OLEH :
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Selasa
1.1 Pengertian
Peritonitis generalista adalah suatu proses inflamasi local atau menyeluruh pada
peritoneum (membrane serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera abdomen)
yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna atau dari
rongga perut.Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif yang disebabkan oleh
1.2 Etiologi
a. Infeksi bakteri
4) Tukak thypoid
5) Salpingitis
6) Diverticulitis
Kuman yang paling sering adalah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta hemolitik,
wechii.
local.
3) Trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa, rupture hati, trauma tumpul
abdomen
peritonitis granulomatosa
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran
1.3 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
biasanya menghilang bisa infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa
kapiler dan membrane mengalami kebocoran.Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat
dan agresif maka menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator seperti misalnya
selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk.
Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu hipovolemia.
edema seluruh organ intra peritoneal dan edema dinding abdomen termasuk retroperitoneal
muntah.Terjebaknya cairan dicavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan
tekanan intra abdomen membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan
penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi meregang.Cairan
dan elektrolit hilang kedalam lumen usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi
dan oliguria.Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan
yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena adanya gangguan
mekanik maka terjadi peningkatan peristaltic usus sebagai usaha untuk mengatasi
hambatan.Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi
obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangrene yang akhirnya terjadi perforasi usus karena penyebaran bakteri
Pada apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasi
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mucus
tersebut makin banyak namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa dan obstruksi vena sehingga
edema bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendik yang
diikuti dengan nekrosis atau gangrene dinding appendik sehingga menimbulkan perforasi dan
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritoneal.Rangsangan peritoneal yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut,
mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses.Rangsangan
kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas
misalnya didaerah lambung makaakan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan
terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak
terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru
a. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septic) terjadi pada beberapa penderita peritonis
umum.
b. Demam
c. Distensi abdomen
d. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang local, difus, atrofi umum tergantung
peritonitisnya
f. Nausea
g. Vomiting
h. Penurunan peristaltic
1.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak local dan seluruh rongga
abdomen menjadi terkena pada sepsis umum.Sepsis adalah penyebab umum dari kematian
pada peritonitis.Syok dapat diakibatkan dari septikimia atau hipovolemik. Proses inflamasi
dapat menyebabkan obstruksi usus yang terutama berhubungan dengan terjadinya perlekatan
usus. Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan
dehisens luka.
a. Laboratorium
1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan infeksi intra abdomen
left.
6) Kultur darah untuk menentukan jenis kuman dan antibiotic. BGA untuk
b. Radiologis
1) Foto polos
sering ditemukan pada perforasi gaster dan duodenum tetapi jarang ditemukan
USG abdomen dapat membantu dalam evaluasi pada kuadran kanan atas (abses
perihepatik, kolesistitis) kuadran kanan bawah dan kelainan didaerah pelvis. Tetapi
kadang pemeriksaan akan terganggu karena penderita merasa tidak nyaman, adanya
USG juga dapat mendeteksi peningkatan jumlah cairan peritonium (asites), tetapi
penempatan drain yang termasuk sebagai salah satu diagnosis dan terapi pada
peritonitis.
d. CT Scan
CT Scan abdomen dan pelvis lebih sering digunakan pada kasus intraabdominal abses
atau penyakit pada organ lainnya. CT Scan dapat mendeteksi cairan dalam jumlah
yang sangat minimal, area inflamasi dan kelainan patologi GIT lainnya dengan
akurasi mendekati 100%. Abses peritoneal dan pengumpulan cairan bisa dilakukan
Prinsip utama terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan
secara intravena, pemberian antibiotic yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan
penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan focus septic (appendik) atau penyebab
menghilangkan nyeri.
- Penderita tidak cukup baik untuk dilakukan general anesthesia, pada orang tua
dan komorbid
abdomen di ICU.
a) Cairan intravena
cairan ini harus diganti dengan jumlah yang sesuai. Jika ditemukan sistemik
atau pada penderita dengan usia tua dan keadaan umum yang buruk, CVP
(Central Venous Pressure) dan kateter perlu dilakukan, balance cairan harus
kebutuhan cairan.
b) Antibiotic
diubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotic didasarkan pada
c) Oksigenasi
d) Pemasangan NGT
aspirasi
2. Defenitif (pembedahan)
a) Laparatomi
laparatomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertical digaris tengah yang
b) Laparaskopi
ulkus duodenal.Dan dapat juga dilakukan pada kasus perforasi kolon, tetapi
lebih sering dilakukan laparatomy. Kontraindikasi pada penderita dengan syok
dan ileus
drain itu dengan segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum dan
Terjadinya stabilitas hemodinamik dan perfusi organ yang baik dalam hal ini
peritonitis
WOC (Web Of Caution) Peritonitis
Luka abdomen
Invasi bakteri
BAB II
KONSEP DASAR ANESTESI
Robekan pada usus
Eksudat fibrosa
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
Peningkatan leukosit Post operasi
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh.Pembedahan
b. Anestesi
Distensi Regional
abdomen Perubahan jaringan
Hipotalamus
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu.Anestesi
Suara peristaltic berubah regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal
MK : gangguan
(tidak ada, Korteks serebri
kerusakan integritas
anestesi.Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi.Ahli
hipoaktif/hiperaktif)
jaringan/kulit
anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.Pada bedah mayor, seperti
Nyeri dipersepsikan
MK : Disfungsi motilitas
perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
gastrointestinal
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi.Blok anestesi
MK : Nyeri Akut
pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
A. Pengertian
Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap
semua sensasi akibat induksi obat.Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri,
kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena.
B. Tujuan
sevofluran).
analgesik untuk nyeri, dan bila diindikasikan relaksan otot, atau anestesi
regional.
a) Menyediakan jalan napas yang bersih (masker laring atau selang trakea
C. Indikasi
memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan
yang luas
D. Kontra Indikasi
2) Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar atau
melalui ginjal
darah.
Persiapan anestesi dapat dilakukan dengan adanya kunjungan pra anestesi, dimana hal
pasien
Anesthesiologist ) yaitu
pembatasan aktifitas
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa
ASA 4 : pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung bisa
ASA 5 : pasien dengan tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
Adapun hal yang harus diperhatikan selain kesiapan pasien adalah kesiapan alat meliputi
T : Tape (plester)
A. Obat anestesi
1. Golongan sedasi
a. Midazolam
Efek induksi terjadi sekitar 1,5 menit setelah pemberian intravena bila
b. Pethidin
Dosis pemberian :
2. Analgesia
a. Fentanyl
analgesic dan obat bius jika diberikan bersamaan dengan obat lain. Obat
ini bekerja pada SSP. Efek samping dari fentanyl adalah mual dan
mengantuk.
Dosis pemberian :
Dosis pemebrian :
c. Morphin
Dosis pemberian :
3. Induksi
a) Propofol
jantung.
b) Tiopenthal
Dosis pemberian :
Dosis pemberian :
Adalah obat pelumpuh otot yang bekerja pada otot bergaris/otot lurik.
Atracurium
Dosis pemberian :
Rokuronium
kerugiannya adalah terjadi gangguan hati dan efek kerja yang lebih
lama
Dosis pemberian :
a. Isoflurane
pembedahan anestesi
1 MAC = 1,15%
b. Sevoflurane
jantung
Memicu bronchospasme
1 MAC = 2%
B. Obat emergency
1. Adrenalin
2. Sulfas Atropin
Dosis : 0,5-1 mg
3. Lidocain
4. Efedrin
Dosis : IV 5-10 mg
2.5 Tahap-Tahap General Anestesi
a) Stadium I (tahap analgesia) yaitu dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran
b) Stadium II (tahap eksitasi) yaitu dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi
teratur misalnya terdapat batuk, kegelisan, muntah dan perubahan tekanan darah serta
takikardi
c) Stadium III (pembedahan) yaitu dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya
bola mata
Plane II yaitu dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
intercostals
Plane III yaitu dari mulainya paralisis interkostal hingga total paralisis intercostals
Dalam memberikan obat-obatan pada pasien yang akan menjalani operasi maka perlu
1) Pernapasan
Pasien dengan keadaan tidak sadar dapat terjadi gangguan pernapasan dan peredaran
menyebabkan hipersekresi ludah dan lendir sehingga terjadi penimbunan mukus di jalan
napas.
2) Kardiovaskuler
disebabkan oleh karena pemberian obat yang berlebihan, mekanisme reflek nervus yang
katekolamin darah berlebihan, keracunan obat, emboli udara dan penyakit jantung.
3) Gastrointestinal
Regurgitasi yaitu suatu keadaan keluarnya isi lambung menuju faring tanpa adanya
tanda-tanda. Salah satunya dapat disebabkan karena adanya cairan atau makanan dalam
lambung, tingginya tekanan darah ke lambung dan letak lambung yang lebih tinggi dari
letak faring. General anestesi juga menyebabkan gerakan peristaltik usus akan
menghilang.
4) Ginjal
Anestesi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menurunkan filtrasi
5) Perdarahan
pernapasan, denyut nadi melemah, kulit dingin, lembab, pucat serta gelisah.
A. Pengertian
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat .Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
B. Tujuan
C. Indikasi
3. Pemberian anestesi
4. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
D. Kontra Indikasi
1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
E. Persiapan Intubasi
1. Cuci tangan
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
propofol)
13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran
14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
F. Kriteria Ekstubasi
1. Hipoksia
2. Hipercarbi
7. Pasien sadar
BAB III
Riwayat penyakit saat ini:keluarga pasien mengatakan luka operasi keluar pus seperti feses
sejak 3 hari yang lalu pada drainage sebanyak 800 cc, pasien post operasi appendiktomy pada
tanggal 16-03-2023
Riwayat penyakit yang lalu: pasien tidak ada riwayat diabetes mellitus dan hipertensi
Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien pernah dioperasi appendiktomy pada tanggal
16-03-2023 dengan general anestesi intubasi endotracheal
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya / Tidak terpasang O2 nasal : 4 lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( - )
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 105/73 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5’C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal ( reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM
Data Penunjang :
Foto Rontgen :thorax PA
CT Scan : -
MRI :-
EKG :-
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)
21-03- 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, dan frekuensi nyeri 21-03-2023 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang Ningsih
2023 2. Mengidentifikasi skala nyeri 08.35
08.20
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
O:
nyeri
- Pasien tampak tenang
4. Memberikan teknik relaksasi dan distraksi nyeri - TTV dalam batas normal
- Skala nyeri 6
5. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu
P : intervensi dilanjutkan
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.35 WIB s/d 11.25 WIB
Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.35 Midazolam 2 mg 09.05 Ondansentron 4 mg
08.36 Ketamin 80 mg 09.10 Asam traneksamat 1 g
08.37 Fentanyl 150 mcg
08.38 Atracurium 30 mg
08.45 Propofol 20 mg
09.00 Ketorolac 30 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3 4 5 6
BB : 50 kg Hb : 10,5 Kristaloid 1000 2000
EBV : 3.250 cc Input Koloid 1000 1500
ABL (10) : 154 cc Darah 0 0
M: 90 cc Urine 300 500
O:200 Output Darah 1000 1500
M+O 290 580
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
+410 +920
BALANCE CAIRAN 7 8 9 10 11 12
BB: Hb: Kristaloid
EBV : Input Koloid
ABL : Darah
M: Urine
O: Output Darah
M+O
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
Amasalah teratasi
P : intervensi dihentikan
POST ANESTESI
Data Subyektif :-
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 120/60 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( -) Sesak (+) Nadi :90x/mnt ( √ ) Menggigil
( √) Terpasang O2 8 lpm SpO2 :98 % ( - ) Mual & Muntah
RR :18 x/mnt ( √ ) Aldrete/Bromage skore = 10
11.30 12.30 13.30
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
21-03-2023 1. Memonitoring suhu tubuh 21-03-2023 S : pasien mengatakan badannya hangat dan tidak Ningsih
11.30 2. Memonitoring tanda dan gejala akibat hipotermia 12.30 menggigil lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
`
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif.(2005).Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media
Aesculapius.
SOP Keperawatan.2006. Standar Operasional Proseedur. Yogyakarta : Asosiasi Institusi
Pendidikan DIII
Bararah, T., Mohammad Jauhar.2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi Perawat
Profesional.Jilid 2.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.No. 2.
Romanian
Manuaba.(2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba.(2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Edisi 2. Jakarta: EGC
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.