Hubungan Antara Narkoba Dan Perilaku Seks Tidak Aman Dengan Hiv
KOTA SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul “Hubungan Antara Narkoba Dan Perilaku Seks Tidak Aman Dengan HIV”
Makalah ini berisikan tentang Latar belakang, rumusan masalah, tujuan juga manfaat
yang nantinya diharapkan Makalah ini memberikan informasi kepada kita semua tentang
“Hubungan Antara Narkoba Dan Perilaku Seks Tidak Aman Dengan HIV”
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata “sempurna”, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, semoga Allah SWT senantiasa
meridhai usaha kita. Aamiin.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................................7
D. Manfaat Penyusunan Makalah........................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................9
1. Pengertian Narkoba.........................................................................................................9
2. Faktor-faktor penggunaan Narkoba..............................................................................10
3. Pengertian Seks Bebas..................................................................................................11
4. Pengertian HIV/Aids.....................................................................................................11
5. Populasi Kunci atau Faktor Prilaku Penyebaran HIV...................................................13
6. Hubungan Narkoba dengan prilaku seks bebas............................................................19
7. Pencegahan penggunaan Narkoba dan Perilaku Seks bebas.........................................22
8. Penatalaksanaan Pengendalian HIV pada populasi kunci.............................................24
BAB III PENUTUP................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tetapi saat ini tidak hanya kalangan remaja saja yang dapat melakukan pergaulan
bebas tersebut akan tetapi kalangan usia dewasa pun tak luput dari pergaulan bebas
perilaku penyimpangan seks bebas. Kedua masalahini cukup membahayakan dan bisa
melumpuhkan suatu bangsa. Jika pemudanya kuat maka bangsa akan kuat, jika
bersangkutan, tetapi juga keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Individu
yang sudah sampai pada taraf ketergantungan (adiksi) akan menghalalkan segala cara
agar bisa mendapatkan obat bila efek obat yang dipakai sebelumnya sudah habis.
Tindakan menghalalkan segala cara inilah yang nantinya dapat sampai pada tindakan
membutuh- kan uang yang cukup banyak untuk mem- biayai kebiasaannya, sehingga
Masa remaja adalah masa kritis dalam perkembangan individu. Pada masa ini
remaja banyak mengalami konflik. Remaja yang belum dapat dikategorikan individu
yang mandiri, membutuhkan orangtua atau orang dewasa lain untuk membantu
mereka. Keluarga – terutama orangtua atau orang dewasa lain – diharapkan bisa
menjadi figur atau pribadi yang dapat memberikan arah (sekaligus menanamkan nilai,
norma serta sikap yang terdapat dan dianut oleh masyarakat), memantau, mengawasi,
seksual (Wincze dkk., 1991). Ada beberapa jenis narkoba yang dapat merangsang
nafsu seksual. Kokain (Masters dkk., 1985), mariyuana (Masters dkk., 1985; Brauer,
(Masters dkk., 1985) bila diguna- kan dalam dosis rendah. Temuan tersebut dapat
diartikan bahwa para penyalahguna ketiga jenis narkoba tersebut akan cenderung
untuk melampiaskan nafsu seksualnya setelah memakai narkoba. Salah satu hal yang
ingin diungkap dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah ketika seorang
karena keduanya.
penelitian Besral dan Zani dengan menggunakan data sekunder dari survei surveilans
zat adiktif suntik masih aktif secara seksual dengan peri- laku berisiko. Dari 33%
pengguna napza suntik dengan perilaku seksual berisiko, sebanyak 19,5% melakukan
hubungan seksual dengan pasangan tidak tetap dan 12,1% berhubungan seksual
dengan pasangan komersil. Dari 19,5% yang melakukan perilaku seksual berisiko
dengan pasangan tidak tetap, 90% tidak menggunakan kondom. Sedangkan dari
menggunakan kondom.
Kecenderungan pengguna narkotika melakukan perilaku seksual yang tidak aman dan
belum waktunya juga se- makin memperparah kondisi kualitas hidup pecandu dan
tentunya berdampak besar pada kelangsungan hidup di masa depan. Dari pelbagai
masyarakat. Perbedaan dari peneli- tian ini adalah masyarakat pecandu narkotika yang
dirawat inap dan yang direhabilitasi di rumah sakit sebagai responden. Kesadaran
berisiko. Masyarakat yang menggunakan narkotika sejak dini akan berdampak buruk
dan menjadi beban berat bagi ne- gara, masyarakat dan keluarga pecandu narkotika.
kemung- kinan risiko yang sangat besar untuk mengalami kom- plikasi penyakit
usia muda, baik laki-laki maupun perempuan, berhubungan dengan pelbagai masalah
seperti kesehatan fisik dan mental serta berdampak negatif terhadap perilaku seperti
tindakan melakukan kriminal seksual seperti pemerkosaan, ter- ganggunya ketertiban
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dengan jelas
Hubungan Antara Narkoba Dan Perilaku Seks Tidak Aman Dengan HIV.
2. Tujuan Khusus
Secara lebih spesifik kami mengharapkan dari proses penyusunan makalah
tentang Hubungan Antara Narkoba Dan Perilaku Seks Tidak Aman Dengan HIV
didapatkan hasil:
a. dapat memehami pengertian Narkoba
b. dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
mengkonsumsi narkoba
c. dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan prilaku seks tidak aman
d. dapat memehami pengertian HIV/AIDS
e. dapat menjelaskan faktor prilaku penyebaran HIV/AIDS
f. Dapat menjelaskan hubungan antara narkoba dan perilaku seks tidak
aman dengan HIV
g. Dapat memahami proses pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
D. Manfaat Penyusunan Makalah
1. Bagi Penyusun
Seorang perawat tidak akan bisa bekerja tanpa modal ilmu yang dimilikinya,
modal utama bagi seorang perawat untuk menjaga dirinya sendiri dari resiko
antara Narkoba, Seks tidak aman dengan HIV adalah satu dari sekian banyak
referensi yang harus ada dan dijadikan salah satu dari pedoman pembelajaran pada
pendidikan keperawatan
kesehatan terutama terhadap HIV penting bagi seorang perawat mengetahui cara
PEMBAHASAN
1. Pengertian Narkoba
otak berubah, begitu pula fungsi vital organ lain di dalam tubuh.
digunakan sebagai pilihanterakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
mengakibatkan ketergantungan.
siapapun tanpa melihat siapa di sini sebagai pasangan sah atau bukan pasangan
sah nya atau juga perilaku seks menyimpang misalnya seks yang dilakukan
seks tersebut merupakan perilaku seks yang beresiko yaitu perilaku seks yang
narkoba dengan jarum suntik, juga dapat menimbulkan masalah lain terutama
menimbulkan kehamilan di luar nikah. Hamil di usia muda yang rentan dari segi
medis dan belum siap secara mental sehingga akibat dari tidak dapat
menerima keadaan yang membuat jadi hamil seorang remaja bisa nekad
4. Pengertian HIV/Aids
Virus: virus) yaitu virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
Syndrom : kumpulan gejala) adalah fase terakhir dari infeksi HIV, yang
merupakan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana
terhadap HIV dalam darah. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV
tampak sehat dan merasa sehat. Test HIV belum bisa mendeteksikeberadaan
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibodi terhadap HIV. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10
lebih pendek).
diare terus menerus, flu, dll. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan,
tergantung daya tahan tubuhnya. 4) Tahap terakhir AIDS Yaitu kondisi sistem
semakin parah.
HIV and AIDS (UNAIDS) cakupan rata-rata HIV berjumlah 37,9 juta orang
dan AIDS berjumlah 770 ribu orang. Ada 19 juta orang didunia juga tidak tahu
kasus HIV sebanyak tahun 2016 41,250 juta orang, tahun 2017 48,300
juta orang dan pada tahun 2018 46,659 juta orang. Kasus penderita AIDS
dari tahun 2016 ada 10,146 juta orang,tahun 2017 ada 9,280 juta orang dan tahun
2018 sebanyak 10,190 juta orang. Data tersebut sempat mengalami penurunan
7).Kasus HIV dan AIDS di Indonesia menurut Badan Narkotika Nasional (BNN)
tahun 2019 mencapai 22.600 juta orang (Badan Narkotika Nasional, 2019).
a. Hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian, hal ini
b. Tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman, seperti berganti pasangaan
dan tidak menggunakan kondom. Melakukan hubungan seks yang tidak aman
dapat terjadi terutama pada remaja yang kurang mendapat pengetahuan yang
cukup bahwa melakukan hubungan seks sekali saja sangat berpotensi untuk
tertular HIV.
c. Melakukan proses persalinan yang aman bagi ibu dengan HIV positif .
Indonesia, yaitu :
a. Jenis Kelamin
b. Usia
5,4 kali berpengaruh terhadap kejadian HIV/AIDS pada laki-laki (10). Selain
itu, menurut Yunior dan Ika (2018), usia <40 tahun berisiko berusia terinfeksi
HIV/AIDS 7,252 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berusia ≥40
tahun (16).
c. Status Menikah
terjadi HIV/AIDS sebesar 2,54 kali dibanding individu yang statusnya belum
menikah (17). Selain itu, usia pertama menikah <20 tahun berpengaruh
terjadinya HIV/AIDS sebesar 5,62 kali lebih besar dibandingkan pada wanita
d. Pendidikan
Kejadian HIV juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat
pendidikan yang rendah berisiko 4,709 kali lebih besar berpengaruh terhadap
kejadian HIV/AIDS (9). Pada Wanita yang pendidikannya ≤9 tahun memiliki risiko
HIV/AIDS 15 kali lebih besar dibanding wanita yang pendidikannya >9 tahun (12).
Menurut Yunior dan Ika (2018), responden yang berpendidikan rendah beresiko
terinfeksi HIV/AIDS 1,872 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berpendidikan
tinggi (16). Menurut Susilawati, Muchlis, dan Ana (2018), individu yang
pengetahuan yang rendah juga dapat mempengaruhi individu untuk terinfeksi HIV
g. Riwayat Tindik
tindik dengan jarum suntik yang tidak steril dapat berisiko terhadap kejadian
pasangannya. Hal ini didukung oleh Susilowati (2011) bahwa keluarga yang
memiliki riwayat HIV/AIDS berisiko 2,59 kali terjadi penularan HIV (9).
Selain itu, menurut Susilawati, Muchlis, dan Ana (2018), riwayat keluarga
yang positif HIV/AIDS dapat berisiko terjadinya penularan sebesar 2,95 kali
memiliki risiko terjadi HIV/AIDS 83,74 kali lebih besar dibanding wanita
(2011), penyakit menular seksual berisiko 2,67 kali lebih besar berpengaruh
terhadap kejadian HIV/AIDS. Didukung pula oleh Susilawati, Muchlis, dan
berisiko 2,56 kali terinfeksi HIV/AIDS (18). Selain itu, Murtono et al (2018)
menyatakan bahwa riwayat infeksi menular seksual memiliki risiko 2,92 kali
lebih besar dibanding tidak memiliki riwayat infeksi menular seksual. Bahkan,
terakhir berisiko terinfeksi HIV 1,7 kali dibanding yang tidak terinfeksi
menular seksual. Dan ketika individu terinfeksi sifilis, berisiko terjadi HIV
sebesar 2,6 kali Infeksi menular seksual sangat berisiko ketika melakukan
hubungan seksual dengan pasangan selain melalui vagina, oral, ataupun anal,
hal ini didukung oleh Murtono et al (2018) bahwa bentuk kombinasi aktivitas
j. Orientasi Seksual
1) Heteroseksual
memiliki peluang 2,23 kali dan pada penelitian Susilawati, Muchlis & Ana
2) Homoseksual
kali terinfeksi HIV/AIDS dibanding yang bukan homoseksual. Hal ini juga
di dukung oleh Nurhayati, Sudirman, dan Afni (2018), bahwa responden
yang melakukan hubungan lelaki seks lelaki berisiko memiliki peluang 1,97
3) Biseksual
pasangan seksual lebih dari satu, menurut Muchimba dkk (2013) dalam
secara acak akan mengakibatkan infeksi. Hal ini didukung oleh penelitian
pasangan ≥ 2 orang berisiko 2,36 lebih mungkin terjadi HIV. Selain itu,
yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu berisiko terjadinya HIV/AIDS
23,32 kali lebih besar dibanding wanita yang punya pasangan seksual hanya
satu.
Selain pasangan seksual lebih dari satu, ternyata risiko HIV juga
dipengaruhi oleh hubungan seks anal atau vaginal tanpa kondom. Menurut
peningkatan risiko HIV, yaitu penggunaan jarum suntik yang tidak aman
secara bersama-sama di antara pengguna narkoba suntik, hal ini didukung oleh
penelitian Susilowati (2011), bahwa status penggunaan narkoba suntik berisiko 4,51
Menurut Inggariwati dan Sudarto (2018), perilaku sharing jarum suntik 2,42
kali lebih berisiko terjadinya infeksi HIV pada kelompok penasun (20). Selain itu,
menurut penelitian Susilawati, Muchlis dan Ana (2018), sebesar 4,51 kali
suntik berisiko memiliki peluang 9,3 kali lebih besar menderita HIV/AIDS dibanding
dengan tidak menggunakan narkoba suntik. Studi di Nanjing, China pun menyatakan
individu yang pernah menggunakan narkoba berpotensi terinfeksi HIV 3,05 kali
lebih besar dibanding yang tidak pernah menggunakan narkoba suntik. Ditambah lagi,
pada penasun yang berstatus tidak bekerja lebih mungkin terjadi HIV/AIDS sebesar
Lama menjadi Penasun sekitar 120- 240 bulan berisiko 1,78 kali terinfeksi
HIV. Bahkan pada penggunaan narkoba suntik (Penasun) >5 tahun berisiko 5,31 kali
lebih besar berisiko HIV, dan dalam seminggu lebih dari 6 kali menyuntik napza
memiliki risiko 4,02 lebih mungkin terjadi HIV. Faktor risiko utama kejadian HIV
pada penasun adalah pemakaian jarum suntik yang bergantian. Agar terlindung dari
HIV, penasun tidak boleh sekalipun menggunakan alat suntik bekas atau selalu
Populasi Definisi
WPS Perempuan berusia 15 tahun ke atas yang menerima uang atau barang untuk
melakukan seks penetratif anal atau vaginal dalam 12 bulan terakhir.
LSL Laki-laki secara biologis yang berusia 15 tahun ke atas yang berhubungan seks
dengan laki-laki lain dalam 12 bulan terakhir
Penasun Laki-laki atau perempuan berusia 15 tahun ke atas yang menyuntik obat-
obatan yang dikategorikan sebagai napza dalam 12 bulan terakhir
Waria Laki-laki secara biologis berusia 15 tahun ke atas yang mengidentifikasi
identitas gender mereka sebagai perempuan
Pelanggan WPS Laki-laki berusia 15 sampai 49 tahun yang membayar perempuan dengan
uang atau barang untuk melakukan seks penetratif anal atau vaginal dalam
12 bulan terakhir
Pelanggan Waria Laki-laki berusia 15 sampai 49 tahun yang membayar Waria (sesuai definisi
di atas) dengan uang atau barang untuk seks penetratif anal dalam 12 bulan
terakhir.
tubuh pada umumnya juga kesehatan reproduksi yang akan diderita oleh si
mendorong laju epidemi HIV dibeberapa Negara di dunia (Mathers,et al, 2007;
UNAIDS & WHO, 2007). HIV dapat menyebar dengan cepat diantara pengguna
Napza suntik dan dapat meningkatkan prevalensi HIV dari yang pada awalnya
semua infeksi HIV, 55% diantaranya terinfeksi melalui praktik penyuntikkan dan
faktor yang menyebabkan penasun menjadi salah satu populasi yang memiliki
jarum secara bergantian tetapi juga melalui perilaku seksualnya yang tidak aman.
masyarakat umum sehingga perlu perhatian yang khusus terhadap perilaku seksual
dengan tiga cara yaitu : abstain from sex (sama sekali tidak melakukan hubungan
seks), be faithful (melakukan hubungan seks hanya denagn suami atau istri saja),
dan consistenly condom (selalu memakai kondom bila melakukan hubungan seks)
Berikut adalah beberapa jenis narkotika yang berhubungan erat dengan seks
yang tidak menggunakan narkoba antara 60-80 permenit namun bagi sang
pengguna, detak nadi akan naik sampai 120 detak per menit. Selain itu
penderita akan terus bergerak. Setelah efek tersebut mulai berkurang maka
kondisi seperti ini, maka siapapun tidak akan merasa perlu untuk
menseleksi siapa partner seksnya dan tiak akan melihat dampak dari
2. Shabu
Susunan Saraf Pusat (SSP) untuk bekerja. Efek dari kerja shabu ini bisa
lebih lama dari orang normal, bisa lebih dari dua hari dua malam bahkan
tujuan atau orientasi orang itu atas dampak yang diharapkan, misal untuk
sendiri. Shabu ini pun memberikan efek pada tubuh luar sang pengguna.
Efeknya antara lain agar tubuh mereka menjadi lebih terang dan terkesan
lebih bersih, sehingga tidak jarang mereka yang mengkonsumsi jenis ini
yang lebih parah lagi melakukan seks komersil atau menjual diri mereka
sendiri. Seks secara komersil ini dilakukan baik ari pecandu perempuan
menjadi pelacur dan pecandu pria menjadi gigolo. Sheingga tidak jarang
para remaja melakukan seks bebas di luar dengan siapa pun partnernya
1. Upaya Preventif
Upaya penyalahgunaan narkoba dan tindakan seks bebas melalui keluarga dan
masyarakat. Strageti yang dibutuhkan dalam hal ini ialah dilakukan secara
dan pemerintahan.
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif meliputi treatment dan rehabilitatif. Hingga saat ini belum
dan memuaskan, baik secara teratment maupun rehabilitatif. Namun hal ini
Orang tua sebagai bagian dari masyarakat memiliki banyak peran penting
dari bahaya narkoba dan seks bebas. Langkah-langkah yang dapat di lakukan
antara lain:
a. Lingkungan Keluarga
dokter
3. Berikan informasi tentang bahaya narkoba dan bahaya seks bebas sejak
dini
PENUTUP
A. Kesimpulan
siapapun tanpa melihat siapa di sini sebagai pasangan sah atau bukan pasangan
sah nya atau juga perilaku seks menyimpang misalnya seks yang dilakukan
seks tersebut merupakan perilaku seks yang beresiko yaitu perilaku seks yang
Virus: virus) yaitu virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
Syndrom : kumpulan gejala) adalah fase terakhir dari infeksi HIV, yang
1. Orangtua
Sebagai orangtua yang baik, harus memberikan perhatian dan kasih sayang
sebayanya dan bila terlalu bebas dapat memicu pergaulan bebas, seperti seks
bebas dan narkoba. Orang tua Harus memperhatikan dan membatasi pergaulan
2. Para Remaja
Sebagai remaja muda harus bisa menghindari pergaulan bebas yang dapat
Remaja harus bisa memilih atau memilah mana yang baik dan yang benar dari
pergaulan yang salah. Jika ingin mengetahui sesuatu hal yang mungkin belum
Covington, S. 1991. Awakening Your Sexuality: A Guide for Recovering Women. New
York: Harper Collins Publishers.
Haryanto dan Haditono, S.R. 1997. Hubungan antara Jangka Waktu Pembinaan dengan
Penurunan Gejala- Gejala Ketergantungan Narkotika. Psikologika.
Heny LS. 2011. Perilaku berisiko remaja di Indonesia menurut survei kese- hatan reproduksi
remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi.
Iskandar S, Basar D, Hidayat T, Siregar I, Pinxten L, van Crevel R, et al.2010. High risk
behavior for HIV transmission among former injecting drug users: a survey from Indonesia.
BMC Public Health.
Y. Wulandari and I. S. Mustikawati, “Hubungan Pengetahuan tentang HIV & AIDS dengan
Perilaku Pencegahan Berisiko HIV & AIDS pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta,” Forum Ilm., vol. 10, no. 2, pp. 220–229, 2017.
Y. Zamrodah, “PENGEMBANGAN APLIKASI ANTI NARKOBA BERBASIS ANDROID
SEBAGAI MEDIA LAYANAN INFORMASI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 1 PASURUAN,” vol. 15, no. 2, pp. 1–23, 2016.