Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Tumor phylloides adalah tumor yang juga disebut dengan giant


fibroadenoma. Tumor ini termasuk tumor fibroepitel jinak pada payudara yang
jarang ditemukan. Tumor phyllodes dikemukakan pertama kali oleh Johannes
Muller pada tahun 1838 dengan nama cystosarcoma phyllodes. Diagnosis
penyakit ini tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan ukuran. Tanda khas pada
tumor ini yaitu adanya celah-celah yang memanjang (leaf-like appearance) pada
penampakannya. Tumor phyllodes memiliki gambaran histopatologi yang luas,
dengan gambaran menyerupai fibroadenoma hingga bentuk sarcoma. Seperti
fibroadenoma, gambaran tumor phyllodes berupa campuran stroma dan epitel.
World Health Organization (WHO) mengelompokkan secara histologis sebagai
jinak, borderline, atau ganas. Tumor ini dipastikan maligna jika komponen stroma
didominasi oleh sarkoma. Sekitar 10-40% tumor jenis ini memiliki risiko
rekurensi lokal dan menyebar secara sistemik6 Diagnosis pra operasi yang benar
menghasilkan perencanaan bedah yang tepat dan menghindari adanya rekurens.
Tumor phyllodes ganas bila tidak dirawat dengan baik, memiliki kecenderungan
pertumbuhan yang cepat dan penyebaran metastasis. Pentingnya tumor phyllodes
saat ini terletak pada kebutuhan untuk membedakannya dari lesi payudara jinak
lainnya. Pengobatan dapat berupa eksisi lokal luas atau mastektomi.
2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI


2.1.1 Anatomi Payudara
Kelenjar payudara merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Karena secara
embriologis payudara berasal dari ectoderm. Batas payudara yang normal terletak
antara costae 2 di superior dan costae 6 di inferior. Pada usia tua atau mamae yang
besar bisa nencapai costae 7, serta antara taut sternocostal di medial dan linea
aksilaris anterior di lateral. Pada bagian lateral atas, jaringan kelenjar ini keluar
dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan spence atau ekor payudara. Dua
pertiga bagian atas mamae terletak diatas muskulus pektoralis mayor, sedangkan
sepertiga bawahnya terletak diatas muskulus seratus anterior, muskulus oblikus
eksternus, dan muskulus rektus abdominis.

Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar (glandula


mammae), masing-masing memiliki saluran bernama ductus lactiferous yang akan
bermuara ke papilla mamma. Glandula mammae adalah organ sex sekunder dari
sistem reproduksi perempuan yang terletak di dalam mammae. Kuadran lateral
atas merupakan bagian yang paling banyak mengandung glandula mammaria.
Ductus lactiferous mempunyai letak tersebar seperti jari-jari sebuah roda. Di
bawah areola mammae, ductus lactiferous melebar dan disebut sebagai sinus
lactiferous sebagai tempat berkumpulnya air susu. Areola mammae mempunyai
kulit yang berpigmen, berisi glandula sudorifera dan glandula sebacea. Glandula
mammae terletak di antara lapisan fascia superficialis dan terpisah dari fascia
profunda yang melapisi musculus pectoralis major serta melekat erat pada kulit
dengan perantara ligamentum suspensorium mammaria (Cooper).

Inervasi

Payudara sisi superior dipersarafi oleh nervus supraklavikula yang berasal


dari cabang ke 3 dan ke-4 pleksus servikal. Payudara sisi medial dipersarafi oleh
cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7. Papila mamma terutama
3

dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4 sedangkan


cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafi areola dan
mamma sisi lateral. Kulit daerah payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf yang perlu diingat sehubungan dengan timbulnya penyulit
berupa paralisis dan mati rasa pascabedah, yakni nervus interkostobrakialis dan
nervus kutaneus brakius medialis, yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan
bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
dipertahankan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah terserbut. Nervus
pektoralis yang mengurus otot pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis
yang mengurus otot latismus dorsi dan nervus torakalis longus yang mengurus
otot seratus anterior sedapat mungkin juga dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila.

Gambar 2.1. Mammae dilihat dari ventral


4

Gambar 2.2 Vaskularisasi Payudara (Sumber: Evers and Mattox, 2012)

Kelenjar getah bening

Terdapat enam kelompok kelenjar limfe yang harus dikenali, yaitu


kelompok vena axila, mammaria interna, skapula, sentral, subklavicula, dan
interpektoral (Rotter’s group). Sekitar 75% aliran limfe payudara mengalir ke
kelompok limfatik aksila sebagian lagi ke kelenjar parasternal (mamaria interna)
terutama dari bagian sentral dan medial, dan kelenjar interpektoralis. Pada aksila,
terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok
anterior aksila, sentral aksila, dan kelenjar aksila bagian dalam, yang berjalan
sepanjang vena aksilaris dan berlanjut langsung ke kelenjar sevicalis bagian
kaudal dala di fossa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah
sentral dan medial, yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh darah
mamaria interna juga menuju ke aksila kontralateral, ke otot rektus abdominis
mealui ligamentum falsiformis hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral
(Sjamsuhidajat et al., 2017).
Standarisasi luasnya diseksi aksila, terdapat 3 level kelenjar aksila. level
Berg I terletak di sebelah lateral atau di bawah tepi bawah muskulus pektoralis
5

minor (kelompok v. aksilaris, mamaria eksterna, dan skapula), level Berg II di


balik yaitu di atas atau di bawah muskulus pektoralis minor (kelompok sentral dan
interpektoralis), dan level Berg III berada dimedial atau di atas tepi atas muskulus
pektoralis minor, mencakup kelenjar limfatik subklavikula (Sjamsuhidajat et al.,
2017).

Gambar 2.3 Sistem limfatik payudara (Sumber: Sobotta, 2013)

Kuadran Payudara
Untuk kepentingan anatomis dan mendeskripsikan letak tumor, permukaan
payudara di bagi menjadi 4 kuadran:

• Superior (upper) medial


• Inferior (lower) medial
• Superior (upper) lateral
• Inferior (lower) lateral

Gambar 2.4 Kuadran Payudara (Sumber: Hughes et al., 2012)


6

2.1.2 Fisiologi mammae


Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu
masa fertilitas sampai klimakterium hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh
estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid, berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi sulit dilakukan. Pada saat itu, mammografi
menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semua hal
di atas berkurang.
Perubahan terakhir terjadsi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke putting susu yang dipicu oleh oksitosin.

D
7

Gambar 2.5 Payudara pada fase fisiologis. A. Remaja. B. Kehamilan.C. Laktasi.


D. Usia lanjut (Sumber: Schwartz et al., 2013)

2.2 DEFINISI

Tumor phyllodes adalah tumor fibroepitelial jinak pada payudara yang


jarang Terjadi. Tumor ini dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller dengan
nama cystosarcoma phyllodes pada tahun 1838, untuk menunjukkan tumor yang
secara makroskopik bentuknya menyerupai daging dengan gambaran mikroskopis
5 menyerupai daun atau leaf-like. Tumor ini sering juga disebut sebagai giant
fibroadenoma dan termasuk neoplasma dari kelompok lesi fibroepitelial.

2.3 EPIDEMIOLOGI
Tumor phyllodes merupakan kasus yang jarang ada dibanding dengan
kasus tumor payudara lainnya seperti fibroadenoma. Di negara barat, tumor
phyllodes sering terjadi pada wanita paruh baya (40-50 tahun). Tumor ini
menyumbang 3,1% dari semua tumor primer dan 2,5% dari tumor fibroepitelial.
Di negara-negara Asia sering terjadi pada usia rata-rata 25-30 tahun dan
berkembang lebih cepat pada tumor phyllodes jinak. Tumor phyllodes ganas
sendiri sering terjadi pada wanita yang lahir di Amerika Tengah dan Selatan.

2.4 ETIOLOGI
Penyebab dari tumor phyllodes sampai saat ini belum jelas. Tumor
phyllodes dapat terjadi sebagai akibat dari faktor pertumbuhan yang diproduksi
oleh epitel payudara. Trauma, laktasi, kehamilan, dan peningkatan aktivitas
estrogen kadang terlibat sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan tumor.

2.5 PATOGENESIS
Tumor phyllodes bermula muncul di luar saluran susu dan lobulus, di
jaringan ikat payudara, yang disebut stroma. Pada stroma mencakup jaringan
lemak dan ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan pembuluh darah serta
getah bening di dada. Selain sel stroma, tumor phyllodes juga bisa mengandung
8

sel dari saluran susu dan lobulus.


Beberapa penelitian menyebutkan adanya mutasi tumor suppresor gene
p53 pada tumor phyllodes. Stromal immunoreactivity p53 terbukti meningkat
pada tumor phyllodes ganas sehingga dapat digunakan untuk membedakannya
dengan fibroadenoma. Over ekspresi c-myc dapat memicu proliferasi stroma pada
tumor phyllodes, sedangkan overekspresi c-kit menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tumor.

2.6 KLASIFIKASI
WHO membagi tumor phyllodes menjadi tiga klasifikasi untuk
memprediksi adanya kekambuhan, metastase atau keduanya. Klasifikasi ini
dianggap menggunakan penilaian subjektif, oleh karena itu masih diperlukan
pemeriksaan histopatologis.

Gambar 2.6 Kriteria gradasi pada tumor phyllodes


menurut Pietruzka-Barnes dan WHO

Peningkatan aktivitas mitosis dan pertumbuhan atypik sel stromal di


evaluasi di area sel. Pertumbuhan atypik sel stromal tersebut dikatakan ringan bila
terdapat dua kali pertumbuhan sel tanpa overlapping dan sel stromal masih
9

berukuran kecil. Klasifikasi berat bila terdapat banyak variasi bentuk nukleus sel,
membrane yang irreguler dan sudah overlapping satu sama lain . Peningkatan
aktivitas mitosis didefinisikan sebagai proliferasi sel stroma tanpa diikuti
epitelnya setidaknya pada satu lapang pandang. Sedangkan infiltrasi tepi tumor
dinilai dari perluasan tumor ke area sekitar tumor atau jaringan adiposa di
payudara.

2.7 GEJALA KLINIS


Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak
nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba-tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor phyllodes
berupa benjolan lunak dan bulat, mirip fibroadenoma, namun berukuran besar
(>2-3 cm). Tumor dapat terlihat jelas jika cepat membesar. Pembesaran cepat
tidak selalu mengindikasikan sifat ganas. Terlihat mengilat dengan permukaan
kulit seperti teregang disertai pelebaran vena permukaan kulit.
Pada kasus-kasus yang tidak tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit
akibat iskemi jaringan. Walaupun perubahan kulit seperti layaknya pada tumor
payudara selalu menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada
tumor phyllodes, borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi jinak, borderline
ataupun ganas. Retraksi puting tidak umum terjadi. Ulserasi mengindikasikan
nekrosis jaringan akibat penekanan tumor yang besar.

Gambar 2.7 Gambaran tumor Phylloides dengan ulkus


10

2.8 DIAGNOSIS
2.8.1 ANAMNESIS
Perlu ditanyakan usia pasien dan sejak kapan benjolan tersebut muncul
pada payudaranya. Selain itu bias juga ditanya riwayat penyakit dahulunya,
apakah sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama atau tidak. Serta dapat
ditanyakan riwayat penyakit keluarga, apakah keluarga ada yang terkena penyakit
pada payudaranya. Sebagian besar tumor ini tumbuh pada wanita usia 35-55
tahun. Beberapa kasus telah dilaporkan bahwa tumor ini bisa terjadi pada pria,
tanpa kecuali berhubungan dengan terjadinya ginekomasti.

2.8.2 PEMERIKSAAN FISIK


Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor phyllodes berupa benjolan lunak
dan bulat, mirip fibroadenoma, namun berukuran besar (>2-3 cm). Tumor
biasanya unilateral, tunggal, tidak nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba.
Tumor dapat terlihat mengkilat dengan permukaan kulit seperti teregang disertai
pelebaran vena pada permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang tidak tertangani
dengan baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi jaringan. Walaupun
perubahan kulit seperti layaknya pada tumor payudara selalu menunjukkan tanda-
tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor phyllodes, borok pada kulit
dapat terjadi pada jenis lesi jinak, borderline ataupun ganas. Retraksi puting
jarang terjadi.

2.8.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Ultrasonography (USG), mammografi dan pemeriksaan histopatologi
(Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) maupun Fine Needle Aspiration
Biopsy (FNAB)) merupakan pemeriksaan penunjang yang biasa digunakan bila
adanya curiga ada massa di payudara. Pemeriksaan mammografi terutama
berperan pada payudara dengan jaringan lemak dominan serta jaringan
fibroglanduler yang relative lebih sedikit (biasanya ditemukan pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun). Pada mammografi, massa akan tampak seperti
11

kalsifikasi.

Gambar 2.8 Gambaran tumor phylloides pada mammografi

Pemeriksaan USG berperan pada pemeriksaan untuk payudara padat yang


ditemui pada wanita muda. USG bisa membedakan apakah massa padat atau
kistik, yang hampir sama pada gambaran mamografi, namun kalsifikasi halus
(mikrokalsifikasi) tidak dapat dideteksi dengan USG. Gambaran yang akan
ditemui pada tumor phyllodes adalah tampak lesi bulat besar non-spesifik atau
berlubang, umumnya terbatas, lesi dengan tepi halus. Pada USG dapat tampak
massa yang tunggal atau ganda3. Sebuah studi retrospektif menyarankan bahwa
Intravoxel Incoherent Motion (IVIM) Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
membedakan tumor phyllodes dari fibroadenoma dengan membandingkan nilai
Apparetn Diffusion Coefficient (ADC). ADC adalah pengukuran besarnya difusi
(molekul air) dalam jaringan. ADC lebih tinggi pada borderline dan maligna
tumor phyllodes tumor daripada fibroadenoma.

Gambar 2.9 gambaran tumor phyllodes pada pemeriksaan USG


12

Pada penentuan klasifikasi tumor dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi.


Tumor phyllodes secara histologis ditandai dengan adanya bentukan seperti daun
(leaf-like) yang dihasilkan dari pola pertumbuhan intrakanalikular, celah yang
dibatasi oleh epitel, dan stroma hiperseluler

Gambar 2. 10 Gambaran histologi tumor phyllodes jinak (kiri atas); tumor


phyllodes borderline (kanan atas); tumor phyllodes ganas (bawah)

2.9 TATALAKSANA
Terapi utama pada tumor phylloides adalah pembedahan. Tatalaksana
pembedahan bisa dilakukan operasi konservasi payudara (Breast Conservating
Surgery/BCS/Lumpektomi) atau mastektomi tanpa diseksi aksila. Sedangkan
terapi pembedahan untuk tumor phyllodes borderline dan ganas adalah simple
mastectomy.
− Operasi konservasi payudara/BCS/Lumpektomi
Operasi ini bertujuan untuk menghilangkan bagian yang ganas di sekitar
jaringan yang masih sehat. Insisi dilakukan tepat di atas tumor tanpa membuat
13

“terowongan” dan insisi kulit untuk pengambilan kelenjar axila (biopsi). Insisi
kulit untuk pengambilan kelenjar axilla dilakukan pada pasien yang secara klinis
tidak ada persebaran ke kelenjar getah bening. Insisi ditutup dengan eksisi rongga
lumpektomi dan ditutup dengan cara flap.
− Simple mastectomy

Simple mastectomy adalah pengangkatan seluruh kelenjar payudara


termasuk nipple dan areola. Pembedahan kelenjar aksila untuk staging dilakukan
ketika pembedahan atau insisi kulit pada aksila. Insisi kulit dilakukan secara
membundar meliputi keseluruhan payudara (Gambar 2.9). Kemudian dilakukan
pemisahan dari otot pectoralis di bawahnya dan fasia pektoralis umumnya diambil
bersama kelenjar payudara. Rekonstruksi segera dilakukan dengan
menghubungkan jumlah sisa kulit yang ada. Bila tidak segera dilakukan,
dilakukan skin flap dengan jumlah sisa kulit yang ada tanpa lipatan kulit yang
berlebihan.
Berikut diagram tatalaksana tumor phyllodes menurut National
Comprehensive Cancer Network. Bila secara klinis curiga tumor phyllodes, bisa
dilakukan USG dan mammogram. Selanjutnya dilakukan biopsi eksisional atau
FNA. Pada biopsy eksisional, jika hasilnya ditemukan fibroadenoma maka
tindakan selanjutnya yaitu observasi. Bila benar hasilnya tumor phyllodes maka
tindakan selanjutnya yaitu eksisi luas tanpa staging kelenjar aksil dan bila
ditemukan kanker insitu atau invasif bisa dilakukan tindakan sesuai dengan
guideline. Pada pemeriksaan FNA, jika hasilnya ditemukan fibroadenoma maka
tindakan selanjutnya yaitu biopsi eksisional. Bila benar hasilnya tumor phyllodes
maka tindakan selanjutnya yaitu eksisi luas tanpa staging kelenjar aksila dan bila
ditemukan kanker insitu atau invasif bisa dilakukan tindakan sesuai dengan
guideline.
14

Gambar

− Terapi adjuvant
Terapi adjuvant selama ini digunakan untuk mengontrol pertumbuhan
margin dari tumor ganas dan pasien post operasi tumor. Menurut National
Comprehensive Cancer Network (NCCN) terapi adjuvant digunakan untuk tumor
phyllodes ganas.
− Terapi endokrin
Terapi endokrin / hormon seperti tamoxifen belum sepenuhnya dipakai
pada tumor phyllodes. Telah diketahui bahwa reseptor estrogen dan progesteron
pada tiap epitel payudara masing-masing 40% dan hampir 100%. Penggunaan
terapi endokrin baik dalam pengaturan adjuvan atau paliatif belum terbukti.
− Kemoterapi
Peran kemoterapi masih tidak pasti namun pertimbangan dapat diberikan
untuk kasus tumor phyllodes ganas.

2.10 PROGNOSIS

Menurut diagram Kaplan Meirs, tingkat kesembuhan pada pasien tumor


phyllodes jinak adalah 100% yang berarti sembuh total. Sedangkan pasien tumor
phyllodes ganas mempunyai tingkat kesembuhan 91,5%. Sampai saat ini, tingkat
kekambuhan mulai dari 10%-40%. Rekurensi lokal terkait dengan luasnya operasi
15

awal dan dianggap sebagai kegagalan perawatan bedah primer. Bila terjadi
rekurensi lokal dilakukan eksisi luas lebih lanjut (dengan margin 1 cm) dan tidak
selalu dilakukkan mastektomi. Namun, mastektomi harus dipertimbangkan untuk
kekambuhan lokal setelah pembedahan lokal untuk tumor phyllodes borderline
atau ganas.
16

BAB 3. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. A
Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Suren Ledokombo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medis : 208377
Tgl. Masuk RS : 2-3-2019
Tgl. Keluar RS :-

3.2 Anamnesa
a. Keluhan Utama
Benjolan di payudara
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh terdapat benjolan di payudara kanan sejak 14 tahun yang
lalu. Awalnya benjolan berukuran kecil, namun benjolan semakin lama
semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu. Pada benjolan juga terdapat
luka yang timbul sejak 5 hari yang lalu. Benjolan tidak dirasakan nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (-)
Riwayat HT (+), DM (-), asma (-), alergi (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat HT (-), DM (-), asma (-), alergi (-)
Riwayat penyakit yang sama di keluarga tidak ada
e. Riwayat Pengobatan
disangkal
f. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
17

Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami dan
kedua anaknya. Sehari hari pasien melakukan aktivitas rumah tangga
mulai dari pekerjaan rumah hingga mengantar anaknya sekolah. Setelah
itu pasien membuka toko di depan rumahnya dan ia menjaganya hingga
malam hari.

3.3 Pemeriksaan Fisik (4/3/2019)


Status generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6 ºC

Pemeriksaan Fisik Umum


1. Kepala
- Kepala : Normocephali
- Mata : Konjungtiva anemis-/-, sklerai kterik -/-, refleks pupil +/+
- Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
- Telinga : Otorrhea -/-
2. Leher : pembesaran KGB (-) deviasi trakhea (-)
3. Thorax
- Inspeksi: terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak tampak
- Palpasi: pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus kordis
teraba pada ICSV midclavicula sinistra
- Perkusi: sonor di lapangan paru
- Auskultasi: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
4. Abdomen
18

- Inspeksi : Flat, Distended (-), DC (-) DS (-)


- Auskultasi : Bising usus (+) normal, borborygmus (-), metalic sound (-
)
- Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-),
hepar/lien tidak teraba, Mcburney sign (-), Murphy sign (-)
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar (+)
e. Extremitas : Akral hangat (+) , edema (-) ekstrimitas atas dan bawah
f. Genitalia eksterna: MUE (+) letak normal, discharge (-),
g. Anal-perianal : fistula (-), hemmoroid (-), tanda-tanda abses (-)

Status lokalis regio mamae dextra


I: Terdapat massa +- 10cm, luka dengan krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+),
darah (+)

P: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan minimal

3.4 Pemeriksaan Penunjang

3.4.1 Hasil Pemeriksaan FNAB :

Tanggal 10/4/2018 :

• Makroskopik: Nodul regio mamae dextra diameter 12 cm. Padat dan


kistik. Dilakukan 3x puncture dengan jarum G25, dibuat 3 sediaan

• Mikroskopik : Apusan terdiri dari sel-sel epitel jinak. Stroma fibromiksoid


kemerahan dan makrofag. Tidak terdapat sel ganas pada sediaan ini.

Diagnosa patologis: R. mamae dextra : benign phylloides Tumor


berdegenerasi kistik

3.4.2 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 02/03/2019
19

HEMATOLOGI
HB 7,8 12.0-16.0
Leukosit 16,6 4.5-11.0
Hematokrit 25,1 36-46
Trombosit 469 150-450

Tanggal 04/03/2019
HEMATOLOGI
HB 7.9 12.0-16.0
Leukosit 8.9 4.5-11.0
Hematokrit 24.8 36-46
Trombosit 492 150-450
FAAL HATI
SGOT 19 10-31
SGPT 18 9-36
Albumin 2.7 3.4-4.8
ELEKTROLIT
Natrium 136.2 135-155
Kalium 3.49 3.5-5.0
Chlorida 102.0 90-110
Calsium 2.12 2.15-2.57
FAAL GINJAL
Kreatinin serum 2.2 0.5-1.1
BUN 45 6-20
Urea 96 12-43

Tanggal 05/03/2019
HEMATOLOGI
HB 10.5 12.0-16.0
Leukosit 9.1 4.5-11.0
Hematokrit 32.9 36-46
Trombosit 503 150-450
FAAL HATI
SGOT 21 10-31
SGPT 10 9-36
Albumin 2.7 3.4-4.8
ELEKTROLIT
Natrium 138.5 135-155
Kalium 4.32 3.5-5.0
Chlorida 103.7 90-110
Calsium 2.27 2.15-2.57
FAAL GINJAL
Kreatinin serum 1.0 0.5-1.1
20

BUN 18 6-20
Urea 38 12-43

Tanggal 9-3-2019
HEMATOLOGI
HB 7,8 12.0-16.0
Leukosit 7,1 4.5-11.0
Hematokrit 24,6 36-46
Trombosit 284 150-450

Tanggal 11-3-2019
HEMATOLOGI
HB 10,3 12.0-16.0
Leukosit 8,4 4.5-11.0
Hematokrit 31,6 36-46
Trombosit 303 150-450

3.4.3 Hasil pemeriksaan thorax foto

− Cor : besar dan bentuk normal


− Pulmo: tak tampak infiltrate
− Sinus costofrenikus kanan dan kiri tajam
21

− Tulang-tulang tampak baik


− Kesimpulan: cor dan pulmo tak tampak kelainan

3.5 Diagnosis
Tumor filoides mamae dextra

3.6 Planning
Planning Diagnostik :Klinis, Laboratorium darah, thorax foto

Planning terapi :Perbaikan keadaan umum, masektomi

3.7 Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

3.8 Laporan Operasi


Tanggal operasi 8 Maret 2019
Diagnosis pra bedah Tumor filoides mamae dextra
Diagnosis pasca bedah Tumor filoides mamae dextra
Tindakan operasi masektomi
Jenis operasi Kotor/infeksi
Persiapan Operasi Inform consent + inj ceftriaxone 2 g
Posisi pasien supine
Disinfeksi Povidone iodine 10%
Pendapatan pada eksplorasi masa pada mamae dextra diameter
20x20 cm padat keras, batas tegas,
venetrasi (+), ulkus (+), Pus (+)
Komplikasi Perdarahan
Hasil operasi Dikirim PA
22

3.9 Follow up

4 Maret 2019
S) Luka di benjolan payudara sedikit nyeri

O) KU : cukup TD : 120/70 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 88x/menit Tax : 36.8°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : Terdapat massa +- 10cm, krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+), darah (+)
23

Palpasi: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan
minimal

A) Tumor phylloides mammae dextra

P) Tranf PRC 2 kolf/hr

Inf. Pz 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x1
Inj. Metronidazol 3x500mg
Inj. Antrain 3x1
p/o FE 2x1

5 Maret 2019
S) Luka di benjolan payudara sedikit nyeri

O) KU : cukup TD : 110/60 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 82x/menit Tax : 36.7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : Terdapat massa +- 10cm, krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+), darah (+)

Palpasi: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan
minimal

A) Tumor phylloides mammae dextra

P) Tranf PRC 2 kolf/hr

Inf PZ 14 tpm tpm

Inf metronidazole 3x500 mg


24

p/o cefixime 2x100 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

B complex 2x1

Rawat luka

6 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 90x/menit Tax : 36.7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : Terdapat massa +- 10cm, krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+), darah (+)

Palpasi: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan
minimal

A) Tumor phylloides mammae dextra

P) Inf PZ 14 tpm tpm

Inf metronidazole 3x500 mg

p/o cefixime 2x100 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

B complex 2x1

Fe 2x1
25

Vip albumin 3x1

Pro masectomy

7 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 100/60 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 80x/menit Tax : 36.7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : Terdapat massa +- 10cm, krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+), darah (+)

Palpasi: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan
minimal

A) Tumor phylloides mammae dextra

P) Inf PZ 14 tpm tpm

Inf metronidazole 3x500 mg

p/o cefixime 2x100 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

B complex 2x1

Fe 2x1

Vip albumin 3x1

Pro masectomy
26

Vip albumin 3x1

Pro masectomy

8 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 100/60 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 80x/menit Tax : 36.7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : Terdapat massa +- 10cm, krusta (+), ulkus (+), cairan pus (+), darah (+)

Palpasi: masa teraba bulat kistik, batas tegas ukuran 10x4x3cm, nyeri tekan
minimal

A) Tumor phylloides mammae dextra

P) IInf PZ 14 tpm tpm

Inf metronidazole 3x500 mg

p/o cefixime 2x100 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

B complex 2x1

Vip albumin 3x1

Pro masectomy
27

9 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 100/70 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 84x/menit Tax : 36.7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : dressing (-), rembesan (-)

Palpasi: nyeri palpasi (-)

A) Tumor phylloides mammae dextra post mastectomy H1

P) Tx lanjut

Diet TKTP 1500KKAL/24 jam

10 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 80x/menit Tax : 36.5°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : dressing (-), rembesan (-)
28

Palpasi: nyeri palpasi (-)

A) Tumor phylloides mammae dextra post mastectomy H-2

P) Tx lanjut

Transfusi PRC 2 kolf/hr hingga HB >10 mg/dl

Diet TKTP 1500KKAL/24 jam

11 Maret 2019
S) Keluhan (-)

O) KU : cukup TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit


Kes : CM HR : 86x/menit Tax : 36.8°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo: Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem
Status lokalis R. Mammae dextra
Inspeksi : dressing (-), rembesan (-)

Palpasi: nyeri palpasi (-)

A) Tumor phylloides mammae dextra post mastectomy H-2

P) Tx lanjut

Tranfusi PRC 2 kolf/hari hingga HB >10 mg/dl

Diet TKTP 1500KKAL/24 jam


29


30

DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2014. Cancer Country Profiles Indonesia.


https://www.who.int/cancer/country-profiles/idn_en.pdf?ua=1 [diakses
tanggal 5 Maret 2019].

Mishra, S.P., Tiwary, S.K., Mishra, M., dan Khanna A.K., 2013. Review Article
Phyllodes Tumor of Breast: A Review Article. International
Scholarly Research Notices. 2013: 1-11.

Jacklin, R.K., Ridgway, P.F., Ziprin, P. Healy, V., Hadjiminas, D., Darzi,
A.,2006. Optimising preoperative ./,diagnosis in phyllodes tumor of the
breast. J Clin Pathol. 59:454-459.

Drake, et al. 2008. Gray’s Anatomy, 40 th edition. Philadelphia: Elsevier.

Sjamsuhidajat, R dan de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Bickley, L.S., Szilagyi P.G., Hoffman R.M., Chapter 10, Breast and Axilla.
Bate’s Guide to Physical Examination and History taking twelve
edition.https://wrhhs.org/chapter-10-the-breasts-and-axillae/ [diakses
tanggal 5 Maret 2019].

Urban, C., Kuroda, F., Rietjens, M., Hurley, J., 2013. Oncoplastic and
Reconstructive Surgery. Springer. 2013:13-21.

Townsend, C.M., Beauchamp, R. D., Evers, B.M., Mattox, K.L., 2012. Sabiston
Textbook of Surgery 19th edition Chapter 36 Disease of The Breast.
Philadelphia: Elsevier. Halaman 839-855.

Fattaneh, A., Tvassoli, dan Devilee, P., 2003. WHO Classification of Tumours.
Pathology and Genetics of Tumours of The Breast and Female
Genital Organs. IARC Press: Lyon. Halaman 102-105.

Breast Cancer.org . 2018. Symptoms and Diagnosis of Phyllodes Tumor of The


Breast.
https://www.breastcancer.org/symptoms/types/phyllodes/diagnosis
[diakses tanggal 5 Maret 2019].
Breast Cancer. Org. 2018. How Phyllodes Tumor Develop in the Breast
https://www.breastcancer.org/symptoms/types/phyllodes/develop [diakses
tanggal 6 Maret 2019]

Assi, H., Salem, R., Sukhon, F., Abbas, J., Boulos, F., Saghir, N.E., 2018.
Phyllodes tumors of the breast treated in a tertiary health care center: case
series and literature review. Journal of International Medical Research.
31

0(0):1-10

Zhang, Y., Kleer, C.G., 2016. Phyllodes Tumors of the Breast; Histopathologic
Features, Differential Diagnosis, and Molecular/Genetic Updates. Arch
Pathol Lab Med. 140:660-661

Brunicardi, F. Charles. 2015. Scwartz’s Principles of Surgery 10th Edition. New


York: McGraw Hill. Halaman 549-550.

Zhao, Z., Zhang, J., Chen, Y., Shen, L., Wang, J., An 11 kg Phyllodes tumor
of the breast in combination with multiple chronis diseases: case report
and review of the literature. Oncology Letters. 6: 150-152

Augustyn, A., Sahoo, S., Wooldridge, R.D., Large malignant phyllodes tumor
of the breast with metastases to the lungs. Rare Tumors 7(5684): 69-72.

Hayati, F., Lian, H.H., Azizan, N., Ali, A.A., Abidin, Z.A.Z., Suhaili, M.A.,
2017. Approach to phyllodes tumour of the breast : a review article.
International Surgery Journal 4(3): 841-845.

Opric, S., Opric, D., Gugic, D., Granic, M., 2012. Phyllodes tumors and
fibroadenoma common beginning and different ending.

Ramadhani, D.A., 2017. Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker


Payudara. CDK-250 44(3): 226-229.

Kawashima, H., dkk. 2017. Differentiation between phyllodes tumors and


fibroadenomas using intravoxel incoherent motion magnetic resonance
imaging: comparison with conventional diffusion-weighted imaging.
The British Institue of Radiology (1084): 1-20.

Quzwain, F., 2015. Tumorigenesis Tumor Filodes Payudara serta Peranan


Estrogen dan Progesteron sebagai Faktor Hormonal. JMJ. 3(2):140-151

Anda mungkin juga menyukai