Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS BEDAH

ORTHOPEDI
Open Frakture Tibia & Fibula
Dekstra + Multipel Vulnus
Ekskoriasi
Disusun oleh :
Dea Dwirani
Kholilatul Izza

Pembimbing :
dr. Widyatmiko Sp.OT

IDENTITAS PENDERITA

Nama: Tn. Y
Jenis kelamin: Laki-laki
Umur: 57 tahun
Alamat: Blimbing, Rejotangan Tulung Agung
Jatim
Pekerjaan: Supir truk
Agama: Islam
Suku: Jawa
Masuk Rumah Sakit: 11 Maret 2016
No CM: 795710

ANAMNESIS
Keluhan utama
Luka terbuka di tungkai bawah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Waled diantar oleh
polisi pada tangal 11 Maret 2016 pukul 05.00 WIB
karena kecelakaan lalu lintas di jalan pantura
Cirebon dengan tujuan Jakarta. Sekitar setengah
jam yang lalu. Kecelakaan terjadi mobil vs mobil
dari arah berlawanan, saat kejadian di tempat
pasien sempat tidak sadar. Setelah sampai di IGD
pasien sadar. Terdapat luka terbuka di tungkai
bawah kanan yang dirasakan nyeri dan tidak bisa
digerakkan, tampak tulang dan perdarahan aktif,
serta terdapat luka lecet di kepala bagian depan,
dan lengan kiri. Muntah (-), sakit kepala (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma sebelumnya disangkal


Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat kelainan darah disangkal
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Terdapat riwayat penyakit Diabetes melitus
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat


patah tulang dengan atau tanpa trauma
Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang sopir truk. Biaya pengobatan


ditanggung oleh BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital :
TD : 90/60 mmHg
N: 74 x/menit
RR: 22x/menit
Suhu : 36,4C (Axilla)
GCS : E4V5M6 = 15
Airway : clear
Breathing : clear
Circulation : clear

Kepala : Normocepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik
(-/-), RCL (+/+), RCTL(+/+), pupil isokor ( 3mm/
3mm)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret dan darah
(-/-), mukosa hiperemis (-/-), rhinorrhea (-)
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-)
Telinga : Normotia, deformitas (-), serumen (-/-),
sekret dan darah (-/-) otorrhea (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakhea (-),
retraksi supraklavikula (-)

Thorax
Paru:
I : simetris kanan dan kiri,
retraksi intercostal (-/-)
P
:
gerakan
nafas
hemithorax kanan dan kiri
simetris
P : perkusi paru sonor
kanan dan kiri
A : suara nafas dasar
vesikuler, wheezing -/-,
rhonki -/Jantung :
I : iktus kordis tidak
terlihat
P: iktus kordis teraba dan
kuat angkat
P: batas jantung dalam
batas normal

Abdomen
I : soef
A : bising usus (+) normal
P : nyeri tekan (-), hepar
dan lien tidak teraba
P
:
timpani
seluruh
kuadran abdomen
Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+,
oedem, luka -/+
Bawah : Akral hangat +/
+. Oedem -/-, jejas +/-,
luka +/Pergerkan terbatas pada
ekstremitas bawah kanan
(+)

2. Status Lokalis
Look
Terdapat open fraktur komplit at regio 1/3
distal cruris, swelling(+), deformitas (+)
Feel
Terdapat nyeri tekan (+), pulsasi di arteri
dorsalis pedis (+), sensibilitas (+)
Tenderness (+), hangat (-), CRT <2
Move
Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif
(+), ROM sulit dinilai karena nyeri.

Vulnus laseratum a/r palmar sinistra, bentuk luka


tidak teratur, darah (+), krepitasi (-), uk: 2x1x0,5
cm
Vulnus laseratum a/r parietal, bentuk luka tidak
teratur, darah (+), krepitasi (-), uk: 3x1x0,5 cm
Vulnus ekskoriasi a/r tibia sinistra uk: 0,5 cm
Vulnus ekskoriasi a/r occipital uk: 2 cm
Vulnus ekskoriasi a/r preaurikula uk: 1 cm
Vulnus ekskoriasi a/r maksila sinistra uk: 1 cm.

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hematologi
Hemoglobin

11,1 g/dL

13,5-17,5 g/dL

Leukosit

8.700/uL

4,100-10900/uL

Hematokrit

28%

41-53 %

Eritrosit

4,50

4,5-5,5 juta/uL

Trombosit

284000/uL

140000-440000 /uL

MCV

71

80-100fL

MCH

28

26-34pg

MCHC

40

31-36 g/dL

Basofil

0-2%

Eosinofil

0-5%

Batang

2-6%

Segmen

72

47-80%

Limfosit

22

13-40%

Monosit

2-11%

Hitung jenis:

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat loading 4 labu sd TD 100 mmHg
antibiotik profilaksis : Cefuroxim 2x1gr
Amiosin 2x1 amp
Ketorolac 2x1 amp
Non Medikamentosa
Dilakukan debridement dan irigasi luka,
Stabilisasi fraktur
hecting situasional
penutupan luka segera secara definitif.

DIAGNOSIS

Susp. Open Fraktur Tibia at Fibula dekstra


Grade III B + Multipel Vulnus Ekskoriasi

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

KOMPLIKASI
perdarahan, syok septik kematian
septikemi, toksemia oleh karena infeksi
piogenik
tetanus
gangren
non union dan ma union
kekakuan sendi
perdarahan sekunder
osteomielitis kronik
delayed union

Latar Belakang
Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas di dunia selama tahun 2000
dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara.
Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666 (51,66%)
pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga
dan 18% akibat kekerasan rumah tangga (Kahlon,
Hanif & Awais, 2004).
Os Tibia paling sering patah tulang panjang dalam
tubuh.Kejadian tahunan dari dua patah tibialis per
1000 individu.Rata-rata usia pasien dengan patah
tulang tibia adalah sekitar 37 tahun, dan laki-laki
remaja dilaporkan memiliki insiden tertinggi

Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan
oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat,
2004).

Anatomi
Os. Tibia dan Os. Fibula

Anatomi Muskuloskeletal Lower Extremity

Etiologi
Peristiwa trauma
Fraktur kelelahan atau tekanan
Fraktur patologik

Jenis / Klasifikasi
Fraktur
Fraktur transversal adalah dimana sumbu panjang tulang tegak lurus dengan
bidang fraktur biasanyadisebabkan karena kecepatan rendah, cidera lipat.

Fraktur oblik dimanasumbu panjang tulang dan bidang fraktur membentuk sudut
Fraktir spiral biasanya ditimbulkan oleh suatu tenaga putar yang menyebabkan
tulang patahdisepanjang garis robek

Fraktur komunitiva

dimana fraktur terdapat lebihdari dua fragmen fraktur.

Fraktur Terbuka Terjadi

bila terdapat hubungan antara fragmentulang


dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.

KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA


(Gustillo)
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo

Tipe I

lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm

Tipe II

panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan


lunak
yang luas.

Tipe IIIa

luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih


dari
10 cm dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat
disertai
kemungkinan komplikasi. contohnya: luka tembak.

Tipe IIIb

luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat

Tipe IIIc

fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan


penanganan
terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat
normal kembali.

Fraktur Lokasi

Klasifikasi Schatzker
I : Fraktur split
kondiler lateral
II : Fraktur
split/depresi
lateral
III: Depresi kondiler
lateral
IV: Fraktur split
kondiler medial
V : Fraktur
bikondiler

Klasifikasi menurut OTA (Orthopaedic Trauma Association) :

Fraktur distal tibia

FASE PENYEMBUHAN PADA FRAKTUR


Tahap haematoma : darah menembus luar melalui
pembuluh darah yang robek membentuk haematoma
diantara atau disekitarnya permukaan perpatahan. Dan itu
bisa terjadi selama 7 sampai dengan 24 jam pendarahan.
Tahap Proliferasi : Pada tahap ini terjadi proliferasi dari
sel-sel. Periosteum dan endoesteum adaiah poliferasi dari
sel-sel dari permukaan dalam periosteum yang menutupi
fraktur. (12 - 24 minggu.)
Tahap Calsifikasi : Seperti jaringan seluler yang tumbuh
keluar masing-masing fragmen yang sudah matang sel-sel
dasar memberikan perlengketan untuk osteoblast dan
cendroblast, membentuk callus yang belum masak. (6-12)
Tahap Consolidasi : Callus yang belum masak akan
membentuk callus utama secara bertahap serta berubah dan
adanya aktivitas osteoblast menjadi tulang yang lebih kuat
dan masa strukturalnya berlapis. (12-24 minggu)
Tahap Remodeling :Pada waktu tulang membentuk atau
sambung dengan baik biasanya tulang dibentuk berlebihan
mengelilingi daerah fraktur di luar maupun di dalam canalis
medularis.

Gejala klinis
Nyeri
Ketidakmampuan untuk berjalan
atau menanggung berat pada kaki
Deformitas atau ketidakstabilan kaki
Tulang "tenting" kulit atau menonjol
melalui istirahat di kulit
Hilangnya sesekali perasaan di kaki

Sinar-X
Computed tomography (CT) Scan

Penatalaksanaan
NON OPERATIF
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki
dengan tarikan atau traksi.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan
gips, dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan
rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan
berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot kuadrisef yang nantinya
diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal.

Operatif
Intramedullary nailing
Plates and screws
External fixation

Prognosis
Prognosis dari fraktur tibia untuk
kehidupan adalah bonam. Pada sisi
fungsi dari kaki yang cedera,
kebanyakan pasien kembali ke
perfoma semula,namun hal ini
sangat tergantung dari gambaran
frakturnya, macam terapi yang
dipilih, dan bagaimana respon tubuh
terhadap pengobatan.

Komplikasi
Fragmen tajam dapat memotong
atau robek otot yang berdekatan,
saraf, atau pembuluh darah.
Sindrom kompartemen
Osteomyelitis

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai