Anda di halaman 1dari 104

Laporan Kasus

Episode Depresi Sedang Tanpa Gejala Somatik


dengan Anemia Defisiensi Besi
Pembimbing : dr. H. M. Zainie Hasan, SpKJ(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RSJ ERNALDI BAHAR FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
Anggota Kelompok

Rina Novitriani, S.Ked 04084821618231


Nina Vella Rizky, S,Ked 04054821719053
Patima Sitompul, S.Ked 04054821719071
Pendahuluan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena
kekurangan besi yang digunakan untuk sintesis hemoglobin (Hb).

30% anak usia 0-4 tahun


WHO 2001
48% anak usia 5-14 tahun

Dalam otak, zat besi bertanggung jawab untuk mielinisasi white


matter dan mengatur fungsi serta perkembangan sistem
neurotransmitter termasuk dopamin, norepineprin dan serotonin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan


antara anemia defisiensi besi dengan gangguan psikologis(Beard,
2003).
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri

prevalensi seumur hidup 15%

Wanita : Pria = 2:1


Depresi
Insiden meningkat pada usia muda

meningkat usia < 20 tahun


Status Pasien
Identifikasi
Nama : An. ST
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD (Kelas 4)
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Alang-Alang Lebar, Palembang
Datang ke RS : 15 November 2017
Cara ke RS : Datang bersama ibu kandung
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang
Anamnesis (Alloanamnesis dan Autoanamnesis)

Keluhan Utama
Os sering bengong sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan
Os suka tidak peduli jika diajak berbicara dan
badan terasa lemas sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 tahun SMRS
os sering bengong
badan sering terasa lemas.
Menurut ibu, wajah os sering terlihat pucat. Os
kelihatan semakin lemas dan kurang bertenaga
apalagi saat pulang dari sekolah.
Apabila os diajak berbicara, os bersikap acuh tak
acuh dan tidak peduli.
Os sering merasa mengantuk pada pagi dan siang
hari, namun tidak ada gangguan tidur malam.
Os lalu dibawa ke Puskesmas dan diberikan vitamin,
namun keluhan tidak berkurang. Os lalu dirujuk ke
RS.Ernaldi Bahar Palembang dan diagnosis
menderita penyakit anemia. Os diberikan obat
ferrous sulfat, namun keluhan bengong tidak
berkurang tetapi badan os tidak terlihat pucat lagi.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 6 bulan SMRS
Keluhan bengong tidak berkurang.
Semakin sering mengantuk dan malas untuk makan.
Jika os diajak berbicara, os sering tidak peduli dan
jika menjawab pertanyaan pun respon pasien lama
dan dijawab dengan jawaban yang singkat.
Menurut ibu, pandangan mata os kosong. Os sering
menyendiri dan jarang bermain dengan teman-
temannya. Os juga sering mudah marah apabila
diganggu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sebelum 1 tahun yang lalu
Os masih bisa merawat diri sendiri. Os mandi,
mengenakan pakaian, BAB, dan BAK sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Makan dan minum seperti biasa (nafsu makan baik).
Tidur os baik dan teratur.
Os masih berinteraksi dengan anggota keluarga,
tetangga, dan teman sebaya dengan baik. Os
memiliki banyak teman bicara di lingkungan rumah.
Os tidak ada kebiasaan menyendiri dan mengurung
diri. Os sering bercanda dan jahil dengan kakaknya
dan ibunya tapi dalam batas wajar.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 tahun yang lalu

Pasien baru mendapatkan menstruasi pertama yang


berlangsung selama 2 minggu (masa menstruasi
lama). Selama 2 mingggu tersebut, menstruasi tidak
berhenti. Menstruasi selanjutnya berlangsung
selama 10 hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 tahun yang lalu
Sejak pasien mendapatkan menstruasi,
pasien mengeluh badan lemas dan lesu untuk
melakukan aktivitas.
Wajah pasien sering terlihat pucat.
hubungan pasien dengan lingkungannya menjadi
memburuk, pasien sering bertengkar dengan
saudaranya dan jarang bermain dengan teman-
temannya.
Pasien yang semula memiliki banyak teman kini
merasa bahwa teman-temannya menjauhinya
sehingga pasien menarik diri dari lingkungannya
Pasien menjadi sering malas pergi ke sekolah dan
bermain dengan teman-temannya di sekitar rumah..
Riwayat Perjalanan Penyakit
Semenjak mengalami anemia
Pasien sering bengong dan bersikap acuh tak acuh
dengan lingkungan sekitar.
Pasien sering tidak menjawab apabila ditanya dan
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang
singkat.
Pasien semakin sering merasa lesu, kurang
bertenaga, malas untuk melakukan aktivitas seperti
pergi ke sekolah atau bermain dengan teman-
temannya.
Pasien merasa tidak berminat terhadap hal-hal yang
dulu disukainya.
Menurut ibu, nafsu makan pasien juga berkurang.
Pasien baru mau makan apabila disuapi.
Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mulai sering tersinggung dan mudah marah


