Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

FIBROADENOMA MAMMAE

Oleh :
Raissa Nabilla Putri 2040312036

Preseptor :
dr. Syafruddin, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis


ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang berjudul
“Fibroadenma Mammae” sebagai salah satu kegiatan ilmiah dalam pelaksanaan tahap
kepaniteraan klinik ilmu bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Syafruddin, Sp.B selaku
pembimbing yang telah membimbing kami dalam penulisan Case Report Session ini.
Case Report Session ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan berbagi ilmu
untuk dan oleh dokter muda sebagai persiapa menjadi dokter umum di layanan primer
nantinya. Penulisan Case Report Session ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Payakumbuh, 20 Oktober 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar,
dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Tiap
payudara terdiri atas 15-30 lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa
fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk
struktur payudara.1
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak pada payudara
yang paling umum ditemukan. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara
pasti, namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Biasanya bentuk
neoplasma ini tampil sebagai massa payudara yang bersifat mobile, tidak nyeri,
kenyal seperti karet berukuran 1-4cm.2
FAM umumnya terjadi pada wanita muda, terutama wanita dengan usia
di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita
postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun
tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau
hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat
digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak
sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali
selama kehamilan dan menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan
estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini tidak ditemukan lagi.
Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan
sempurna, tetapi bila masih terdapat jaringan sisa pada saat operasi dapat
kambuh kembali. Kecil kemungkinan fibroadenoma berkembang menjadi
kanker ganas.2
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami serta menambah
pengetahuan tentang “Fibroadenoma Mammae”
1.3 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, anatomi,
etiologi, patogenesis, diagnosis dan manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi, serta prognosis dan laporan kasus “Fibroadenoma Mammae”.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan tinjauan pustaka
yang merujuk pada berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Mammae adalah kelenjar yang terletak di bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua,
inferior dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea
mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara kosta empat dan lima.
Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari
beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran
ke papila mammae yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan Lemak.4

Gambar 2.1 Anatomi Payudara4

Vaskularisasi mammae terutama berasal dari:4


1. cabang arteri mammaria interna
2. cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan
3. cabang dari arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan
4. cabang pectoral dari arteri torakoakromial.
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadran-kuadran.
Kuadran lateral mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares anteriores atau
kelompok pectorales (terletak tepat posterior terhadap pinggir bawah musculus
pectoralis mayor). kuadran medial mengalirkan cairan limf nya melalui
pembuluhpembuluh yang menembus ruangan intercostalis dan masuk ke dalam
kelompok nodi thoracales internae (terletak di dalam cavitas thoracis di
sepanjang arteria thoracica interna). Beberapa pembuluh limf mengiktui arteriae
intercostales posteriores dan mengalirkan cairan limf nya ke posterior ke dalam
nodi intercostales posteriores (treletak di sepanjang arteriae intercostales
posteriores); beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limf dari
payudara sisi yang lain dan berhubungan juga dengan kelenjar di dinding
anterior abdomen. Untuk kepentingan anatomis dan deskripsi letak tumor dan
kista, permukaan payudara dibagi menjadi 4 kuadran: Superior (upper) medial,
Inferior (lower) medial, Superior (upper) lateral, Inferior (lower) lateral.4

Gambar 2.2 Aliran Limfe Kelenjar Payudara4

Gambar 2.3 Kuadran Payudara4


2.1.1 Fisiologi Payudara
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas,
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi,
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus
alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.3

2.2 Fibroadenoma Mammae


2.2.1 Definisi
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut
sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau
oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya tidak nyeri. Tumor ini tidak
melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari.
Biasanya FAM tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.
Pertumbuhan FAM bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi.5
2.2.2 Epidemiologi
FAM merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan
benjolan di payudara. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9%
populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan
25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma
dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita
dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan
jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.5

2.2.3 Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal berpengaruh. Peningkatan aktivitas estrogen yang absolut atau
relative sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,
hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada saat kehamilan. Selain itu fibroadenoma mammae dapat
juga dipengaruhi oleh genetik dan juga faktor predisposisi berupa:3,5
a. Usia: < 30 tahun
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya Fibroadenoma Mammae. Fibroadenoma Mammae biasanya terjadi
pada wanita usia muda <30 tahun. Terutama terjadi pada wanita usia 15-25
tahun. Berdasarkan data dari penelitian di Departemen Patologi Rumah Sakit
Komofo Anyoke Teaching di Ghana, dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien
yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-49
tahun.3,5
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian
Bidgoli, pada tahun 2011 di Iran menyatakan bahwa tidak menikah
meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya penderita FAM kemungkinan 6,64
kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian tersebut juga
menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM
artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah
pada usia < 21 tahun.3,5
c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat
pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang
penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.3,5
d. Penggunaan Hormon
Perkembangan payudara dan fungsinya diprakarsai oleh berbagai rangsangan
hormon ,termasuk estrogen , progesteron , prolaktin , oksitosin , hormon tiroid
dan kortisol. Pertumbuhan Estrogen, progesteron, dan prolaktin terutama
memiliki efek mendalam pada pengembangan dan fungsi payudara yang
normal. Estrogen memulai pembangunan duktal, sedangkan progesteron
bertanggung jawab untuk diferensiasi epitel dan untuk pengembangan lobular.
Prolaktin adalah primer stimulus hormonal untuk lactogenesis pada akhir
kehamilan dan periode postpartum, prolaktin juga meregulasi reseptor hormon
dan merangsang pengembangan epitel . Hormon gonadotropin luteinizing
(LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) mengatur pelepasan estrogen
dan progesteron dari indung telur. Sebaliknya, pelepasan LH dan FSH dari sel
basofilik dari hipofisis anterior diatur oleh sekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dari hipotalamus, umpan balik positif dan negatif dari
sirkulasi estrogen dan progesteron mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH.
Hormon ini yang bertanggung jawab untuk pengembangan, fungsi, dan
pemeliharaan jaringan payudara. Pada bayi perempuan, estrogen dan
progesteron yang beredar menurun setelah lahir dan tetap rendah selama masa
kanak-kanan karena sensitivitas dari aksis hipotalamus-hipofisis terhadap
umpan balik negatif dari hormon ini. Pada masa pubertas, terjadi penurunan
sensitivitas aksis hipotalamus-hipofisis terhadap umpan balik negatif sehingga
terjadi peningkatan kepekaan terhadap umpan balik positif dari estrogen.
Peristiwa fisiologis ini mengawali peningkatan GnRH, FSH, dan sekresi LH
dan akhirnya terjadi peningkatan estrogen dan sekresi progesteron oleh indung
telur, yang mengarah pada pembentukan siklus menstruasi. Pada awalnya dari
siklus menstruasi, terjadi peningkatan dalam ukuran dan kepadatan payudara,
yang diikuti oleh kendurnya jaringan payudara dan epitel proliferasi. Dengan
terjadinya menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan epitel proliferasi
menurun.5
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan
terhadap peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang
komponen utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang
meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Department of Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center,
dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.5
e. Gaya hidup
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian , diketahui
bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya wanita
dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM
dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.5
Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi junk food dan makanan dengan
kolesterol tinggi juga menjadi salah satu fakor resiko FAM, diketahui bahwa
sintesis kolesterol dapat menghasilkan estrogen dan progesterone, dimana
dapat meningkatkan proliferasi sel sel pada payudara.5
Perubahan kolesterol menjadi estrogen memerlukan sejumlah langkah
berurutan, dengan langkah terakhir adalah perubahan androgen menjadi
estrogen. Sel-sel teka banyak menghasilkan androgen tetapi kapasitas mereka
mengubah androgen menjadi estrogen terbatas. Sel-sel granulosa, dipihak lain
mudah mengubah androgen menjadi estrogen tetapi tidak mampu membuat
androgen sendiri. LH bekerja pada sel-sel teka untuk merangsang
pembentukan androgen, sementara FSH bekerja pada sel-sel granulosa untuk
meningkatkan perubahan androgen teka menjadi estrogen.5
F. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita
FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit
payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit pada payudara. Tidak seperti penderita dengan
fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat
penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara5.
G. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga
akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian, diketahui orang
yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM yaitu
orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
dibandingkan dengan orang yang tidak stress.5
H. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons
(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan
penelitian pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM
memiliki riwayat tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs. Penelitian
tersebut menggunakan desain case control dimana diketahui yang artinya
orang yang tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat PAHs memiliki
risiko 3,7 kali menderita FAM. PAHs adalah salah satu pencemar organik
yang paling luas. PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak sempurna dari karbon
yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu bara, diesel, lemak,
tembakau, dan dupa. 36 Banyak senyawa-senyawa aromatik, termasuk PAHs,
yang bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik (tidak
suka akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya
untuk dapat diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa
PAHs sangat sulit diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada
jaringan hati, ginjal, maupun adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur
molekul yang menyerupai basa nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin),
molekul PAHs dapat dengan mudah menyisipkan diri pada untaian DNA.
Akibatnya fungsi DNA akan terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapat
diperbaiki dalam sel, maka akan menimbulkan penyakit kanker.

2.2.4 Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya
dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal.
Fibroadenoma berkembang dari unit lobular duktus terminal karena proliferasi
tak terkendali dari komponen epitel dan stroma (kemungkinan karena stimulasi
estrogen) yang melibatkan bagian dari jaringan sekitarnya. Pertumbuhan
jaringan ini sebagian dikompresi, sehingga menciptakan semacama
pseudokapsul. Fibroadenoma memiliki struktur internal yang terdiri dari stroma
dan elemen epitel. Unsur stroma mungkin mengalami degenerasi myxoid,
seperti sklerosis, hialinisasi dan kalsifikasi, sedangkan elemen epitel dapat
menimbulkan semua aspek proliferasi dan non-proliferasi yang mungkin dari
parenkim payudara, seperti metaplasia apokrin, hiperplasia duktus, sclerosing
adenosis dan kemerahan. Fibroadenoma yang ditandai dengan apokrin
metaplasia, hiperplasia duktus, sclerosing adenosis atau kista didefinisikan
sebagai fibroadenoma kompleks.6
Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma
neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara
spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti
setelah mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah
menjadi ganas.6
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada
terapi pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan
kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan
keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh,
perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr
manakala pada wanita remaja, Juvenile Fibroadenoma.6

2.2.5 Klasifikasi Fibroadenoma Mammae


Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-
25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas.
Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah
fibroadenoma tunggal.7,11
2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm.33 Secara keseluruhan insiden giant
fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant
fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui. Giant
fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa
enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk
payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar,
sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.7
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan
juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor
jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat
dibandingkan pada orang Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat
dibedakan secara histologi antara lain:7,11
A. Pericanaliculare yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel
selapis atau beberapa lapis.
B. Fibroadenoma intracanaliculare yakni jaringan ikat mengalami proliferasi
lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur)
dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid
dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause
terjadi regresi.

2.2.6 Manifestasi Klinik


Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan
ditemukan secara kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadenoma mammae
bersifat majemuk. Benjolannya bersifat keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan,
bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan mobile. Pemikiran kita yang
pertama, adalah untuk membedakan fibroadenoma dengan kanker. Diperlukan
eksisi tumor, atau memastikan diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Umumnya
tidak ditemukan adanya kanker yang tumbuh menginvasi fibroadenoma, dan
pula sangat jarang (satu per seribu) untuk menemukan kanker yang berasal dari
jaringan fibroid (sebagian besar karena kanker in situ).5

2.2.7 Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau
ultrasound, dan dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada
pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan inspeksi pada saat
berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat benjolan, kerutan pada kulit
payudara (peau d’orange), dan dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi
itu dapat diketahui ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak, kenyal
atau keras, bernodul atau tidak, dan mengeluarkan cairan dari putting susu atau
tidak.9
Diagnosa fibroadenoma mamae bisa pula melalui teknik pemeriksaan
payudara sendiri dengan menggunakan jari ke 2-3-4 memutar keseluruh lapang
payudara diakhiri dengan memencet puting payudara atau sering disebut
sebagai SADARI. Teknik ini dilakukan sebulan sekali secara teratur, sebaiknya
dilakukan di kamar mandi, dengan waktu tetap (2-7 hari setelah hari haid
pertama). Apabila ada perubahan, segera periksakan kerumah sakit.9
Ada lima langkah dalam melakukan SADARI, yaitu:9
1. Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan
lengan dan pinggang. Disini, yang harus diamati adalah bentuk payudara,
ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari.
Perubahan-perubahan yang perlu diwaspadai adalah: berkerut, cekung
kedalam, atau menonjol kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah
posisi dimana seharusnya menonjol keluar, tetapi tertarik kearah dalam,
warna kemerahan, kasar, dan terasa sakit.
2. Kemudian kedua lengan diangkat untuk melihat apakah ada kelainan pada
kedua payudara
3. Sementara masih didepan cermin, tekan puting apakah ada cairan yang
keluar (bisa berupa cairan putih susu, kuning, atau darah)
4. Kemudian berbaringlah, dan raba payudara kanan menggunakan tangan
kiri untuk merasakan perubahan yang ada di payudara sebelah kanan dan
sebaliknya. Tekan dengan gentle menggunakan jari-jari secara datar dan
serentak. Selubungi dengan jari payudara kita dari arah atas sampai bawah,
dari tulang selangka ke bagian atas perut, dari ketiak ke leher bagian
bawah. Ulangi pola ini sehingga yakin bahwa seluruh payudara telah
tercover. Kini mulai pada puting. Buat lingkaran yang makin lama makin
besar sehingga mencapai seluruh tepi payudara. Menggunakan jari, buatlah
gerakan keatas dan kebawah berpindah secara mendatar/menyamping
seperti dengan memotong rumput. Sambil merasakan seluruh jaringan
payudara, dibawah kulit dengan rabaan halus hingga rabaan yang sedikit
lebih menekan.
5. Terakhir, rasakan payudara anda ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi
kebanyakan wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah
ketika payudaranya sedang basah dan licin, sehingga paling cocok adalah
ketika sedang mandi dibawah shower. Lakukan seperti pada langkah ke-4,
dan yakinkan bahwa seluruh payudara sudah tercover oleh rabaan tangan.

Gambar 2.4 Teknik pemeriksaan SADARI9

Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography


sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70
tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography,
sebagai gantinya digunakan USG, hal ini karena fibroadenoma pada wanita
muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan
mammography.9
Gambar 2.5 Teknik Mammography.9

Mammography ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi


tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Hanya saja
untuk skrining masal cara ini adalah cara yang mahal dan dianjurkan digunakan
secara selektif saja misalnya pada wanita dengan adanya faktor resiko.
Ketetapan 83-95%, tergantung dari teknis dan ahli radiologinya. Sedangkan
dengan pemeriksaan USG hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik.5

Gambar 2.6 Hasil pemeriksaan mammography5

Pada FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) kita akan mengambil sel
dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang
dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang
terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke
laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Dibawah
mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut:5
a) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus;
b) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler);
c) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar
pendek uniform.

2.2.7 Penatalaksanaan
Pilihan tatalaksana konservatif yang tersedia bagi perempuan yang
didiagnosis fibroadenoma meliputi observasi atau observasi bedah. Terapi
untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal yaitu ukuran, terdapat rasa
nyeri atau tidak, usia pasien dan hasil biopsy. Karena fibroadenoma mammae
adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan
pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya
saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor
fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan. Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi
yaitu pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak
akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut
yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.9,10
Dua pendekatan baru, eksisi perkutan dan in situ cryoablasi, telah
dikembangkan dan kurang invasif dibandingkan eksisi bedah. Studi terbaru
menunjukkan bahwa sebagai terapi utama untuk fibroadenoma payudara,
cryoablasi perkutan aman dan efektif dengan hasil yang tahan lama dan segi
kosmetik yang baik. Cryoablasi adalah cara cepat serta efisien untuk
membekukan fibroadenoma hingga mati. Cryoablasi hanya membeku
benjolannya saja sehingga jaringan sehat dapat mengambil alih. Prosedur ini
memakan waktu kurang dari 30 menit dan menghasilkan bekas luka kecil.
Baik penghapusan atau biopsi dari massa sisa mengungkapkan hyalin matriks
menyusut dengan arsitektur kolagen yang diawetkan. Mammografi
menunjukkan penyembuhan efek masa dengan dikelilingi reaksi parenkimal
ringan di sekitarnya.9,10
Biopsi eksisi terbuka konservatif merupakan terapi yang efektif pada
beberapa kasus, eksisi terbuka mungkin masih merupakan pilihan terbaik pada
beberapa kasus berdasarkan besarnya ukuran fibroadenoma. Eksisi dilakukan
sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran
dan lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan,
yaitu:7
1. Radial Incision
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe circumareolar,
hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil serta lokasinya sekitar 2 cm di sekitar
batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat
tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.2.2.8 Komplikasi

2.2.9 Prognosis
Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan
sempurna, tetapi bila masih terdapat jaringan sisa pada saat operasi dapat
kambuh kembali. Kecil kemungkinan fibroadenoma berkembang menjadi
kanker ganas.5
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Nn. RFP
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Payakumbuh

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Terasa benjolan pada payudara kanan sejak ±1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang dengan keluhan terdapat bejolan pada payudara
kanan bagian samping atas sejak ±1 bulan yang lalu. Pada
awalnya benjolan terasa kecil berjumlah satu buah, kemudian
bertambah besar dan berjumlah dua buah. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada daerah benjolan walaupun sedang
datang bulan (haid).
 Riwayat datang bulan dirasakan teratur setia bulannya
 Riwayat keluar cairan dari puting payudara kanan disangkal
 Pasien mengeluhkan mual dan muntah sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit yang sama (-)
 Riwayat operasi sebelumnya (-)

Riwayat Pengobatan
 Pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada riwayat penyakit seperti ini pada keluarga pasien

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi,


 Pasien belum pernah menikah dan tinggal bersama kedua orang
tuanya. Pasien sehari-hari merupakan seorang pelajar kelas SMA

Riwayat Alergi
 Riwayat alergi obat-obatan dan makanan tidak ada.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Nadi : 86 kali/menit
 Nafas : 22x/menit
 Suhu : 36,3 C
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Status General
 Kepala/ rambut : Normocephal, deformitas (-), rambut hitam,
tidak mudah dicabut
 Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis
 KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
 Hidung : Kelainan anatomis (-), discharge (-),
 Telinga : Kelainan anatomis (-), discharge (-)
 Leher : 5+2 cmH2O
 Paru
 Inspeksi : Bentuk simteris kiri kanan, pergerakan dinding
dada simetris kiri kanan, pelebaran sela iga(-), retraksi sela iga(-)
 Palpasi : Fremitus sama kanan-kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba kuat angkat 1 jari
media LMCS RIC V
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)
 Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik

Status Lokalis Abdomen


 Inspeksi : Distensi (-), Darm contour (-), Darm steifung (-).
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani

Status Lokalis mammae


Pemeriksaan/
Mammae dextra Mammae sinistra
Regio
Inspeksi Warna kulit mammae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan
kulit mammae tidak ada, kedua payudara tampak simetris, tak tampak
adanya massa, cekungan atau dimpling tidak ada, retraksi atau
cekungan papilla mammae tidak ada, arah papilla mammae
menunjuk, discharge secara spontan tidak ada
Palpasi Teraba sebuah massa pada Tidak teraba massa
kuadran superolateral dan Papilla mammae elastis,
inferolateral berjumlah dua buah, pengeluaran discharge tidak ada
bentuk bulat ukuran 3x3cm dan Pembesaran KGB aksila (-)
2x2cm, permukaannya licin,
konsistensi lunak kenyal, mobile,
berbatas jelas, nyeri tekan (-)
Papilla mammae elastis,
pengeluaran discharge tidak ada
Pembesaran KGB aksila (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Rontgen Thorax
Cor dan pulmo dalam batas normal
Tidak tampak gambaran metastasis

3.5 Diagnosis Kerja


Fibroadenoma Mammae Dextra

3.6 Tatalaksana
Pre Operasi
 Pasien dipuasakan
 IVFD RL 12 jam/ kolf
 Terapi medikamentosa

Laparotomi Eksplorasi
Diagnosis Pasca Bedah: Fibroadenoma Mammae Dextra

3.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara. Benjolannya bersifat keras,
kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan
mobile. Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, dimana prognosis dari fibroadenoma mammae
adalah baik, bila diangkat dengan sempurna.

3.2 Saran
Dengan adanya referat fibroadenoma mammae ini, diharapkan kepada
para dokter, mahasiswa kepaniteraan klinik bagian bedah, dan tenaga medis
lainnya untuk lebih mengetahui serta memahami tentang fibroadenoma
mammae, serta tanda gejala juga penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, WAN. Kamus Kedokteran Dorland (31st ed). Albertus Agung


Mahode. (ed.). Jakarta: EGC; 2010. p. 137-138

2. Prawirohardjo,S. 2008.Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

3. Sjamsuhidajat, R., De jong, Wim., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

4. Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6,


Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

5. Hacker, N. F., Gambone, J. 2010. Hacker and Moore’s Essential of Obstetrics


and Gynecology. (5th edition). China.Elsavier.

6. Anatomi, Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi. Available from :


http://sweetysmiler.wordpress.com/2011/03/15/anatomi-fisiologi payudaradan-
proses-laktasi/ diunduh tanggal 6 Oktober 2012

7. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available


from :http://emedicine.medscape.com/ . Update on July 26, 2009.5. Accessed
on October 20,2021.

8. Gruendamann, Barbara J, 2006, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif volume


2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

9. Swartz. 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, EGC : Jakarta

10. Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

11. Case Report Tumor Phyllodes, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas, RS M. Djamil, Padang, Indonesia, Available from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_212Tumor%20Phyllodes.pdf.
Accessed on October 20, 2021.

Anda mungkin juga menyukai