Anda di halaman 1dari 9

CASE VIGNETTE

FOBIA SOSIAL

Oleh:

Wanodia Ayutama 2010221053

Pembimbing:

dr. Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN


NASIONAL VETERAN JAKARTA

RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN

PERIODE 14 JUNI – 10 JULI 2021


LEMBAR PENGESAHAN

CASE VIGNETTE

FOBIA SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Disusun oleh:

Wanodia Ayutama 2010221053

Pembimbing

dr. Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp.KJ


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Case Vignette “Fobia Sosial” dengan baik. Case
Vignette ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan
Profesi Dokter di SMF Ilmu Kedokteran Jiwa.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada dr.
Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp.KJ selaku pembimbing. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan kasus ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu kedokteran. Aamiin.

Jakarta, Juni 2021

Penulis
BAB I
PRESENTASI KASUS

Seorang pasien (wanita) Ny.B.M. (usia 32 th) dikonsul ke poliklinik Psikiatri dengan
keluhan jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut mulas, dan pusing. Keluhan ini telah
berlangsung sejak 3 tahun yang lalu. Sehari sebelumnya pasien pingsan tak sadarkan diri. Dari
auto dan alloanamnesis (dari suami pasien), didapatkan hal-hal sebagai berikut : keluhan
utama/alasan berobat/alasan perawatan, pasien pingsan tak sadarkan diri pada saat akan
berpidato di depan undangan, saat pelantikan pasien sebagai Kepala Bagian. Pasien dibawa ke
institusi gawat darurat. Setelah tenang, disarankan untuk konsultasi ke poliklinik Psikiatri.
Dari anamnnesis diperoleh kesan pasien tidak akan mengikuti kegiatan bila harus
berhadapan pada situasi publik (sosial) lainnya. Selalu dalam pikirannya sudah tersedia jawaban
bahwa “saya tidak bisa dan akan malu-maluin“. Pada pertemuan khusus, misalnya resepsi
perkawinan yang mengharuskan pasien bersama suaminya pergi ke tempat tersebut, selalu
tersedia jawaban, lebih baik saya “ tinggal di rumah, kasihan anakanak tidak mempunyai teman.“
guna menolak ajakan.
Deskripsi umum menunjukkan, pasien tampak gelisah, mengeluh dadanya sakit,
kesemutan yang menjalar ke lengan kiri, deg-degan, pusing, keringat dingin dan mual. Sikap
terhadap pemeriksa: koperatif, pembicaraan lancar, tingkah laku motorik dalam batas normal.
Tidak diketemukan tanda-tanda psikopatologis lainnya, dalam proses pikir, alam perasaan,
tingkah laku motorik, persepsi, sensorium dan kognisi, orientasi, daya ingat, dan konsentrasi.
Daya menilai realitas: baik. Penghayatan terhadap penyakit : tingkat V (intelektual).
Pasien mengeluh dadanya sakit, disertai nyeri yang menjalar pada daerah lengan kiri
yang berasal dari daerah dada, dan untuk menyikirkan kelainan gangguan kardiovaskular pasien
dikonsulkan ke dokter ahli jantung. Dilakukan pemeriksaan elektrokardiograf dan tidak
didapatkan kelainan elektrokardiogram (EKG). Dan pemeriksaan echocardiography,
menunjukkan hasil sebagai berikut, dimensi ruang: ruang jantung normal. Left ventricle (LV):
tebal normal. Fungsi sistolik : baik, normokinetik, semua segmen dan katub-katub jantung:
normal. Diagnostic impression dari pada jantung: Fungsional normal dan tidak tampak gangguan
kinetik.
Karena ada keluhan mulas, pasien dikonsulkan ke bagian penyakit dalam, namun tidak
didapatkan kelainan yang signifikan.
Kesan pemeriksaan psikiatris: fobia sosial

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. BM
Umur : 32 tahun
Alamat : Jakarta

II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSJ karena pingsan tak sadarkan diri saat akan berpidato di depan
umum.
Riwayat Penyakit Sekarang
Setelah tenang, pasien dirujuk ke poliklinik Psikiatri.
Pasien mengeluh merasa gelisah jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut mulas,
mual, dan pusing yang berlangsung sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat Pribadi dan Psikososial
Pasien selalu menolak kegiatan yang harus berhadapan pada situasi publik (sosial)
lainnya. Pasien selalu menolak mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dengan alasan,
“tidak bisa, takut malu-maluin” atau “di rumah saja, menemani anak-anak”.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD 125/80 mmHg, N 88x/menit, FN 20x/menit, S 36,5oC
Status Generalis :
- Kulit : tidak tampak pucat, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik
- Kepala : normosefal
- Mata : pupil bulat, isokhor, simetris, refleks cahay +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Hidung : bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/-
- Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
- Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
- Leher : tidak teraba perbesaran KGB dan tiroid

- Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-)
Paplpasi : fremitus normal
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada perbesaran
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik

- Status Neurologis
Saraf Kranial : Dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Refleks fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Luhur : Baik
Gangguan Khusus : Tidak ada
Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-),
normotonus, resting tremor (-)

IV. Status Mental


A. Deskripsi Umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Penampilan : Pasien tampak gelisah, mengeluh dadanya sakit,
kesemutan yang menjalar ke lengan kiri, deg-degan, pusing, keringat dingin dan
mual
- Aktivitas Psikomotor : Gelisah
- Pembicaraan : Berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume
cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup
- Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Alam Perasaan
- Mood : Eutimia
- Afek : Luas
- Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi :-
- Ilusi :-
- Deresalisasi :-
- Depersonalisasi :-
D. Proses Pikir
- Arus pikir : Koheren
- Produktivitas : baik
- Kontinuitas : baik
- Hendaya berbahasa :-

E. Isi Pikir
- Waham :-
- Preokupasi :-
- Obsesi :-
- Fobia :-

F. Daya Nilai
- Uji daya nilai : tidak terganggu
- Daya nilai sosial : tidak terganggu
- RTA : tidak terganggu

G. Sensorium dan Kognitif


- Taraf intelegensi : sesuai pendidikan
- Konsentrasi/perhatian : baik
- Kemampuan menolong diri sendiri : baik

H. Pengendalian Impuls : baik

I. Tilikan : 5 (intelektual )

J. Realibilitas : Pasien dapat dipercaya karena secara sadar mampu


menceritakan apa yang ia rasakan
V. Diagnosis
Axis I : [F40.1] Fobia Sosial
Axis II :-
Axis III :-
Axis IV : Menghindari situasi publik dimana pasien dapat menjadi pusat perhatian
Axis V : Current GAF : 80 – 71
1 tahun terakhir : 80 – 71
Gejala yang timbul adalah reaksi sementara dan dapat diperkirakan
terhadap stresor psikososial, hanya sedikit gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau sekolah.

VI. Tatalaksana
- Psikofarmaka
o Golongan SSRI (Fluoxetine 1x10 mg)
o Golongan Benzodiazepin (Aprazolam 1x0,5 mg)

- Psikoterapi
o Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
Terapi bertujuan untuk mengubah cara berpikir dan bersikap pasien dalam
menghadapi stimulus dengan cara pemaparan bertahap atau desensitisasi,
sehingga diharapkan pasien dapat membangun kontrol dan mengurangi
kecemasannya.

VII. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. Pencegahan
Dukungan keluarga pasien dalam keteraturan minum obat dan sikap dalam menghadapi
stimulus.

Anda mungkin juga menyukai