PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
Tanggal : 26 November 2019
Tempat : Albayan 2
DPJP : dr. Muhammad Rizal, Sp.OT
A. Keluhan Utama
Nyeri bahu kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa post KLL 5 jam yang
lalu dengan keluhan terasa nyeri pada bagian bahu kiri dan dada terasa
sakit pada saat menarik nafas, pasien mengeluhkan pergerakan terbatas
pada bagian persendian bahu, penurunan kesadaran (-), sesak (-), mual
(-), muntah (-).
2
- Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupa
Kepala
- Bentuk normal
- Konjungtiva anemis (-)
- Pupil isokor, refleks cahaya (+/+) 3mm
- Bibir sianosis (-)
Leher
o Pembesaran KGB (-)
o Trakea teraba di tengah
Thoraks
○ Paru
- Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris,
retraksi ICS (-).
- Palpasi : Pelebaran ICS (-)
- Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
○ Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
3
- Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung atas : ICS III sinistra
Batas jantung kanan : PSL dextra
Batas jantung kiri : MCL sinistra
Batas jantung bawah : ICS V sinistra
- Auskultasi : BJ I>BJ II, reguler. Murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk flat
- Palpasi : Soefel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
- Auskultasi : Bising usus normal
Ekstremitas
Pemeriksaan orthopedi
1. Inspeksi : Tampak adanya pembengkakan, tampak angulasi,
tidak tampak rotasi.
2. Feel : terdapat nyeri lokal dan nyeri tekan, suhu hangat
3. Movement : Range of movement of berkurang, Range of movement
aktif tidak dilakukan
4. Functiolesa : tangan masih dapat digerakan
4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 16.2 13.0– 18.0
Eritrosit 5.53 4.4 – 5.9
Hematokrit 47.8 42.0 – 52.0
Leukosit 20.8 4.0 – 10.0
Eosinofil 0.1 2.0 – 4.0
Basofil 0.1 0–1
Neutrofil 86.0 40.0 – 70.0
5
Limfosit 7.8 20.0 – 40.0
Monosit 6.0 2.0 – 8.0
Trombosit 252 150 - 450
6
-inj Omeprazol
2x1 amp
-Inj ketorolac
3x1 amp
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
7
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan
mempunyai lima fungsi utama, yaitu:
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit
Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Clavicula
berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang
memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada
ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada
sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari
scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis. Pada wanita, clavicula
lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.
8
Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-
satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang
lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons. Otot-otot dan ligamentum yang
berlekatan pada clavicula:
Permukaan superior:
Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
Otot trapezius
Permukaan inferior:
Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare)
pada tuberculum conoideum
Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare
pada linea trapezoidea
Batas anterior:
Otot pectoralis mayor
Otot deltoideus
Otot sternocleidomastoid
Otot sternohyoideus
Otot trapezius
Perkembangan :
Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi
selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan
tulang terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.
9
3.2 FRAKTUR KLAVIKULA
Fraktur clavicula dapat terjadi sebagai akibat trauma langsung atau gaya
tak langsung yang dihantarkan melalui bahu. Kebanyakan fraktur klavikula
dijumpai pada separuh bagian distal, biasanya pada pertemuan 1/3 tengah dan 1/3
distal. Kira-kira 2/3 fraktur klavikula terjadi pada anak-anak. Fraktur klavikula
pada waktu lahir berkisar di antara greenstick sampai perpindahan komplet dan
harus dibedakan dengan dari pseudoartrosis kongenital.
Karena fiksasi relatif dari fragmen medial dan beratnya ekstremitas superior,
frakmen distal pindah ke bawah, kedepan dan ke arah garis tengah. Foto rentgen
anteroposterior harus selalu dibuat, tetapi proyeksi oblik kadang-kadang lebih
berguna. Meskipun cedera pada pleksus brakhialis atau arteri subklavia tidak
sering terjadi, komplikasi seperti itu biasanya dapat diperlihatkan pada
pemeriksaan fisik.
10
o Type 1 : Minimal displacement
o Type 2 : Displaced
o Type 3 : Intraarticular
o Type 4 : Epiphyseal separation
o Type 5 : Cominutif
3.4 PATOFISIOLOGI
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan menarik
fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral
ke bawah. Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung
medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.
Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar mungkin
tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan
dibawah kulit.
11
3.6 PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan rontgen anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu
menegakkan diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada 1/3 tengah dan
fragmen luar terletak dibawah fragmen dalam. Fraktur pada 1/3 lateral klavikula
dapat terlewat atau tingkat pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh
foto tambahan pada bahu.
12
Penatalaksanaan Fraktur Klavikula:
1. Fraktur 1/3 tengah
Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan
sling, yang dapat mengurangi nyeri.
13
Gambar 5 : Verband figure of eight
Pemakaian strap yang baik:
1. Menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula
selama penarikan fraktur.
2. Tidak menutupi aksila, untuk kenyamanan dan hygiene.
3. Menggunakan bantalan yang bagus.
4. Tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.
Plating Clavikula :
Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior
clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula.
Hindari juga diseksi subperiosteal pada fracture site. Lakukan reduksi fragmen
fraktur jika memungkinkan pasang lag screw melintasi fraktur. Plate diletakkan di
sisi superior clavikula dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur untuk
mencapai fiksasi yang solid. Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka
operasi ditutup dengan jahitan subcuticular.
2. Fraktur lateral
Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling. Displaced fraktur dapat diterapi
dengan sling atau dengan open reduction dan internal fiksasi. Jika pergeseran
lebih dari setengah diameter klavikula harus direduksi dan internal fiksasi. Bila
dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus rasa tidak
enak dan kelemahan pada bahu karena itu terapi diindikasikan melalui insisi
supraklavikular, fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus,
yang menembus kearah lateral melalui fragmen sebelah luar dan akromion dan
kemudian kembali ke batang klavikula. Lengan ditahan dengan kain gendongan
selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan melakukan pergerakan penuh.
14
3. Fraktur Medial
Fraktur medial klavikula merupakan fraktur yang paling stabil karena adanya
ligamen sekitar dan bisa diobati dengan sling untuk kenyamanan dan
mengembalikan ke fungsi normal. Tindakan Bedah pada fraktur medial klavikula
jarang diindikasikan dan terbatas pada kasus-kasus di mana ada dislokasi berbagai
macam fragmen fraktur atau terjadi kerusakan pada struktur neurovaskular
penting. Ketika dilakukan tindakan bedah, fraktur dapat diperbaiki dengan
menggunakan jahitan berat melewati lubang bor di tulang atau sebaliknya, dengan
small low-profile plate. Pin fiksasi harus dihindari karena ada kemungkinan
perangkat keras ini migrasi ke dalam organ vital yg terletak di bawah.
3.9. KOMPLIKASI OPERASI
1. Komplikasi dini
Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)
2. Komplikasi lanjut
Non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan fiksasi interna dan
pencangkokan tulang yang aman.
Mal-union :
1. meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada waktunya.
2. untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat menjalani
terapi yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah anastesi dan
dipertahankan reduksinya dengan menggunakan gips yang mengelilingi dada (
wirass).
Kekakuan bahu sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut
untuk menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan waktu
berbulan-bulan untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali kalau dilatih.
15
melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri berkurang (strap/splint/sling
sudah dilepas).
1. Fase hematoma
16
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam sistem harvesian mengalami robekan pada
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu
daerah cincin avaskuler tulang yang matipada sisi sisi fraktur segera
setelah trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi
sampai 2 – 3 minggu.
17
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan
berakhir pada minggu ke 4 – 8.
18
5. Fase remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian
yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodelling ini, perlahan-lahan akan terjadi resorbsi
secara osteoklasik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan
kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat
berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem harvesian dan
kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang
sumsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
b. Komplikasi Lokal
Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi lanjut.
• Pada Tulang
19
1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi
pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan
non union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering
terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga
terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi.
• Pada Jaringan lunak
1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial
karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastik.
2. Dekubitus. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol.
• Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut
terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut
yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit
dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau thrombus.
• Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.
Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi
dan perdarahan berhenti spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis.
Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan
mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan
intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri
yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh
vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal
lesi.
20
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot
pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan
neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat
terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran
darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat
menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan
fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor
(pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis
• Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis
(kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi
nervus.5
Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
• Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal.
Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-
ujung fraktur.
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Bila
lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)
• Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
Tipe I (hypertrophic non union)
Tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen
fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union
dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
21
Tipe II (atrophic non union)
Disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial
sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum
yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi
yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,
infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)
• Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi.
• Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai
non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami
osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan
atropi otot.
• Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,
sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,
perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek
waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan
periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan
kekakuan sendi menetap.
22
DAFTAR PUSTAKA
23