Anda di halaman 1dari 41

OPEN FRAKTUR 1/3

DISTAL OS TIBIA
SINISTRA
(Laporan Kasus)
Oleh :
Anisuddin, S. Ked

Preseptor
dr. Syafruddin, Sp.B

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


R U M A H S A K I T U M U M C U T M E U T I A K A B U PAT E N A C E H U TA R A
FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S M A L I K U S S A L E H
2015
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. PA
Umur : 45 tahun
JK : Laki-laki
Status : Menikah
Alamat : Rawa Itek, Kec. Tanah Jambo Aye
Agama : Islam
No. MR : 06.66.35
TMRS : 23 Mei 2015
ANAMNESIS

KU : Patah tulang kaki sebelah kiri bawah


RPS : Pasien datang ke IGD RSUCM dengan keluhan patah
tulang kaki sebelah kiri bawah sejak ± 3 minggu yang lalu
SMRS. Pasien mengalami patah tulang tersebut setelah
tertabrak mobil ketika pasien sedang mengendarai
sepeda motor. Setelah tertabrak dan terjatuh pasien
mengeluhkan wajahnya luka serta kakinya tidak bisa
digerakkan dan mengalami nyeri hebat.
ANAMNESIS

Pasien mengatakan setelah tertabrak tidak mengalami pingsan,


pusing, mual, dan muntah. Pasien mengatakan melihat tulang
kaki kiri bawahnya keluar dan mengeluarkan banyak darah.
Kemudian pasien dibawa oleh keluarganya ke puskesmas terdekat
dan mendapat jahitan di wajah lalu dirujuk ke rumah sakit bunga
melati dan dilakukan tindakan operasi membersihkan luka dikaki
kiri bawahnya. Setelah operasi luka tidak kunjung membaik dan
pasien dibawa ke rumah sakit Cut Meutia.
ANAMNESIS

Riwayat Terdahulu : Hipertensi (-), DM (-)


Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa,


riwayat penyakit tumor atau keganasan lainnya
disangkal
STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/90 mmHg


Nadi : 90 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37 celcius
Status Generalis

Kepala : Normocephalik
Wajah : Oval, sawo matang, terdapat jejas di
daerah dagu berukuran 5x1 cm
Rambut : Hitam, lurus
Mata : konjungtiva anemis(+/+), sclera ikterik
(-/-), pupil isokor, diameter 3 mm, refleks
cahaya +/+.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering, sianosis (-)
Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)
Status Generalis

Tenggorokan : Uvula di tengah, T1-T1 tenang,


hiperemis (-).
Leher : Bentuk simetris, massa (-), tidak teraba
adanya pembesaran KGB, JVP tidak meningkat
Paru-paru
Inspeksi : Pernapasan simetris kanan dan kiri
Palpasi : Taktil fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru kanan
Auskultasi : Suara napas vesikuler kanan = kiri,
ronkhi -/-,wheezing -/-.
Status Generalis

Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba
 Perkusi :
 Batas jantung kanan : Linea midsternal dekstra ICS IV
 Batas jantung kiri : Linea midclavicula sinistra ICS V
 Batas atas : Linea para sternal sinistra ICS II
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Status Generalis

Abdomen : Supel, datar, timpani, bising usus


(+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas
Superior : Hangat (-/-), oedem (-/-), sianosis (-/-)
Inferior :Hangat(-/+), oedem (-/+),sianosis (-/-)
STATUS LOKALISATA

REGIO CRURIS SINISTRA


Look : Terdapat luka terbuka dengan ukuran 5x4
cm dengan dasar tulang, oedem (+), darah
(+), deformitas (+), tepi luka tampak
jaringan merah kehitaman
Feel : teraba hangat (+), nyeri tekan (+), pulsasi
a.dorsalis pedis (+), akral hangat (+),
krepitasi (+)
Move : terdapat keterbatasan gerak aktif
REGIO MALEOLUS SINISTRA
Look: Terdapat luka terbuka dengan ukuran
4x3 cm, oedem (+), darah (+), deformitas
(-), tepi luka tampak jaringan parut
Feel : teraba hangat (+), nyeri tekan (+)
Move : terdapat keterbatasan gerak aktif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
24 Mei 2015
HEMATOLOGI KLINIK
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 8,6 g% 13-18
L : <15
LED -
P : <20
L : 4,5-6,5
Eritrosit 2,9 x 103/mm3
P : 3,8-5,8
Leukosit 7 x 103/mm3 4-11
Hematokrit 28,2 % 37-47
MCV 95 fl 76-96
MCH 28,7 pg 27-32
MCHC 30,4 g% 30-35
RDW 17,8 % 11-15
Trombosit 288 x 103/mm3 150-450
Bleeding Time 2’40” <5 menit
Cloting Time 8’ 5-11 menit
HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI(8/5/2015)
Foto Cruris Sinistra

Kesan : Open fraktur 1/3 distal


os tibia sinistra
DIAGNOSA KERJA

OPEN FRAKTUR 1/3 DISTAL OS TIBIA


SINISTRA
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
 Bed Rest
 Diet TKTP

Medikamentosa
 IVFD RL 30 gtt/menit
 Aminofluid 1 fls/hari
 Inj. Fosmisin 1 gr/12 jam
 Inj. Amiosin 0,5 gr/12 jam
 Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 jam
 Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam
 Kalnex 500 mg /8 jam

Operatif
 Debridement + reposisi + gips
PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN

Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas
dari tulang, sering di ikuti
oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai
macam derajat, mengenai
pembuluh darah, otot, dan
persarafan.
KLASIFIKASI KLINIS FRAKTUR

•Fraktur tertutup (simple fracture)


adalah suatu fraktur yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar.

• Fraktur terbuka (compound fracture)


adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak
KLASIFIKASI ETIOLOGI FRAKTUR

Trauma terjadi secara


tiba tiba Fraktur Traumatik

Fraktur Stress
Trauma terjadi terus
menerus pada suatu tempat ●
tertentu

Terjadi karena Kelemahan


tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis pada
tulang
Fraktur Patologis

TIPE TIPE FRAKTUR

1. Fraktur transversal
Suatu fraktur komplit yang garis patahnya
tegak lurus terhadap sumbu tulang.
2. Fraktur oblik
Fraktur komplit yang melalui korteks
secara diagonal.
3. Fraktur spiral
Bila garis patah terdapat mengelilingi
sepanjang korteks.
5. Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
f. Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan
LOKALISASI FRAKTUR
FRAKTUR TIBIA

Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi


adalah fraktur pada tibia. Pusat Nasional
Kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur
ini berjumlah ±77.000 orang, dan ada di 569.000
rumah sakit tiap hari /tahunnya. Pada fraktur tibia,
dapat terjadi fraktur pada bagian
diafisis,kondiler, dan pergelangan kaki.
ANATOMI OS.TIBIA FIBULA
TRAUMA FRAKTUR TIBIA

Trauma Angulasi : Fraktur tipe transversal atau oblik pendek

Trauma Rotasi : fraktur tipe spiral


LOKALISASI FRAKTUR TIBIA
KLASIFIKASI FRAKTUR DIAFISIS TIBIA

Klasifikasi menurut OTA (Orthopaedic


Trauma Association) :

1. Tipe Simple : spiral, oblik, transversal


2. Tipe Wedge : spiral, bending, fragmen
3. Tipe Kompleks : spiral,segmental,irregular
KLASIFIKASI FRAKTUR DIAFISIS TIBIA
SIMPLE WEDGE SPIRAL
KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA (Gustillo)

Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo


Tipe I lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm

Tipe II panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak
yang luas.

Tipe IIIa luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari
10 cm dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai
kemungkinan komplikasi. contohnya: luka tembak.

Tipe IIIb luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat

Tipe IIIc fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan


penanganan
terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat
normal kembali.
GAMBARAN KLINIS FRAKTUR TIBIA

Nyeri terus menerus ditempat fraktur dan bertambah beratnya sampai

fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema.

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.


PENATALAKSANAAN

Non Operatif

Immobi ABSOLUT
Pemeriksaan
RELATIF
Reduksi dalam Proses
lisasi
1.
2.
3.
Fraktur terbuka
Cedera vaskular
Fraktur dengan sindroma
1. Pemendekan
Penyembuhan
2. Fraktur tibia+fibula intak
3. Fraktur tibia dan fibula
dengan level yang sama
kompartemen
4. Cedera Multiple
PENATALAKSANAAN
NON OPERATIF
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara
mengantungkan kaki dengan tarikan atau
traksi.

2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai
dapat dirubah dengan gips, dalam 7-10 hari,
atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan


Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi
dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8
minggu. Program penyembuhan dengan
latihan berjalan, rehabilitasi ankle,
memperkuat otot kuadrisef yang nantinya
diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi
normal.
PENATALAKSANAAN

Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

a. Absolut
- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam
penyembuhan dan perawatan lukanya.
- Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di
tungkai
- Fraktur dengan sindroma kompartemen
 Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga
mengurangi nyeri.

b. Relatif , jika adanya:


- Pemendekan
- Fraktur tibia dengan fibula intak
- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama
PENANGANAN OPERASI

1. Intermedullary Nailing
2. ORIF (open Reduction with internal fixation)
3. Fiksasi internal standar
4. Ring Fixator
KOMPLIKASI

• Malunion
• Nonunion
• Infeksi
• kerusakan jaringan lunak
• Compartment syndrome
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai