Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


ENDOKRIN (HIPOTIROID)

DISUSUN OLEH:
RAHMAWATI NINGSIH (B832012006)
MOCHAMMAD ATOM MUZAKKI (B832012004)
SUKHOY ARIFIN (B832012007)

PRODI S1 KEPERAWATAN (NON REGULER)


STIKES NAZHATUT THULLAB SAMPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan
dari dosen yang selalu membimbing kami, kepada ibu Faridatul Istibsaroh, M.Tr.Kep
kami mengucapkan terima kasih. Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
baik dari segi materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Sampang, 2 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i


......................................................................................................
......................................................................................................
Daftar Isi ......................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan ...........................................................................................3
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian dari Hipotiroid.............................................................4
2.2 Klasifikasi dari Hipotiroid.............................................................4
2.3 Etiologi dari Hipotiroid..................................................................5
2.4 Patofisiologi dari Hipotiroid .........................................................6
2.5 Tanda dan Gejala dari Hipotiroid..................................................6
2.6 Pemeriksaan pada Hipotiroid.........................................................7
2.7 Penatalaksanaan pada Hipotiroid...................................................8
BAB III ASKEP Pasien Gangguan Endokrin (Hipotiroid)..............................9
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan .......................................................................................14
4.2 Saran .............................................................................................14
Daftar Pustaka ..................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan
sumber daya manusia. Tujuan dalam pengembangan kesehatan yang
tercantum dalam fungsi kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan nasional.
Tubuh kita terdiri dari sistem-sistem yang memiliki peran penting bagi
tubuh. Salah satunya sistem endokrin. Sistem ini meliputi sistem dalam tubuh
manusia yang terdiri dari beberapa kelenjar penghasil hormon, disebut dengan
sistem atau kelenjar endokrin.
Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap
normal. Jika terganggu akan terjadi masalah kesehatan termasuk penyakit
gondok. Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang
meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari
gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadi goiter atau penyakit gondok
memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya
didepan leher dibawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang
fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika
kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah difisiensi hormon.
Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang terletak disebelah kanan
trakea, diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea disebelah
depan. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat didalam leher bagian
depan bawah, melekat pada dinding laring. Atas pengaruh hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat
memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon tiroksin adalah
mengatur pertukaran zat atau metabolisme dalam tubuh dan mengatur
pertumbuhan jasmani dan rohani.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epitalium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan cairan yang bersifat lekat yaitu koloid tiroid yang mengandung
zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin. Hipofungsi kelenjar ini
menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema. Hiperfungsi
kelenjar ini menyebabkan penyakit goiter. Sekresi tiroid diatur oleh sebuah
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu oleh hormon tirotropik.
Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel
atau jaringan tanpa disertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-
hormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai goiter nontoksi atau simpel
goiter atau struma endemik. Kasus gangguankelenjar tiroid menempati urutan
kedua setelah diabetes mellitus namun dalam Riskesdas tahun 2007 tidak
dilakukan penelitian sehingga jumlah pastinya tidak diketahui. Pasien datang
ke layanan kesehatan biasanya sudah mengalami komplikasi sehingga
prognosis menjadi lebih buruk. Kedua kelainan sistem endokrin ini
membutuhkan penanganan komprehensif yang melibatkan privider kesehatan
dan pasien. Kebutuhan utama yang diperlukan pasien adalah pengetahuan,
pasien yang mendapat informasi cukup akan menjadi pasien yang baik karena
pasien memahami perubahan yang terjadi dalam tubuhnya.
Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunan
atau peningkatan sekresi hormon-hormonny maka dampak yang
ditimbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut
mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trakhea dan
esophagus. Apabila pembesaran tersebut berpengaruh pada trakhea maka
salah satu dampak yang terjadi yaitu penyempitan jalan nafas pada pasien
dengan pembesaran tiroid yang dapat mengakibatkan gagal nafas. Selain
berpengaruh pada jalan nafas, berpengaruh juga pada hormon sehingga daya
tahan tubuh paasien sangat rentan menderita penyakit tropik seperti batuk dan
pilek.
1.2 Rumusan masalah
a. Jelaskan pengertian dari hipotiroid ?
b. Bagaimana klasifikasi dari hipotiroid ?
c. Bagaimana etiologi dari hipotiroid ?
d. Bagaimana patofisiologi dari hipotiroid ?
e. Apa saja tanda dan gejala dari hipotiroid ?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjung pada hipotiroid ?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada hipotiroid ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari hipotiroid
b. Mengetahui klasifikasi dari hipotiroid
c. Mengetahui etiologi dari hipotiroid
d. Mengetahui patofisiologi dari hipotiroid
e. Mengetahui tanda dan gejala dari hipotiroid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipotiroid
g. Mengetahui penatalaksanaan pada hipotiroid
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Hipotiroid


Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada
dibawah nilai optimal.
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh
kurangnya penghasilan hormone tiroid oleh kelenjar tiroid.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelnajr tiroid kurang
aktif dan mengahsilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat
berat disebut miksedema.
2.2 Klasifikasi dari Hipotiroid
a. Klasifikasi hipotiroid menurut penyebabnya :
1. Hipotiroidisme primer (tiroidal)
Mengacu pada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri, dimana
lebih dari 95 % penderita hipotiroidisme mengalami tipe ini.
Biasanya meliputi penyakit hashimoto tiroiditis (sejenis
penyakit autoimun) dan terapi radioiodine.
2. Hipotiroidisme sentral (sekunder/pituitary)
Adalah disfungsi tiroid yang disebabkan oleh kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor dikelenjar hipofisis, radiasi/pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak dapat lagi menghasilkan
hormone yang cukup.
3. Hipotiroidisme tersier (hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan
sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi TRH.
b. Klasifikasi hipotiroid menurut usia :
1. Kretinisme (hipotiroidisme congietal)
Adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau segera
sesudah lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita
difisiensi tiroid.
2. Hipotiroidisme juvenilis
Timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun
3. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan
subkutan dan intersisial lainnya. Meskipun miksedema terjadi
pada hipotiroidsime yang sudah berlangsung lama dan berat,
istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan
gejala ekstrim pada hipotiroidisme yang berat.
2.3 Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormone tiroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain :
a) Penyakit hashimoto terjadi akibat adanya antibody yang merusak
jaringan kelenjar tiroid, dimana hal tersebut ditandai pembesaran
kelenjar tiroid dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian.
b) Gondok endemic adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Paada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah.
c) Kelainan metabolic kongenital yang menghambat sintesa hormone
tiroid
d) Penghambatan sintesa hormone oleh zat kimia dan pengobatan
hipertiroidisme baik yodium radiaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme.
2.4 Patofisiologi dari Hipotiroid
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormone tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormone tiroid. Sintesis hormone
tiroid diatur sebgai berikut :
1) Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisi anterior
2) Hipofisis anterior mensintesis Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
yang merangsang kelenjar tiroid
3) Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (T3) Triiodothyronin dan
(T4) Tetra iodothyronin yang merangsang metabolism jaringan yang
meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolism protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta kerja
daripada hormone-hormon lain.
Hypotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisi atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi tiroid maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis maka kadar HT
yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus
tinggi karena tidak adanya umpan balik negative baik dari TSH maupun HT.
hipotiroid yang disebbakan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH dan TRH.
2.5 Tanda dan Gejala dari Hipotiroid
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Nafsu makan berkurang
b. Sembelit
c. Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat
d. Suara serak, berbicara lambat
e. Kelopak mata turun dan alis mata rontok
f. Wajah bengkak
g. Rambut tipis, kering dan kasar
h. Kulit kering, kasar, bersisik dan menebal
i. Denyut nadi lambat
j. Gerakan tubuh lamban
k. Lemah, pusing, capek dan pucat
l. Sakit pada sendi atau otot
m. Tidak tahan terhadap dingin
n. Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuman
o. Depresi
Gejala dini hipotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim
menyulitkan penderitanya untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari secara
penuh. Laporan tentang adanya kerontokan rambut, kuku yang rapuh serta
kulit yang kering sering ditemukan dan keluhaan rasa baal serta parasesia
pada jari-jari tangan dapat terjadi. Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali
lebih sering dibandingkan laki-laki dan paling sering terjadi pada usia 30-60
tahun.
Pada hipotiroidisme lanjut akan menyebabkan dimensia disertai perubahan
kognitif dan kepribadian yang khas. Respirasi yang tidak memadai dan apneu
saat tidur dapat terjadi pada hipotiroidisme berat. Selain itu, disertai dengan
kenaikan kadar kolesterol serum, penyakit jantung coroner. Koma miksedema
menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim dan berat,
dimana pasien mengalami hipotermi dan tidak sadarkan diri.
2.6 Pemeriksaan Penunjang pada Hipotiroid
Ada beberapa pemeriksaan pada penderita hipotiroid yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan
TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah
ditingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid (hipotiroidisme primer)
biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang
tinggi. Sebaliknya T4 dan TSH akan rendah pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder.
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, digenesis epifisis, dan
keterlambatan perkembangan gigi. Komplikasi utama dari
hipotiroidisme congenital dan juvenilis yang tidak diketahui dan tidak
diobati adalah retardasi mental.
2.7 Penatalaksanaan pada Hipotiroid
Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme ialah memulihkan metabolism
pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti
hormone yang hilang. Livotiroksin sintetik merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik. Dosis terpi
pengganti hormone berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum pasien.
Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering
menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai
dengan gejala hipertiroidisme.
Hal-hal yang bias dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain :
 Pemeliharaan fungsi vital
 Gas darah arteri
 Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi
air
 Infus larutan glukosa pekat
 Terapi kortikostiroid
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN (HIPOTIROID)

3.1 PENGKAJIAN
Dampak penurunan kadar hormone dalam tubuh sangat bervariasi, oleh
karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama bisa berupa sesak nafas, sulit menelan, adanya
pembengkakan dan rasa nyeri pada leher, pasien nampak gelisah, tidak
nafsu makan, mudah capek/lelah, intoleran terhadap dingin dan
sembelit
c. Riwayat kesehatan misalnya obat-obatan yang sering dikonsumsi, ada
riwayat memeriksakan bagian lehernya, pernah mendapatkan terapi
obat terkait gejala yang dialami
d. Kebiasaan hidup sehari-hari berupa makanan yang dikonsumsi baik
dengan kadar iodium yang rendah dan nafsu makan yang dialami
e. Pemeriksaan fisik secara head to toe mencakup :
- System integument : kulit dingin, pucat, kering bersisik dan
menebal, pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering,
kasar dan rontok
- System pernafasan : hipoventilasi, pleural efusi dan dispenia
- System kardiovaskuler : bradikardi, disritmia, pemebsaran jantung,
hipotensi dan toleransi terhadap aktifitas menurun
- Metabolic : penurunan metabolism basal, penurunan suhu,
intoleransi terhadap dingin
- System musculoskeletal : nyeri otot dan rileksasi otot yang
melambat
- System neurologi : fungsi intelektual yang melambat, berbicara
lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang,
bingung dan hilang pendengaran
- Gastrointestinal : anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi
dan distensi abdomen
f. Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien
- Pemeriksaan TSH
3.2 ANALISA DATA
a) Data Subjektif (data yang bisa didapat dari klien atau keluarga klien)
berupa penyampaian langsung terjadinya kekerasan tersebut, perasaan
klien dan akibat yang didapatkan oleh klien tersebut
b) Data Objektif ( data yang didapat dari apa yang diliat oleh perawat
yang melakukan pengkajian) berupa pengkajian fisik klien, ekspresi
wajah klien saat dikaji
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hipermetabolisme
2. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan transmisi impuls
sensorik (oftalmopati)
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses
kognitif
3.4 INTERVENSI
1. DX 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetabolisme
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi
Intervensi :
a) Dorong peningkatan asupan cairan
b) Berikan makanan yang kaya akan serat
c) Ajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang
mengandung banyak air
d) Pantau fungsi usus
e) Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas
toleransi latihan
2. DX 2 : Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan transmisi impuls
sensorik (oftalmopati)
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk
dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata
Intervensi :
a) Anjurkan pada pasien bila tidur dengan posisi elevasi kepala
b) Basahi mata dengan borwater steril
c) Jika ada photophobia, anjurkan pasien menggunakan kacamata
rayben
d) Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur,
gunakan plester non alergi
e) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan steroid sesuai program
3. DX 3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan
proses kognitif
Tujuan : agar pasien dapat beristirahat
Intervensi :
a) Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat
dan latihan yang dapat ditolerir
b) Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah
c) Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak
menimbulkan stress
d) Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas
3.5 IMPLEMENTASI
1. DX 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetabolisme
Implementasi :
a) Mendorong peningkatan asupan cairan
b) Memberikan makanan yang kaya akan serat
c) Mengajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang
mengandung banyak air
d) Memantau fungsi usus
e) Mendorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas
toleransi latihan
2. DX 2 : Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan transmisi impuls
sensorik (oftalmopati)
Implementasi :
a) Menganjurkan pada pasien bila tidur dengan posisi elevasi kepala
b) Membasahi mata dengan borwater steril
c) Jika ada photophobia, menganjurkan pasien menggunakan kacamata
rayben
d) Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan
plester non alergi
e) Berkolaborasi dalam pemberian obat-obatan steroid sesuai program
3. DX 3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan
proses kognitif
Implementasi :
a) Mengatur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat
dan latihan yang dapat ditolerir
b) Membantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah
c) Memberikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak
menimbulkan stress
d) Memantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas
3.6 EVALUASI
Rencana yang telah ditindak lanjuti atau diimplementasi pada akhirnya
akan dievaluasi sejauhmana tindakan dapat mencapai tujuan sehingga
tindakan dapat dilanjutkan, dimodifikasi atau diganti.
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis dan
berencana, untuk menilai perkembangan pasien dengan kriteria setiap
tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap indicator yang ada pada
rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
sesuai standar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada
dibawah nilai optimal. Tubuh kita terdiri dari system-sistem yang memiliki
peran penting bagi tubuh. Salah satunya system endokrin. Keseimbangan
hormone penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal.
4.2 Saran
Dari penyakit ini dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok,
tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi
iodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan
organisme yang menyebabkan infeksi. Selain itu pasien-pasien mampu
mendeteksi perubahan dalam dirinya terkait gejal-gejala dari hipotiroid.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R, Tomay, A.M. (2006). Nursing Theories ang Their Work. (6th Edition).
USA : Mosby Elsevier

American Thyroid Association. (2013). Thyroid and Weight, USA : Mary Ann Libert
Inc Publisher

Djokomoeljanto, R.J. (2007). Penyakit Kelenjar Gondok ; Sebuah Tinjauan Populer.


Semarang : Balai Penerbit Universitas Diponegoro

Gaglia, J.L., Wyckoff., Abrahamson, M.J. (2004). Acute Hyperglicemic Crisis in


Elderly. Med. Cli. Nam Journal. 1063-1084

Anda mungkin juga menyukai