PERITONITIS
Zikari Putra Lan Lubis 130100052
Monica Nadya Sinambela 130100289
Raudah Putri Syari 130100126
Lailatul Fitri Beru Karo 130100099
Garry P.H Sianturi 1300100432
Aldi Nurcahyo 130100130
Bella Kesita Sihotang 13010301
Kristian Sembiring 130100115
Priyangkha Selva Selvarasu 130100438
Rizka Annisa Harahap 130100277
Erwin Togatorop 130100317
Hendri Yudistira Yanis 130100394
Heerashene Sithasivam 130100453
Di Indonesia, pada tahun 2008 jumlah penderita peritonitis berjumlah sekitar 7% dari
jumlah penduduk atau sekitar 179.000 orang. Di jawa tengah tahun 2009 jumlah kasus peritonitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya mengalami kematian.
Perforasi peritonitis merupakan kondisi yang berbahaya dan berhubungan dengan risiko tinggi
untuk morbiditas dan mortalitas. Deteksi awal dan pengobatan dini memiliki peran dalam
menurunkan mortalitas.
Tujuan :
Manfaat :
- Menyampaikan laporan kasus
Meningkatkan dan mengembangkan
mengenai peritonitis perforasi.
kemampuan penulis maupun pembaca
- Memenuhi persyaratan kegiatan
khususnya peserta P3D untuk
Program Profesi Dokter (P3D) di
mengintegrasikan teori yang telah ada
Departemen Ilmu Bedah Fakultas
dengan aplikasi pada kasus yang akan
Kedokteran Universitas Sumatera
dijumpai di lapangan
Utara.
DEFINISI
Menimbulkan reaksi
imun berupa
OLIGOURIA
HIPOTENSI
NAFAS DANGKAL
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
C. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Primary Survey
A : Clear
B : Spontan, RR : 30x/menit
C : TD: 90/70 mmHg, Nadi : 118x/menit
D : GCS: 15, pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+)
E : Log roll, undressed
Secondary Survey
Luka robek tidak dijumpai
Darah tidak dijumpai
Gerakan dinding dada simetris
Status Generalisata
Kepala
Mata : Reflek cahaya (+/+), pupil isokor ( 3mm/3mm), konjungtiva
palpebra pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), edema preorbital (-/-)
Telinga/Hidung/Mulut: Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), TVJ R+2 cmH2O
Thoraks
Inspeksi : Simestris fusiformis, ketinggalan bernapas tidak dijumpai
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernapasan : Vesikuler
Suara tambahan : Ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 cm ICS V/VI LMCS
Perkusi : Atas : ICS II LMCS, Bawah : diafragma
Kanan : ICS IV LPSD, Kiri : 1cm medial ICS V/VI LMCS
Auskultasi : S1 (+) normal, S2 (+) normal, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) lemah
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+)
Genitalia : Laki-laki
Inguinal
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, oedema (-)
Inferior : Akral hangat, oedema (-)
Diagnosa Kerja : Diffuse Peritonitis d/t hollow organ
perforation d/t blunt abdominal
injury + Anemia
Terapi
• IVFD Ringer laktat 20gtt/i
• Inj. Ceftriaxon 1gr/24jam
• Inj. Ranitidine 50mg/12jam
• Inj. Ketorolac 30mg/8jam
• Tranfusi darah 750cc
• Rencana
• Cek Darah lengkap, elektrolit, RFT
• Foto Thorak PA erect
• Konsul Anestesi
• Eksploratory Laparotomy di KBE
KLINIS PASIEN
HASIL LABORATORIUM 27/2/2018
Sebelum Operasi
Laboratorium Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 6.6 g/dL 12 – 16 g/dL
Eritrosit 2.22 jt/ µL 4,50-6,50 jt/ µL
Leukosit (WBC) 14,850 /µL 4,0 – 11,0 x 103/µL
Hematokrit 21% 36 – 47 %
Trombosit (PLT) 298,000 150 – 450 x 103/µL
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 135 mEq/L 135 – 155 mEq/L
Kalium (K) 4.1 mEq/L 3,6 – 5,5 mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula Darah (Sewaktu) 113 mg/dl <200mg/dl
GINJAL
BUN 29 mg/dL 7– 19 mg/dL
Ureum 62 mg/ dL 15 – 40 mg/dL
Kreatinin 0.53 mg/dL 0,6 – 1,1 mg/dL
ANALISA GAS DARAH
PH 7.54 7.35-7.45
PCO2 26.0 38-42
PO2 174.0 85-100
HCO3 22.2 22-26
Total CO2 23.0 19-25
BE 0.8 (-2)-(+2)
Sat O2 100 95-100
FOTO THORAKS
Kesimpulan:
Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo
Pneumoperitoneum
Perforasi
LAPORAN OPERASI
Diagnosis pra bedah Intruksi pasca bedah :
Diffuse Peritonitis d/t hollow organ • Diet Sonde MI
perforation d/t blunt abdominal injury +
Anemia • IVFD Asering 20gtt/i
• IVFD Kabiven 1fl/24jam
Diagnosis pasca bedah
Post eksplorasi laparotomy + yeyestomy +
• Inj. Ceftriaxon 1gr/24jam
primary suture d/t doudeni pars II • Inj. Meropenem 1gr/8jam
• Inj. Metronidazol 500mg/8jam
Indikasi operasi
Terapeutik • Inj. Omeprazole 40mg/12jam
• Inj. Paracetamol 1gr/8jam
Tindakan operasi
Eksplorasi laparotomy, jejunostomy
P - Diet Sonde MI
- IVFD Asering 20gtt/i
- IVFD Kabiven 1fl/24jam
- Inj. Ceftriaxon 1gr/24jam
- Inj. Meropenem 1gr/8jam
- Inj. Metronidazol 500mg/8jam
- Inj. Omeprazole 40mg/12jam
- Inj. Paracetamol 1gr/8jam
28 Februari 2018
S Sesak napas (+), Demam (+)
O Status presens : DPO
TD : 120/70 mmHg ; HR : 110x/menit
RR : 20x/menit dengan NRM 6-7lpm ; T : 37,5°C, Saturasi 02 : 99% ; UOP : 250cc
Thoraks : SP : vesikuler, ST : ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, luka operasi kering
Auskultasi : peristaltik (+) lemah
Perkusi : timpani
Palpasi : soepel
Drain terpasang
Kesimpulan:
- Pneumoperitoneum
TEORI KASUS
Penatalaksanaan Pada pasien telah diberikan tatalaksana
farmakologi:
• Penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang secara intravena. • IVFD Ringer laktat 20gtt/i
• Antibiotik spektrum luas diberikan • Inj. Ceftriaxon 1gr/24jam
secara empirik dan kemudian diubah • Inj. Ranitidine 50mg/12jam
jenisnya setelah hasil kultur keluar. • Inj. Ketorolac 30mg/8jam
• Pemberian analgetik. • Tranfusi darah 750cc
• Dekompresi saluran cerna dengan • Dilakukan laparotomi explorasi.
pemasangan nasogastrik tube.
•Pembuangan fokus septik atau
penyebab radang lain dilakukan
dengan operasi laparotomi.
•Lavase peritoneum dilakukan pada
peritonitis yang difus, yaitu dengan
menggunakan larutan kristaloid
(saline).
Seorang pasien Laki-laki umur 36 tahun didiagnosa dengan Diffuse Peritonitis d/t
Hollow Organ Perforation d/t Blunt Abdominal Injury + Anemia dan ditatalaksana
dengan: