MODUL 2 “KEJANG”
Tutor : Dr. dr. Prabowo Soemarto, Sp.PA
KELOMPOK 1
Fahmi Fil Ardli 2013730141
Ibnu Fajar Sidik 2013730148
M. Zetvandi Ibrahim 2013730151
Mutiara Putri Camelia 2013730157
Nabila Nitha Alifia 2013730158
Rafhani Fayyadh 2013730167
Rani Rahmadiyanti 2013730168
RR. Hestin DP 2013730172
Sabrina Qurotta’ayun 2013730173
Vanessa Ully Rakhma 2013730185
Hila Amalia Mantika 2012730132
Skenario
KASUS 4
Perempuan usia 50 tahun diantarkan oleh
keluarganya ke IGD karena kejang umum dan tidak
sadar sejak 10 menit.
Dokter jaga melakukan pemeriksaan penunjang
laboratorium; didapatkan hasil Gula darah sewaktu
400 mg/dL. Pasien ini pernah dirawat dengan DM
yang diidap selama 15 tahun, tidak terkontrol. CT
scan kepala tampak oedem otak yang luas, EEG
terdapat gambaran abnormal delta wave reguler
simetris. Pemeriksaan fisik neurologis tidak nampak
adanya kelumpuhan Nn kranialis maupun anggota
gerak.
Kata Sulit
EEG: Abnormal, delta wave simetris reguler
Kata/Kalimat Kunci
• Perempuan 50 tahun
• Kejang dan tidak sadar sejak 10 menit
• RPD: DM diidap 15 tahun tidak terkontrol
• CT SCAN: oedem otak luas
• EEG: Abnormal, delta wave simetris reguler
Mind Map
s
Perempuan, 50 tahun
KEJANG
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
Diagnosis
Banding
Penatalaksanaan
Pertanyaan
1. Jelaskan definisi, etiologi, klasifikasi dari kejang?
2. Bagaimana patomekanisme dari gejala kejang?
3. Jelaskan penyakit-penyakit dengan gejala kejang?
4. Jelaskan hubungan oedem otak dengan kejang?
5. Jelaskan hubungan riwayat DM dengan kejang?
6. Jelaskan hasil interpretasi dari EEG dan kaitannya dengan
scenario?
7. Jelaskan terapi pasca kejang dan pencegahannya?
8. Jelaskan alur diagnosis pada kasus?
9. Jelaskan hubungan kejang umum dengan penurunan
kesadaran?
10.Diagnosis Banding 1!
11.Diagnosis Banding!
1. Definisi, etiologi, dan klasikasi kejang
M. Zetvandi Ibrahim 2013730151
Definisi
Kejang adalah masalah neurologik yang relatif
sering di jumpai. Dipekirakan bahwa 1 dari
selama hidup mereka. Dua puncak usia untuk
isidensi kejang adalah dekade pertama
kehidupan dan setelah usia 60 tahun. Kejang
terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang
berlebihan dari suatu populasi neuron yang
sangat mudah terpacu ( fokus kejang) sehingga
menggangu fungsi normal otak
Etiologi
• Kejang dapat terjadi pada setiap individu yang mengalami.
• Hipoksemia berat (penurunan oksigen dalam darah).
• Hipoglikemia (penurunan glukosa dalam darah).
• Asidemia (peningkatan asam dalam darah).
• Alkalemia (penurunan asam dalam darah).
• Dehidrasi.
• Intoksikasi air.
• Demam tinggi.
• Putus obat.
• Penyalahgunaan obat.
• Toksemia pada kehamilan juga dapat menyebabkan kejang.
Klasifikasi kejang
• Parsial
• Parsial sederhana
• Parsial kompleks
• Generalisata
• Tonik-tonik
• Absence
• Mioklonik
• Atonik
• Klonik
• Tonik
2. Patomekanisme Kejang
Ibnu Fajar Sidik 2013730148
Patomekanisme Kejang
Ketidakseimbanganion
Instabilitas membran sel Neuron-neuron yang mengubah
Kelainan polarisasai
saraf hipersensitif keseimbangan asam-basa
/ elektrolit
Kebutuhan metabolik
secara drastis Aliran darah otak
Perubahan-perubahan
meningkatnya meningkat; lepas meningkat, demikian Asam glutamat mungkin
metabolik yang terjadi
kebutuhan energi akibat muatan listrik sel-sel juga respirasi dan mengalami deplesi
selama dan segera
hiperaktivitas neuron saraf motorik glikolisis jaringan dan selama aktivitas kejang
setelah kejang
meningkat menjadi Asetilkolin muncul
1000/detik
3. Jelaskan penyakit-penyakit
dengan gejala kejang!
Rafhani Fayyadh 2013730167
Epilepsi
Penyakit-
penyakit dengan
gejala “KEJANG”
Cedera
Meningoensefalitis
Kepala
EPILEPSI
• Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan yang jernih.
Penyebabnya antara lain Mycobacterium tuberculosa, Toxoplasma gondii, Ricketsia dan virus
• Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
KLASIFIKASI spinalis. Penyebabnya Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok),
Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeuruginosa
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa permulaan penyakit ditandai dengan
panas, nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan
nyeri punggung.
PATOFISIOLOGI
Tumpul
Mekanisme
Tembus
(Penetrasi)
Ringan
Berat
Fraktura
Tengkorak
Morfologi
Lesi
Intrakranial
MANIFESTASI
KLINIS
TRAUMA RINGAN
TRAUMA BERAT
a. Pasien tertidur atau kesadaran
yang menurun selama beberapa saat a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa
kemudian sembuh. sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
b. Pusing dan Sakit kepala yang penurunan kesehatan.
menetap atau berkepanjangan. b. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang
c. Mual atau dan muntah. menunjukkan peningkatan di otak menurun atau
meningkat.
d. Gangguan tidur dan nafsu makan c. Nyeri menetap atau setempat biasanya
yang menurun, perasaan cemas menunjukkan fraktur
e. Perubahan keperibadian diri. d. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, e. Triad Cushing (denyut jantung menurun,
gangguan bicara, gangguan perilaku hipertensi, depresi pernafasan).
f. Letargik f. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial,
terdapat pergerakan atau posisi abnormal
ekstrimitas
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera
otak akut selama fase akut.
4. Jelaskan hubungan edema otak dengan kejang?
Sabrina Qurrotaa’yun 2013730173
Pathway
Neorologis
Non neorologis
Peningkatan
Peningkatan Asidosis
oksidasi asam
keton metabolik
lemak
Kejang tipe
Ini Dapat hilang
Kejang Jika
faktor
pencetusnya
dihilangkan
6. Jelaskan hasil interpretasi dari EEG dan
kaitannya dengan skenario !
RR. Hestin Diah Prasanty 2013730172
Elektroensefalogram (EEG) Kegunaan
Golongan Barbiturat
• Fenobarbital
• Primidon
Golongan Oksazolidindion
• Trimetadion
Golongan Suksinimid
• Etosuksimid
Golongan Benzodiazepin
• Diazepam
• Klonazepam
• Nitrazepam
Karbamazepin
Asam Valproat
PENCEGAHAN KEJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serum elektrolit bersama dengan glukose, kalsium, magnesium, “
Blood Urea Nitrogen” , kreatinin dan test fungsi hepar
EEG
Alat diagnosis Utama serangan kejang yang jelas atau yang
meragukan.
Dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik dan neurologi, pola
epileptiform pada EEG (spikes and sharp waves) sangat mendukung
diagnosis epilepsi.
Lokalisasi dan lateralisasi fokus epileptogenik pada rekaman EEG
dapat menjelaskan manifestasi klinis daripada“aura“ maupun jenis
serangan kejang.
VIDEO EEG
Bila ada keraguan untuk memastikan diagnosis epilepsi atau serangan kejang
yang bukan oleh karena epilepsi
Bila pada pemeriksaan rutin EEG hasilnya negatif tetapi serangan kejang
masih saja terjadi
Bila pasien epilepsi dipertimbangkan akan dilakukan terapi pembedahan.
RADIOLOGI
CT SCAN & MRI
9. Jelaskan hubungan kejang umum dengan
penurunan kesadaran?
Mutiara Putri Camelia 2013730157
Penurunan
Kejang
kesadaran
kejang
Instabilitas mermbran sel saraf, sehingga
sel lebih mudah mengalami pengaktifan
Penurunan
Kesadaran
Kondisi
Pusat
Kesadaran
Penurunan kesadaran disebabkan
oleh gangguan pada korteks secara
menyeluruh misalnya pada gangguan
metabolik, dan dapat pula
disebabkan oleh gangguan ARAS di
batang otak, terhadap formasio
retikularis di thalamus, hipotalamus
maupun mesensefalon.
10. Diagnosis Banding 1
(ENSEFALOPATI METABOLIK)
Vanessa Ully Rakhma 2013730185
ENSEFALOPATI METABOLIK
DEFINISI Ensefalopati metabolik bukanlah sebuah diagnosa melainkan
sebuah sindrom dari disfungsi umum serebral yang dirangsang
oleh stres sistemik dan bisa memiliki gejala klinis yang
beragam mulai dari disfungsi ringan hingga delirium agitasi,
sampai koma dalam dengan postur deserebrasi. Ini semua
tergantung dari kelainan metabolik yang dialami
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologis standar CT Scan dan MRI dengan kontras. CT Scan: melihat
adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat
kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI: melihat gambaran jaringan
lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor infratentorial, namun mempunyai
keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi.
• Radioterapi Penatalaksanaan
PROGNOSIS
Diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel,
sebagai adjuvant pasca operasi, atau pada kasus rekuren
•yangFarmakologik
sebelumnya telah dilakukan tindakan operasi.
Glukokortikoid biasanya diberikan
Prognosis tergantung untuk meringankan
dari resectability tumor,
gejala
•lokasi edema.
Kemoterapi
tumor, usia pasien, dan histologi tumor.
Tujuan utama kemoterapi
Berdasarkan data di negara
menghambatmaju,pertumbuhan
dengan
• Pembedahan
tumor dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life)
diagnosis
pasien. dini dan
Kemoterapi biasa juga penanganan
digunakan sebagai yang
kombinasi
Reseksi
dengan tumor umumnya
operasi dan/atau direkomendasikan
radioterapi.dan untuk hampir
Agendilanjutkan
yang banyak
tepat
seluruh melalui pembedahan
jenisnitrosurea,
tumor otak yang operabel.temozolomide,
Pada glioma
digunakan: platinum-based,
dengan
derajat radioterapi,
rendah
procarbazine, dilakukan
dan angkatumor
reseksi
taxol. Sebelum ketahanan hidup
secara sebaiknya
kemoterapi maksimal
lima
dengan tahun
tujuan
periksakan: berkisar
Epidermal 50-60%,
utama perbaikan
Growth sedangkan
gejala
Factorklinis. Padaangka
Receptor glioma
(EGFR)
dan Methyl
derajat
ketahanan Guanine
tinggi
hidup Methyl
maka10 Transferase
operasi
tahun (MGMT).
dilanjutkan
berkisar 30-40%.dengan
kemoterapi dan radioterapi.
Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang kami dapatkan dari
skenario, kami menduga bahwa pasien pada kasus di
skenario mengalami enselopati metabolik, dengan
different diagnosis nya adalah tumor otak. Namun hal
ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut.
Referensi
Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury. Http://www.biausa.org
Hickey JV. Craniocerebral Trauma. Dalam: The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing 5th edition. Philadelphia
: lippincot William & Wilkins, 2003.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003.
Fisman R. 1984. Steroid in the Treatment of Brain Edema (Abstract) Medical Currents
Krupp MA,
Lumbantobing SM. 1981. Edema Otak dalam Kedaruratan dan Kegawatan Medik Editor: Arjatmo Tjokronegoro dan H. Ahmad
Husen Markum FK-UI Jakarta.
Miller JD. 1976.Cerebral Oedema Rassegna Medics, LIII.
Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf Oleh dr. George Dewanto, SpS, dr. Wita J. Suwono, SpS, dr. Budi
Riyanto, SpS, & dr. Yuda Turana, SpS
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta. EGC
Niedermeyer E, Lopes da Silva F (2004). Electroencephalography: Basic Principles,Clinical Applications, and Related Fields.
Lippincot Williams & Wilkins.
Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid 2.EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.
Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates in Neuroemergencies. FKUI. Jakarta. Hal.1-7
Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Lindsay, KW dan Bone I. 1997. Coma and Impaired Conscious Level dalam Neurology and Neurosurgery Illustrated. Churchill
Livingstone. UK. Hal.81
Greenberg, MS. 2001. Coma dalam Handbook of Neurosurgey. 5th ed. Thieme. NY. Hal 119-123
Mardjono,Mahar dan Shidarta,Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat.Jakarta : 2008. Hal 192-200
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC.
Panduan Nasional Penanganan Kanker Tumor Otak Versi 1.0 Tahun 2015, Komite Nasional Penanggulangan Kanker Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf
Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta :EGC
•