Disusun Oleh:
Pendamping:
1
OPEN FRAKTUR 1/3 distal OS TIBIA ET FIBULA
Umur : 13 tahun
Umur : 13 tahun
No. RM : 00-28-xx-xx
Topik : Kegawatdaruratan
Departemen : Bedah Orthopedi
Dokter Pembimbing : dr. Tuti Bimasari Presenter: dr. Gusti Karin A Tania
Keluhan utama :
- pasien datang dengan nyeri kaki kanan setelah tertabrak motor, pasien
yang sedang jalan kaki ditabrak motor dari sebelah kanan, luka terbuka
±2cm pada tungkai bawah, perdarahan aktif (+) kesemutan (-), jari
masih bisa digerakkan(+), saat kejadian pasien sadar terus sampai
sekarang, pingsan (-) mual (-) muntah (-) kepala terbentur (-) pusing
(-), Demam (-) sesak (-) Penurunan kesadaran (-)
2
Riwayat penyakit dahulu :
PEMERIKSAAN FISIK :
Vital sign :
- Pemeriksaan leher :
Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan
Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
3
Pemeriksaan thorax :
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
- Perkusi : timpani
- Benjolan (-)
Regio Suprapubic:
Pemeriksaan Ektermitas:
Vulnus Laceratum cruris dextra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
1. Foto Rontgen
Thorax PA
Cruris dextra
2. Laboratorium darah :
Darah Lengkap
HBsAg
5
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
6
Hasil pemeriksaan Rotgen Thorax
Diagnosis Kerja
TATALAKSANA IGD
Farmakoterapi
Infus RL 20 tpm
Wound Toilet
Injeksi Ceftriaxone 1750 mg / 24 jam
Injeksi ATS 1.500 IU single dose
Injeksi Ketorolac 30 mg / 8 jam
Inejksi Ranitidin 25 mg / 8 jam
Advice dr. Sp.OT
Orif wire + Gips Window
7
8
BAB II
PENDAHULUAN
1. Definisi
Fraktur adalah hilanganya kontinuitias tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial .
9
Gambar 1. Mekanisme Trauma (a) berputar (b) kompresi (c) fragmen
triangular butterfly (d) tension
3. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologis, klinis, dan radiologis. Klasifikasi
Etiologis :
Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis. Terjadi kerana kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang
Fraktur stress. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu Klasifikasi Klinis1
Fraktur tertutup (simple fraktur). Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar)
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union,
nonunion, infeksi tulang.
Klasifikasi Radiologis
1. Berdasarkan lokalisasi :
Diafisal
Metafisal
Intra-artikuler
10
Fraktur dengan dislokasi
2. Berdasarkan konfigurasi :
Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktus komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulse, fragmen kecil oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus
humeri
Fraktur depresi, karena trauma langsung
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah misalnya pada
fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus
Fraktur epifisis
3. Menurut ekstensi
Fraktur total
Fraktur tidak total
Fraktur buckle
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
11
Impaksi
4. Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase
yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi
ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya yang
terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati,
yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-
sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal Pada fase ini terjadi reaksi
jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan
fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum
untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus
interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan
yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-
sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel
osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang
sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak
terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah
beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang
sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis) Setelah pembentukan jaringan
seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas
dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast
diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh
garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini
12
disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone
sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan
fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik) Woven bone akan membentuk kalus
primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh
aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan
diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodeling Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk
bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara
osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna
secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang
kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
peroonggaan untuk membentuk ruang sumsum.
5. Fraktur Ekstremitas
Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya gangguan
integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang, periosteum, dan
jaringan yang ada di sekitarnya5. Fraktur ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi
pada tulang yang membentuk lokasi ekstrimitas atas (radius, ulna, carpal) dan
ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia, fibula, metatarsal, dan lain-lain). Gustilo et
al mengklasifikasikan fraktur terbuka menjadi tiga tipe yaitu :
Tipe I: Luka lebih kecil dari 1 cm, bersih dan disebabkan oleh fragmen tulang
yang menembus kulit.
Tipe II: Ukuran luka antara 1 – 10 cm, tidak terkontaminasi dan tanpa cedera
jaringan lunak yang major
Tipe III: Luka lebih besar dari 10 cm dengan kerusakan jaringan lunak yang
signifikan. Tipe III juga dibagi menjadi beberapa sub tipe:
- IIIA: Luka memiliki jaringan yang cukup untuk menutupi tulang tanpa
memerlukan flap coverage.
Dua Sendi
14
Dua ekstrimitas
Dua waktu
SURVEY PRIMER
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability Limitation, Exposure)
15
menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang
terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha
3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang
terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau
ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai
yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada
patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya dapat
menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan hal
penting disamping usaha menghentikan pendarahan .
-
pemeriksaan tambahan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur
adalah imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi
1. Imobilisasi Fraktur
Pada cedera lutut pemakaian long leg splint atau gips dapat membantu
kenyamanan dan stabilitas. Tungkai tidak boleh dilakukan imobilisasi dalam
ekstensi penuh. Fraktur tibia sebaiknya dilakukan imobilisasi dengan
cardboard atau metal gutter, long leg splint. jika tersedia dapat dipasang gips
dengan imobilisasi meliputi tungkai bawah, lutut, dan pergelangan kaki.
2. Pemeriksaan Radiologi
SURVEY SEKUNDER
19
Daftar pustaka
1. Alan Graham Aplpley. Appley’s System of Orthopedics and Fracture 9th edition.
Butterworths Medical Publications. 2010.
2. Frassica, Frank dkk. The 5-Minute Orthopaedic Consult 2nd edition. Lippuncolt William
& Wilkins. 2007
5. Mallonee S, et al. Physical Injuries and Fatalities Resulting From the Oklahoma
City Bombing. Journal of the American Medical Association; August 7, 1996; 276
(5); 382- 387.
20