Disusun oleh
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit tuberculosis pada manusia.
Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia.1
Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit
infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat
menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi
hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita
tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan
setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru,dan ada sekitar 3 juta orang
meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. 1,2
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk
memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan
faktor sosial budaya dan tempat hunian. 1 Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara
tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin
sesuai dengan dosis yang dianjurkan.3
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada
tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 %
dari seluruh kasus TB di dunia, namun dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk.
1,2
Di afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.
Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta
kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia.2
Diperkirakan angka kematian TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap tahun. Laporan WHO
tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu
625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan
peningkatan cepat kasus TB yang muncul. 1,4
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina.
Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia
tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. 1
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex.1,2,3,5 Terutama
menyerang saluran pernapasan, walaupun juga dapat melibatkan semua sistem tubuh. Populasi imigran,
pasien dalam kondisi lemah atau imunosupresi rentan terhadap infeksi ini. 5
ETIOLOGI
Biomolekuler m. Tuberculosis
Morfologi dan struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis
panjang 1 sampai 4 m dan lebar 0,3-0,6 m.1 Dinding Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks,
terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis
ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat, yang disebut cord factor, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram
positif maupun negatif karena bila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangann zat
warna tersebut dengan larutan asam alkohol sehingga Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam
bakteri tahan asam.1,2,6
Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia daripada bakteri lain
karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium tuberculosis
tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP (mesodiaminopimelic acid) enzim biosintetik, dengan kandungan lipid kira-kira sebesar 60%. Pada dinding sel
mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan
permeabilitas
dinding
sel,
sehingga
mengurangi
efektivitas
dari
antibiotik.
Lipoarabinamanan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara
inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.1,6
PATOGENESIS 1,6,7
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara disekitar kita. Partikel infeksi ini dapat tetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Kuman tuberkulosis
masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
4
ukuran partikel <5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama gerakan silia dan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus)
Ghon. Sarang primer ini mungkin timbul di setiap bagian dalam jaringan paru. Bila terjadi di pleura maka
terjadilah efusi pleura. Kuman juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe orofaring,
dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh
organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional).
Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua proses ini
memakan watu 3-8 minggu. Komplek primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya >5 mm dan 10 % diantaranya dapat
terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 ( satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.1,7
f. Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi
paru menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
-
lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran adiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.1,7
B. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkuloasis yang menyerang organ tubuh bagian lain selain
paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk
kasus kasung yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis
yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.1,2,3,7
1. Gejala respiratori
- Batuk 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus
belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjad karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak
keluar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstrapru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening,
pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.1
lainnya. Paru yang sehat menjadi hiperinflasi. Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah
jumlah jaringan paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya cor pulmonale dan gagal
jantung kanan. Di sini akan didapatkan tanda-tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti
takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop, murmur Graham steel, bunyi P2
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, ascites, dan edema.
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang
lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan
didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.
Pada
limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut menjadi
cold abscess
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Bakteriologi 1,3,9
a.
Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat
penting untuk menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
10
Bahan pemeriksaan atau spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot
yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan mulut berulit, tidak mudah pecah
dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas
objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCL 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim
ke laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (juka perlu gelas objek dimasukkan ke dalam kotak
sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas pasien
yang
c. Cara pemeriksaan dahak dari bahan lain
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan dari bahan lain (cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronkoalveolar
lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi jarum halus/BJH) dapat dilakukan dengan cara :
- Mikroskopis
- Biakan
Pemeriksaan mikroskopis :
Mikroskopis biasa
pewarnaan Ziehl-Nielsen
BTA negatif
Fibrotik
Kalsifikasi
12
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis,
ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menemukan aktiviti lesi atau
Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam
larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang
kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis.
Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan
pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak
menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4.
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV, pengguna steroid,
atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC.
5 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM, renal failure, dan petugas
kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC.
14
15
16
DIAGNOSIS 3
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik/ jasmani,
pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Banyak diagnosa banding yang dapat dikemukakan karena tuberculosis dapat menimbulkan infeksi yang
sistemik yang menyerupai penyakit lainnya. Beberapa diagnosa banding tuberculosis paru yang mungkin
dapat dipertimbangkan antaralain :14
1.
2.
3.
4.
Bronkopneumonia
Keganasan paru
Jamur paru
Penyakit paru akibat kerja
17
PENATALAKSANAAN 1,2,3,9,14
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yatu intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan tambahan
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- Rifampisin
- INH
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap terdiri dari:
- Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
-
pirazinamid 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
- Derivat rifampisin + INH
Dosis OAT
-
semingggu atau :
o BB > 60 kg : 1500 mg
o BB 40-60 kg : 1000 mg
o BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
o BB >60kg : 1500 mg
o BB 40 -60 kg : 1000 mg
o BB < 40 kg : 750 mg
18
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simptomatik ialah:
-
19
Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dan
telah menghilang
Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna
merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini mungkin disebabkan berkurangnya eksresi dan
penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta
warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kgBB perhari atau 30 mg/kgBB
yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa
minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko
kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan
dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan
dosis yang digunakan dan umur penderita
Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan ganggan fungsi eksresi ginjal. Gejala
efek samping yang terlihat ialah telinga berdenging (tinitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya
dikurangi 0,25 gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah
dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti dapat terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala,
muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti
kesemutan sekitar mulu dan telingan mendenging dapat terjadi setelah suntikan. Bila reaksi ini
mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25 gr.
20
Streptomisin dapat menembus barier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita
hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
Penanganan efek samping obat:3,9
- Efek samping yang ringan seperti gangguan lambung yang dapat diatasi
-
secara
simptomatik
Gangguan sendi karena pirazinamid dapat diatasi dengan pemberian allopurinol
Efek samping yang serius adalah hepatitis imbas obat. Penanganan seperti tertulis diatas
Penderita dengan reaksi hipersensitif seperti timbulnya rash pada kulit yang umumnya
disebabkan oleh INH dan rifampisin dapat dilakukan pemberian dosis rendah dan
desensitisasi dengan pemberian dosis rendah dan perlahan-lahan dengan pengawasan yang
21
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai
selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket KDT mempunyai beberapa
keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu:
a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana
dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.
a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
-
(pengobatan ulang):
-
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
lanjutan
Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5 akhir
pengobatan)
23
2.
obat.
Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan dan
diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke
5).
Pada pasien dengan pengobatan ulang (pengobatan dengan panduan OAT kategori 2) :
-
Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur? Apabila tidak teratur, diskusikan
3. Pada bulan ke 5
- Baik pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil pemeriksaan ulang dahak
-
hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan selesai diberikan.
Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan dinyatakan gagal dan
24
25
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi ganda ini amat sulit dan
memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya. Ada
yang menganjurkan agar pasien dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol
pengobatannya dengan lebih baik. Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin), aminoglikosida (amikasin, kanamisin, dan kapreomisin), etionamid,
sikloserin, klofazimin, amoksilin + as klavulanat dan lain-lain. Pemberian pengobatannya pada dasarnya
tailor made, bergantung dari hasil uji kepekaan. Untuk mereka yang resisten terhadap SM misalnya
Iseman menganjurkan pemberian PZA, EMB, kuinolon dan amikasin selama 18 sampai 24 bulan.1
Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya.
Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosida seperti
streptomisin atau kanamisin karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi (permanent ototoxic) dan
dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran
dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil
bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan
lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB. Pemberian Piridoksin 50
mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yang mendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin
K 10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3 kehamilan menjelang
partus.
2.
27
Hepatitis Kronis
Pada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hati kronis, pemeriksaan fungsi hati harus
dilakukan sebelum memulai pengobatan. Apabila hasil
pemeriksaan fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan, paduan
OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
- 2 obat yang hepatotoksik
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
- 1 obat yang hepatotoksik
2 HES / 10 HE
Semakin berat atau tidak stabil penyakit hati yang diderita pasien TB, harus
menggunakan semakin sedikit OAT yang hepatotoksik.
- Konsultasi dengan seorang dokter spesialis sangat dianjurkan,
- Pemantauan klinis dan LFT harus selalu dilakukan dengan seksama,
- Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih dari 2 bulan
28
30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.Agent penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah
penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Mycobacterium tuberculosis
hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC pada
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis
kelamin, dan faktor toksis. 1,2,9
Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.6
Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu
Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (P),
Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur,
maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan
dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat
tuberkulosis.1
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan PenatalaksanaanTuberkulosis di
Indonesia, Jakarta : Indah Offset Citra Grafika, 2006.
2. World Health Organization. Preventing Chronic Diseases a vital investment. Canada: World
Health Organization; 2015.
3. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI; 2014
4. Disease Control Prioritaies Project. Millenium Development Goals. Washington DC: World
Bank;2006: 289-303.
5. Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga; 2007: 39
6. Anthony S. Fauci, 2012. Harrison's Internal Medicine, 18 th. Edition, USA,. McGraw Hill, page
2252 306
7. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,Simadibrata KM,
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2006: 998-1005, 1045-9.
8. Jardins TD, Burton G. Clinical Manifestations And Assessment of Respiratory Disease. Seventh
Edition, Canada: Elsevier; 2011: 288-9
9. Kementrian Kesehatan RI. Terobosan menuju akses universal: strategi pengendalian TB di
Indonesia 2010-2014. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta, 2010
10. Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ. Principles and Practice of Infectious Disease. Eight Edition, New
York: Elsevier; 2015: 2789
11. World Health Organization. Guidance for national tuberculosis programmes on management of
tuberculosis in children. Geneva: World Health Organization; 2006.
12. Ellner JJ. Tuberculosis. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine. 24th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012:chap 332.
13. Vyas JM. 2014.,Pulmonary Tuberculosis. http://slu.adam.com. Diakses pada tanggal 30 Februari
2016.
14. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: PB PAPDI;
2006: 109-11
15. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EDC; 2010:
136-8
32