke
: (-)
Tuberkulosis
: (-)
Riwayat kaganasan
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Riwayat Stroke
: (-)
: (-)
Riwayat Hipotensi
: (-)
Riwayat kejang
: (-)
- Kesadaran
: Compos Mentis
- GCS
: E4V5M6
- TD
: 140/90 mmHg
- Nadi
: 82x / menit
- Pernafasan
: 20x / menit
- Suhu
: 36,5oC
- Kepala
Tenggorokan
- Leher
- Dada
- Paru
- Jantung
- Kelamin
- Ekstremitas
2. Status psikikus
-
Cara berpikir
Perasaan hati
: Normotim
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
3. Status neurologikus
Tanda rangsang meningeal
: positif
- Kernig
: positif
- Brudzinski I : Negatif
Neurologis
Pemeriksaan Saraf Kranialis
i)
ii)
: Tidak dilakukan
:
Kanan
Tajam penglihatan
kiri
tidak dilakukan
Pengenala warna
tidak dilakukan
Lapang pandang
tidak dilakukan
Fundus okuli
tidak dilakukan
iii)
kiri
normal
normal
Superior
normal
normal
inferior
normal
normal
medial
normal
normal
endolftalmus
tidak ada
tidak ada
eksolatmus
tidak ada
tidak ada
Diameter
3mm
3mm
Bentuk
bulat isokor
bulat isokor
Posisi
sentral
sentral
Kelopak mata
Gerakan mata :
Pupil
Strabismus
Nistagmus
normal
normal
Bawah
normal
normal
Strabismus
Diplopia
N. trochlearis:
N.trigeminus:
Reflex kornea
N. abdusens:
iv)
normal
normal
Strabismus divergen
Diplopia
Kiri
Mengerutkan dahi
Simetris
Simetris
Kerutan (+)
Kerutan (+)
Menutup mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Memperlihatkan gigi
Simetris
Simetris
Bersiul
Simetris
Simetris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
v)
vi)
Kiri
Test Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Test Weber
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Test Swabach
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
vii)
Arkus faring
Simetris
Tidak dilakukan
Refleks muntah
Tidak dilakukan
viii)
ix)
Arkus faring
Tidak dilakukan
Menelan
Angkat bahu
Julur lidah
Tidak dilakukan
Tremor
Tidak ada
Motorik
Respirasi
Duduk
: normal
: Normal
Sensibilitas
Taktil
: positif
Nyeri
: Tidak dilakukan
Thermi
: Tidak dilakukan
Motorik
Kanan
Pergerakan
b.
Tidak
Kiri
ditemukan Tidak
ditemukan
kelainan
kelainan
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Normotonus
Normotonus
Atrofi
Kanan
Kiri
Taktil
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nyeri
Tekan dalam
Nyeri dalam
Termi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lokalisasi
Sensibilitas
Kiri
Pergerakan
Terbatas
Terbatas
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Normotonus
Normotonus
Atrofi
Kanan
Kiri
Taktil
(+)
(+)
Nyeri
Nyeri dalam
Tekan dalam
Termi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lokalisasi nyeri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
Kiri
b. Sensibilitas
4. Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
+ (menurun)
+ (menurun)
Tes lasegue
<70o/>70o
Kernig
<135o/>135o
Patrick
-/-
Kontrapatrick
-/-
d. Alat vegetatif
Miksi
Defekasi : Normal
: Normal
Kesan :
Sesuai gambaran spondylolithesis LI-II dan spondylosis lumbalis dengan suspect HNP L.IV-V,
L.V-S1
V. RESUME
Subjektif : Pasien datang dengan keluhan merasakan nyeri di pinggang kanan + sejak 3 tahun
SMRS.
Nyeri dirasakan hilang timbul. Timbulnya nyeri dirasakan jika pasien duduk lama,
berdiri lama, jongkok jika menunduk kadang terasa sakit. Bila pasien mau berjalan bagian kanan
mulai dari pinggang sampai kaki kanannya kadang terasa ngilu. Nyeri dirasakan berkurang jika
pasien berisitirahat dan tiduran dan jika di pijat di daerah pingganggnya. Pasien mengaku
kambuhnya nyeri tidak menentu namun dirasakan ketika sedang lelah. Sebelumnya pasien telah
berobat dan dilakukan terapi di RS dan sudah ada perubahan. Pasien mengaku berat badannya
naik 2 Kg dari sebelumnya. Terdapat riwayat trauma yaitu pasien pernah jatuh terduduk+ 20
tahun yang lalu. Keluhan rasa kebas, kelumpuhan kaki dan tangan, gangguan ereksi, gangguan
buang air kecil dan air besar, berat badan yang menurun tanpa sebab dan nyeri yang bertambah
saat malam disangkal oleh pasien. Selama ini pasien mengaku jika nyerinya timbul, pasien
minum obat warung Antanan, nyeri dirasakan hanya hilang seketika saja.
Objektif: Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,5c, nadi 82 x/menit, nafas 20 x/menit. Pemeriksaan
nervus kranialis dalam batas normal. Refleks fisiologis bisep, trisep, patella dalam batas normal,
dan achilles sedikit menurun. Refleks patologis (-), Laseque <70o dextra, tanda kernig (+)
dextra, patrick (-), kontrapatrick (-).
Pada pemeriksaan penunjang, hasil X-Foto lumbo sacral didapatkan kesan : sesuai gambaran
spondylolithesis LI-II dan spondylosis lumbalis dengan suspect HNP L.IV-V, L.V-S1
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik
Diagnosis Topis
Diagnosis Patologis
Diagnosis Etiologik
: Trauma kompresi
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Bed Rest
2. Hindari kerja/aktivitas berat
3. Menggunakan korset lumbal
4. Melakukan olahraga seperti berenang
5. Turunkan berat-badan
6. Fisioterapi
Medikamentosa
Gabapentin 20 mg (S. 0-0-1)
Kapsul campur (Paracetamol 300 mg/ tramadol 25 mg/ pregabalin 25 mg) 2x1
IX.PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
ANATOMI
Perlu dipahami anatomi tulang belakang lumbal dapat mengarahkan dan mencari elemen
mana yang terganggu saat timbul keluhan nyeri. Kolumna vertebra dibentuk oleh serangkaian 33
vertebra yang terdiri atas: 7 korpus servical, 12 korpus thorakal, 5 korpus lumbal, 5 korpus
sakral, dan 4 koksigeal. Vertebra lumbal lebih berat dan besar dibanding vertebra lainnya sesuai
dengan peran utamanya menyangga berat badan. Setiap vertebra lumbal dapat dibagi atas 3
kesatuan elemen fungsional yaitu a) elemen anterior terdiri atas korpus vertebra, 2) elemen
posterior terdiri atas lamina, prosesus artikularis, prosesus spinosus, prosessus mamilaris, dan
prosesus aksesorius 3) elemen tengah terdiri atas pedikel. Bangunan vertebra dan paravertebral
mendapat persarafan berupa
dipercabangkan dekat di sebelah distal ganglion spinal memasuki kanalis vertebralis melalui
foramen intervertebralis dengan serabut nyerinya mencapai ligamentum intraspinal, periosteum,
lembaran luar anulus fibrosus dan kapsula sendi. Dengan demikian bangunan tersebut adalah
bangunan peka nyeri.2
Medula spinalis secara kasar berbentuk silindris. Pada bagian atas mulai pada foramen
magnum tengkorak, berlanjut ke medula oblongata otak, dan pada orang dewasa dibagian
inferior medula spinalis berakhir pada setinggi batas bawah vertebra lumbalis pertama. Columna
vertebralis serta dikelilingi oleh tiga meningen, yaitu duramater, arachnoidea mater, dan pia
mater. Proteksi selanjutnya oleh cairan cerebrospinal yang mengelilingi medula spinalis dalam
ruang subarachnoidea. Disepanjang sisi seluruh medula spinalis melekat 31 pasang saraf spinal
melalui radiks motorik atau anterior serta radiks sensorik atau posterior. Setiap radiks melekat
pada medula spinalis melalui satu seri radiks-radiks kecil, yang membentang disepanjang
segmen medulla spinalis yang terkait. Masing-masing radiks saraf posterior memiliki ganglion
radiks posterior, sel-selnya memberikan serabut saraf tepi dan sentral.3
Medula spinalis terdiri dari substansia grisea dan substansia alba. Substansi alba
mengandung traktus asendens dan desendens, sedangkan substansia grisea mengandung pelbagai
jenis neuron; kornu anterior terutama mengandung neuron motorik, kornu lateral terutama
mengandung neuron otonom dan kornu posterior terutama mengandung neuron somatosensorik.
Traktus ascenden adalah traktus yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti
rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi dan traktus descenden adalah traktus yang membawa
informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh.3
EPIDEMIOLOGI 1
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan
ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat.
Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian
tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi
radiks saraf.
PATOFISIOLOGI 1,5,6
Paling frekuen : L4 L5 dan L5 S1 (85%)
Menyusul di leher : C5 C6 (10%). Jarang : Torakal (5%)
Kedua bagian dari diskus yaitu nukleus pulposus dan annulus fibrosus histologik menunjukkan
perbedaan yang jelas.
-
Nukleus terdiri atas suatu jala dari serabut-serabut yang sangat halus, di dalamanya
terdapat beberapa sel, sebagian fibroblast dan sel-sel tulang rawan, dan sebagian selsel khorda. Terakhir ini merupakan elemen spesifik dari diskus. Sel-sel tersebut
berukuran besar, berinti banyak dan biasanya terletak dalam kelompok-kelompok.
Annulus fibrosus yang mengelilingi nukleus dibangun dari jaringan ikat yang lebih
kuat.
Proses prolaps dari diskus biasanya didahului oleh degenerasi dari diskus, dalam hal
mana nukleus pulposus pindah keperifer dan annulusnya meregang setempat sehingga
menonjol (diskus protrusio)
Bila annulusnya tidak dapat menahan tekanan ini, atau menjadi rusak karena trauma,
terjadi robekan, dan isinya akan menonjol ke luar (diskus prolaps) atau dapat terlepas sebagai
bagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (diskus ruptur).
Hanya sebagian saja dari ligamentum ini yang tersangkut dalam mekanisme HNP :
1. Ligamentum longitudinale posterior ( yang mengandung serabut-serabut saraf sensibel)
terdorong ke belakang dan jarang-jarang mengalami ruptur.
2. Ligamentum flavum yang terpancang diantara busur tulang belakang seringkali menebal.
Yang terpenting bahwa diskus prolaps seringkali juga merangsang akar-akar saraf yang
terdekat, kadang-kadang sampai merusaknya. Biasanya hanya akar-akar yang pada tempat
menonjolnya nukleus yang akan tertekan. Diskus yang berprolaps konsistensinya berubah,
menjadi fibrotik keras, dapat pula mengalami perkapuran.
Sumber :
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan.
Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan
ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal
dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
ETIOLOGI 6,7
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi
kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah
postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai
dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan
nyeri pinggang dan sindroma kauda equina. 1,5,7
Daerah servikal :
Nyeri menjalar di area lengan pada distribusi radiks, diperburuk dengan ekstensi
leher, rotasi ipsilateral, dan fleksi lateral
Tanda dan gejala lesi LMN : kelemahan motorik atau hipestesi sesuai dengan
dermatom disertai penurunan refleks biceps dan triceps
Protrusi diskus servikal sentral menyebabkan mielopati dan juga defisit radiks
Hampir semua HNP pada servikal menyebabkan ruang gerak leher terganggu. Nyeri
makin berat bila gerak ekstensi atau fleksi leher. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan:
-
Tanda Spurling : nyeri pada penekanan ke bawah pada daerah vertex saat pasien
menolehkan kepala ke sisi yang sakit ( terjadi akibat penyempitan foramen
intervertebralis dan penambahan penonjolan diskus)
Daerah lumbar :
-
Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai bawah atau
kaki ( tergantung dari dermatom radiks yang terkena ).
Gejala khas pada HNP lumbar adalah gejala sensorik berupa nyeri pinggang
bawah yang disertai ischiagia (nyeri menjalar ke ekstremitas bawah sesuai distribusi saraf
ischiadikus). Nyeri diperberat oleh faktor pencetus seperti gerak pinggang, batuk,
mengejan, berdiri atau duduk lama. Nyeri diperingan oleh istirahat baring atau perubahan
posisi.
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh.
masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari tulang
punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di sana
saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki. 7
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa menyebar sepanjang
perjalanan saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu
suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otototot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP), dan lain sebagainya. 8
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke
tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit
nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan,
berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah : 1,5,7,9
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan
dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf
mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin
akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.
Umur: 20 55 tahun
Nyeri mekanik
Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya pada paha bagian belakang
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags)11
-
Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan tulang vertebra, radang
spinal dan sindrom kauda equina. Red flags adalah gejala dan tanda yang dapat
menunjukkan kemungkinan adanya suatu kondisi patologis spinal yang serius.
Berikat merupakan kriteria red flags:11
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya tahan
tubuh
Yellow
flags adalah faktor yang meningkatkan risiko untuk berkembangnya kondisi nyeri
kronik dan disabilitas jangka panjang. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, stres
psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan pengaruh ke fungsional, episode nyeri
pinggang sebelumnya, dan harapan pasien.12
DIAGNOSA
Anamnesa 6,7,9,10
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong,
paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya N.
Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang.
Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah
(sifat nyeri radikuler).
Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.
Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara dua krista
iliaka).
Nyeri Spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat,
sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
Pemeriksaan Motoris 13
Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi
di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
Pemeriksaan Sensoris
Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),
atau plantarfleksi (S1).
Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5
S1 terkena.
Penunjang 9,10
Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia.
Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan
tingkat protrusi diskus.
MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau
kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf.
Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan
pembentukan osteofit.
PENATALAKSANAAN 5-8
Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk
anti nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
3. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. keadaan
akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan kaki,
naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah
sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.
Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa:
Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat dilakukan
sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit oleh protrusi nukleus
pulposus.
Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi
tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol
dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk
berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk
sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani
jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan
dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus
untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif
disectomy pada kasus-kasus tertentu.
Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali mengangkat benda atau
sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk. Hindari kerja dan
aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
BENAR
BAB III
PEMBAHASAN
Telah diperiksa Pasien Tn. ES, 62 tahun datang dengan keluhan merasakan nyeri di
pinggang kanan + sejak 3 tahun SMRS. Rasa nyeri dirasakan pada kaki bagian kanan saat
berjalan. Keluhan BAB dan BAK tidak ada. Pasien mengatakan terdapat riwayat trauma
sebelumnya.
Keluhan nyeri pinggang ini disebabkan oleh HNP atau keluarnya nukleus pulposus dari
discus hingga menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis
pada daerah sekitar LIV-V sehingga menyebabkan turunya reflek fisiologis pada achilles. Gejala
ini sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Hal ini harus dibuktikan dengan lebih
tepat dengan pemeriksaan MRI.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5), tekanan darah
140/90 mmHg, suhu 36,5c, nadi 82 x/menit, nafas 20 x/menit. Pemeriksaan nervus kranialis
dalam batas normal. Refleks fisiologis bisep, trisep, patella dalam batas normal, dan achilles
sedikit menurun. Refleks patologis (-), Laseque <70o dextra, tanda kernig (+) dextra, patrick (-),
kontrapatrick (-).
Pada pemeriksaan penunjang, hasil X-Foto lumbo sacral didapatkan kesan : sesuai
gambaran spondylolithesis LI-II dan spondylosis lumbalis dengan suspect HNP L.IV-V, L.V-S1
Selain itu, dari gejala klinis, pasien masih tergolong dalam keadaan yang masih ringan karena
tidak adanya gangguan motoric sedang sampai berat dan atrofi (kekuatan motorik masih bagus),
tidak ada gangguan sensibilitas saddle anesthesia dan tidak ada gangguan sfingter(tidak ada
keluhan BAK dan BAB).
Dengan kondisi pasien sekarang dapat diberikan
penyakit, kemungkinan penyebab dan pilihan terapi, fisioterapi dan menyarankan untuk
dilakukan MRI. Untuk mengurangi gejala dapat diberikan obat Gabapentin 20 mg (S. 0-0-1),
Kapsul campur (Paracetamol 300 mg/ tramadol 25 mg/ pregabalin 25 mg) 2x1. Penting sekali
untuk dijelaskan kepada pasien bahwa penggunaan obat hanyalah untuk mengurangi gejala nyeri,
pasien juga disarankan untuk memakai korset lumbal dan fisioterapi apabila belum ada rencana
melakukan operasi. Aktivitas fisik yang berat juga harus dikurangi.
Penting untuk menjelaskan kepada pasien prognosis penyakitnya secara ad vitam adalah
bonam dimana penyakit yang diderita tidak mengancam jiwa. Prognosis ad functionam pasien ini
juga dubia ad bonam karena regenerasi pada cedera saraf lebih lambat daripada regenerasi sel-sel
lainnya. Prognosis ad sanationam pasien ini adalah dubia ad bonam karena berdasarkan keadaan
pasien, faktor penyulit dan ada tidaknya yellow flags yaitu pekerjaannya mengangkat barang
berat.
DAFTAR PUSTAKA