Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumor filodes payudara adalah suatu neoplasma dari kelompok lesi


fibroepitelial yang jarang ditemukan. Tumor filodes dulu dikenal dengan nama
“cystosarcoma phyllodes”yang dikemukakan pertama kali oleh Johannes
Muller pada tahun 1838, untuk menunjukkan tumor yang secara makroskopik
menyerupai daging dengan gambaran mikroskopis menyerupai daun atau leaf-
like. Ada juga yang menyebutnya sebagai “giant fibroadenoma”, cellular
intercanalicular fibroadenoma”dan masih ada beberapa nama lain tapi yang
sekarang dipakai adalah menurut World Health Organization yaitu tumor
phyllodes (filodes) sebagai penamaan yang paling sesuai.1,2
Insidensi kejadian tumor filodes < 1% dari seluruh neoplasma payudara
yaitu 0,3 – 0,5 %, dengan insidensi paling banyak terjadi pada usia 30-40
tahun. Kejadian tumor ini meningkat pada negara-negara Asia, dilaporkan di
Singapura kejadian tumor ini adalah 6,92 % dari seluruh keganasan di
payudara dan terjadi pada umur yang lebih muda yaitu 25-30 tahun.3
Pada tahun 1981, WHO mengadopsi penamaan tumor phyllodes dan
membaginya menjadi tipe benign, borderline, dan malignant berdasarkan
karakteristik stroma. Manifestasi klinis tumor filodes umumnya unilateral,
tunggal, tidak nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba-tiba
muncul dan terus membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu
bertambah besar dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik
payudara, tumor filodes berupa benjolan lunak dan bulat, mirip fibroadenoma,
namun berukuran besar (2-3 cm).4 Etiologi dari tumor filodes sampai sekarang
masih belum jelas apakah berasal dari fibroadenoma yang sudah ada
sebelumnya atau de novo. Beberapa penelitian sebelumnya menduga tumor ini
berasal dari stroma intralobular dan periduktal.3
Penanggulangan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor
sudah besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpel. Bila tumor ternyata

1
ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis
secara hematogen seperti sarkoma.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Batas payudara yang


normal terletak antara iga 2 di superior dan iga 6 di inferior (pada usia tua atau
mamma yang besar bisa mencapai iga 7), serta antara taut sternokostal di
medial dan linea aksilaris anterior di lateral. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila; disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Dua pertiga bagian atas mamma terletak di atas
otot pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian bawahnya terletak di atas
otot seratus anterior, otot oblikus eksternus abdominis, dan otot rektus
abdominis.1
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar, masing-masing
mempunyai saluran bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla
mamma (nipple-aerola complex, NAC). Di antara kelenjar sus dan fasia
pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut, terdapat jaringan lemak,
di antara lobulus, terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum Coooper
yang memberi kerangka untuk payudara. 1
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes
anterior dari arteri mamaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang
dari arteri aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis. 1
Payudara sisi superior dipersarafi oleh nervus supraklavikula yang berasal
dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal. Payudara sisi medial dipersarafi
oleh cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7. Papila mamma
terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4,
sedangkan cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafu
areola dan mamma sis lateral. Kulit daerah payudara dipersarafi oleh cabang
pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat
sehubungan dengan timbulnya penyulit berupa paralisis dan mati rasa pasca
bedah. Yakni nervus interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakius medialis,

3
yang mengurus sensibilitas daerah aksila, saraf ini sedapat mungkin
dipertahankan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. 1
Nervus pektoralis yang mengurus otot pektoralis mayor dan minor, nervus
torakodorsalis yang mengurus otot latisimus dorsi, dan nervus torakalis longus
yang mengurus otot seratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi aksila. 1
Terdapat enam kelompok kelenjar limfatik yang dikenali oleh ahli bedah
yaitu kelompok limfatik vena aksilaris, mamaria eksterna, skapular, sentral,
subklavikular, dan interpektoral (Rotter’s group). Sekitar 75% aliran limfatik
payudara menyalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal (mamaria interna), terutama dari bagian sentral dan medial, dan ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila, terdapat rata-rata 50 (berkisar 10 sampai
90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, dan kelenjar aksila bagian dalam, yang
melalui sepanjang vena aksilaris dan berlanjut langsung ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam di fossa supraklavikuler. 1
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial, yang selain
menuju kelenjar sepnajngan pembuluh mamaria intrna juga menuju ke aksila
kontralateral, ke otot rektus abdominis melalui ligamentum falsiparum hepatis
ke hati, pleura dan payudara kontalateral.
Untuk standarisasi luasnya diseksi aksila, kelenjar aksila dibagi menjadi
tiga level. Level Berg I terletak di sebelah lateral otot pektoralis minor, Level
berg II terletak di balik otot pektoralis minor. Level Berg III mencakup
kelenjar limfatik subklavikula di sebelah medial otot pektoralis minor. 1

4
Gambar 1. Anatomi Payudara

2.2. Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.


Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu
masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas,
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofisis menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.1
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara membesar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang, dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu,
mamografi menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid
mulai, semua hal di atas berkurang. 1
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. 1

5
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin. 1

2.3. Histologi Payudara

Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis


kelamin, usia dan status fisiologis. Setiap kelenjar payudara terdiri dari 15−25
lobus yang tersusun radier di sekitar puting, yang berfungsi menyekresi air
susu bagi neonatus. Setiap lobus, dipisahkan oleh jaringan ikat dan jaringan
lemak, yang merupakan kelenjar ductus ekskretorius lactiferus. Ductus ini
bermuara ke papilla mammae. Jaringan ikat akan memadat membentuk pita
fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak. Pita ini mengikat lapisan
dalam dari fascia subkutan payudara pada kulit. Pita tersebut disebut dengan
ligamentum cooper atau ligamentum suspensorium payudara. Setiap lobus
berbeda– beda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak
menyerang lobus lainnya.5
Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan
beberapa cabang sinus ini, yaitu duktus laktiferus. Struktur khas kelenjar dan
lobus pada wanita dewasa berkembang pada ujung duktus terkecil. Sebuah
lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus
terminal dan terdapat dalam jaringan ikat longgar. Duktus laktiferus menjadi
lebar dan membentuk sinus laktiferus di dekat papilla mammae. Sinus
laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara luarnya yang kemudian
berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus
laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus
sel mioepitel yang berhimpitan.5

6
Gambar 2. Histologi Payudara

2.4. Definisi Tumor Filodes

Tumor filodes payudara adalah suatu neoplasma dari kelompok lesi


fibroepitelial yang jarang ditemukan. Tumor filodes dulu dikenal dengan nama
“cystosarcoma phyllodes”yang dikemukakan pertama kali oleh Johannes
Muller pada tahun 1838, untuk menunjukkan tumor yang secara makroskopik
menyerupai daging dengan gambaran mikroskopis menyerupai daun atau leaf-
like. Ada juga yang menyebutnya sebagai “giant fibroadenoma”, cellular
intercanalicular fibroadenoma”dan masih ada beberapa nama lain tapi yang
sekarang dipakai adalah menurut World Health Organization yaitu tumor
phyllodes (filodes) sebagai penamaan yang paling sesuai.1,2

2.5. Epidemiologi Tumor Filodes

Insidensi kejadian tumor filodes < 1% dari seluruh neoplasma payudara


yaitu 0,3 – 0,5 %, dengan insidensi paling banyak terjadi pada usia 30-40
tahun. Kejadian tumor ini meningkat pada negara-negara Asia, dilaporkan di
Singapura kejadian tumor ini adalah 6,92 % dari seluruh keganasan di
payudara dan terjadi pada umur yang lebih muda yaitu 25-30 tahun. Walaupun

7
jarang ditemukan, namun pernah terdapat laporan tumor filodes pada laki-laki.
Frekuensi kejadian tumor ini berdasarkan perubahan gambaran
histopatologinya (gradasi) adalah 75% benign, 16% borderline dan 9%
malignant. Walaupun pernah dilaporkan, jarang ditemukan adanya sinkronous
atau metakronouspada tumor ini.2
Tumor phyllodes merupakan jenis tumor payudara yang jarang,
insidensnya 0,3-0,5% dari total tumor payudara. Penelitian pada 8.567 pasien
tumor payudara pada tahun 1969 sampai 1993 hanya menemukan 31 kasus
tumor Phyllodes (0,37%). Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita,
sangat jarang pada laki-laki. Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi
pada dekade ke-4, jarang pada remaja, dapat terjadi pada semua umur. Tumor
biasanya jinak namun dapat terjadi rekurensi lokal dan terkadang dapat
menyebar secara sistemik; jarang bilateral (baik sinkronous atau
metakronous). Faktor risikonya belum jelas, mutasi p53 meningkatkan risiko
tumor phyllodes.3
Selama dua tahun (2011-2012), ditemukan 8 kasus tumor phyllodes di
RSUP dr.M.Djamil Padang. Pasien umumnya datang dengan ukuran tumor
cukup besar atau bertukak. Pasien paling muda berumur 25 tahun dan paling
tua berumur 49 tahun. Sebagian besar kasus (6 pasien - 75%) menunjukkan
varian jinak, 2 kasus lainnya menunjukkan varian borderline. Dua kasus
varian borderline tersebut sudah bermetastasis ke paru; satu pasien meninggal
dunia sebelum diberikan terapi definitif. Pada 7 kasus, telah dilakukan terapi
defi nitif mastektomi modifikasi. Pada kasus metastasis paru, diberikan
kemoterapi adjuvan.3

2.6. Etiologi Tumor Filodes

Saat ini, etiologi yang tepat dari tumor phyllodes dan hubungannya dengan
fibroadenoma tidak jelas. Noguchi et al. menunjukkan bahwa sebagian besar
fibroadenoma memiliki poliklonal elemen dan harus dianggap sebagai
hiperplasik daripada lesi neoplastik. Disarankan bahwa, dalam proporsi
fibroadenoma, mutasi somatik dapat menyebabkan proliferasi monoklonal,
secara histologis tidak dapat dibedakan dari elemen poliklonal, tetapi dengan

8
kecenderungan untuk rekurensi lokal dan perkembangan menjadi tumor
phyllodes yang juga telah didukung oleh analisis klon. Itu juga telah didalilkan
bahwa induksi stroma dari tumor phyllodes dapat terjadi sebagai hasil dari
faktor pertumbuhan yang diproduksi oleh epitel payudara. 6
Trauma, laktasi, kehamilan, dan peningkatan aktivitas estrogen kadang-
kadang telah terlibat sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan tumor.
Sifat dari faktor-faktor ini tidak jelas tetapi mungkin endothelin-1, a stimulator
of breast fibroblast growthkemungkinan berperan penting.6

2.7. Klasifikasi Tumor Filodes

Pada tahun 1981, WHO mengadopsi penamaan tumor phyllodes dan


membaginya menjadi tipe benign, borderline, dan malignant berdasarkan
karakteristik stroma. Karakteristik tersebut berupa derajat atipikal selular
stroma, aktivitas mitosis per-10 lapang pandang besar, ada tidaknya
overgrowth stroma, dan batas tumor yang infi ltratif atau batas tumor yang
tegas. Tumor phyllodes tipe benign memiliki atipikal seluler ringan sampai
sedang, dengan peningkatan sel-sel stroma. Rasio mitosis tinggi (10 atau lebih
mitosis dalam 10 lapang pandang besar), adanya infi ltrasi, dan overgrowth
stroma. Overgrowth stroma telah dihubungkan dengan aktivitas metastasis,
yang tidak terdapat pada tipe benign dan borderline.3

9
Tabel 1. Kriteria Tumor Filodes

Gambaran klasik tumor filodes adalah tumor fibroepitelial yang


menyerupai intrakanalikular fibroadenoma dengan stroma yang sangat
dominan, hiperselular, membentuk gambaran yang menyerupai daun (leaf-
like). Adanya gambaran penyerta dengan fibroadenoma dapat ditemukan pada
40% kasus tumor filodes. Pada tumor filodes benign mempunyai gambaran
khas stroma menunjukkan sel-sel stroma yang terkondensasi pada daerah
periduktal dengan aktivitas mitosis yang sangat banyak ditemukan disekitar
periduktal. Pada daerah stroma dapat ditemukan degenerasi miksoid dengan
daerah yang mengalami pseudoangiomatous stroma hyperplasia (PASH) dapat
ditemukan pada beberapa kasus, dan dapat pula ditemukan perubahan
lipomatous, (leiomyomatous, cartilaginous dan osseous stromal metaplasia.
Jumlah mitosis, derajat selularitas, dan atipikal sel merupakan gambaran yang
penting adalah menentukan gradasi tumor filodes. Pada gradasi
malignant,stroma dapat menyerupai gambaran fibrosarkoma serta daerah
sarcomatous menyerupai liposarcoma,myosarcoma bahkan osteosarcoma.2

10
Gambar 3. Gambaran Mikroskopis Tumor Filodes

2.8. Patogenesis Tumor Filodes

Tidak seperti payudara karsinoma, tumor phyllodes dimulai di luar saluran


dan lobulus, di jaringan ikat payudara, disebut stroma yang meliputi jaringan
lemak dan ligamen itu mengelilingi saluran, lobulus, dan pembuluh darah dan
getah bening di dada. Selain sel stroma, tumor phyllodes bisa juga
mengandung sel-sel dari saluran dan lobulus.6

2.9. Manifestasi Klinis Tumor Filodes

Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak


nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba-tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor
phyllodes berupa benjolan lunak dan bulat, mirip firoadenoma, namun
berukuran besar (>2-3 cm). 3
Tumor dapat terlihat jelas jika cepat membesar. Pembesaran cepat tidak
selalu mengindikasikan sifat ganas. Terlihat mengilat dengan permukaan kulit
seperti teregang disertai pelebaran vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus

11
yang tidak tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi
jaringan. Walaupun perubahan kulit seperti layaknya pada tumor payudara
selalu menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor
phyllodes; borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi jinak, borderline
ataupun ganas. Retraksi puting tidak umum terjadi. Ulserasi mengindikasikan
nekrosis jaringan akibat penekanan tumor yang besar. 3
Metastasis dapat ditemukan bersamaan atau hingga 12 tahun kemudian.
Metastasis dapat menyebar secara hematogen, ke paruparu (66%), tulang
(28%), otak (9%) dan lebih jarang ke hati dan jantung. Dapat disertai
pembesaran limfonodi regional, walaupun tanpa sel tumor. Tidak banyak
literatur yang melaporkan metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1
kasus metastasis ke limfonodi aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti
Norris dan Taylor, 16 pasien mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya
1 kasus yang terbukti secara histologi mengalami metastasis. Reinfus
menemukan 11 kasus pembesaran limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1
kasus yang menunjukkan metastasis. Minkowitz juga melaporkan satu kasus
dengan metastasis kelenjar aksila.3
Mamografi abnormal dijumpai pada 75% kasus, sering menyerupai
gambaran fibroadenoma. Ultrasonografi menunjukkan massa homogen solid
disertai internal echo dan berdinding tipis. 3
Asalnya bisa dari fibroadenoma selular yang telah ada yang sekarang
mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkima. Diferensiasi dari
fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma,
pleomorfisme selular, inti hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah
bermakna. Protrusio khas masa polipoid stroma hiperplastik ke dalam
canaliculus yang tertekan menghasilkan penampilan seperti daun yang
menggambarkan istilah filodes (Y. Phyllon, daun dan eidos, bentuk) oleh
Johannes Muller dalam tahun 1838. Sering lesi ini mengandung penampilan
seperti tetesan air mata besar. Kulit di atasnya tidak terlihat, namun ia bisa
eritematosa dan hangat serta bisa mengandung beberapa vena berdilatasi.
Secara histologi 25 persen lesi ini akan tampak ganas; 10 persen akan
bermetastasis. Transformasi ganas timbul dalam komponen stroma (mesotel)

12
tumor ini dan metastasis hampir selalu melalui jalur hematogen ke paru
ketimbang ke nodi lymphtici axillares. Neoplasma ini tidak berkapsul baik dan
tonjolan mikroskopik tumor bisa menembus parenkima payudara
sekelilingnya.7

2.10. Diagnosis Tumor Filodes

 Gambaran Klinis6
Sebagian besar tumor muncul pada wanita berusia antara 35 dan 55
tahun (sekitar 20 tahun lebih lambat dari fibroadenoma), lebih banyak
ditemukan pada populasi kulit putih dan Asia Amerika Latin.
Beberapa kasus telah dilaporkan pada pria dan ini selalu terjadi
terkait dengan adanya ginekomastia. Itu biasanya hadir sebagai
payudara yang tumbuh cepat tetapi tidak berbahaya secara klinis
benjol. Pada beberapa pasien lesi mungkin terlihat jelas selama
beberapa tahun, dengan presentasi klinis peningkatan ukuran yang
tiba-tiba
1) Kulit di atas tumor besar mungkin memiliki pembuluh darah
melebar dan perubahan warna biru tetapi pencabutan puting jarang
terjadi.
2) Fiksasi pada kulit dan otot pectoralis telah terjadi dilaporkan,
tetapi ulserasi jarang terjadi.
3) Lebih sering ditemukan di kuadran luar atas dengan
kecenderungan yang sama terjadi pada kedua payudara.
4) Jarang presentasi mungkin bilateral.
5) Ukuran rata-rata tumor phyllodes adalah sekitar 4 cm. 20% tumor
tumbuh lebih besar dari 10 cm (tumor phyllodes raksasa). Tumor
ini bisa mencapai ukuran hingga diameter 40 cm.
6) Sebagian besar pasien memiliki riwayat fibroadenoma dan pada
sebagian kecil telah berganda.
7) Limfadenopati aksila teraba dapat diidentifikasi pada hingga 10-
15% pasien tetapi <1% memiliki patologis simpul positif.
 Investigasi Radiologi6

13
Mamografi dan ultrasonografi merupakan andalan pencitraan rutin
benjolan payudara. Wurdinger et al. menunjukkan bentuk bulat atau
berlobus, margin yang terdefinisi dengan baik, struktur internal yang
heterogen, dan septasi internal nonenhancing adalah temuan yang
lebih umum pada tumor phyllodes daripada di fibroadenoma.

Gambar 4. Mammografi Tumor Filodes


 Ultrasonography (USG) 6
Lobulated shape (dalam beberapa case bundar atau oval) dibatasi
dengan margin halus, tepi echogenic, dan internal level homogen yang
rendah gema. Celah berisi cairan dalam massa yang didominasi padat
(Sangat sugestif terhadap tumor phyllodes) dengan baik menyeluruh
transmisi dan kurangnya mikrokalsifikasi terlihat.
 Color Doppler Ultrasonography6
Fitur pada maglinant adalah:
1) Ditandai hypoechogenicity,
2) Bayangan akustik posterior,
3) Margin tumor yang tidak jelas.
4) Nilai ri yang lebih tinggi (indeks resistensi),
5) Peningkatan pi (indeks pulsasi),
6) Peningkatan vmax (kecepatan aliran puncak sistolik).
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) 6
Fitur-fitur berikut terutama ditemukan pada tumor phyllodes pada
MRI:
1) bentuk bulat atau berlobus dan margin yang terdefinisi dengan
baik,
2) struktur internal heterogen / septasi non-enhancing,

14
3) menunjukkan sinyal hypointense pada gambar T1-weighted,
4) menunjukkan sinyal hiper / isointense pada gambar T2-weighted,
5) pola peningkatan kontras:
a. Lesi jinak:
i. Peningkatan awal lambat fase tertunda;
b. Lesi ganas:
i. Peningkatan awal cepat dengan fase platau
ii. Peningkatan awal cepat dengan fenomen wash-out
 Patologi Anatomi6
Karena kedua phyllodes tumor dan fibroadenoma termasuk dalam
spektrum lesi fibroepitelial, diagnosis sitologis akurat dari tumor
phyllodes dengan aspirasi jarum halus bisa jadi sulit.
Secara sitologis, seringkali lebih mudah untuk membedakan jinak dari
tumor phyllodes ganas daripada untuk memisahkan jinak tumor
phyllodes dari fibroadenoma. Dalam klinis yang benar pengaturan,
adanya elemen epitel dan stroma dalam apusan sitologi mendukung
diagnosis. Namun, sel-sel epitel mungkin tidak ada dari spesimen
yang diambil lesi ganas. Adanya sel-sel stroma kohesif (fragmen
phyllodes), sel mesenchymal terisolasi, kelompok sel saluran
hiperplastik, sel raksasa benda asing, pembuluh darah melintasi
fragmen stroma, dan inti telanjang bipolar dan tidak adanya
metaplasia apokrin sangat sugestif dari tumor phyllodes.
Namun, nilai FNAC dalam diagnosis tumor phyllodes masih
kontroversial, dengan akurasi keseluruhan sekitar 63%. Biopsi
jaringan inti adalah alternatif yang menarik untuk FNAC karena
tambahan informasi arsitektur yang disediakan oleh histologi
dibandingkan dengan sitologi. Komenaka et al. menemukan
sensitivitas biopsi jarum inti menjadi 99% dan nilai prediktif negatif
dan nilai prediksi positif masing-masing 93% dan 83% untuk
diagnosa.

15
2.11. Diagnosis Banding Tumor Filodes
Adapun diagnosis banding dari tumor filodes adalah:6
1) Fibroadenoma,
2) Adenoma,
3) Hamartoma,
4) Lipoma,
5) Juvenile papillomatosis,
6) Carcinoma,
7) Sarcomas,
8) Metastatic Tumor.

2.12. Tatalaksana Tumor Filodes


Penatalaksanaan tumor phyllodes masih diperdebatkan dan tidak sama
pada semua kasus. Terapi utama adalah pembedahan komplet dengan batas
adekuat. Banyak peneliti menganjurkan batas eksisi 1 cm sebagai reseksi
yang baik. Rekurensi berkaitan dengan margin eksisi dan tidak berkaitan
dengan grade dan ukuran tumor. Eksisi luas pada tumor kecil atau
mastektomi simpel umumnya menunjukkan hasil memuaskan. Eksisi otot-
otot pektoral perlu dipertimbangkan jika telah terjadi infiltrasi. Mastektomi
dengan rekonstruksi payudara dapat menjadi pilihan pada tumor berukuran
besar. 3
Tumor phyllodes, sama halnya dengan sarkoma jaringan lunak, jarang
menyebabkan metastasis ke kelenjar getah bening (KGB). Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa diseksi KGB aksila tidak rutin dilakukan,
mengingat jarangnya infi ltrasi ke KGB aksila. Norris dan Taylor
menganjurkan mastektomi dengan diseksi KGB aksila bagian bawah jika
terdapat pembesaran KGB, tumor ukuran >4 cm, biopsi menunjukkan jenis
tumor agresif (infiltrasi kapsul, kecepatan mitosis tinggi, dan derajat selular
atipikal tinggi). Jika terindikasi ada keterlibatan KGB secara klinis atau
pada pemeriksaan imaging, dapat dilakukan biopsi jarum dengan panduan
USG. Jika hasilnya negatif, dapat dipertimbangkan biopsi sentinel
limfonodi. 3

16
Peran radioterapi dan kemoterapi adjuvan masih kontroversial, namun
penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada sarkoma mengindikasikan
bahwa keduanya dapat digunakan pada tumor phyllodes. Radioterapi
adjuvan dapat bermanfaat pada tipe maligna. Kemoterapi golongan
antrasiklin, ifosfamid, sisplatin, dan etoposid jarang digunakan. Belum
banyak penelitian mengenai penggunaan terapi hormonal, seperti
tamoksifen. Sensitivitas hormonal pada tumor phyllodes juga belum
teridentifi kasi dengan baik. Secara garis besar, terapi sistemik tumor
phyllodes tidak berbeda dengan terapi pada sarkoma.3

2.13. Komplikasi Tumor Filodes

Dalam kasus tumor Malignant Phyllodes ganas ada (terbatas) risiko


kanker menyebar paru-paru, atau tulang dan tidak ada pengaruh nyata pada
kanker payudara di masa depan atau kanker di luar dada. Tumor ini lebih
mudah diobati dan dihilangkan dibandingkan jenis lainnya.6

2.14. Prognosis Tumor Filodes

Rekurensi lokal dapat terjadi pada 28-50% kasus. Faktor yang paling
berperan dalam terjadinya rekurensi adalah batas bebas reseksi tumor yang
kurang dari 1-2 cm. Umur pasien, tipe pembedahan, peningkatan aktivitas
mitosis dan aktivitas jaringan stroma yang berlebihan juga dianggap sebagai
faktorfaktor yang mempengaruhi risiko rekurensi lokal. Dalam penelitian
lain disebutkan bahwa ukuran tumor, pertumbuhan jaringan stroma yang
berlebihan dan batas bebas tumor.3

17
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari referat ini, yakni:


1. Tumor filodes payudara adalah suatu neoplasma dari kelompok lesi
fibroepitelial yang jarang ditemukan dengan gambaran leaf-like.
2. Insidensi tumor filodes paling banyak terjadi pada usia 30-40 tahun.
3. Etiologi tumor filodes sampai saat ini masih tidak jelas, tetapi trauma, laktasi,
kehamilan, dan peningkatan aktivitas estrogen berperan sebagai faktor
pencetus.
4. Klasifikasi tumor filodes dibagi menjadi 3 tipe yaitu benign, borderline, dan
malignant berdasarkan karakteristik stroma.
5. Manifestasi klinis tumor filodes umumnya unilateral, tunggal, tidak nyeri,
dengan benjolan yang dapat teraba, tiba-tiba muncul dan terus membesar,
atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar dalam
beberapa bulan terakhir.
6. Diagnosis tumor filodes mencakup dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Mammografi, USG, atau Histopatologi).
7. Manajemen tumor filodes meliputi eksisi luas pada tumor kecil atau
mastektomi simple.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Haryono, S.J., dkk. Payudara dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2014:472-477.
2. Quzwain, F. Tumorigenesis Tumor Filodes Payudara serta Peranan Estrogen
dan Progesteron sebagai Faktor Hormonal. JMJ; 3(2): 2015.
3. Azamris.Tumor Phyllodes. CDK: 41 (1); 2014.
4. Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: About this rare cancer. Community
Oncology. 2006;3:46-8.
5. Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. Histologi Dasar Edisi ke-5. Jakarta:
EGC.2012.
6. Mishra, S.P., dkk. Phyllodes Tumor of Breast: A Review Article. ISRN
Surgery: 2013.
7. Sabiston, D.C. Buku Ajar Bedah Bagian I. Jakarta: EGC. 2011.

19

Anda mungkin juga menyukai