Oleh Kelompok 3
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS KESEHATAN
TA. 2020/2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Yang Telah
Melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya, karena hanya dengan karunianya itulah penyusun
makalah ini dapat di sesuiakan dengan rencana.
Penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada yang sebagai dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. terselesaikannya makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Populasi Rentan pada Penyakit Mental
Penyusun meyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurnah.Untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Pengertian Penyakit Mental.......................................................................................................6
2. Jenis Kondisi penyakit mental...................................................................................................6
3. Aktivitas Komunitas Pada Penyakit Mental pada program CMHN (Community Mental Healt
Nursing) adalah :...............................................................................................................................8
4. Adaptasi Terhadap Penyakit Mental..........................................................................................9
5. Perhatian Area Terhadap Orang yang Penyakit mental................................................................10
6. Kebijakan Pemerintah Keterkaitan Penyakit Mental....................................................................11
7. Keperawatan Kesehatan Komunitas pada Orang dengan Penyakit Mental..................................12
BAB III............................................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi berisiko adalah kondisi yang memperngaruhi
kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat. Popolasi rawan atau
rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang
relative atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Kenyataan menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki bnayak peraturan perundang-undnagan yang mengatur
tentang kelompok rentan tetapi tingkat implementasinya sangat beragam. Sebagian
undang-undang sangat lemah pelaksanaannya sehingga keberadaannya tidak memberi
manfaat bagi masyarakat.
Salah satu kategori penyandang disabilitas yang belum mendapatkan perhatian
yang cukup dari pemerintah adalah penyandang disabilitas mental. Hal ini sangat di
sayangkan, Karena jumlah penyandang disabilitas mental di Indonesia cukup besar.
Diperkirakan lebih dari 2.9 juta orang penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas,
mengalami gangguan perilaku dan atau emosional (Derektorat Rehsos Penyandang
Disabilitas, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penyakit mental
2. Kondisi penyakit mental
3. Aktivitas komunitas pada penyakit mental
4. Adaptasi terhadap penyakit mental
5. Perhatian area terhadap orang penyakit mental
6. Kebijakan pemerintah berkaitan penyakit mental
7. Keperawatan kesehatan komunitas pada orang dengan penyakit mental.
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui Pengertian penyakit mental
2. Untuk mengetahui Kondisi penyakit mental
3. Untuk mengetahui Aktivitas komunitas pada penyakit mental
4. Untuk mengatahui Adaptasi terhadap penyakit mental disabilitas
5. Untuk pengetahui Perhatian area terhadap orang penyakit mental disabilitas
6. Untuk mengetahui Kebijakan pemerintah berkaitan disabilitas, penyakit
mental
7. Untuk mengetahui Keperawatan kesehatan komunitas pada orang dengan
disabilitas populasi penyakit mental.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Gangguan kecemasan
Atau disebut dengan anxiety disorder biasanya, penderita akan merespon benda
atau situasi tertentu dengan sangat ketakautan, disertai gejala panic seperti detak
jantung yang cepat dan berkeringat. Anxiety disorder merupakan ganggan
mental, yang membuat penderitanya hidup dengan penuh kecemasan, ketakutan,
serta kekhwatiran berlebih.
2) Gangguan suasana hati
Disebut juga gangguan afektif, melibatkan perasaan sedih atau perasaan merasa
terlalu bahagia, atau fluktuasi dari kebahagiaan dan ksedihan ekstrem. Beberapa
contoh penyakit psikologi yang termasuk gangguan susasana hati adalah bipolar,
depresi kangka panjang, gangguan afektif musiman, perubahan suasana hati dan
iritabilitas yang terjadi selama fase pra menstruasi, serta depresi karena penyakit
fisik.
3) Gangguan psikotik
Gangguan psikotik melibatkan kesadaran dan pemikiran yang menyimpang.
“gejala plaing umum dari kelainan psikotik adalah halusinasi, seperti mendengar
suara dan khayalan yang tidak bisa dilihat orang lain.
4) Gangguan makan
Adalah maslah mental yang melibatkan pikiran tentang makanan atau perilaku
makan. Mungkin makan lebih sedikit atau lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Kondisi ini pun umumnya terkait dengan kecemasan atau kekhawatiran berlebih
terhadap berat dan bentuk tubuh.
5) Depresi adalah jenis gangguan mental yang paling sering terjadi. Gangguan
mental ini ditandai dengan kesedihan yang terlalu lama hingga penderitanya.
Bisa merasa putus asa, bersalah, tidak berharga, tidak termotivasi, hingga
berbagai keluhan fisik yang tidka jlas penyebabnya.
6) Gangguan stress (pascatrauma)
Adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami,
atau melihat peristiwa traumatis. Peristiwa ini bisa berupa kejadian yang
mengancam jiwa, seperti bencana alam, kecelakaan mobil, atau kekerasan
seksual, atau pengalaman lain yang membuatnya trauma.
6) Rujukan
Pengertian adapatasi
1) Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan
fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor
tertentu. Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik, yaitu suatu
proses dimana mekanisme merasakan suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu
tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil untuk
membangkitkan panas tubuh.
2) Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan
berhasil. Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif.
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas,
kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat,
kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga
mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional
dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan tress.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak
langsung.
3) Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan.
4) Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stresor
sebagai hukuman.
Dalam suatu budaya tertentu, orang-orang secara sukarela mencari bantuan dari
para professional untuk menangani gangguan jiwanya. Sebaliknya dalam kebudayaan
yang lain, gangguan jiwa cenderung diabaikan sehingga penanganan akan menjadi jelek,
atau di sisi lain masyarakat kurang antusias dalam mendapatkan bantuan untuk
mengatasi gangguan jiwanya. Bahkan gangguan jiwa dianggap memalukan atau
membawa aib bagi keluarga. Hal kedua inilah yang biasanya terjadi dikalangan
masyarakat saat ini.
Dengan alasan, jika tidak dipasung akan mengamuk dan merugikan orang lain.
Perlakuan lain yang lebih mudah dilakukan adalah, orang dengan gangguan jiwa
dibiarkan berkeliaran di jalan, tidak diindahkan lagi oleh anggota keluarganya. Orang
dengan gangguan jiwa lebih sering dikucilkan daripada diajak berinteraksi dan
berkomunikasi oleh orang lain (Kartono, 1989). Sebenarnya, usaha pengobatan secara
medis pernah dilakukan, namun tidak dilanjutkan karena memerlukan banyak biaya.
Dari pernyataan Pasal 149 ayat (2) tersebut dapat kita ketahui bahwa pengobatan
dan perawatan wajib diberikan kepada penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum. Dalam pasal tersebut diperjelas pula
bahwa yang melakukan pengobatan dan perawatan salah satunya adalah pemerintah
daerah.
Landasan hukum terkait pemenuhan hak penderita gangguan jiwa juga terdapat
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Jiwa yang memperkuat pernyataan yang ada pada Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 149 ayat (2). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 81 menyatakan bahwa :
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan upaya rehabilitasi terhadap
ODGJ terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang
lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.
tidak mampu;
tidak mempunyai keluarga, wali atau pengampu; dan/atau c. tidak diketahui
keluarganya.
Bunyi dari pasal tersebut mendukung pasal 149 ayat (2) dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tetang Kesehatan. Dengan adanya
pasal-pasal yang telah disebutkan dengan jelas sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemenuhan hak penderita gangguan
jiwa, hak yang dimaksud tersebut adalah hak untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan serta rehabilitasi.
c) Manajer kasus
Perawat diharapkan dapat menglola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
d) Administrator (pengelola)
Perawat merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif tindakan
dan terapi yang harus diterima oleh ODGJ.
e) Konseler
Perawat memberikan konseling untuk membantu ODGJ dan Keluarga dalam
memilih keputusan yang akan diambil dalam penanganan masalah kesehatan jiwa.
f) Advokat
Perawat memberikan pembelaan kepada indvidu, keluarga,kelompok,komunitas,
pembelaan dapat berupa pemberikan pelayanan yang terbaik, memastikan
kebutuhan ODGJ terpenuhi dan hak-hak ODGJ terlindungi.
g) Kolaborator
Perawat bersama klien, keluarga, tim kesehatan lain berupaya mengidentifikasi
pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan
yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan
dari berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
h) Praktisi dan koordinator.
Peran perawat sebagai praktisi dan koordinator adalah:
Melakukan intervent untuk membantu pasien dalam mengendalikan atau
mengurangi gejala gangguan jiwa.
Membantu pasien dalam "menavigasi/mengarahkan" jaringan lembaga yang
terpisah-pisah dan penyedia layanan lainnya.
Mengantisipasi dan mengevaluasi tindakan penyedia layanan yang lain dan
berkomunikasi dengan konsumen, keluarga, layanan rehabitlitasi, dan lembaga
pemerintah atau sosial.
mengantisipasi dan mencegah terjadinya kritis pada individu, keluarga dan
masyarakat, misanya mengatur pengguna obat psikotropika untuk berbagi
pengalaman tentang berinteraksi dengan psikiater. mengelola efek samping
obat-obatan.dan meningkatkan strategi koping mereka. Sikap menta proaktif
tersebut dapat membantu mencegah masalah yang menyebabkan klien
menghentikan pengobatan dan konsekuensi dari tindakan tersebut.
Menyesuaikan konsumen dan keluarga dengan penyedia layanan yang sesuai
dengan budaya dan sensitif untuk mencapai"keselarasan.
i) Model peran
Perawat yang berperan sebagai role model haruslah menjadi panutan bagi
pasiennya. Perawat berkewajiban untuk menampilkan model perilaku yang
adaptif, karena apabila perawat memiliki masalah kehidupan pribadi akan
berdampak terhadap pelayanan yang diberikannya. Untuk itu. perawat kesehatan
masyarakat harus mampu memisahkan antara masalah kehidupan pribadi dengan
kehidupan profesionalnya.
j) Konsultan
Perawat kesehatan masyarakat sebagai konsultan berperan :
Sebagai sumber pengetahuan khusus dan keahlian praktik yang terbaik dan
memfasilitasi penerapannya dalam layanan kesehatan jiwa.
Memberikan konsultasi dan pendidikan untuk klien, perawat, professional
kesehatan lainnya, oraganisasi perawatan kesehatan jiwa dan pembuat
kebijakan;
Menjaga pemberian praktik sebaik mungkin
Mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi model praktik keperawatan
terbaik.
k) Peneliti
Peran perawat kesehatan masyarakat sebagai peneliti adalah :
Mengidentifikasi dan menggunakan penelitian dalam pengambilan keputusan
dan membantu pasien membuat pilihan terbaik.
Berpartisipasi dalam proyek penelitian di semua tingkatan untuk menghasilkan
penelitian kualitatif dan atau kuantitatif yang berkaitan dengan praktik
keperawatan, administrasi dan pendidikan.
Mengembangkan program penelitian kesehatan jiwa masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman penggolongan Diagnostik Gangguan jiwa).
Defenisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III
adalah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah syndrome atau pola
perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability).
Di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Mental illness adalah kondisi yang umum terjadi pada siapapun. Menurut WHO.
Satu dari lima anak-anak dan remaja di dunia memiliki gangguan mental smentara pada
orang dewasa, kondisi memengaruhi satu dari empat orang di dunia. Adapun dari kasus
tersebut, sekitar setngahnya dimulai pada remaja di bawah usia 14 tahun. Ini merupakan
usia rawan munculnyagangguan mental yang kerap terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Eperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga, 1st Indonesia edition,by Junaiti Sahar, Agus
Setiawan & Ni Made Riasmini opyrigh 2019 Elsevler Singapure Pte Ltd.