Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS SEPTEMBER 2017

DERMATITIS KONTAK ALERGI

OLEH :

LILIS ENDAH SULISTIYAWATI PANEO

N 111 17 044

PEMBIMBING KLINIK:

dr. DIANY NURDIN, Sp.KK, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 58 tahun
Alamat : Desa Toaya
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 30 Agustus 2017
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Rasa gatal pada ibu jari dan jari telunjuk di kedua tangan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita umur 58 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Undata dengan keluhan gatal-gatal ujung-ujung ibu jari dan jari telunjuk di kedua
tangan. Hal ini sudah dialami pasien sejak kurang lebih seminggu yang lalu. Menurut
pasien, awalnya gatal terasa hanya di daerah ibu jari sebelah kanan, dan selalu digaruk oleh
pasien sehingga tampak seperti terkelupas, dan lama kelamaan gatal terasa diseluruh jari
pada kedua tangan. Pasien sudah sering mengalami keluhan seperti ini sejak 5 tahun yang
lalu. Menurut pasien, sebelumnya pasien mencoba mencuci pakaian dengan menggunakan
tangan. Pasien tidak mengobati lukanya dengan apapun.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien sudah mengeluhkan gejala ini sebelumnya, sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (+), diabetes mellitus (-), riwayat
alergi makanan (-), Riwayat atopik (-)

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : composmentis

b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 14 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Terdapat lesi di manus dextra dan sinistra di regio distal
digiti I & II, terdapat makula eritematosa yang berbentuk
ireguler, berukuran lentikular dan numular, sirkumskrip,
disertai erosi, ekskoriasi, pustul berukuran miliar, dan
krusta.
9. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
IV. GAMBAR

Gambar 1. Terdapat lesi di manus dextra dan sinistra di regio distal digiti I & II,
terdapat makula eritematosa yang berbentuk ireguler, berukuran lentikular dan
numular, sirkumskrip, disertai erosi, ekskoriasi, pustul berukuran miliar, dan krusta.

V. RESUME
Seorang wanita umur 58 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Undata dengan keluhan gatal-gatal ujung-ujung ibu jari dan jari telunjuk di kedua
tangan. Hal ini sudah dialami pasien sejak kurang lebih seminggu yang lalu. Menurut
pasien, awalnya gatal terasa hanya di daerah ibu jari sebelah kanan, dan selalu digaruk oleh
pasien sehingga tampak seperti terkelupas, dan lama kelamaan gatal terasa diseluruh jari
pada kedua tangan. Pasien sudah sering mengalami keluhan seperti ini sejak 5 tahun yang
lalu. Menurut pasien, sebelumnya pasien mencoba mencuci pakaian dengan menggunakan
tangan.
Pada pemeriksaan dermatologis terdapat lesi di manus dextra dan sinistra di regio
distal digiti I & II, terdapat makula eritematosa yang berbentuk ireguler, berukuran
lentikular dan numular, sirkumskrip, disertai erosi, ekskoriasi, pustul berukuran miliar, dan
krusta.
VI. DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

VII. DIAGNOSA BANDING


Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Atopik

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Patch test
Prick test

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan kulit
Menghindari kontak dengan alergen
Jangan menggaruk area yang luka
Kompres lesi kulit

b. Medikamentosa
a. Pengobatan sistemik
Cefadroxil 500mg (2x1)
Metilprednisolon 4 mg (2x1)
b. Pengobatan topikal
Desoximethasone cream 0,25 % 5gr (2 x sehari)
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam
PEMBAHASAN

Seorang wanita umur 58 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Undata dengan keluhan gatal-gatal ujung-ujung ibu jari dan jari telunjuk di kedua
tangan. Hal ini sudah dialami pasien sejak kurang lebih seminggu yang lalu. Menurut pasien,
awalnya gatal terasa hanya di daerah ibu jari sebelah kanan, dan selalu digaruk oleh pasien
sehingga tampak seperti terkelupas, dan lama kelamaan gatal terasa diseluruh jari pada kedua
tangan. Pasien sudah sering mengalami keluhan seperti ini sejak 5 tahun yang lalu. Menurut
pasien, sebelumnya pasien mencoba mencuci pakaian dengan menggunakan tangan. Pasien
tidak mengobati lukanya dengan apapun.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan Dermatitis
Kontak Alergi (DKA). Dermatitis kontak alergi adalah peradangan yang terjadi pada kulit
akibat pajanan atau kontak dengan bahan yang bersifat alergen, yang di mana akan
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe 4. Pada dermatitis kontak alergi dapat terjadi
penyebaran di luar area yang terkena serta dapat menyebar secara menyeluruh. 1

Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang dengan keadaan kulit yang sangat peka (hipersensitif). Dahulu perkirakan
bahwa kejadian DKA sebanyak 20% dan DKI sebanyak 80%, tetapi data baru dari Inggris
dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitits kontak alergi akibat kerja ternyata
cukup tinggi yaitu berkisar antara 50-60%. 1

Penyebab dari dermatitis kontak alergi ini berasal dari bahan kimia sederhana dengan
berat molekul rendah (<1000 dalton), disebut juga sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat
reaktif, dan dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis bagian
dalam yang hidup. Berbagai faktor berpengaruh terhadap kejadian dermatitits kontak alergi,
misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan. Juga faktor individu misalnya keadaan
kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum), status imun (misalnya sedang
mengalami sakit atau terpajan sinar matahari).1

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA mengikuti respons imun yang
diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, atau
reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi dermatitis kontak alergi terjadi melalui 2 fase,
yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.1 Pada fase sensitisasi, hapten melakukan penetrasi ke
kulit dan membentuk kompleks dengan protein karier epidermis, membentuk alergen.
Molekul MHC II atau HLA-DR pada permukan antigen presenting Langerhans cells (LCs)
berperan sebagai tempat melekat alergen tersebut. Sel Langerhans kemudian bermigrasi ke
kelenjar getah bening (KGB) untuk mensensitisasi sel T naive. Sel T tersensitisasi ini,
meliputi sel Th1(CD4) dan sel Tc1(CD8), kemudian bermigrasi ke kulit. Fase elisitasi terjadi
pada pajanan ulang alergen kontak pada kulit. Alergen ini kemudian dipresentasikan oleh sel
Langerhans dan dikenali sel T tersensitisasi yang akan menginduksi reaksi. Reaksi inflamasi
ini diperantarai komponen selular sistem imun spesifik. Respons inflamasi yang terjadi
melibatkan migrasi berbagai sel inflamatorik dan pelepasan sitokin oleh keratinosit apoptotik.
Gambaran histologis yang ditemui pada DKA dapat berupa spongiosis dan infiltrat pada
dermis.5

Pasien dengan dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis da lokalisasinya. Pada stadium akut di mulai dengan
muncul 24-48 jam di tempat kontak. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang
berbatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. DKA akut ditempat
tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada
vesikel.1 Pada stadium sub akut tampak eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedangkan stadium yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
hiperpigmentasi, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas, mungkin
juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. 2

Dari pemeriksaan dermatologis terdapat lesi di regio antebrachii dextra dan di regio
interdigitalis phalanx proximal dextra terdapat papul eritematosa yang berbentuk ireguler,
berukuran miliar, difus, disertai erosi, ekskoriasi dan skuama pitiriasiformis. Sedangkan pada
regio antebrachii sinistra hanya tampak beberapa papul berukuran miliar. Sehingga,
mengarah pada kasus dermatitis kontak alergi serta infeksi sekunder. Untuk mengetahui
dengan pasti harus di lakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan uji tempel. 2
Untuk penatalaksanaan kasus dermatitis kontak alergi dapat di lakukan dengan
medikamentosa dan non medikamentosa. Penanganan non medikamentosa seperti
menghindari faktor penyebab dan faktor resiko seperti:

1. Menghindari kontak dengn bahan alergen


2. Menggunakan sarung tangan ketika hendak kontak dengan bahan detergen/sabun.
3. Menghentikan pemakaian kosmetik/obat yang tidak cocok
4. Menjaga kebersihan kulit, jika terkena bahan alergen cepat dibersihkan. 3

Pada pengobatan medikamentosa DKA di berikan dengan terapi yaitu pemberian obat
topikal seperti pemberian gentamycin sebagai antibiotik topikal. Sedangkan pada obat
sistemik di berikan kortikosteroid dan anti histamine. Sedangkan jika ada kelainan kulit
lainnya cukup di kompres dengan larutan fisiologis. 3

Dermatitis akut atau basah harus diobati secara basah (kompres luka). Bila subakut
diberikan losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentun (pasta pendingin). Krim diberikan
pada daerah yang berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik
diberikan salep.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S.A., Soebaryo, R.W. Dermatitis Kontak: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Ed 7th. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2015
2. Tersinanda, T.Y, Rusiyati L.M.M. Dermatitis Kontak Alergi. Hal.1-13; 2012
3. Marwali, H. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta; 2008
4. Dewato, HR. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. : histamin dan antianalgetik. Jakarta;
2010
5. Sulistyaningrum, S.K., dkk. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada geriatri.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia. Vol. 8. No. 1;
29-40; 2014.

Anda mungkin juga menyukai