dengan saudara-saudaranya.
Pasien sering mengantuk pada pagi dan siang hari,
padahal tidak ada gangguan tidur malam.
Pasien kesulitan berkonsentrasi dalam berpikir.
Pasien pernah berpikir untuk menyakiti dirinya dan
bunuh diri, namun pasien tidak melakukannya.
Keluhan mendengar suara bisikan (-), melihat
bayangan aneh (-), mencium bau busuk (-).
Riwayat Perjalanan Penyakit

Keluhan lain wajah dan badan pucat (-), berdebar-


debar (-), nyeri/pegal di bagian badan tertentu (-),
sakit kepala (-), sering gemetaran (-), sering
berkeringat (-), kepala terasa ringan (-), sesak nafas
(-), mulut kering (-).
Riwayat Perjalanan Penyakit

Selama 1 tahun mengalami keluhan, pasien sudah


berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RS. Ernaldi
Bahar Palembang dan diagnosis menderita anemia.
Dikarenakan ada saudara pasien yang pernah
menderita epilepsi (kontrol teratur), pasien lalu
dirujuk ke RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
untuk dilakukan pemeriksaan darah dan
elektroensefalogram (EEG).

Sekitar 1 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan darah


didapatkan hasil anemia defisiensi besi dan hasil
pemeriksaan EEG tidak ada kelainan. Pasien
dikonsulkan dari bagian anak ke bagian jiwa
Poliklinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
untuk mendapatkan tatalaksana lebih lanjut.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Rs
Keluhan Diagnosis
Puskesmas Ernaldi
1 tahun Anemia
Bahar

Rujuk RSMH

Normal
Cek EEG

Cek Anemia defisiensi besi


Laboratorium
Riwayat Penyakit
Riwayat dahulu
Penyakit Dahulu
Riwayat Gangguan Psikiatri :
Keluhan yang sama sebelumnya (-), pernah mengalami mood yang
meningkat/kesenangan yang berlebihan, rasa percaya diri, aktivitas
fisik, dan keinginan bicara meningkat (-)

Riwayat Gangguan Medik:


Tumor otak (-) kejang (-) demam tinggi yang lama (-) hipertensi (-)
penyakit tiroid (-) diabetes mellitus (-) asma (-) alergi obat (-) konsumsi
obat anti nyeri (steroid) dalam jangka waktu lama (-)

Riwayat Gangguan Neurologi : Tidak ada


Riwayat Trauma: Tidak ada trauma fisik maupun psikis
Riwayat Premorbid
Riwayat Premorbid

Lahir lahir cukup bulan, spontan,


langsung menangis.

Bayi tumbuh kembang baik

Anak-anak interaksi sosial baik.

Sekarang : Pendiam, menarik diri, mudah marah.


Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang : Disangkal

Riwayat pekerjaan dan Riwayat pendidikan : Pelajar


SD Kelas IV

Riwayat perkawinan : Pasien belum menikah

Keadaan sosial ekonomi : Pasien merupakan anak


dari pasangan suami-istri dengan pekerjaan ayah
sebagai wiraswata dan ibu sebagai ibu rumah
tangga. Penghasilan rata-rata menengah ke bawah.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan depresi atau gangguan jiwa
lainnya disangkal.
Pasien dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultur suku
Palembang. Lingkungan kehidupan didominasi oleh
agama Islam, namun kondisi religi pasien saat ini kurang.
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Pasien dibesarkan oleh kedua orangtua kandung.
Hubungan pasien dengan kedua orangtua dan saudara
kandung baik, namun sejak 1 tahun terakhir pasien jarang
berkumpul dengan keluarga besarnya.
Saudara kedua pasien menderita epilepsi namun sudah
kontrol teratur.
ANAMNESIS DAN OBSERVASI
Alloanamnesis dan autoanamnesis dilakukan pada Rabu,
15 November 2017 pukul 14.00 s.d. 15.00 WIB di Poliklinik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penampilan pasien cukup rapi, pasien memakai baju
dress pendek berwarna merah bata.
Pasien berperawakan sedang, dengan tinggi badan
sekitar 145 cm dan berat badan 42 kg, warna kulit sawo
matang. Pemeriksa dan pasien duduk saling berhadapan.
Selama wawancara pasien tampak lesu dan acuh tak acuh
terhadap pemeriksa. Pasien menjawab pertanyaan
dengan jawaban yang singkat, namun ada juga
pertanyaan yang tidak dijawab. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Gambaran os sat diminta menggambar. Terdapat gambar
iphone, rumah, dan tandatangan os
Pemeriksaan
PemeriksaanFisik
Fisikdan
danPsikiatri
Psikiatri

Status Internus
Keadaan Umum
Sensorium :Compos Mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Neurologikus
Panca indera : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala peningkatan tekanan intracranial : tidak ada
Mata
Gerakan : baik ke segala arah
Persepsi mata : baik, visus normal
Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor,
3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
Status Neurologikus
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - -
Status Neurologikus

Sensibilitas : normal
Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi luhur : tidak ada kelainan
Kelainan khusus : tidak ada
Status Psikiatrik
Kesadaran/Sensorium : Compos Mentis
Perhatian : Berkurang
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Ekspresi Fasial : Cenderung lesu dan sedih
Verbalisasi : Jelas
Cara Bicara : Lancar
Kontak Psikis :
- Kontak Fisik : Ada, kurang
- Kontak Mata : Ada, kurang
- Kontak Verbal : Ada, kurang
Keadaan Spesifik
Keadaan Afektif : Sesuai
Keadaan mood : hipotimik (depresif)
Hidup Emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : dalam
Pengendalian : Terkendali
Adekuat-Inadekuat : Adekuat
Echt-Unecht : Echt
Skala Diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirabarasa
Arus Emosi : lambat
Keadaan Spesifik
Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Baik
Daya Konsentrasi : kurang
Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai
Discriminative Judgement : Baik
Discriminative Insight : Baik
Dugaan taraf intelegensi : Baik
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada
Keadaan Spesifik

Kelainan Sensasi dan Persepsi


Ilusi : tidak ada
Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
Keadaan Spesifik
Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : normal
Mutu proses berpikir : baik
Arus Pikiran
Flight of ideas : tidak ada
Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang : tidak ada
Terhambat : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada
Pemilikan Keadaan
Dorongan
Isi pikiran dan bentuk Instinktual dan
pikiran Perbuatan
Waham: Presekutorik Hipobulia(-)
Pola Sentral (-) Vagabondage (-)
Obsesi(-) Katatonia (-)
Fobia (-)
Konfabulasi (-) Alienasi(-) Stupor(-)
Pyromania(-)
Perasaan inferior (+) Autistik (-)
Raptus/ Impulsivitas (-)
Kecurigaan (-) Simbolik(-) Mannerisme (-)
Rasa Dereistik(-) Kegaduhan Umum (-),
permusuhan/dendam (-) sekarang tidak ada
Perasaan Simetrik(-)
Autisme(-)
berdosa/salah(-) Paralogik(-) Deviasi Seksual(-)
Hipokondria (-)
Konkritisasi (-) Logore(-)
Ide bunuh diri (+) Ekopraksia (-)
Ide melukai diri (+)
Overinklusif (-)
Mutisme(-)
Lain-lain (-) Ekolalia (-)
Kecemasan : tidak ada

Dekorum
Kebersihan : baik
Cara berpakaian : baik
Sopan santun : kurang

Reality testing ability :


RTA alam perasaan dan perilaku tidak terganggu.
PEMERIKSAAN LAIN

Pemeriksaan elektroensefalogram : hasil tidak ada


kelainan (normal)
Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
Pemeriksaan laboratorium : anemia defisiensi
besi
Evaluasi psikologik (oleh psikolog) : tidak dilakukan
Evaluasi sosial (oleh ahli pekerja sosial): tidak dilakukan

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) : Total : 17


(depresi sedang)
DiagnosisDiagnosis
F.32.10 Episode Depresi
Aksis I Sedang Tanpa Gejala
Somatik
Gambaran kepribadian emosional
Aksis II tidak stabil
Aksis III Penyakit Sistem Sirkulasi
Masalah berkaitan dengan
Aksis IV lingkungan sosial.
Aksis V GAF scale saat ini 90-81
DiagnosisDiagnosis
Banding Banding

F32.3 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik


F31.3 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini
Depresif Ringan atau Sedang
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Terapi Terapi
Psikofarmaka
Fluoxetine 1 x 20 mg
Terapi Terapi (Psikoterapi)
Terapi kognitif
untuk menghilangkan simptom depresi melalui
usaha yang sistematis yaitu merubah cara pikir
maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien
depresi.

Terapi perilaku
meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien
dalam tugas-tugas yang dapat meningkatkan
perasaan yang menyenangkan.
Terapi (Psikoterapi)
Psikoterapi suportif
memberikan kehangatan, empati, pengertian, dan optimistik.

Pemberian terapi melalui beberapa teknik :


Ventilasi
Sugestif
Reassurance
Bimbingan
Konseling
Terapi kerja
Prognosis Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Depresi
Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta bunuh diri.

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai


dengan munculnya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan,
kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi
Epidemiologi
Lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami
depresi.
Wanita 2 x >> laki-laki
Rata-rata onset 40 tahun.
50% dari semua pasien mempunyai onset antara 20-
50 tahun.
Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal
Etiologi dan Patofisiologi
Faktor Biologis

Psikososial

Genetik
MANIFESTASI KLINIS

Perubahan Pikiran
Perubahan Fisik
Merasa bingung, lambat dalam
Penurunan nafsu makan. berfikir, penurunan konsentrasi
dan sulit, mengungat informasi.
Gangguan tidur. Sulit membuat keputusan dan
Kelelahan dan kurang energi selalu menghindar.
Kurang percaya diri.
Agitasi.
Merasa bersalah dan tidak mau
Nyeri, sakit kepala, otot keran dikritik.
dan nyeri, tanpa penyebab Pada kasus berat sering dijumpai
adanya halusinasi ataupun delusi.
fisik
Adanya pikiran untuk bunuh diri.

53
Perubahan Perasaan Perubahan pada Kebiasaan
Sehari hari
Penurunan ketertarikan Menjauhkan diri dari
dengan lawan jenis. lingkungan sosial, pekerjaan.
Merasa bersalah, tak Menghindari membuat
keputusan.
berdaya. Menunda pekerjaan rumah.
Tidak adanya perasaan. Penurunan aktivitas fisik dan
latihan.
Merasa sedih.
Penurunan perhatian terhadap
Sering menangis tanpa diri sendiri.
alas an yang jelas. Peningkatan konsumsi alcohol
dan obat-obatan terlarang.
Iritabilitas, marah, dan
terkadang agresif.
Gejala utama: Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian
Afek depresif berkurang
Kehilangan minat dan Harga diri dan kepercayaan diri
kegembiraan berkurang
Berkurangnya energi Gagasan tentang rasa bersalah
sehingga dan tidak berguna
pandangan masa depan yang
meningkatnya suram dan pesimis
keadaan mudah lelah gagasan atau perbuatan
(rasa lelah yang nyata membahayakan diri atau bunuh
sesudah kerja sedikit) diri
tidur terganggu
dan menurunnya
nafsu makan berkurang
aktivitas.
DIAGNOSIS
Skala penilaian objektif untuk depresi
berguna dalam praktik klinis untuk mendapatkan
dokumentasi keadaan klinis pada pasien terdepresi.
1. Zung Self-Rating Depression Scale
2. Raskin Depression Scale
3. Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D)
Diagnosis
F32.0 Episode Depresif Ringan
F32.1 Episode Depresif Sedang
F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
F32.8 Episode Depresif Lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
F32.0 Episode Depresif Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti pada episode depresi seperti tersebut
diatas;

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum


sekitar 2 minggu
F32.1 Episode Depresif Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi seperti tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya.
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
di antaranya harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat menegakkan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
F32.2 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria


menurut F32.2
Disertai waham, halusinasi, atau stupor
depresif
TATALAKSANA

Tujuan terapi depresi adalah untuk mengurangi gejala depresi akut,


meminimalkan efek samping, memastikan kepatuhan pengobatan,
membantu pengembalian ketingkat fungsi sebelum depresi, dan mencegah
episode lebih lanjut.

PSIKOTERAPI

FARMAKOTERAPI
PSIKOTERAPI
Psikoterapi suportif
diindikasikan
memberikan kehangatan, empati, pengertian, dan optimistik.

Terapi kognitif-perilaku
Bertujuan memberikan peringanan gejala melalui perubahan pikiran sasaran,
mengidentifikasi kognisi yang menghancurkan diri sendiri, dan memodifikasi
anggapan salah.
Depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan
memberikan pengalaman-pengalaman sukses.
Perpektif kognitif pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran negatif dan harapan-harapan negatif
Keluarga dan lingkungan
Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan
keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.

Sosial-Budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi
atau pekerjaan yang disukai pasien dan bermanfaat. Terapi rekreasi dapat
berupa berlibur atau bepergian kesuatu daerah yang disenangi pasien.

Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai
ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu,
menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada
Allah SWT.
Farmakoterapi
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti
depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine,
clomipramine dan opipramol.
Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan
amoxapine.
Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of
Mono Amine Oxsidase-A), seperti : moclobemide.
Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan
mirtazepine.
Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor),
seperti : sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan
citalopram.
Anemia Defisiensi
Besi
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis, karena cadangan besi
kosong (depleted iron store) yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang.
Menurut WHO

Laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl


Wanita dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl
Wanita hamil : hemoglobin < 11g/dl
Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl
Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11g/dl
kriteria anemia klinik

Hemoglobin < 10 g/dl


Hematokrit < 30 %
Eritrosit < 2,8 juta/mm
Prevalensi

Afrika Amerika Latin Indonesia

Laki-laki dewasa 6% 3% 16-50 %

Wanita tak hamil 20 % 17-21 % 25-48 %

Wanita hamil 60 % 39-46 % 46-92 %


Klasifikasi
Berdasarkan beratnya kekurangan besi dalam
tubuh
Deplesi besi (iron cadangan besi menurun tetapi penyediaan
depleted state) besi untuk eritropoesis belum terganggu.

Eritropoesis defisiensi cadangan besi kosong, penyediaan besi


besi (iron deficient untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum
erythropoesis timbul anemia secara laboratorik.

Anemia defisiensi besi cadangan besi kosong disertai anemia.


Etiologi

Kehilangan besi sebagai akibat


pendarahan menahun

Gangguan
Faktor nutrisi
absorpsi besi

Kebutuhan besi meningkat


Patogenesis
kehilangan besi
keseimbanga
Perdarahan atau kebutuhan Kompensasi Cadangan
n zat besi
menahun besi yang tubuh besi menurun
yang negatif
meningkat

penyediaan
kekurangan
deficient besi untuk cadangan besi
besi berlanjut
erythropoiesis eritropoesis kosong
terus
berkurang

anemia
penurunan eritropoesis hipokromik
jumlah besi semakin Hb turun mikrositik/
terus terganggu anemia
defisiensi besi
Manifestasi Klinis
Gejala Umum Anemia: Gejala Khas Defisiensi Besi

-badan lemah, Koilonychia


-lesu, cepat lelah, Atrofi papil li dah
-mata berkunang-kunang, Stomatitis angularis
-telinga mendenging. (cheilosis),
-Anemia bersifat Disfagia
simptomatik jika
hemoglobin < 7 gr/dl,
Diagnosis Laboratorium

Kadar besi serum


menurun < 50 g/dl,
anemia hipokromik Kadar serum feritinin <
TIBC meningkat > 350
mikrositer 20 g/dl
g/dl, dan saturasi
transferin < 15 %

Sumsum tulang
menunjukan hiperplasia
Protoforfirin eritrosit normoblastik dengan kadar reseptor transferin
meningkat ( > 100 g/dl) normoblast kecil-kecil meningkat
(micronormoblast)
dominan

cadangan besi yang


negatif (butir
hemosiderin negatif).
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Penunjang Fisik
Diagnosis Banding
Anemia defisiensi Anemia akibat
Thalassemia Anemia sideroblastik
besi penyakit kronik

Ringan-berat Ringan Ringan Ringan-berat


Derajat anemia

MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N


MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
Menurun < 30 Menurun < 50 Normal/ Normal/
Besi serum

Meningkat > 360 Menurun < 300 Normal/ Normal/


TIBC

Menurun Menurun/N Meningkat >20% Meningkat


Saturasi transferin
< 15 % >20 %
Negatif Positif Positif kuat Positif dengan ring
Besi sumsum tulang
sideroblast

Meningkat Meningkat Normal Normal


Protoporfirin eritrosit

Menurun Normal Meningkat Meningkat


Feritinin serum
< 20 g/l 20-200 g/l >50 g/l >50 g/l
N N Hb. A2 N
Elektofoesis-Hb
meningkat
Penatalaksanaan

Terapi Kausal
tergantung penyebab

Terapi besi per oral : ferrosus sulphat


(sulfas fenosus). Dosis anjuran 3 x 200 mg
Pemberian
Terapi besi parenteral : efektif tetapi efek
preparat besi samping lebih berbahaya, dan lebih
mahal

Diet
Pengobatan lain Vitamin c : 3 x 100 mg/hari
Transfusi darah
Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Depresi

pembentukan
hemoglobin
sisem
kardiovasku myeglobin
ler

sistem
Zat enzim-enzim
dalam
endiokrin metabolisme
besi sel

replikasi
sistem serta
imunologi perbaikan
perkemban DNA
gan sistem
neurologi
Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Depresi

Zat besi dalam


Otak

mengatur fungsi serta


mielinisasi
perkembangan sistem
white matter
neurotransmitter

dopamin Norepineprin serotonin.


Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Depresi
Defisit konsentrasi intraselular
Dopamin
Defisit densitas
DEfisitdopamin reseptor
transporter

defisiensi norepinephr Konsentrasi Depresi


ine berkurang
zat besi

. Penurunan
serotonin
pengangkut transport
Analisis Kasus
An.ST, usia 12 tahun

keluhan : sering bengong, tidak peduli jika


diajak berbicara, dan badan terasa lemas sejak
1 tahun yang lalu. Pasien juga terlihat pucat dan
tidak bersemangat.

Dibawa Ke Puskesmas Diberi vitamin


Keluhan tidak berkurang

RS Ernaldi Bahar Palembang : diagnosis


menderita anemia.
Teori: Anemia Defisiensi Besi (ADB)
Anemia yang sering terjadi
30% pada anak-anak
kehilangan besi:
kerusakan saluran cerna faktor nutrisi
gangguan pada saluran genitalia kurangnya jumlah besi total dalam
perempuan (menorrhagia atau makanan, atau kualitas besi
metrorhagia), gangguan saluran kemih (bioavailabilitas) besi yang tidak baik
(hematuria), dan hemoptoe

Etiologi ADB

gangguan absorpsi besi


kebutuhan besi yang meningkat
gastrektomi, tropical sprue atau
kehamilan
kolitis kronik.
Kasus
Pasien mengalami menorrhagia
mentruasi selama
2 minggu metrorhagia
berturut-turut
dalam jumlah
yang banyak. Anemia
Defisiensi Besi

Pasien juga
tidak mau
mengkonsumsi
daging dan
sayur-sayuran
Sejak 6 bulan: Menurut PPDGJ III,
- keluhan bengong
Pada pasien ini didapatkan
- badan lemas gejala utama dari depresi
- semakin sering mengantuk yaitu afek depresi,
- malas untuk makan kehilangan minat dan
- psering tidak peduli jika diajak kegembiraan, dan mudah
lelah serta menurunnya
berbicara
aktivitas.
- jika menjawab pertanyaan pun
respon pasien lama dan dijawab Gejala lain :konsentrasi dan
dengan jawaban yang singkat perhatian berkurang, tidur
- pandangan mata kosong. terganggu, dan nafsu makan
berkurang.
- Sering menyendiri dan jarang
bermain dengan teman- Pada pasien ini telah
temannya. terpenuhinya 3 gejala
- Malas pergi ke sekolah. utama depresi dan 3 gejala
lainnya yang telah
- sering mudah marah apabila
berlangsung selama 1
diganggu. tahun.
Teori

Zat besi dalam


Otak

mengatur fungsi serta


mielinisasi white
perkembangan sistem
matter
neurotransmitter

dopamin Norepineprin serotonin.


Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Depresi
Defisit konsentrasi intraselular
Dopamin
Defisit densitas
DEfisitdopamin reseptor
transporter

defisiensi norepinephr Konsentrasi Depresi


ine berkurang
zat besi

. Penurunan
serotonin
pengangkut transport
Gejala somatik
(sakit kepala,
nyeri ulu hati,
pegal/nyeri sendi,
dan lain-lain.) (-)
Berdasarkan Hamilton
PPDGJ III Depression
memenuhi gejala Rating Scale
Depresi (HDRS) nilai 17

Axis I
episode depresi
sedang tanpa
gejala somatik.
Gangguan kepribadian (-)
Pada masa bayi dan anak-anak,
tumbuh kembang pasien baik
dan interaksi sosial baik

diagnosis aksis II pada pasien


ini tidak ada.
Rs
Keluhan Diagnosis
Puskesmas Ernaldi
1 tahun Anemia
Bahar

Rujuk RSMH

Normal
Cek EEG

Cek Anemia defisiensi besi


Laboratorium

diagnosis aksis III : penyakit sistem sirkulasi


yaitu anemia defisiensi besi.
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Pasien dibesarkan oleh kedua orangtua kandung. Kedua orangtua
pasien masih hidup.
Sifat ayah dan ibu pasien baik.
Tidak ada riwayat kekerasan dalam pola asuh.
Hubungan pasien dengan kedua orangtua dan saudara kandung baik,
namun semenjak 1 tahun yang lalu pasien jarang berkomunikasi
dengan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya

Pada saat pemeriksaan, pasien menggambar iPhone dan rumah. Setelah


ditanyakan kepada ibu pasien apakah ada keinginan pasien yang tidak
terpenuhi, ibu pasien sedikit menyangkal, tapi anakmengkonfirmasi
menginginkannya.
Anak memiliki keinginan yang banyak dan
berlebihan

kondisi ekonomi keluarga tidak mencukupi

orangtua pasien sering mengacuhkan


keinginan anaknya

Diagnosis aksis IV : masalah dengan primary


support group (keluarga)
religi pasien saat ini kurang

pasien hanya melakukan sholat 1x dalam 5 waktu padahal


dahulu pasien rajin sholat 5 waktu..

menurunkan kemampuan pasien untuk menghadapi stresor


kehidupan dan juga didukung bahwa pasien masih dalam
usia yang labil akan emosi sehingga belum ada kontrol emosi
yang adekuat.
Riwayat tumor riwayat trauma
otak (-) kejang (-) kepala ataupun
demam tinggi penyakit yang
yang lama (-) mengakibatkan
disfungsi otak (-) Bukan penderita
hipertensi (-)
penyakit tiroid (-) gangguan mental
diabetes melitus (- Tingkat kesadaran, organik (F.0)
) konsumsi obat daya konsentrasi,
anti nyeri (steroid) orientasi serta fungsi
dalam jangka kognitif pasien yang
waktu lama (-). masih baik
Halusinasi
visual (-)

Diagnosis episode berat


Halusinasi
tanpa gejala psikotik
Auditorik masih dijadikan diagnosis
(ada/meragukan) banding
Mood yang meningkat (-), aktivitas bukan pasien
fisik dan pembicaraan meningkat(-) mania

Mood yang menurun, kehilangan


minat dan kegembiraan, merasa sebagai gangguan
cepat lelah setelah aktivitas ringan mood (F.3).
atau berkurangnya aktivitas.
Riwayat keluhan yang sama Menyingkirkan Gangguan
sebelumnya (-)
Depresif Berulang

Riwayat keluhan yang sama


sebelumnya (-) Menyingkirkan diagnosis
Gangguan Afektif Bipolar
pernah mengalami mood
Episode Kini Depresif Ringan
yangmeningkat/kesenangan
atau Sedang, dan Gangguan
yang berlebihan, rasa
Afektif Bipolar, Episode Kini
percaya diri, aktivitas fisik,
Depresif Berat tanpa Gejala
dan keinginan bicara
Psikotik
meningkat (-)
Tatalaksana

PSIKOTERAPI

FARMAKOTERAPI
terapi kognitif
merubah cara pikir maladaptif dan otomatik
dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran negatif

Terapi perilaku
meningkatkan aktivitas pasien

Psikoterapi suportif
memberikan kehangatan, empati, pengertian, dan
rasa optimistik.
Farmakologi

antidepresan golongan Selective Serotonin


Reuptake Inhibitors (SSRIs) yaitu fluoxetine

Golongan SSRI merupakan lini pertama untuk


kasus depresi selain glongan trisiklik.
Fluoxetine bekerja dengan meningkatkan jumlah
serotonin sinaps karena mencegah pengambilan
kembali neurotransmitter serotonin
Prognosis

vitam: dubia ad bonam

functionam: dubia ad bonam

sanationam: dubia ad bonam


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai