Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS


GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Oleh :
Adhytia B. C. P. Masola
16014101135
Masa KKM : 9 November 2019 – 5 Januari 2020

Pembimbing :
dr. Maria R. Kereh, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Adhytia B. C. P. Masola

NRI : 16014101135

Masa KKM :

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar – benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien ujian kasus saya.

Manado, Oktober 2021

Adhytia B. C. P. Masola

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan judul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH”

Oleh :

Adhytia B. C. P. Masola

1614101135

Masa KKM : 6 September 2021 – 2 Oktober 2021

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Oktober 2021.

Pembimbing :

Prof. dr. B. H. Ralph Kairupan, Sp.KJ(K)

iii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iv

LAPORAN KASUS................................................................................................. 1

Identitas Pasien............................................................................................... 1

Riwayat Psikiatrik........................................................................................... 2

Riwayat Kehidupan Pribadi............................................................................ 5

Pemeriksaan Status Mental............................................................................. 12

Pemeriksaaan Fisik Interna dan Neurologi..................................................... 16

Ikhtisar Penemuan Bermakna......................................................................... 18

Formulasi Diagnostik...................................................................................... 21

Evaluasi Multiaksial........................................................................................ 23

Daftar Masalah................................................................................................ 23

Rencana Terapi............................................................................................... 24

Prognosis......................................................................................................... 25

Diskusi............................................................................................................ 25

Kesimpulan..................................................................................................... 35

Wawancara Psikiatri....................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 58

LAMPIRAN............................................................................................................. 59

iv
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. RR

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 19 Februari 1965

Status Perkawinan : Menikah

PendidikanTerakhir : S2

Pekerjaan : Dosen

Suku/ Bangsa : Minahasa/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Sario, Jalan Kembang, Manado, Sulawesi

Utara

Tanggal Pemeriksaan : 30 September 2021

Tempat Pemeriksaan : Rumah Pasien di Kota Manado

No. Telepon : 082187227448

1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

Autoanamnesis dengan pasien Tn. RR di Poliklinik Jiwa RSJ Prof.

Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 27 September 2021 dan

di Sario, Kota Manado di rumah pasien pada tanggal 30 September

2021.

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado dengan keluhan gelisah dan merasa cemas

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada hari Senin, tanggal 27 September

2021. Pasien adalah seorang laki-laki, berumur 56 tahun, beragama

Kristen, status menikah, pasien bekerja sebagai pendeta. Pasien

datang dengan keluhan cemas dan gelisah yang masih dirasakan.

Pasien bekerja sebagai dosen dan saat ini masih melakukan kuliah

dengan webinar.

Pasien mulai merasakan keluhan sejak 1 tahun yang lalu,

yang dimulai pertama kali saat pasien akan mengisi sambutan

dalam acara perkawinan. Pasien mengaku tiba – tiba merasa cemas,

bekeringat dingin, dan kakinya merasa kaku. Perasaan cemasnya

makin dirasakan saat mulai berjalan ke atas panggung, jantungnya

2
makin berdebar, kepala makin sakit dan kaki makin kaku. Dalam

berjalannya waktu, pasien semakin merasa cemas. Keluhan

berakhir saat pasien selesai memberikan sambutan. Pasien saat itu

belum memutuskan untuk berobat, karena pasien masih merasa

kuat dan tidak butuh pengobatan.

Keluhan makin memberat saat pasien mulai terganggu saat

tidur dan sering emosi pada orang – orang yang menyewa rumah

kostnya. Pasien mengaku bahkan pernah mengajak penyewa

kostnya untuk berkelahi karena sangat emosi. Pasien juga

mengaku, keluhannya makin mengganggu kerja dan aktivitas

pasien. Sehingga akhirnya pergi berkonsultasi ke praktek dokter

spesialis kejiwaan, dan mulai dirawat jalan Poliklinik RSJ Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang Manado.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Menurut pasien, pasien tidak pernah mengalami gangguan

psikiatrik sebelumnya. Pasien pernah datang memeriksakan diri

ke dokter praktek dan mendapatkan obat. Kemudian untuk

pertama kalinya pasien datang pada tanggal 27 Agustus 2021

ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.

2. Riwayat Gangguan Medis Umum

3
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, kejang, tidak

ada riwayat diabetes, hipertensi, asam urat, dan tidak ada

riwayat gangguan di organ lain.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah mengonsumsi zat-zat seperti ganja,

heroin, atau ehabon. Pasien juga tidak pernah mengonsumsi

obat – obatan selain yang diberikan oleh dokter. Pasien

mengaku memiliki riwayat minum alkohol dan merokok waktu

masih sekolah hingga mahasiswa dan mengkonsumsi kopi

sebelum sakit.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saudara

pasien ada laki-laki. Pasien dilahirkan secara pervaginam di RS

Gunung Wenang Manado. Pasien lahir dalam keadaan normal

tanpa ada cacat fisik atau kelainan. Saat mengandung, ibu pasien

dalam keadaan yang sehat.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 0 – 3 tahun)

Saat lahir, pasien dibesarkan oleh ibu dan ayahnya. Pada

stadium oral (usia 0-1 tahun), pasien mendapatkan Air Susu Ibu

(ASI) yang diberikan oleh ibunya. Pasien merasa dia masih

mendapat ASI sampai umur 1 tahun lebih. Pada stadium

4
kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (usia 0-1 tahun),

ayah dan ibu pasien membesarkan pasien dengan baik. Pada masa

ini, pasien termasuk anak yang aktif seperti anak yang lainnya.

Pasien merupakan anak yang dengar – dengaran pada orang tua,

dan Pasien cukup akrab dengan saudara serta teman – temannya.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu (usia 1-3

tahun), pasien sudah dapat berdiri dan berjalan. Pasien mengaku

tidak tahu perkembangannya secara rinci, tapi dengan

sepengetahuan pasien semua perkembangan dirasakan normal

seperti anak pada umumnya.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4 - 11 tahun)

Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5

tahun), pasien adalah anak yang aktif, suka bermain dengan

saudaranya maupun teman – temannya. Pasien termasuk anak yang

suka bergaul dan berteman dengan siapa saja. Pasien mengaku

waktu kecil agak nakal, namun masih dalam taraf wajar dan tidak

berlebihan.

Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6 – 11 tahun),

pasien memulai pendidikannya. Pasien masuk SD di SDN 1

Manado saat berusia 5 atau 6 tahun. Pasien merupakan siswa yang

dapat bergaul dengan baik. Pada saat SD, pasien tidak pernah

tinggal kelas. Pasien tidak mengalami kesulitan belajar di sekolah

dan belajar seperti anak-anak lainnya.

5
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

E. Masa Dewasa

F. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat pendidikan

2. Riwayat pekerjaan

3. Riwayat Psikoseksual

4. Riwayat Pernikahan

5. Riwayat beragama

6. Aktivitas sosial

7. Riwayat pelanggaran hukum

8. Situasi kehidupan sekarang

DENAH RUMAH PASIEN

9. Riwayat keluarga

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-laki atau : Sudah meninggal

: Perempuan : Pasien

Faktor Herediter : Tidak ada

6
G. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Lingkungannya

H. Persepsi Pasien Terhadap Keluarga

I. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 65 tahun,

tampak dan berpenampilan sesuai usia. Saat dianamnesis,

pakaian pasien rapi memakai kaos berwarna putih, celana

pendek hitam, dan memakai sendal.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara pasien kooperatif, menjawab

pertanyaan satu per satu. Pasien menjawab dengan volume

suara sedang dengan artikulasi yang jelas. Selama wawancara

pasien menjawaban sesuai pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipotimia

2. Afek : Luas

3. Kesesuaian : Serasi

7
C. Pembicaraan

1. Kualitas : Volume sedang, artikulasi jelas, pasien dapat

menjawab sesuai pertanyaan.

2. Kuantitas : Pasien berbicara banyak.

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa

D. Gangguan Persepsi

1. Depersonalisasi (-) : Pasien menyadari bahwa dirinya nyata

2. Derealisasi (-) : Pasien mengetahui dan menyadari

lingkungan sekitar pasien adalah nyata

3. Ilusi (-) : Pasien tidak memiliki persepsi yang

keliru tentang suatu kenyataan eksternal.

4. Halusinasi (-) : Pasien tidak memiliki halusinasi atau

persepsi palsu yang tidak sesuai dengan

kenyataan eksternal.

E. Proses Pikir

1. Bentuk pikiran : Koheren

Saat wawancara berlangsung, pasien menjawab pertanyaan

sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Pasien dapat

menjawab semua pertanyaan.

2. Isi pikiran : Tidak ditemukan adanya obsesi, fobia, ataupun

waham.

8
F. Sensorium dan Kognisi

1. Kewaspadaan dan Tingkat Kesadaran

Kesadaran pasien compos mentis. Pasien dapat

mengarahkan, mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

 Orientasi waktu: Baik. Pasien dapat membedakan waktu

antara pagi, siang, dan malam.

 Orientasi tempat: Baik. Pasien dapat mengetahui dirinya

sedang berada di rumah.

 Orientasi orang: Baik. Pasien dapat mengenali keluarganya

yaitu istri dan anak-anaknya yang saat itu berada bersama-

sama dengannya.

3. Daya ingat

 Jangka panjang: Baik. Pasien dapat menceritakan masa

kecilnya sampai remaja dengan baik, pasien juga bisa

mengingat tanggal lahirnya.

 Jangka sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kejadian-

kejadian yang terjadi dalam rentang waktu 1 bulan yang

lalu.

 Jangka pendek: Baik. Pasien dapat mengingat jam berapa

pasien tertidur kemarin malam.

 Segera : Baik. Pasien dapat mengingat kembali nama

pemeriksa yang disebutkan sebelumnya.

9
4. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien mampu untuk menuliskan nama pemeriksa serta

mampu membacanya.

5. Kemampuan visuospasial

Pasien dapat menggambarkan denah jalan ke rumah pasien

dengan baik dan benar.

6. Kemampuan menolong diri sendiri

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri

seperti makan, minum, dan mandi.

7. Pengendalian impuls

Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang cukup

lama secara kooperatif dan duduk dengan tenang.

G. Pertimbangan dan Tilikan

1. Daya nilai sosial : Baik. Pasien mengucapkan terima kasih

kepada pemeriksa karena telah mengunjungi pasien di

rumahnya.

2. Uji daya nilai : Baik. Pasien mengerti dan memahami bila

terjadi sebuah kebakaran, ia harus berlari mencari pertolongan

dan menelepon pemadam kebakaran serta kalau bisa membantu

memadamkan api.

10
3. Tilikan : Derajat tilikan 6, dimana pasien menyadari dirinya

sakit, mengetahui sumber penyakit berasal dari dalam dirinya,

dan ada rencana untuk meminta bantuan, pengobatan dan

pertolongan dari orang lain untuk sembuh.

H. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan penjelasan yang diberikan pasien dapat

dipercaya.

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik, tampak sehat, kesadaran compos

mentis.

2. Tanda vital : TD 130/80 mmHg, N 94x/menit, RR

20x/menit, S 36,0°C

3. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik

4. Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal

5. Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar

dan lien tidak teraba, bising usus normal.

6. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologikus

1. GCS : E4M6V5

11
2. Mata : Gerakan mata normal, searah, dan isokor

3. Pemeriksaan nervus kranialis.

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n.

abducens (N.VI)

Selama wawancara gerakan bola mata pasien

normal, pasien dapat melirikkan bola matanya ke kiri dan

kekanan.

d. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung wajah pasien

terlihat simetris.

e. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung wajah pasien

terlihat simetris.

f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara, pasien mampu menjawab

pertanyaan yang diberikan pemeriksa dengan volume

suara sedang tanpa harus menggunakan suara yang keras.

Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.

Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

g. N. glosssopharyngeus (N.IX)

12
Tidak dilakukan evaluasi.

h. N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi.

i. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa

pasien dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kanan.

j. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada hari Jumat tanggal 28 Desember 2019.

Pasien adalah seorang laki-laki, berumur 44 tahun, beragama Kristen,

status menikah, pasien bekerja sebagai pendeta. Pasien datang dengan

keluhan cemas dan gelisah yang dirasakan sepanjang hari diikuti

dengan kekakuan otot. Pasien bekerja sebagai pendeta dan biasanya

memimpin ibadah di gereja.

Pada akhir bulan juli pasien sempat tiba-tiba pingsan sewaktu

mengikuti kuliah dan akhirnya dibawa ke rumah sakit Bethesda

Tomohon. 4 hari pasien dirawat di rumah sakit kemudian setelah itu

pada tanggal 3 Agustus pasien langsung memimpin ibadah ulang tahun

jemaat dan saat memimpin ibadah awalnya pasien baik-baik saja tetapi

kemudian tiba-tiba pasien merasakan rasa cemas yang membuat pasien

tidak bisa menahannya sampai akhirnya pasien meminta tolong kepada

13
istri pasien yang juga berprofesi sebagai pendeta untuk menggantikan

pasien memimpin ibadah. Sejak saat itu pasien sering merasakan rasa

cemas dan gelisah. Pasien kemudian pergi memeriksakan diri ke

dokter di Medika Malalayang dan menurut dokter tersebut pasien

mungkin trauma akibat kejadian pingsan waktu kuliah dan dokter

tersebut sempat menyarankan pasien untuk ke psikiater tetapi pasien

beranggapan kalau ke psikiater pasien nanti akan dianggap gila

sehingga pasien tidak ke psikiater. Pasien mengatakan di masa awal

keluhan muncul, pasien sampai merasa takut dan cemas untuk mandi.

Menurut pasien, rasa gelisah sudah dirasakan sejak tahun lalu

ketika sedang mengemudikan mobil tapi waktu itu pasien masih bisa

mengontrolnya dan masih dianggap biasa oleh pasien. Menurut pasien

semenjak pasien ditugaskan pelayanan sebagai pendeta di desa Atep,

pasien merasakan perubahan besar dalam hidup pasien. Sebelumnya

saat pasien bertugas di Manado Tua, aktivitas pasien kebanyakan

adalah santai karena ibadah waktu di Manado Tua hanya hari minggu

saja sehingga pasien banyak waktu untuk bersantai bahkan terkadang

pasien pergi jalan-jalan keluar kota. Tetapi semenjak bertugas di desa

Atep, aktivitas pasien menjadi sangat padat karena pelayanan sebagai

pendeta yang sangat banyak dalam kegiatan ibadah dan lainnya serta

beban pasien dalam memimpin jemaat yang besar di desa Atep.

Semenjak muncul keluhan pada bulan agustus pekerjaan pasien

sebagai pendeta terganggu. Pasien tidak bisa memimpin ibadah karena

merasa cemas dan gelisah apalagi ketika harus memimpin ibadah

14
pemakaman seringkali pasien merasa takut sampai pasien harus minta

tolong istri pasien untuk menggantikan.

Menurut pasien, pasien menjadi orang yang lebih sensitf dan

mudah marah. Ketika apa yang menjadi kemauan pasien tidak

terpenuhi pasien menjadi cepat marah.

Nafsu makan pasien menurun, disertai dengan penurunan berat

badan 14 kg dalam 3 bulan terakhir. Pasien masih dapat melakukan

aktivitas sehari-hari di rumah seperti makan, minum, mandi, BAK dan

BAB sendiri tanpa bantuan orang lain.

Pada bulan desember baru-baru ini saat pasien sedang

mengemudikan mobil dan waktu itu sedang lampu merah tiba-tiba

pasien merasa cemas yang mendadak sampai membuat badan pasien

menjadi kaku. Hal ini membuat pasien minum obat-obatan herbal

untuk menghilangkan gejala namun tidak ada perbaikan. Akhirnya

pasien memberanikan diri untuk pergi ke dokter praktek spesialis

kedokteran jiwa karena pasien sudah tidak bisa menahan keluhan yang

ada.

Pasien memiliki riwayat merokok dan minum alkohol sewaktu

masih muda dan minum kopi sebelum sakit. Riwayat masa kanak

menunjukan pasien tumbuh dengan baik sesuai dengan pertambahan

usianya. Riwayat pekerjaan didapatkan pasien bekerja sebagai pendeta.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan, seorang laki-laki,

berumur 44 tahun sesuai usia, dan berpakaian rapi. Pada saat

15
dianamnesis, pasien tampak gelisah, kontak mata yang minimal, dan

dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan.

Mood pasien hipotimia, afek luas dan serasi, emosi lain free

floating anxiety. Fungsi orientasi, daya ingat, dan pengendalian impuls

baik, tidak terdapat gangguan persepsi, proses pikir serta daya nilai.

Tilikan derajat 6 dengan taraf dapat dipercaya.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik

multiaksial.

A. Pada aksis I didapatkan gejala klinik berupa perasaan cemas dan

gelisah hampir sepanjang hari. Gejala disertai dengan ketegangan

otot. Pasien juga mengeluh menjadi murah marah. Gejala ini sudah

dirasakan pasien sejak tahun lalu tapi masih dianggap biasa oleh

pasien. Namun, setelah kejadian diakhir bulan juli dimana pasien

pingsan saat sedang kuliah dan saat pasien sedang memimpin

ibadah gejala mulai muncul setiap hari dan selalu dirasakan pasien

hampir sepanjang hari. Akibatnya pasien sulit untuk bekerja

sebagai pendeta dalam memimpin ibadah dan tampil di acara

sampai membuat pasien harus minta tolong kepada istrinya yang

juga berprofesi sebagai pendeta untuk menggantikan pasien.

Menurut pasien, gejala mulai berkurang setelah pasien minum obat

dari dokter yaitu alprazolam. Berdasarkan hasil temuan di atas,

pasien didiagnosis dengan Gangguan Cemas Menyeluruh.

16
B. Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian narsisistik. Ciri

kepribadian pada pasien ini dinilai dari riwayat pekerjaan dan

aktivitas sosial pasien, dimana pasien merasa senang dalam bergaul

dan senang ketika tampil dalam acara maupun dalam memimpin

ibadah. Pasien senang ketika dipuji dan diakui oleh jemaat. Pasien

merasa dirinya cukup mahir dalam berkata-kata saat memimpin

ibadah dalam khotbah.

C. Pada aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang

bermakna, sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III.

D. Pada aksis IV masalah berhubungan dengan pekerjaan dan

lingkungan. Semenjak pasien pindah tugas dan pelayanan di desa

Atep, aktivitas pasien menjadi sangat sibuk dengan pelayanan yang

harus dilakukan sepanjang hari. Diawal tahun juga pasien pernah

dihadapkan masalah dengan hukum tua yang membuat pasien

merasa stress. Begitu juga dengan jemaat yang harus dipimpin oleh

pasien yang banyak mempertanyakan setiap hal yang dilakukan

dalam aktivitas dan kegiatan gereja.

E. Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,

Current 70-61, yaitu terdapat gejala ringan dan menetap atau

beberapa kesulitan dalam fungsi sosial atau pekerjaan, tetapi masih

berfungsi cukup baik. GAF HLPY (High level past year): 90-81;

terdapat gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih

dari masalah harian yang biasa.

17
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh

B. Aksis II : Ciri Kepribadian Narsisistik

C. Aksis III : Tidak ada

D. Aksis IV : Masalah dengan pekerjaan dan lingkungan.

E. Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale,

Current 70-61, yaitu terdapat gejala ringan dan

menetap atau beberapa kesulitan dalam fungsi sosial

atau pekerjaan, tetapi masih berfungsi cukup baik.

GAF HLPY (High level past year): 90-81; terdapat

gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak

lebih dari masalah harian yang biasa.

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi: Tidak ada

B. Psikologi: Pasien tampak cemas dan gelisah ketika pasien berdiam

diri atau pasien memikirkan permasalahan yang sering dipendam

pasien.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi: Pasien khawatir dengan kondisi

tugas dan pelayanan pasien sebagai pendeta. Pasien merasa

terbeban menghadapi jemaat yang besar dengan adanya perbedaan

pendapat mengenai aturan gereja yang ada.

X. RENCANA TERAPI

18
A. Psikofarmako

Fluoxetine 20 mg 1-0-0

Alprazolam 0,5 mg 1-0-1

B. Psikoterapi

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk membantu

mengembangkan cara berpikir positif pada pasien.

C. Psikoedukasi

1. Terhadap pasien

a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit

yang sedang dialami oleh pasien sehingga pasien dapat

memahami dan mengerti penyakit yang ada pada dirinya.

b. Menjelaskan pada pasien tentang pengobatan yang akan

diberikan, efek samping dari pengobatan yang dapat

muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum

obat.

c. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien agar

pasien rajin berobat dan patuh meminum obat-obatan.

2. Terhadap keluarga

a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang gangguan

yang dialami pasien, perjalanan penyakit pasien serta dasar

19
gangguan dari penyakit pasien agar keluarga dapat

mengerti dan memahami kondisi pasien.

b. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan yang

diberikan, efek samping obat yang akan diberikan, dan

pentingnya kontrol dan kepatuhan minum obat.

c. Menjelaskan kepada keluarga untuk mengawasi apabila

terjadi kekambuhan dan menganjurkan untuk dibawa ke

dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

d. Menjelaskan kepada keluarga untuk berperilaku sabar

dalam menghadapi pasien dan selalu memberikan motivasi

serta dukungan kepada pasien.

XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : Dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : Dubia ad bonam

C. Ad sanationam : Dubia ad bonam

XII. DISKUSI

A. Diagnosis

Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan

yang ditandai gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang

berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik

terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kecemasan

yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan

20
gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan

tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang

jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan

pekerjaan.1

Gangguan cemas menyeluruh ditandai dengan kecemasan

yang kronik dan menetap. Kecemasan ini bersifat multifokal,

berebihan, dan sulit dikendalikan biasanya disertai dengan gejala

psikologis dan fisik nonspesik lainnya.2 Proporsi populasi global

dengan gangguan kecemasan pada 2015 diperkirakan 3,6%.

Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria

(4,6% dibandingkan dengan 2,6% di tingkat global). Tingkat

prevalensi tidak bervariasi antar kelompok umur, meskipun ada

kecenderungan menuju prevalensi yang lebih rendah di kelompok

usia yang lebih tua. 3

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala

yang berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh. Dalam kasus

ini ditemukan gejala cemas, gelisah, tegang otot, dan mudah

marah.

Kriteria diagnostic gangguan cemas menyeluruh menurut

DSM V:4

1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul

hampir setiap hari, sepanjang hari terjadi selama sekurangnya 6

bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian.

21
2. Pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

3. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam

gejala berikut ini.

a. Kegelisahan atau kecemasan

b. Merasa mudah lelah

c. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

d. Iritabilitas

e. Ketegangan otot

f. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur

gelisah dan tidak memuaskan)

4. Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan

penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan fungsi

sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

5. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis

langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum dan tidak

terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan

psikotik atau gangguan perkembangan pervasif.

6. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh

gangguan mental lainnya.

Penyebab gangguan cemas menyeluruh dapat diakibatkan

karena pengaruh biologi, genetik, psikoanalitik, dan kognitif-

perilaku. Diagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh

adalah semua kondisi medis yang menyebabkan kecemasan dan

gangguan panik. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia

22
darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi

harus menyingkirkan intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulant,

putus alkohol dan putus sedatif atau hipnotik.5

B. Ciri Kepribadian

Berdasarkan pada anamnesis pasien memiliki ciri

kepribadian narsisistik. Pasien mengatakan dimana pasien merasa

senang dalam bergaul dan senang ketika tampil dalam acara

maupun dalam memimpin ibadah. Pasien senang ketika dipuji dan

diakui oleh jemaat. Pasien merasa dirinya cukup mahir dalam

berkata-kata saat memimpin ibadah dalam khotbah. Pasien bekerja

dengan baik, karena pasien ingin agar banyak orang mengenal dan

memuji dirinya. Ciri kepribadian narsisistik berdasarkan DSM V

adalah sebagai berikut:4

1. Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),

membutuhkan kebanggaan, dan tidak ada empati, dimulai pada

masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti

yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:

a) Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya,

pencapaian dan bakat yang dilebih-lebihkan, berharap

terkenal sebagai superior tanpa usaha yang sepadan).

b) Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan,

kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal yang tidak terbatas.

23
c) Yakin bahwa ia adalah “khusus” dan unik dan dapat

dimengerti hanya oleh, atau harus berhubungan dengan

orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status

tinggi.

d) Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan.

e) Memiliki perasaan ayng bernama besar, yaitu, harapan

yang tidak beralasan akan perlakuan khusus atau kepatuhan

otomatis sesuai harapannya.

f) Eksploitatif secara interpersonal, yaitu, mengambil

keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya

sendiri.

g) Tidak memiliki empati; tidak mau mengenali atau

mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain.

h) Sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang

lain iri kepada dirinya.

i) Menunjukkan perilaku atau sikap yang congkak dan

sombong.

C. Rencana Terapi

Tatalaksana untuk gangguan cemas menyeluruh terdiri dari

2, yaitu dengan psikofarmaka dan psikoterapi. Tujuan terapi ini

adalah untuk meredakan gejala dan juga pemeliharaan fungsi.

1. Psikofarmaka

24
Pilihan medikamentosa pada pasien gangguan cemas adalah

golongan benzodiazepine. Pemberian obat golongan

benzodiazepin dilakukan secara bertahap dimulai dengan

pemberian dosis terendah dinaikan secara berkala sesuai

kebutuhan. Golongan benzodiazepin pilihan adalah obat kerja

cepat waktu paruh menengah dengan dosis terbagi. Hal ini

dilakukan untuk mencegah efek samping, ketergantungan dan

efek putus obat. Lama pengobatan rata-rata 4-6 minggu

dilanjutkan dengan masa penurunan dosis berkala selama 1-2

minggu.

Mekanisme kerja :6

Hipotesis ; sindrom anxietas disebabkan hiperaktivitas dari

sistem limbik SSP yang terdiri dari “dopaminergic,

noradrenergic, serotoninergic neurons” yang dikendalikan

oleh GABA-ergic neurons (Gamma Amino Butiric Acid, suatu

inhibitory neurotransmitter).

Obat anti-ansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan

reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce

“the inhibitory action of GABA-ergic neuron” (GABA Re-

uptake inhibitor) sehingga hiperaktivitas tersebut di atas

mereda.6

Efek samping Obat Anti-Anxietas dapat berupa :6

25
 Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,

kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif

melemah).

 Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari

narkotika, oleh karena “at therapeutic dose they have low re-

inforcing properties”. Potensi menimbulkan ketergantungan

obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan

setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat.

Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan

gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi

iritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat

dingin, konvulsi, dll.6

Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar

Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat benzodiazepine

dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus

obatnya dibandingkan dengan obat benzodiazepine dengan

waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat minimal

dalam menimbulkan gejala putus obat).6

Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu

dengan riwayat peminum alkohol, penyalahguna obat, atau

“unstable personalities”. Oleh karena itu obat benzodiazepine

tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.6

26
Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat,

maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang

dosis terapiutik.6

Terapi Psikofarmaka yang direncanakan untuk pasien

adalah alprazolam 0,5 mg diminum malam dan clobazam 10

mg diminum pagi.

2. Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi untuk gangguan cemas menyeluruh

meliputi:

 Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan

jangka panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif

secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan

pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara

langsung. Terapi kognitif perilaku dibedakan menjadi 2

yaitu terapi kognitif dan terapi perilaku.1,7

o Terapi kognitif pada pasien dengan gangguan cemas

menyeluruh:

a) Self monitoring dan early detection

Mendeteksi awal faktor penyebab

kecemasan atau pendekatan secara langaung untuk

menhetahui stresor. Gejala ini berupa faktor internal

dan eksternal. Pada internal yang penting

merupakan atensi, pikiran, gambaran, sensasi tubuh

27
(terutama ketegangan otot), emosi dan perilaku.

Sedangkan eksternal merujuk pada kejadian-

kejadian yang menekan dalam kehidupan klien.

Tujuan terapi adalah untuk merubah reaksi dalam

menghadapi reaksi mereka dan menguatkan respon

coping baru.

b) Terapi kognitif

Tujuan utama dari terapi kognitif untuk

gangguan cemas umum adalah membantu pasien

menciptakan perspektif yang lebih berimbang.

Terapi kognitif tidak dimaksudkan untuk

mengajarkan klien melihat dunia positif secara tidak

realistik, tapi melihatnya lebih akurat. Tujuan

terapiutik yang penting adalah membantu klien agar

dapat objektif dalam segala sesuatu yang ditemui

sehingga dapat merekonstruksi pola pandang.

Biasanya pasien dengan gangguan cemas umum

memiliki 2 tipe error thingking, yaitu mereka lebih

fokus pada ilusi mereka yang berhubungan dengan

masa lalu dan masa mendatang dan secara

keseluruhan dapat melihat aspek negati dari suatu

situasi.

o Terapi perilaku

28
Terapi perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu

biofeedback dan relaksasi. Biofeedback mengacu pada

serangkaian tekhnik untuk mengendalikan respon tubuh

tak terkendali untuk mengobati penyakit tertentu,

menangani stres dan kelelahan, serta meningkatkan

kesehatan pasien secara keseluruhan. Tujuan dari

biofeedback adalah untuk memberikan kendali lebih

besar kepada seseorang atas kondisi tubuh yang tak

terkendali agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan

dan kesehatan mereka, serta menangani dan mengobati

penyakit tertentu.

Teknik relaksasi :1,7

g. Setting tempat : tempat yang sunyi, hangat, nyaman,

dll

h. Membangun kepercayaan antara terapis dan pasien

i. Posisi berbaring atau duduk

j. Terminasi/ cara mengakhiri proses relaksasi

k. Debriefing : mengakhiri proses tanya jawab

menanyakan apakah setelah relaksasi ada perubahan

l. Homework : memberi pekerjaan rumah kepada

pasien untuk mengulang kembali tekhnik relaksasi

tsb di rumah, untuk meningkatkan skill terhadap

relaksasi

m. Jumlah sesi 5-10

29
n. Yang harus memberi terapi adalah tenaga terlatih

o. Melihat hasil dari terapi

Teknik-teknik relaksasi :

o Pendekatan somatik : (1) Breathing, (2) Relaksasi

progresif, (3) Teknik relaksasi progresif, (4) Tense

release script, (5) Applied relaksasi, (6) Metode mit

ceu, (7) Stretching/ peregangan dan, (8) Aktivitas

fisik.

o Pendekatan kognitif : (1) Imageri : membayangkan

sesuatu yang menyenangkan meliputi; penglihatan,

suara, pembauan, rasa, perabaan, suhu; (2)

Autogenik training (self hypnoterapy),

menggunakan frase-frase seperti :

a) Tangan kanan saya terasa berat/ hangat

b) Tangan kiri saya terasa berat/ hangat

c) Kaki kanan saya terasa berat/ hangat

d) Kaki kiri saya terasa berat/ hangat

e) Kedua kaki dan tangan saya terasa berat/ hangat

 Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan

kenyamanan bagi pasien.

 Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan

konflik bawah sadar dan mengenali kekuatan ego pasien.

XIII. KESIMPULAN

30
1. Pasien didiagnosis dengan gangguan cemas menyeluruh.

2. Pengobatan dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan pengobatan

psikofarmaka dan psikoterapi.

3. Diperlukan peran dari berbagai pihak seperti keluarga dan orang

sekitar baik dalam bentuk motivasi kepada pasien dalam proses

kesembuhannya. Perlu juga disampaikan mengenai pengertian

penyakit yang dialami oleh pasien, perjalanan penyakitnya serta

pengobatan sehingga keluarga dapat memerhatikan pasien dengan

rutin serta memantau kepatuhan pasien dalam minum obat.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan bersama pasien pada tanggal 28 Desember

2019 di rumah pasien di Atep pada pukul 20.00 WITA – 22.00 WITA.

Keterangan:

A : Adhytia (Coass Psikiatri)

P: Pasien

A : Malam pak... mo tanya dari awal deng nama lengkap

P : Malam... Ruland Rantung

A : Umur Pak?

P : 56

A : Eh... Tempat tanggal lahir?

P : Manado, 19 Februari ‘65

31
A : Status perkawinan?

P : Kawin

A : Pendidikan terakhir?

P : S2

A : Pekerjaan pak?

P : Dosen

A : Di Unsrat Pak?

P : Hmhm

A : Agama pak?

P : Protestan

A : Alamat skarang, bapak tinggal disini bapak?

P : Hmhm

A : Ini kemarin waktu datang ke Poli, atau memang so rutin?

P : Kedua kali, yang pertama kali bulan lalu

A : Oh, kontrol setiap bulan pak?

P : Hmhm

A : Waktu itu bapak satu bulan sebelumnya, yang sampai bapak pergi

ke Poli?

P : Cemas... Eh kecemasan yang berlebihan

A : Waktu itu, bapak cuma tau itu rasa cemas pertama begitu?

P ; Iya, kemudian dalam waktu – waktu tertentu itu, ilang itu PD, tau

to itu PD? Berkurang

A : Saat itu kong muncul itu cemas, saat bagaimana?

32
P : Saat mo.. misalnya mo sambutan... acara orang kaweng,

sambutan orang mati, itu kadang kala, jantung so berdebar, tapi tetap

kita pigi, so rasa mo jatung

A : Pusing? Ada saat itu?

P : Nda

A : Itu so berapa lama bapak ada rasa?

P : Itu so cukup lama eh... Tapi kita coba berusaha semampu –

mampunya kita manage... itu yang kita bilang, saat – saat tertentu kita

nda mampu manage

A : Itu so rupa seperti kepayahan menahan begitu, mo tahan rasa

cemas?

P : Hmhm so itu kita ka Poli

A : Pas so rasa bagitu, so berapa lama bapak ada rasa?

P :

*Selesai*

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

2. Stein, M. B., & Sareen, J. 2015. Generalized Anxiety Disorder. New


England Journal of Medicine. 373(21), 2059–2068.

3. World Health Organization (WHO). Depression and other common mental


disorders global estimates. Switzerland. 2017.

4. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric
Publishing; Washington DC. 2013.

5. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan


Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher,
2010.

6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,
2013.

7. Kaplan and Sadock Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th


Ed.Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia, 2004.

34
LAMPIRAN

(Gambar 1. Foto bersama pasien)

(Gambar 2. Tampak depan rumah pasien)

35

Anda mungkin juga menyukai