Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah
menetapkan dekade ini menjadi dekade tulang dan persendian. Masalah pada
tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur. Fraktur
merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin pesatnya
kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai
kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan
kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu
lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah
jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.
Fraktur secara klinis dibedakan atas fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi. Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang
yang tajam keluar menembus kulit (from within) atau dari luar oleh karena
tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (from without).Fraktur
tertutup adalahsuatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
(terbatas pada fascia).

1
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Banda Aceh
No. Rekam Medik : 13.10.xx
Tanggal Masuk RS : 26 November 2019

I. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
 Tanggal : 26 November 2019
 Tempat : Albayan 2
 DPJP : dr. Muhammad Rizal, Sp.OT
A. Keluhan Utama
Nyeri bahu kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa post KLL 5 jam yang
lalu dengan keluhan terasa nyeri pada bagian bahu kiri dan dada terasa
sakit pada saat menarik nafas, pasien mengeluhkan pergerakan terbatas
pada bagian persendian bahu, penurunan kesadaran (-), sesak (-), mual
(-), muntah (-).

1. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakti bawaan
2. Riwayat Penyakit Keluarga

2
- Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupa

A. Hasil Pemeriksaan Fisik


1. Status Present
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : 113/64 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit

 Kepala
- Bentuk normal
- Konjungtiva anemis (-)
- Pupil isokor, refleks cahaya (+/+) 3mm
- Bibir sianosis (-)

 Leher
o Pembesaran KGB (-)
o Trakea teraba di tengah

 Thoraks
○ Paru
- Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris,
retraksi ICS (-).
- Palpasi : Pelebaran ICS (-)
- Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
○ Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

3
- Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung atas : ICS III sinistra
Batas jantung kanan : PSL dextra
Batas jantung kiri : MCL sinistra
Batas jantung bawah : ICS V sinistra
- Auskultasi : BJ I>BJ II, reguler. Murmur (-)

 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk flat
- Palpasi : Soefel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
- Auskultasi : Bising usus normal

Ekstremitas
Pemeriksaan orthopedi
1. Inspeksi : Tampak adanya pembengkakan, tampak angulasi,
tidak tampak rotasi.
2. Feel : terdapat nyeri lokal dan nyeri tekan, suhu hangat
3. Movement : Range of movement of berkurang, Range of movement
aktif tidak dilakukan
4. Functiolesa : tangan masih dapat digerakan

Ekstremitas Superior Inferior


Oedem -/- +/-
Sianosis -/- -/-
Akral Hangat Hangat
Capillary Refill <2” <2”

4
Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen 26/11/2019

Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 16.2 13.0– 18.0
Eritrosit 5.53 4.4 – 5.9
Hematokrit 47.8 42.0 – 52.0
Leukosit 20.8 4.0 – 10.0
Eosinofil 0.1 2.0 – 4.0
Basofil 0.1 0–1
Neutrofil 86.0 40.0 – 70.0

5
Limfosit 7.8 20.0 – 40.0
Monosit 6.0 2.0 – 8.0
Trombosit 252 150 - 450

Diagnosa Kerja : Close Fraktur 1/3 Medial klavikula


sinistra
Terapi : - IVFD RL 20gtt/i
- inj ketorolac 3x1 amp
- inj Omeprazole 40mg
Follow Up Ruangan
Hari/ Subjektif Objektif Assesment planning
Tanggal
27/11/2019 Nyeri bahu TD : 125/90 Post op Close -IVFD RL
kiri mmHg Fraktur 1/3 20gtt/i
N : 60x/i Medial -inj ceftriaxone
RR : 20x/i klavikulasinistra 2x1mg
-inj amikasin
2x1 amp
-inj Omeprazol
2x1 amp
Inj ketorolac
3x1 amp

28/11/2019 Bengkak dan TD : 128/98 Post op Close -IVFD RL


nyeri paha mmHg Fraktur 1/3 20gtt/i
kanan N : 55x/i Medial -inj ceftriaxone
RR : 20x/i klavikulasinistra 2x1mg
-inj amikasin
2x1 amp
-inj Omeprazol
2x1 amp
-Inj ketorolac
3x1 amp

29/11/2019 Nyeri di bahu TD : 127/90 Post op Close -IVFD RL


berkurang mmHg Fraktur 1/3 20gtt/i
N : 57x/i Medial -inj ceftriaxone
RR : 20x/i klavikulasinistra 2x1mg
-inj amikasin
2x1 amp

6
-inj Omeprazol
2x1 amp
-Inj ketorolac
3x1 amp

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI

7
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan
mempunyai lima fungsi utama, yaitu:
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit

Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Clavicula
berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang
memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada
ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada
sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari
scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis. Pada wanita, clavicula
lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.

Gambar 1 : right clavicula ( Atlas of Netter )

Fungsi clavicula berguna untuk:


Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada
supaya lengan dapat bergerak leluasa.

8
Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-
satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang
lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons. Otot-otot dan ligamentum yang
berlekatan pada clavicula:
Permukaan superior:
Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
Otot trapezius
Permukaan inferior:
Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare)
pada tuberculum conoideum
Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare
pada linea trapezoidea
Batas anterior:
Otot pectoralis mayor
Otot deltoideus
Otot sternocleidomastoid
Otot sternohyoideus
Otot trapezius

Gambar 2 : clavicula muscle an ligament ( Atlas of Netter )

Perkembangan :
Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi
selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan
tulang terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.

9
3.2 FRAKTUR KLAVIKULA
Fraktur clavicula dapat terjadi sebagai akibat trauma langsung atau gaya
tak langsung yang dihantarkan melalui bahu. Kebanyakan fraktur klavikula
dijumpai pada separuh bagian distal, biasanya pada pertemuan 1/3 tengah dan 1/3
distal. Kira-kira 2/3 fraktur klavikula terjadi pada anak-anak. Fraktur klavikula
pada waktu lahir berkisar di antara greenstick sampai perpindahan komplet dan
harus dibedakan dengan dari pseudoartrosis kongenital.
Karena fiksasi relatif dari fragmen medial dan beratnya ekstremitas superior,
frakmen distal pindah ke bawah, kedepan dan ke arah garis tengah. Foto rentgen
anteroposterior harus selalu dibuat, tetapi proyeksi oblik kadang-kadang lebih
berguna. Meskipun cedera pada pleksus brakhialis atau arteri subklavia tidak
sering terjadi, komplikasi seperti itu biasanya dapat diperlihatkan pada
pemeriksaan fisik.

3.3. KLASIFIKASI FRAKTUR KLAVIKULA


a) Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)
paling banyak ditemui
terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)
mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral
bahu)
b) Fraktur lateral klavikula ( Fraktur 1/3 lateral klavikula)
fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:
type 1 : Undisplaced jika ligament intak
type 2 : Displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.
type 3 : Fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.
c) Fraktur medial klavikula ( Fraktur 1/3 medial klavikula )
Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma dapat
berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang
dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi
abduksi.

10
o Type 1 : Minimal displacement
o Type 2 : Displaced
o Type 3 : Intraarticular
o Type 4 : Epiphyseal separation
o Type 5 : Cominutif

3.4 PATOFISIOLOGI
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan menarik
fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral
ke bawah. Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung
medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.
Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar mungkin
tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan
dibawah kulit.

Gambar 3 : mekanisme fraktur mid clavicula

3.5. PEMERIKSAAN KLINIS


Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan menangis saat
menggerakkan lengan. Kadangkala penderita datang dengan pembengkakan pada
daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma dan kadang-kadang
fragmen yang tajam mengancam kulit. Ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah
klavikula.

11
3.6 PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan rontgen anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu
menegakkan diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada 1/3 tengah dan
fragmen luar terletak dibawah fragmen dalam. Fraktur pada 1/3 lateral klavikula
dapat terlewat atau tingkat pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh
foto tambahan pada bahu.

3.7 INDIKASI OPERASI


Meskipun hasil perawatan nonoperative sangat efektif untuk fraktur klavikula,
namun operasi dapat diindikasikan dalam keadaan tertentu. Dalam situasi tertentu,
operasi diperkirakan menghasilkan hasil klinis terbaik dalam hal keselarasan,
penyembuhan, dan mobilisasi dini. Indikasi utama untuk fiksasi internal fraktur
clavicular adalah perpindahan dan / atau perpendekan lebih dari 15 sampai 20
mm, umur muda, sehat, individu yang aktif. Meskipun klavikula memiliki
penyembuhan yang baik dan kemampuan renovasi, patah tulang secara signifikan
telah terbukti dapat menyebabkan rasa sakit dan penurunan kepuasan pasien
karena deformitas, kosmetik dan keterbatasan fungsional. Indikasi relatif untuk
fiksasi internal fraktur clavicular meliputi:
Fraktur terbuka;
Terkait cedera vaskular;
Defisit neurologis progresif;
Kontaminasi kotoran dengan jaringan kulit yang kemungkinan akan
menyebabkan kerusakan kulit;
Medialization signifikan dari sendi bahu;
Robeknya ligamen coracoclavicular dengan fraktur distal;
Fraktur ipsilateral dari klavikula dan skapula (bahu mengambang);
Pasien cedera;
Fraktur clavicular bilateral, dan kompleks, ipsilateral, ekstremitas atas
fraktur.

3.8. TEKNIK PENANGANAN TERAPI KONSERVATIF DAN OPERASI

12
Penatalaksanaan Fraktur Klavikula:
1. Fraktur 1/3 tengah
Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan
sling, yang dapat mengurangi nyeri.

Gambar 4 : Arm sling

Displaced fraktur fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan


menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8 (“Verband figure of
eight”) sekitar sendi bahu, untuk menarik bahu sehingga dapat mempertahankan
alignment dan fraktur. Strap harus dijaga supaya tidak terlalu ketat karena dapat
mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal dapat diletakkan di antara
scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap tidak
dapat digunakan balutan dapat dibuat dari “tubular stockinet”, ini biasanya
digunakan untuk anak yang berusia <10 tahun.

13
Gambar 5 : Verband figure of eight
Pemakaian strap yang baik:
1. Menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula
selama penarikan fraktur.
2. Tidak menutupi aksila, untuk kenyamanan dan hygiene.
3. Menggunakan bantalan yang bagus.
4. Tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.
Plating Clavikula :
Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior
clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula.
Hindari juga diseksi subperiosteal pada fracture site. Lakukan reduksi fragmen
fraktur jika memungkinkan pasang lag screw melintasi fraktur. Plate diletakkan di
sisi superior clavikula dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur untuk
mencapai fiksasi yang solid. Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka
operasi ditutup dengan jahitan subcuticular.
2. Fraktur lateral
Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling. Displaced fraktur dapat diterapi
dengan sling atau dengan open reduction dan internal fiksasi. Jika pergeseran
lebih dari setengah diameter klavikula harus direduksi dan internal fiksasi. Bila
dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus rasa tidak
enak dan kelemahan pada bahu karena itu terapi diindikasikan melalui insisi
supraklavikular, fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus,
yang menembus kearah lateral melalui fragmen sebelah luar dan akromion dan
kemudian kembali ke batang klavikula. Lengan ditahan dengan kain gendongan
selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan melakukan pergerakan penuh.

14
3. Fraktur Medial
Fraktur medial klavikula merupakan fraktur yang paling stabil karena adanya
ligamen sekitar dan bisa diobati dengan sling untuk kenyamanan dan
mengembalikan ke fungsi normal. Tindakan Bedah pada fraktur medial klavikula
jarang diindikasikan dan terbatas pada kasus-kasus di mana ada dislokasi berbagai
macam fragmen fraktur atau terjadi kerusakan pada struktur neurovaskular
penting. Ketika dilakukan tindakan bedah, fraktur dapat diperbaiki dengan
menggunakan jahitan berat melewati lubang bor di tulang atau sebaliknya, dengan
small low-profile plate. Pin fiksasi harus dihindari karena ada kemungkinan
perangkat keras ini migrasi ke dalam organ vital yg terletak di bawah.
3.9. KOMPLIKASI OPERASI
1. Komplikasi dini
Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)
2. Komplikasi lanjut
Non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan fiksasi interna dan
pencangkokan tulang yang aman.
Mal-union :
1. meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada waktunya.
2. untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat menjalani
terapi yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah anastesi dan
dipertahankan reduksinya dengan menggunakan gips yang mengelilingi dada (
wirass).
Kekakuan bahu sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut
untuk menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan waktu
berbulan-bulan untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali kalau dilatih.

3.10 PERAWATAN PASCABEDAH


Rehabilitasi :
Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah sudah
cukup kencang. Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak <10 tahun
menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu sampai bebas nyeri, sedangkan
orang dewasa biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu. Pasien dianjurkan untuk

15
melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri berkurang (strap/splint/sling
sudah dilepas).

3.2.8 Penyembuhan Fraktur


Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami
kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi
konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang
secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga
merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses
penyembuhan fraktur berbeda pada tulang kortikal pada tulang panjang serta
tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang-tulang pendek,
sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.

Proses Penyembuhan Fraktur


Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:

1. Fase hematoma

16
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam sistem harvesian mengalami robekan pada
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu
daerah cincin avaskuler tulang yang matipada sisi sisi fraktur segera
setelah trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi
sampai 2 – 3 minggu.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal


Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk suatu
kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna
sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan
yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari
diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam
jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan
yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor
ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan
hematoma suatu daerah fraktur.
Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa
yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus
belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.

17
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan
berakhir pada minggu ke 4 – 8.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)


Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen
sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks
interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam
kalsium membentuk suatu tulang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai
woven bone. Pada pemeriksaan radiologis pertama terjadi penyembuhan
fraktur.

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)


Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara
bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir
pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.

18
5. Fase remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian
yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodelling ini, perlahan-lahan akan terjadi resorbsi
secara osteoklasik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan
kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat
berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem harvesian dan
kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang
sumsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

3.2.9 Komplikasi Fraktur


Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.
a. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan.Ketiga macam komplikasi tersebut dapat terjadi
dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan
terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi
umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau
gas gangren.

b. Komplikasi Lokal
Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi lanjut.
• Pada Tulang

19
1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi
pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan
non union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering
terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga
terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi.
• Pada Jaringan lunak
1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial
karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastik.
2. Dekubitus. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol.

• Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut
terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut
yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit
dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau thrombus.
• Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.
Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi
dan perdarahan berhenti spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis.
Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan
mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan
intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri
yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh
vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal
lesi.

20
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot
pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan
neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat
terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran
darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat
menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan
fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor
(pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis
• Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis
(kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi
nervus.5

Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
• Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal.
Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-
ujung fraktur.
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Bila
lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)
• Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
Tipe I (hypertrophic non union)
Tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen
fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union
dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

21
Tipe II (atrophic non union)
Disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial
sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum
yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi
yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,
infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)
• Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi.
• Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai
non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami
osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan
atropi otot.
• Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,
sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,
perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek
waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan
periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan
kekakuan sendi menetap.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Schrock, Theodore. Ilmu Bedah ( handbook of surgery ) edisi 7. Penerbit


buku kedokteran EGC : jakarta.1995.
2. Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit 6th Edition. EGC: Jakarta.2005
3. Koval, kenneth.J. Handbook of Fracture, 3rd Edition. Lippincoot williams
and wilkins : California.2010.
4. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
5. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
6. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Struktur dan Fungsi Tulang,
Edisi ke-3. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2008; 6-11.
7. Ott S. Bone Growth and Remodelling. 2008. Available from:URL:
depts.washington.edu/bonebio/ASBMRed/growth.html.o
8. Solomon L, et al (eds). Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th
ed. London: Hodder Arnold; 2010.
9. Konowalchuk BK, editor. Tibia shaft fractures [online]. 2012. Available
from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1249984 Accessed 5
November 2014.
10. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Trauma, Fraktur Terbuka,
Edisi ke-3. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2008; 317-478.

23

Anda mungkin juga menyukai