Anda di halaman 1dari 17

Makalah Komunitas

Askep Populasi Rentan Dengan Penyakit Mental

Oleh Kelompok 3

1. Aulfa Zadkia Mardianto 7. Monica Rahmatika Ra


2. Intan Hikmatul Hasanah 8. Rani Rahmadhani
3. Ismail Hamdi 9.Sinta Mulia
4. Kevindo Putra Jaya 10. Tesa Aprianti
5. Khaira Nikmah 11. Tri Selsa
6. Marisya Rahmi

Dosen Pembimbing :

Ns. Maidaliza, M.Kep

PROGRAM STUDI SERJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESI

TA. 2020/2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Yang Telah
Melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya, karena hanya dengan karunianya itulah penyusun
makalah ini dapat di sesuiakan dengan rencana.

Penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada yang sebagai dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. terselesaikannya makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Populasi Rentan pada Penyakit Mental

Penyusun meyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurnah.Untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 14 Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 3

DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Pengertian Penyakit Mental.......................................................................................................6
2. Jenis Kondisi penyakit mental...................................................................................................6
3. Aktivitas Komunitas Pada Penyakit Mental pada program CMHN (Community Mental Healt
Nursing) adalah :...............................................................................................................................8
4. Adaptasi Terhadap Penyakit Mental..........................................................................................9
5. Perhatian Area Terhadap Orang yang Penyakit mental................................................................10
6. Kebijakan Pemerintah Keterkaitan Penyakit Mental....................................................................11
7. Keperawatan Kesehatan Komunitas pada Orang dengan Penyakit Mental..................................12
BAB III............................................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi berisiko adalah kondisi yang memperngaruhi
kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat. Popolasi rawan atau
rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang
relative atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Kenyataan menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki bnayak peraturan perundang-undnagan yang mengatur
tentang kelompok rentan tetapi tingkat implementasinya sangat beragam. Sebagian
undang-undang sangat lemah pelaksanaannya sehingga keberadaannya tidak memberi
manfaat bagi masyarakat.
Salah satu kategori penyandang disabilitas yang belum mendapatkan perhatian
yang cukup dari pemerintah adalah penyandang disabilitas mental. Hal ini sangat di
sayangkan, Karena jumlah penyandang disabilitas mental di Indonesia cukup besar.
Diperkirakan lebih dari 2.9 juta orang penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas,
mengalami gangguan perilaku dan atau emosional (Derektorat Rehsos Penyandang
Disabilitas, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penyakit mental
2. Kondisi penyakit mental
3. Aktivitas komunitas pada penyakit mental
4. Adaptasi terhadap penyakit mental
5. Perhatian area terhadap orang penyakit mental
6. Kebijakan pemerintah berkaitan penyakit mental
7. Keperawatan kesehatan komunitas pada orang dengan penyakit mental.
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui Pengertian penyakit mental
2. Untuk mengetahui Kondisi penyakit mental
3. Untuk mengetahui Aktivitas komunitas pada penyakit mental
4. Untuk mengatahui Adaptasi terhadap penyakit mental disabilitas
5. Untuk pengetahui Perhatian area terhadap orang penyakit mental disabilitas
6. Untuk mengetahui Kebijakan pemerintah berkaitan disabilitas, penyakit
mental
7. Untuk mengetahui Keperawatan kesehatan komunitas pada orang dengan
disabilitas populasi penyakit mental.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penyakit Mental


Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan
istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman penggolongan Diagnostik
Gangguan jiwa). Defenisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang
merujuk pada DSM-III adalah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa
adalah syndrome atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress)
atau hendaya (impairment / disability). Di dalam satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia.
Secara lebih luas ganguan mental (mental disorder) juga dapat di defenisikan
sebagai bentuk penyakit, gangguan dan kecacatan fungsi mental atau kesehatan
mental, disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan /
mental terhadap stimuli ekstern dan ketgangan-ketegangan dan muncul gangguan
fungsional atau structural dari satu bagian, satu orang, atau sistem kejiwaan /
mental(kartono, 2000:80).

2. Jenis Kondisi penyakit mental


Gangguan jiwa terjadi dari diagnosis gangguan mental yang mempengaruhi
perubahan dalm berpikir, perasaan, atau perilaku terkait dengan stress dan gangguan
fungsi. Dampak lain dari gangguan jiwa meliputi gangguan fungsi sehari-hari dan
gaya hidup, seperti gangguan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan gangguan kerja
serta kematian dini. Kesehatan jiwa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kerentanan biologis dan genetic, disfungsi fisik akut atau kronis, kondisi lingkungan,
dan stress.
Gangguan jiwa merupakan masalah penting bagi kesehatan masyarakat yang
tidak hanya mempengaruhi penderitaan tetapi juga keluarga, teman-teman, rekan
kerja, dan lain-lain. Gangguan kesehatan jiwa pada individu berusia 18 tahun atau
lebih ini dicirikan dengan fungsi emosional atau perilaku yang begitu terganggu
sehingga mempengaruhi kapasitas mereka secara substansial untuk tetap tinggal di
masyarakat tanpa pengbatan atau penatalaksanaan supertif jangka panjang atau tanpa
batas waktu.

Berikut jenis kondisi penyakit mental :

1) Gangguan kecemasan
Atau disebut dengan anxiety disorder biasanya, penderita akan merespon benda
atau situasi tertentu dengan sangat ketakautan, disertai gejala panic seperti detak
jantung yang cepat dan berkeringat. Anxiety disorder merupakan ganggan
mental, yang membuat penderitanya hidup dengan penuh kecemasan, ketakutan,
serta kekhwatiran berlebih.
2) Gangguan suasana hati
Disebut juga gangguan afektif, melibatkan perasaan sedih atau perasaan merasa
terlalu bahagia, atau fluktuasi dari kebahagiaan dan ksedihan ekstrem. Beberapa
contoh penyakit psikologi yang termasuk gangguan susasana hati adalah bipolar,
depresi kangka panjang, gangguan afektif musiman, perubahan suasana hati dan
iritabilitas yang terjadi selama fase pra menstruasi, serta depresi karena penyakit
fisik.
3) Gangguan psikotik
Gangguan psikotik melibatkan kesadaran dan pemikiran yang menyimpang.
“gejala plaing umum dari kelainan psikotik adalah halusinasi, seperti mendengar
suara dan khayalan yang tidak bisa dilihat orang lain.
4) Gangguan makan
Adalah maslah mental yang melibatkan pikiran tentang makanan atau perilaku
makan. Mungkin makan lebih sedikit atau lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Kondisi ini pun umumnya terkait dengan kecemasan atau kekhawatiran berlebih
terhadap berat dan bentuk tubuh.
5) Depresi adalah jenis gangguan mental yang paling sering terjadi. Gangguan
mental ini ditandai dengan kesedihan yang terlalu lama hingga penderitanya.
Bisa merasa putus asa, bersalah, tidak berharga, tidak termotivasi, hingga
berbagai keluhan fisik yang tidka jlas penyebabnya.
6) Gangguan stress (pascatrauma)
Adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami,
atau melihat peristiwa traumatis. Peristiwa ini bisa berupa kejadian yang
mengancam jiwa, seperti bencana alam, kecelakaan mobil, atau kekerasan
seksual, atau pengalaman lain yang membuatnya trauma.

3. Aktivitas Komunitas Pada Penyakit Mental pada program CMHN (Community


Mental Healt Nursing) adalah :
1) Deteksi dini
Merupakan penemuan kasus gangguan jiwa. Deteksi dini dilakukan oleh kader
kesehatan yang telah di latih kesehatan jiwa. Kader melakukan deteksi dini di
RW/RT tempat tinggalnya. Satu orang kader mengelola 10-20 orang penduduk.
Hasil deteksi keluarga di kelompokkan pada tiga kategori : kelompok seha, risiko,
dan gangguan jiwa. Tujuan deteksi dini adalah penduduk yang berisiko tidak
mengalami gangguan jiwa dan penduduk yang telah mengalami gangguan jiwa
dapat dan produktif.
2) Pendidikan kesehatan jiwa
Kegiatan pendidikan kesehatan jiwa dalam pergerakan masyarakat melibatkan peran
kader kesehatan terlatih. Pendidikan kesehatan dilakukan dalam bentuk penyuluhan
kesehatan kelompok keluarga dan pasien. Pada kelompok sehat diberikan
pendidikan kesehatan tentang stimulasi perkembangan psikososial berdasarkan usia.
Materi pendidikan kesehatan kesehatan pada kelompok risiko sesuai dengan
masalah misalnya cara merawat pasien stroke dengan ketidakberdayaan. Kelompok
keluarga dnegan gangguan jiwa diberikan pendidikan kesehatan jiwa meliputi
materi manajemen gejala, perawatan diri, aktivitas sederhana, sosialisasi, kepatuhan
pengobatan, pencegahan pemasungan dan kekambuhan.
3) Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa perawat melakukan terapi aktivitas pada
kelompok pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah kesehatan jiwa yang di
alami. Pergerakan pasien gangguan jiwa ini melibatkan peran serta kader.
4) Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri perawat perawat memberikan
latihan keterampilan kerja kepada ODGJ yang telah mandiri. Keterampilan kerja
meliputi kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dapat
menghasilkan pendapatan seperti berkebun, membuat kue, telor asin, dan lain
sebagainya.
5) Asuhan keperawatan bagi keluarga ODGJ
Asuhan keperawatan pada ODGJ dilakukan perawat melalui kegiatan kunjungan
rumah. Perawat kesehatan masyarakat melakukan pengkajian, menegakkan
diagnosis, menyusun rencana tindakan, melakukan implementasi, evaluasi dan
dokumentasi asuhan keperawatan. ODGJ dilatih bagaimana cara mengenal
masalah, mengontrol, atay mengatasi gejala, meningkatkan kepercayaan diri,
melakukan perawatan diri, keterampilan sosial, manajemen stress, koping adaptif.
Keluarg di latih untuk dapat menjalankan 5 tugas keluarga : mengenal masalah,
memutuskan, merawat, memodifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas
kesehatan melalui kegiatan pendidikan kesehatan dan latihan cara merawat ODGJ.

6) Rujukan

Kegiatan rujukan dilakukan secara berjenjang. Kader kesehatan melakukan


rujukan kepada perawat kesehatan masyarakat untuk menangani masalah, apabila
tidak tertangani maka perawat melakukan rujukan ke rumah sakit umum dengan
fasilitas kesehatan jiwa atau ke rumah sakit jiwa. ODGJ di rujuk adalah orang yang
mengalami gangguan jiwa dengn kormobiditas fisik, tidak mengalami perbaikan
setelah diberikan asuhan keprawatan atau karena keterbatasan sarana pengobatan
misalnya tidak tersedianya obat-obatan.

4. Adaptasi Terhadap Penyakit Mental

Pengertian adapatasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar


organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan menurut Gerungan (2006)
menyebutkan bahwa adapatasi atau penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri).

1) Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan
fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor
tertentu. Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik, yaitu suatu
proses dimana mekanisme merasakan suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu
tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil untuk
membangkitkan panas tubuh.
2) Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan
berhasil. Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif.
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas,
kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat,
kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga
mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional
dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan tress.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak
langsung.
3) Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan.
4) Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stresor
sebagai hukuman.

5. Perhatian Area Terhadap Orang yang Penyakit mental


Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang orang dengan
penyakit mental dan keterbelakangan mental menimbulkan perlakuan dan sikap yang
salah terhadap orang yang memiliki penyakit mental dan keterbelakangan mental.
Persepsi masyarakat terhadap kesehatan mental berbeda di setiap kebudayaan.

Dalam suatu budaya tertentu, orang-orang secara sukarela mencari bantuan dari
para professional untuk menangani gangguan jiwanya. Sebaliknya dalam kebudayaan
yang lain, gangguan jiwa cenderung diabaikan sehingga penanganan akan menjadi jelek,
atau di sisi lain masyarakat kurang antusias dalam mendapatkan bantuan untuk
mengatasi gangguan jiwanya. Bahkan gangguan jiwa dianggap memalukan atau
membawa aib bagi keluarga. Hal kedua inilah yang biasanya terjadi dikalangan
masyarakat saat ini.

Bentuk-bentuk perlakuan terhadap orang dengan gangguan kesehatan mental


Selain gangguan adaptasi perilaku, problem mendasar yang sering dijumpai pada
masyarakat pedesaan adalah perlakuan tidak tepat terhadap penderita gangguan jiwa,
khususnya skizofren. Keluarga yang memiliki anggota mengalami gangguan jiwa, sering
memperlakukannya secara tidak manusiawi, misalnya dipasung (Nova, 1995).

Dengan alasan, jika tidak dipasung akan mengamuk dan merugikan orang lain.
Perlakuan lain yang lebih mudah dilakukan adalah, orang dengan gangguan jiwa
dibiarkan berkeliaran di jalan, tidak diindahkan lagi oleh anggota keluarganya. Orang
dengan gangguan jiwa lebih sering dikucilkan daripada diajak berinteraksi dan
berkomunikasi oleh orang lain (Kartono, 1989). Sebenarnya, usaha pengobatan secara
medis pernah dilakukan, namun tidak dilanjutkan karena memerlukan banyak biaya.

Untuk mengimbangi, keluarga pasien cenderung mencari pengobatan misalnya:


minta pertolongan dukun. Pada orang dengan gangguan psikologis ringan, misalnya:
stres, depresi, kecemasan; perlakuan orang-orang di sekelilingnya pun seringkali kurang
tepat. Pada umumnya mereka belum memiliki bekal pengetahuan yang memadai tentang
cara memerlakukan orang dengan gangguan psikologis secara tepat.

6. Kebijakan Pemerintah Keterkaitan Penyakit Mental


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 149 ayat (2) yang menyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat wajib
melakukan pengobatan dan perawatan difasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita
gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau
orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

Dari pernyataan Pasal 149 ayat (2) tersebut dapat kita ketahui bahwa pengobatan
dan perawatan wajib diberikan kepada penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum. Dalam pasal tersebut diperjelas pula
bahwa yang melakukan pengobatan dan perawatan salah satunya adalah pemerintah
daerah.
Landasan hukum terkait pemenuhan hak penderita gangguan jiwa juga terdapat
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Jiwa yang memperkuat pernyataan yang ada pada Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 149 ayat (2). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 81 menyatakan bahwa :

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan upaya rehabilitasi terhadap
ODGJ terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang
lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

(2) ODGJ terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang


lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi ODGJ:

 tidak mampu;
 tidak mempunyai keluarga, wali atau pengampu; dan/atau c. tidak diketahui
keluarganya.

Bunyi dari pasal tersebut mendukung pasal 149 ayat (2) dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tetang Kesehatan. Dengan adanya
pasal-pasal yang telah disebutkan dengan jelas sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemenuhan hak penderita gangguan
jiwa, hak yang dimaksud tersebut adalah hak untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan serta rehabilitasi.

7. Keperawatan Kesehatan Komunitas pada Orang dengan Penyakit Mental


1. Pelayanan di rumah sakit
 Rumah sakit jiwa
 Rumah sakit umum
2. Pelayann di masyarakat
 pelayanan di rumah sakit
 klinik 24 jam
 klinik krisis
 puskesmas
 unit rehabilitasi
 pelayanan keluarga
 hot line service
3. Peran perawat kesehatan komunitas
a) Pemberian asuhan keperawatan
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada masyarakat dalam menangani
masalah kesehatam jiwa , perawat melakukan kegiatan :
 Pengkajian masalah kesehatan jiwa pada indivicu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
 Deteksi dini masalah kesehatan jiwa pada indibidu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Deteksi dini merupakan upaya penemuan masalah kesehatan jiwa
di masyarakat.
 Menetapkan masalah keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
 Menyusun rencana tindakan keperawatan kesehatan kesehatan jiwa di
masyarakat.
 Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan meliputi:
penyuluhan,konseling,pengelola kasus,kunjungan rumah,melakukan
pemberdayaan masyarakat,menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan
jiwa masyarakat, melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan
alternatif dan melakukan rujukan kasus.
 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
b) Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, pengguna
komunitas,pendidikan kesehatan di masyarakat dilakukan untuk menghapus
mitos, memberikan informasi yang akurat tentang ganguan jiwa, dan
mempengaruhi kebijakan dan perundang undangan yang mendukung orang
dengan ganguan jiwa pendidikan kesehatan dilakukan melalui pemberian
penyuluhan tentang kesehatan jiwa dan cara merawat orang dengan gangguan
jiwa.

c) Manajer kasus
Perawat diharapkan dapat menglola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
d) Administrator (pengelola)
Perawat merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif tindakan
dan terapi yang harus diterima oleh ODGJ.
e) Konseler
Perawat memberikan konseling untuk membantu ODGJ dan Keluarga dalam
memilih keputusan yang akan diambil dalam penanganan masalah kesehatan jiwa.
f) Advokat
Perawat memberikan pembelaan kepada indvidu, keluarga,kelompok,komunitas,
pembelaan dapat berupa pemberikan pelayanan yang terbaik, memastikan
kebutuhan ODGJ terpenuhi dan hak-hak ODGJ terlindungi.
g) Kolaborator
Perawat bersama klien, keluarga, tim kesehatan lain berupaya mengidentifikasi
pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan
yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan
dari berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
h) Praktisi dan koordinator.
Peran perawat sebagai praktisi dan koordinator adalah:
 Melakukan intervent untuk membantu pasien dalam mengendalikan atau
mengurangi gejala gangguan jiwa.
 Membantu pasien dalam "menavigasi/mengarahkan" jaringan lembaga yang
terpisah-pisah dan penyedia layanan lainnya.
 Mengantisipasi dan mengevaluasi tindakan penyedia layanan yang lain dan
berkomunikasi dengan konsumen, keluarga, layanan rehabitlitasi, dan lembaga
pemerintah atau sosial.
 mengantisipasi dan mencegah terjadinya kritis pada individu, keluarga dan
masyarakat, misanya mengatur pengguna obat psikotropika untuk berbagi
pengalaman tentang berinteraksi dengan psikiater. mengelola efek samping
obat-obatan.dan meningkatkan strategi koping mereka. Sikap menta proaktif
tersebut dapat membantu mencegah masalah yang menyebabkan klien
menghentikan pengobatan dan konsekuensi dari tindakan tersebut.
 Menyesuaikan konsumen dan keluarga dengan penyedia layanan yang sesuai
dengan budaya dan sensitif untuk mencapai"keselarasan.
i) Model peran
Perawat yang berperan sebagai role model haruslah menjadi panutan bagi
pasiennya. Perawat berkewajiban untuk menampilkan model perilaku yang
adaptif, karena apabila perawat memiliki masalah kehidupan pribadi akan
berdampak terhadap pelayanan yang diberikannya. Untuk itu. perawat kesehatan
masyarakat harus mampu memisahkan antara masalah kehidupan pribadi dengan
kehidupan profesionalnya.
j) Konsultan
Perawat kesehatan masyarakat sebagai konsultan berperan :
 Sebagai sumber pengetahuan khusus dan keahlian praktik yang terbaik dan
memfasilitasi penerapannya dalam layanan kesehatan jiwa.
 Memberikan konsultasi dan pendidikan untuk klien, perawat, professional
kesehatan lainnya, oraganisasi perawatan kesehatan jiwa dan pembuat
kebijakan;
 Menjaga pemberian praktik sebaik mungkin
 Mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi model praktik keperawatan
terbaik.
k) Peneliti
Peran perawat kesehatan masyarakat sebagai peneliti adalah :
 Mengidentifikasi dan menggunakan penelitian dalam pengambilan keputusan
dan membantu pasien membuat pilihan terbaik.
 Berpartisipasi dalam proyek penelitian di semua tingkatan untuk menghasilkan
penelitian kualitatif dan atau kuantitatif yang berkaitan dengan praktik
keperawatan, administrasi dan pendidikan.
 Mengembangkan program penelitian kesehatan jiwa masyarakat.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman penggolongan Diagnostik Gangguan jiwa).
Defenisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III
adalah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah syndrome atau pola
perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability).
Di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.

Mental illness adalah kondisi yang umum terjadi pada siapapun. Menurut WHO.
Satu dari lima anak-anak dan remaja di dunia memiliki gangguan mental smentara pada
orang dewasa, kondisi memengaruhi satu dari empat orang di dunia. Adapun dari kasus
tersebut, sekitar setngahnya dimulai pada remaja di bawah usia 14 tahun. Ini merupakan
usia rawan munculnyagangguan mental yang kerap terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Eperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga, 1st Indonesia edition,by Junaiti Sahar, Agus
Setiawan & Ni Made Riasmini opyrigh 2019 Elsevler Singapure Pte Ltd.

Yazfinedi.,dkk. 2018. Konsep Permasalahan, dan solusi penyandang disabilitas mental di


Indonesia

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018.

HelloSehat.Kondisi penyakit Mental.com & Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai