PENDAHULUAN
1
ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis
secara hematogen seperti sarkoma.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang mengurus sensibilitas daerah aksila, saraf ini sedapat mungkin
dipertahankan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. 1
Nervus pektoralis yang mengurus otot pektoralis mayor dan minor, nervus
torakodorsalis yang mengurus otot latisimus dorsi, dan nervus torakalis longus
yang mengurus otot seratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi aksila. 1
Terdapat enam kelompok kelenjar limfatik yang dikenali oleh ahli bedah
yaitu kelompok limfatik vena aksilaris, mamaria eksterna, skapular, sentral,
subklavikular, dan interpektoral (Rotter’s group). Sekitar 75% aliran limfatik
payudara menyalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal (mamaria interna), terutama dari bagian sentral dan medial, dan ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila, terdapat rata-rata 50 (berkisar 10 sampai
90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, dan kelenjar aksila bagian dalam, yang
melalui sepanjang vena aksilaris dan berlanjut langsung ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam di fossa supraklavikuler. 1
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial, yang selain
menuju kelenjar sepnajngan pembuluh mamaria intrna juga menuju ke aksila
kontralateral, ke otot rektus abdominis melalui ligamentum falsiparum hepatis
ke hati, pleura dan payudara kontalateral.
Untuk standarisasi luasnya diseksi aksila, kelenjar aksila dibagi menjadi
tiga level. Level Berg I terletak di sebelah lateral otot pektoralis minor, Level
berg II terletak di balik otot pektoralis minor. Level Berg III mencakup
kelenjar limfatik subklavikula di sebelah medial otot pektoralis minor. 1
4
Gambar 1. Anatomi Payudara
5
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin. 1
6
Gambar 2. Histologi Payudara
7
jarang ditemukan, namun pernah terdapat laporan tumor filodes pada laki-laki.
Frekuensi kejadian tumor ini berdasarkan perubahan gambaran
histopatologinya (gradasi) adalah 75% benign, 16% borderline dan 9%
malignant. Walaupun pernah dilaporkan, jarang ditemukan adanya sinkronous
atau metakronouspada tumor ini.2
Tumor phyllodes merupakan jenis tumor payudara yang jarang,
insidensnya 0,3-0,5% dari total tumor payudara. Penelitian pada 8.567 pasien
tumor payudara pada tahun 1969 sampai 1993 hanya menemukan 31 kasus
tumor Phyllodes (0,37%). Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita,
sangat jarang pada laki-laki. Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi
pada dekade ke-4, jarang pada remaja, dapat terjadi pada semua umur. Tumor
biasanya jinak namun dapat terjadi rekurensi lokal dan terkadang dapat
menyebar secara sistemik; jarang bilateral (baik sinkronous atau
metakronous). Faktor risikonya belum jelas, mutasi p53 meningkatkan risiko
tumor phyllodes.3
Selama dua tahun (2011-2012), ditemukan 8 kasus tumor phyllodes di
RSUP dr.M.Djamil Padang. Pasien umumnya datang dengan ukuran tumor
cukup besar atau bertukak. Pasien paling muda berumur 25 tahun dan paling
tua berumur 49 tahun. Sebagian besar kasus (6 pasien - 75%) menunjukkan
varian jinak, 2 kasus lainnya menunjukkan varian borderline. Dua kasus
varian borderline tersebut sudah bermetastasis ke paru; satu pasien meninggal
dunia sebelum diberikan terapi definitif. Pada 7 kasus, telah dilakukan terapi
defi nitif mastektomi modifikasi. Pada kasus metastasis paru, diberikan
kemoterapi adjuvan.3
Saat ini, etiologi yang tepat dari tumor phyllodes dan hubungannya dengan
fibroadenoma tidak jelas. Noguchi et al. menunjukkan bahwa sebagian besar
fibroadenoma memiliki poliklonal elemen dan harus dianggap sebagai
hiperplasik daripada lesi neoplastik. Disarankan bahwa, dalam proporsi
fibroadenoma, mutasi somatik dapat menyebabkan proliferasi monoklonal,
secara histologis tidak dapat dibedakan dari elemen poliklonal, tetapi dengan
8
kecenderungan untuk rekurensi lokal dan perkembangan menjadi tumor
phyllodes yang juga telah didukung oleh analisis klon. Itu juga telah didalilkan
bahwa induksi stroma dari tumor phyllodes dapat terjadi sebagai hasil dari
faktor pertumbuhan yang diproduksi oleh epitel payudara. 6
Trauma, laktasi, kehamilan, dan peningkatan aktivitas estrogen kadang-
kadang telah terlibat sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan tumor.
Sifat dari faktor-faktor ini tidak jelas tetapi mungkin endothelin-1, a stimulator
of breast fibroblast growthkemungkinan berperan penting.6
9
Tabel 1. Kriteria Tumor Filodes
10
Gambar 3. Gambaran Mikroskopis Tumor Filodes
11
yang tidak tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi
jaringan. Walaupun perubahan kulit seperti layaknya pada tumor payudara
selalu menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor
phyllodes; borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi jinak, borderline
ataupun ganas. Retraksi puting tidak umum terjadi. Ulserasi mengindikasikan
nekrosis jaringan akibat penekanan tumor yang besar. 3
Metastasis dapat ditemukan bersamaan atau hingga 12 tahun kemudian.
Metastasis dapat menyebar secara hematogen, ke paruparu (66%), tulang
(28%), otak (9%) dan lebih jarang ke hati dan jantung. Dapat disertai
pembesaran limfonodi regional, walaupun tanpa sel tumor. Tidak banyak
literatur yang melaporkan metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1
kasus metastasis ke limfonodi aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti
Norris dan Taylor, 16 pasien mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya
1 kasus yang terbukti secara histologi mengalami metastasis. Reinfus
menemukan 11 kasus pembesaran limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1
kasus yang menunjukkan metastasis. Minkowitz juga melaporkan satu kasus
dengan metastasis kelenjar aksila.3
Mamografi abnormal dijumpai pada 75% kasus, sering menyerupai
gambaran fibroadenoma. Ultrasonografi menunjukkan massa homogen solid
disertai internal echo dan berdinding tipis. 3
Asalnya bisa dari fibroadenoma selular yang telah ada yang sekarang
mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkima. Diferensiasi dari
fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma,
pleomorfisme selular, inti hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah
bermakna. Protrusio khas masa polipoid stroma hiperplastik ke dalam
canaliculus yang tertekan menghasilkan penampilan seperti daun yang
menggambarkan istilah filodes (Y. Phyllon, daun dan eidos, bentuk) oleh
Johannes Muller dalam tahun 1838. Sering lesi ini mengandung penampilan
seperti tetesan air mata besar. Kulit di atasnya tidak terlihat, namun ia bisa
eritematosa dan hangat serta bisa mengandung beberapa vena berdilatasi.
Secara histologi 25 persen lesi ini akan tampak ganas; 10 persen akan
bermetastasis. Transformasi ganas timbul dalam komponen stroma (mesotel)
12
tumor ini dan metastasis hampir selalu melalui jalur hematogen ke paru
ketimbang ke nodi lymphtici axillares. Neoplasma ini tidak berkapsul baik dan
tonjolan mikroskopik tumor bisa menembus parenkima payudara
sekelilingnya.7
Gambaran Klinis6
Sebagian besar tumor muncul pada wanita berusia antara 35 dan 55
tahun (sekitar 20 tahun lebih lambat dari fibroadenoma), lebih banyak
ditemukan pada populasi kulit putih dan Asia Amerika Latin.
Beberapa kasus telah dilaporkan pada pria dan ini selalu terjadi
terkait dengan adanya ginekomastia. Itu biasanya hadir sebagai
payudara yang tumbuh cepat tetapi tidak berbahaya secara klinis
benjol. Pada beberapa pasien lesi mungkin terlihat jelas selama
beberapa tahun, dengan presentasi klinis peningkatan ukuran yang
tiba-tiba
1) Kulit di atas tumor besar mungkin memiliki pembuluh darah
melebar dan perubahan warna biru tetapi pencabutan puting jarang
terjadi.
2) Fiksasi pada kulit dan otot pectoralis telah terjadi dilaporkan,
tetapi ulserasi jarang terjadi.
3) Lebih sering ditemukan di kuadran luar atas dengan
kecenderungan yang sama terjadi pada kedua payudara.
4) Jarang presentasi mungkin bilateral.
5) Ukuran rata-rata tumor phyllodes adalah sekitar 4 cm. 20% tumor
tumbuh lebih besar dari 10 cm (tumor phyllodes raksasa). Tumor
ini bisa mencapai ukuran hingga diameter 40 cm.
6) Sebagian besar pasien memiliki riwayat fibroadenoma dan pada
sebagian kecil telah berganda.
7) Limfadenopati aksila teraba dapat diidentifikasi pada hingga 10-
15% pasien tetapi <1% memiliki patologis simpul positif.
Investigasi Radiologi6
13
Mamografi dan ultrasonografi merupakan andalan pencitraan rutin
benjolan payudara. Wurdinger et al. menunjukkan bentuk bulat atau
berlobus, margin yang terdefinisi dengan baik, struktur internal yang
heterogen, dan septasi internal nonenhancing adalah temuan yang
lebih umum pada tumor phyllodes daripada di fibroadenoma.
14
3) menunjukkan sinyal hypointense pada gambar T1-weighted,
4) menunjukkan sinyal hiper / isointense pada gambar T2-weighted,
5) pola peningkatan kontras:
a. Lesi jinak:
i. Peningkatan awal lambat fase tertunda;
b. Lesi ganas:
i. Peningkatan awal cepat dengan fase platau
ii. Peningkatan awal cepat dengan fenomen wash-out
Patologi Anatomi6
Karena kedua phyllodes tumor dan fibroadenoma termasuk dalam
spektrum lesi fibroepitelial, diagnosis sitologis akurat dari tumor
phyllodes dengan aspirasi jarum halus bisa jadi sulit.
Secara sitologis, seringkali lebih mudah untuk membedakan jinak dari
tumor phyllodes ganas daripada untuk memisahkan jinak tumor
phyllodes dari fibroadenoma. Dalam klinis yang benar pengaturan,
adanya elemen epitel dan stroma dalam apusan sitologi mendukung
diagnosis. Namun, sel-sel epitel mungkin tidak ada dari spesimen
yang diambil lesi ganas. Adanya sel-sel stroma kohesif (fragmen
phyllodes), sel mesenchymal terisolasi, kelompok sel saluran
hiperplastik, sel raksasa benda asing, pembuluh darah melintasi
fragmen stroma, dan inti telanjang bipolar dan tidak adanya
metaplasia apokrin sangat sugestif dari tumor phyllodes.
Namun, nilai FNAC dalam diagnosis tumor phyllodes masih
kontroversial, dengan akurasi keseluruhan sekitar 63%. Biopsi
jaringan inti adalah alternatif yang menarik untuk FNAC karena
tambahan informasi arsitektur yang disediakan oleh histologi
dibandingkan dengan sitologi. Komenaka et al. menemukan
sensitivitas biopsi jarum inti menjadi 99% dan nilai prediktif negatif
dan nilai prediksi positif masing-masing 93% dan 83% untuk
diagnosa.
15
2.11. Diagnosis Banding Tumor Filodes
Adapun diagnosis banding dari tumor filodes adalah:6
1) Fibroadenoma,
2) Adenoma,
3) Hamartoma,
4) Lipoma,
5) Juvenile papillomatosis,
6) Carcinoma,
7) Sarcomas,
8) Metastatic Tumor.
16
Peran radioterapi dan kemoterapi adjuvan masih kontroversial, namun
penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada sarkoma mengindikasikan
bahwa keduanya dapat digunakan pada tumor phyllodes. Radioterapi
adjuvan dapat bermanfaat pada tipe maligna. Kemoterapi golongan
antrasiklin, ifosfamid, sisplatin, dan etoposid jarang digunakan. Belum
banyak penelitian mengenai penggunaan terapi hormonal, seperti
tamoksifen. Sensitivitas hormonal pada tumor phyllodes juga belum
teridentifi kasi dengan baik. Secara garis besar, terapi sistemik tumor
phyllodes tidak berbeda dengan terapi pada sarkoma.3
Rekurensi lokal dapat terjadi pada 28-50% kasus. Faktor yang paling
berperan dalam terjadinya rekurensi adalah batas bebas reseksi tumor yang
kurang dari 1-2 cm. Umur pasien, tipe pembedahan, peningkatan aktivitas
mitosis dan aktivitas jaringan stroma yang berlebihan juga dianggap sebagai
faktorfaktor yang mempengaruhi risiko rekurensi lokal. Dalam penelitian
lain disebutkan bahwa ukuran tumor, pertumbuhan jaringan stroma yang
berlebihan dan batas bebas tumor.3
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Haryono, S.J., dkk. Payudara dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2014:472-477.
2. Quzwain, F. Tumorigenesis Tumor Filodes Payudara serta Peranan Estrogen
dan Progesteron sebagai Faktor Hormonal. JMJ; 3(2): 2015.
3. Azamris.Tumor Phyllodes. CDK: 41 (1); 2014.
4. Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: About this rare cancer. Community
Oncology. 2006;3:46-8.
5. Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. Histologi Dasar Edisi ke-5. Jakarta:
EGC.2012.
6. Mishra, S.P., dkk. Phyllodes Tumor of Breast: A Review Article. ISRN
Surgery: 2013.
7. Sabiston, D.C. Buku Ajar Bedah Bagian I. Jakarta: EGC. 2011.
19