Anda di halaman 1dari 15

PERITONITIS

TUBERKULOSIS
OLEH: RIZKY NOER MUNGGARAN
Definisi

◦ Peritonitis tuberkulosis (TB) adalah bentuk tuberkulosis yang


langka dan disebabkan oleh keterlibatan peritoneum dengan
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan tuberkulosis
yang jarang terjadi, terutama pada anak-anak.
◦ Secara primer dapat terjadi karena penyebaran dari fokus TB di
paru, intestin atau saluran kemih
Epidemiologi
◦ Peritonitis tuberkulosis (TB) diperkirakan terjadi pada 0,1% -3,5% dari semua
pasien dengan TB paru dan mewakili 4% -10% dari semua TB
ekstrapulmoner.
◦ Peritoneum merupakan lokasi TB ekstrapulmoner yang paling umum
keenam di Amerika Serikat. Terjadi pada 3,5% dari kasus TB paru dan 31–
58% dari kasus TB abdomen.
◦ Di Eropa barat dan Amerika Utara, telah ditemukan hubungan antara
peritonitis TB dan sirosis.
◦ Dalam penelitian Nataprawira di Bandung, mengenai TB abdomen pada
anak-anak, didapatkan sebagian besar merupakan anak-anak sekolah
dengan usia dominan lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 66,7%, dan lebih
banyak ditemukan pada anak perempuan.
Etiologi dan Patogenesis

◦ Peritonitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis.
◦ Patogenesis peritonitis TB antara lain:
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru
2. Melalui dinding usus yang terinfeksi
3. Dari kelenjar limfe mesenterium
Faktor Risiko
◦ Secara umum, beberapa faktor risiko untuk pengembangan TB abdomen
meliputi sirosis, infeksi HIV, diabetes mellitus, keganasan yang mendasari,
pengobatan dengan agen faktor tumor nekrosis (TNF), dan penggunaan
dialisis peritoneum
◦ Faktor utama dalam menentukan risiko terjadinya peritonitis TB pada anak
adalah makin mudanya usia pasien dan imunokompetensi.
◦ Risiko komplikasi penyakit tertinggi hadir pada neonatus karena sistem
kekebalan tubuh kurang matang sepenuhnya.
◦ Pada masa bayi, keterlibatan militer dan meningeal umum terjadi.
◦ Pada usia remaja sering ditemukan bentuk TB primer progresif atau
kavitasi TB.
Patofisiologi
Kuman
Difagositosis oleh
mycobacterium Menempel pada
leukosit
menjadi droplet jalan napas dan
polimorfonuklear
nuclei terhirup oleh paru-paru
(namun tidak mati)
host

Di paru akan
tuberkel (granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit
membentuk sarang
dan sel-sel Datia-langhans) dikelilingi oleh sel-sel
primer atau apek
limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat
primer
Patofisiologi
Kavitas yang
Secara hematogen,
berdinding tipis lama Meluas dan
limfogen menyebar
kelamaan menjadi membentuk sarang
pada daerah
tebal dan menjadi pneumonia baru
peritoneum
kavitas sklerotik

Menghasilkan
eksudat yang
Peradangan –
membungkus
peritonitis
tuberkel dan
peritoneum
Patofisiologi
Gangguan peristaltik Mengiritasi
usus peritoneum

Mual, muntah, nafsu Distensi


makan menurun abdomen

Intake kurang,
daya tahan tubuh Nyeri perut
menurun
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Sulaiman A Manohar dkk Kai Ming Chow Ming-Leun Hu
1975-1979 1984-1988 dkk dkk
30 pasien 45 pasien 1989-2000 2000-2006
(%) (%) 60 pasien 14 pasien
(%) (%)

Sakit perut 57 35,9 73 71,4


Pembengkakan 50 73,1 93 57,1
perut
Batuk 40 - -
Demam 30 53,9 58 35,7
Keringat malam 26 - - -
Anoreksia 30 46,9 - -
Berat badan 23 44,1 - 42,9
menurun
BAB cair 20 - - -
Konstipasi - - - 21,4
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium
◦ Pemeriksaan darah tepi sering dijumpai adanya anemia penyakit kronis
◦ Tuberculin hasilnya sering negatif
◦ Leukosit meningkat, kadang-kadang lebih dari 20.000/UL
◦ Trombosit meningkat, menunjukkan hemikonsentrasi
◦ Laju Endap Darah (LED) pada umumnya meninggi, jarang ditemukan yang
normal
◦ Protein/albumin serum (perbandingan serum asites albumin/ SAAG)
menurun karena perpindahan cairan, dengan rasio <1,1gr/dl.
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Penunjang
 Radiologi dan Ultrasonografi
 Biopsi peritoneum
 Laparaskopi
 Laparatomi eksplorasi
Manajemen

◦ Pengobatan peritonitis TB semata-mata bersifat farmakologis. Data


yang tersedia sangat menyarankan rejimen yang bersifat kuratif
untuk TB paru, juga cukup untuk peritonitis TB.
◦ Saat ini ada lima obat yang dipertimbangkan yaitu obat lini
pertama: isoniazid (INH), rifampicin (RIF), pirazinamid (PZA),
etambutol (EMB) dan streptomisin (SM).
◦ Beberapa penulis menyarankan pemberian kortikosteroid
dikombinasikan dengan pengobatan antituberkulosis karena dapat
mengurangi komplikasi dan tingkat morbiditas antara lain
mengurangi terjadinya obstruksi pada usus. Namun, masih terdapat
kontroversi tentang manfaatnya.
Komplikasi
◦ Jika terjadi perburukan kondisi dari peritonitis TB dapat mengakibatkan
komplikasi baik secara sistemik maupun lokal (abdominal).
◦ Komplikasi sistemik yang dapat terjadi antara lain adalah bakteremia
sampai syok endotoksik/ sepsis, bronchopneumonia sampai kegagalan
nafas, gagal ginjal, supresi sumsum tulang, kegagalan multiorgan.
◦ Komplikasi abdominal yang dapat terjadi antara lain adalah obstruksi
dan/atau perlengketan usus, ileus paralitik, abses rekuren atau residual
pada peritoneum, dan abses hepar sampai sirosis.
Prognosis

◦ Peritonitis tuberkulosis jika dapat segera ditegakkan dan


mendapat pengobatan umumnya akan menyembuh dengan
pengobatan yang adekuat. Keterlambatan dalam inisiasi
pengobatan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang cukup signifikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai