Oleh :
1. Dwi Apriyanti Sumantri (NIM. 20210910170005)
2. Dyah Mulyati (NIM. 20210910170006)
3. Eka Herawati (NIM.20210910170053)
4. Enjang Pangayuni (NIM.20210910170066)
5. Koko Komarudin (NIM.20210910170011)
6. M. Akmal Hi. Soleman (NIM.20210910170038)
7. Septi Dwi Wahyuni (NIM.20210910170019)
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang memiliki arti berbagai
perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah dan ukuran sel sedangkan perkembangan adalah perubahan secara bertahap
dimulai dari rendah ke yang lebih tinggi. Kebanyakan pakar dibidang perkembangan
anak menggolongkan pertumbuhan dan perkembangan anak ke dalam berbagai tahap
usia. Rentang usia dari tahap-tahap tersebut bersifat sementara dan mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan individu yang tidak dapat diterapkan pada semua anak. Namun,
pengelompokkan berdasarkan usia tersebut bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
anak saat periode munculnya perubahan perkembangan dan tugas-tugas perkembangan
yang harus dicapai (Wong, 2009).
Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat penting
dikenal dengan periode kanak-kanak awal (toddler) atau yang dikenal dengan istilah
masa keemasan (The golden age), yakni periode usia 12 sampai 36 bulan. Periode ini
merupakan masa saat anak melakukan eksplorasi lingkungan yang insentif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain
melalui perilaku tempertantrum, 2 negativism, dan keras kepala. Masa ini merupakan
periode dimana pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual harus dicapai
dikarenakan tingkat plastisitas otak masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka
untuk proses pembelajaran dan bimbingan (Wong, 2009).
Pada masa ini, perkembangan psikososial yang lengkap sangat diperlukan
karena anak akan memiliki personality sekaligus memiliki sifatsifat yang positif seperti
percaya diri, autonomi, inisiatif, dapat membina hubungan yang erat dengan orang lain
serta mencapai kesempurnaan ego. Sebaliknya jika anak memiliki perkembangan
psikososial yang kurang lengkap, anak akan memiliki sifat-sifat yang negatif, seperti
tidak pecaya diri sendiri dan orang lain, merasa dirinya memalukan dan ragu-ragu dalam
bertindak, merasa bersalah dalam berbuat, rendah diri, dan mengasingkan diri dari orang
lain dan merasa dirinya tidak berguna.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi pertumbuhan?
2. Bagaimana perkembangan biologis pada anak usia Toodler?
3. Bagaimana perkembangan motorik kasar pada anak usia Toodler?
4. Bagaimana perkembangan motorik halus pada anak usia Toodler?
5. Bagaimana perkembangan psikosisial pada anak usia Toodler?
6. Bagaimana perkembangan psikoseksual kasar pada anak usia Toodler?
7. Bagaimana perkembangan kognitif pada anak usia Toodler?
8. Bagaimana perkembangan gender dan identitas pada anak usia Toodler?
9. Bagaimana perkembangan sosial pada anak usia Toodler?
10. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia Toodler?
11. Apa saja koping yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan normal?
12. Bagaimana dukungan kesehanan anak usia Toodler?
13. Apa saja masalah kesehatan pada anak usia Toodler?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami konsep tumbuh kembang dan promosi
kesehatan pada anak usia Toodler
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
2.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantiatif dapat diukur.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat
(Kemenkes R.I, 2012). Factor – factor yang memperngaruhi tumbh kembang anak :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor genetik
antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin,
suku bangsa atau bangsa. Potensi yang baik bila berinteraksi dengan lingkungan
yang positif maka akan memberikan hasil yang optimal
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan pranatal : Gizi pada ibu sewaktu hamil, Toksin/zat kimia,
Endokrin, Radiasi, infeksi, stres, Anoreksia embrio dan Riwayat kelahiran
prematur.
Faktor Lingkungan perinatal yaitu masa antar 28 minggu dalam kandungan
hingga 7 hari setelah melahirkan. Periode perinatal merupakan masa rawan
dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak
Faktor Lingkungan Postnatal : Lingkungan biologis, Faktor fisik, Faktor
psikososial, Faktor adat dan istiadat.
2.2 Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012).
a) Perkembangan Biologis
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun
emosional.
Anak usia toddler antara usia 12–36 bulan adalah periode eksplorasi
lingkungan yang intensif. Perkembangan biologis selama masa toddler ditandai
dengan kemampuan motorik kasar dan motorik halus yang memungkinkan anak
menguasai berbagai aktivitas. Pertumbuhan anak usia toddler antara lain tinggi
badan, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Berat
badan pertambahannya adalah 250-350 gram/bulan, namun setelah usia anak 2
tahun, kenaikan berat badan tidak terkontrol, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada masa
toddler, pertumbuhan fisik anak relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi,
tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing.
Menurut Hartanto (2006) dalam penelitian Dian (2015), Anak usia
toddler (1-3 tahun) merujuk konsep periode kritis dan plastisitas yang tinggi
dalam proses tumbuh kembang maka usia satu sampai tiga tahun sering sebagai
golden period ( kesempatan emas) untuk meningkatkan kemampuan setingi-
tingginya dan plastisitas yang tinggi adalah pertumbuhan sel otak cepat dalam
kurun waktu singkat, peka terhadap stimulasi dan pengalaman fleksibel
mengambil alih fungsi sel sekitarnya dengan membentuk sinap-sinap serta
sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang selanjutnya.
Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus ke
dalam kotak.
Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan, anak
bisa menggelindingkan bola ke sasaran.
Setelah mengetahui apa saja hal-hal yang menjadi perkembangan motorik halus
pada anak, sekarang saatnya ibu mencari tahu bagaimana cara menstimulasi motorik
halus yang dimiliki anak. Berikut ini beberapa cara yang dapat ibu lakukan:
1) Berikan Buku Gambar
2) Berikan Buku Aktivitas
3. Berikan Buku Cerita
c) Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses penyesuaian psikologis dan sosial
sejalan dengan perkembangan seseorang sejak bayi sampai dewasa.
Menurut teori Piaget (1980) dalam penelitian Dian (2015), secara jelas
memperlihatkan pada kita bahwa anak usia dini belajar melalui pengalaman -
pengalaman yang terpadu. Anak lebih sering diberi pelajaran dan dilatih secara
berulang –ulang atau di Drill. Pada fase ini anak perlu dibimbing lebih akrab, penuh
kasih sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
d) Perkembangan Psikoseksual
1) Tahap Oral (Usia 0-1Tahun)
Ketika anak lahir hal pertama yang berkembang terletak pada daerah mulut anak.
anak mulai mengerti kenikmatan yang seperti mengunyah, menggigit,dan menghisap.
2) Tahap Anal (Usia 1-3 Tahun)
Menurut teori Sigmund (1939) dalam penelitian Dian (2015 ), pada fase ini sudah
waktunya anak untuk dilatih buang air besar atau toilet learning (Pelatihan buang air
pada tempatnya). Anak juga menunjukan beberapa bagian tubuhnya menyusun dua
kata dan mengulang kata-kata baru. Anak usia toddler (1-3 tahun berada dalam fase
anal yang ditandai dengan berkembangnya kepuasan dan ketidakpuasan disekitar
fungsi eliminasi. Tugas perkembangan yang penting pada fase anal tepatnya saat anak
berumur 2 tahun adalah latihan buang air (toilet training) agar anak dapat buang air
secara benar.
e) Perkembangan Kognitif.
Usia 1–2 tahun
1) Memahami dan merespons kata-kata.
2) Mengingat ciri sebuah benda dan mengidentifikasi persamaannya dengan benda
lain yang mirip.
3) Mengerti kapan harus menggunakan ‘aku’ atau ‘kamu’.
4) Meniru tindakan dan ucapan orang dewasa.
5) Mempelajari lingkungan sekitar dengan menjelajahinya.
Usian 2-3 tahun
1) Menyebutkan objek berdasarkan kategori, misalnya hewan, bunga, dan benda
benda di sekitar.
2) Meniru tindakan orang dewasa yang lebih rumit, seperti bermain
rumah-rumahan, berpura-pura mencuci, atau memasak.
3) Menanggapi perintah sederhana dari orang tua.
4) Mencocokkan benda dengan kegunaannya, misalnya sendok untuk makan dan
gelas untuk minum.
Pada umumnya anak usia 2 tahun sudah dapat menerapkan label laki-laki atau
perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada
usia ini anak belum memahami ketetapan gender (gender constancy).
h) Perkembangan Sosial
o Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang sudah
dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis
o Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan, belajar makan
sendiri
o Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika keinginannya terhalang,
mampu makan dengan sendok dan garpu secara tepat
i) Perkembangan Bahasa
b. Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri, menunjuk bagian
tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal.
o Usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan kata
meningkat pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih
o Usia 24-36 bulan pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah
sering dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan
tanya-jawab
1) Pembangkangan
2) Temper tantrum
3) Agresi
4) Regresi
5) Berselisih atau bertengkar
6) Menggoda
7) Persaingan
8) Kerjasama
9) Tingkah laku berkuasa
10) Mementingkn diri sendiri
11) Simpati
12) Toilet Learning
a) Pengertian Toilet Learning
Menurut Aziz (2009), Toilet Learning merupakan suatu usaha untuk
melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan
buang air besar. Toilet Learning selain melatih anak dalam mengontrol buang
air besar dan kecil juga dapat bermanfaat pendidikan seks, sebab saat anak
melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya
sendiri serta fungsinya .Toilet learninng merupakan proses pengajaran untuk
mengontrol BAB dan BAK
secara benar dan teratur. Toilet learning merupakan latihan moral pertama kali
diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak
selanjutnya.
1. Teknik Lisan
Merupakan usaha dalam melatih anak dengan cara memberikan
instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air besar .
Cara ini kadang –kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang
tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai
nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar
dan kecil dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan
semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam
melaksanakan buang air besar dan kecil .
2. Teknik Modelling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air
besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh.
Cara ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air
kecil dan buang air besar atau membiasakan buang air besar dan kecil
dengan benar. Menurut Gunarsa (2008), Dampak yang jelek pada cara ini
adalah apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat
diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang
salah. Selain cara tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
seperti melakukan observasi waktu pada saat anak merasakan ingin buang
air kecil dan buang air besar. Tempatkan anak diatas pispot atau diajak
kekamar mandi, berikan pispot dalam posisi yang aman dan nyaman,
ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air kecil dan buang air besar,
dudukan anak diatas pispot atau orang tua duduk atau jongkok
dihadapannya sambil mengajak berbicara atau bercerita, berikan pujian jika
anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi, biasakan akan pergi ketoilet
pada jam-jam tertentu dan berikan anak celana yang mudah dilepaskan dan
dikembalikan.
Tanda-Tanda Anak Sudah Siap Untuk Toilet Learning
Menurut Gilbert (2003), Banyak anak memberikan isyarat halus
yang mengindikasikan anak siap secara berangsur-angsur baik siap secara fisik,
mental, dan emosional untuk menggunakan toilet seperti:
1. Anak lebih sering mengucapkan kata “aku bisa”, yang menunjukan bahwa
anak ingin lebih mandiri.
2. Anak sudah memiliki waktu buang air yang teratur, dan mungkin mukanya
berubah merah dan berkonsentrasi keras sebagai tanda akan segera buang
air.
3. Anak cukup cekatan untuk menaik turunkan celananya sendiri.
4. Anak akan tertarik saat ayahnya pergi ke toilet dan meniru gerak-geriknya.
5. Anak semakin berkembang secara fisik sehingga dapat berjalan dan duduk
di toilet.
6. Orang tua mungkin mengamati bahwa popoknya semakin jarang basah,
bertahan kering tiga sampai empat jam. Hal ini menunjukan kontrol dan
kapasitas kandung keminya semakin baik.
7. Anak mengerti kata-kata orang tua dan mampu mengikuti intruksi sederhana.
8. Anak mulai mengetahui sensasi tanda bahwa dia perlu buang air dan
menunjukan ketidaknyamanannya dengan berperilaku resah atau merengek.
9. Anak mungkin akan resah dan bereaksi keras apabila popoknya sudah kotor.
10. Dia mungkin merenggut lepas popoknya setiap buang air kecil, yang berarti
dia dapat menghabiskan sekitar sepuluh popok sehari.
Manfaat Toilet Learning pada Anak
Menurut Kelly, dkk (2007), toilet learning yang dilakukan oleh anak
akan memiliki dampak yang sangat besar untuk perkembangan selanjutnya.
Manfaat toilet Learning pada anak usia toddler diantaranya kemandirian dan
kontrol diri, membangkitkan rasa percaya diri, dan belajar anggota tubuh beserta
fungsinya.
Anak akan menyadari bahwa popok maupun pakaian basah atau kotor ini
dapat terjadi sejak umur 15 bulan.
Anak tahu perbedaan antara buang air kecil atau besar, dan dapat
mempelajari kata-kata untuk memberitahu kita bila ini terjadi. Umur 18
sampai 24 bulan atau lebih adalah masa-masa pengenalan ini
Dia dapat memberi tahu terlebih dahulu bahwa dia perlu membuang air,
dengan peringatan yang cukup agar kita memiliki banyak waktu untuk
mengantarnya. Rata-rata hal ini terjadi antara usia 2,5 sampai 3 tahun.
Dia cukup dapat melakukan kontrol atas kandung kemihnya dan dapat
menahan keinginan buang air selama beberapa waktu ini terjadi pada umur
3 tahun keatas.
Menurut Gilbert (2003), Supaya anak kita berhasil, dia harus siap
secara kedewasaan fisik dan kedewasaan emosional.
Kedewasan fisik
Riset menunjukkan bahwa sesorang anak belum dapat secara
sengaja mengontrol kandung kemih dan rectum sampai setidaknya berusia
18 bulan. Ada jarak waktu kira-kira 2 tahun sejak anak anda mulai pertama
kali menyadari ada rasa basah ditubuhnya, sampai saat dia dapat menahan
keinginan buang air dan melakukan ditempat seharusnya.
Kedewasaan emosional
Seorang anak yang fisik sudah siap belum tentu siap meninggalkan
kenyamanan popoknya. kuncinya adalah motivasi. seseorang anak yang
makin mandiri dan ingin melakukan segala sesuatunya mandiri biasanya
akan lebih tertarik untuk menggunkan toilet seperti halnya orang dewasa,
dibandingkan anak yang masih ditahap perkembangan emosionalnya.
Banyak anak akan menunjukkaan sinyal kuat bahwa mereka sudah siap
secara fisik, mental dan emosional untuk menjalani latihan toilet learning
sebelum usia 3 tahun.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Toilet Learning
Menurut Hidayat (2008) dalam Dian (2015), Faktor-faktor yang
mepengaruhi keberhasilan dalam toilet learning meliputi motivasi orang tua dan
kesiapan anak sebagai berikut:
Motivasi orang tua
Orang tua akan mudah menerima dan mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu. Dengan motivasi yang baik untuk melakukan stimulasi toilet learning,
maka keberhasilan toilet learning akan terwujud. Motivasi orang tua sendiri
dipengaruhi oleh faktor instrisik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan
dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang berupa pengetahuan, sikap,
keadaan mental, dan kematangan usia sedangkan faktor ekstrinsik yaitu berupa
sarana, prasarana, dan lingkungan.
Kesiapan anak
Kesiapan anak sendiri yaitu kesiapan fisik, psikologis, dan intelektual sebagai
berikut :
Lingkungan
Sebagai acuan, menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, status
kebutuhan gizi makro harian balita usia satu sampai tiga tahun meliputi:
Vitamin
Jenis vitamin yang perlu didapatkan oleh anak usia 1-3 tahun yaitu:
Sementara takaran dan jenis mineral yang beri diperoleh si kecil usia 1-3 tahun,
seperti:
Mineral
Berbagai mineral di atas merupakan kebutuhan gizi makro dan mikro pada
balitausia 1 tahun sampai balita usia 3 tahun yangperlu dipenuhi agar kesehatan anak
tetap terjaga.
Karbohidrat
Protein
Kebutuhan protein balita bisa dipenuhi dari beberapa jenis makanan, yaitu produk
hewani dan nabati dengan kadar yang berbeda. Kandungan protein di dalam produk
hewani lebih tinggi, beberapa jenisnya seperti susu, telur, daging, ayam, dan makanan
laut. Sementara untuk produk nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, dan biji-bijian,
kandungan proteinnya lebih rendah. Berikut penjelasan seputar jenis protein yang bisa
memenuhi kebutuhan gizi balita.
Lemak
Serat bisa ditemukan di beberapa jenis makanan. Namun, survei yang diterbitkan
dalam Journal of Human Nutrition and Dietetics menyebutkan bahwa 95 persen balita
dan orang dewasa tidak mengonsumsi serat yang cukup. Bahkan, anak-anak dan balita
sering kali tidak memenuhi kebutuhan serat yang direkomendasikan setiap harinya.
Padahal menu makanan kaya serat bisa membantu mengendalikan rasa lapar, menjaga
kadar gula darah tetap stabil, dan membantu menjaga berat badan balita agar tetap
ideal. Sesuaikan menu makanan yang kaya serat dengan porsi makan si kecil, seperti
pisang, apel, wortel, oatmeal, atau roti gandum. Tambahkan jenis makanan lain dengan
berbagai nutrisi lainnya agar lebih menggugah nafsu makan balita.
Cairan
Jumlah kebutuhan cairan balita tergantung pada usia, ukuran tubuh anak,
kesehatan, tingkat aktivitas, sampai cuaca (suhu udara dan tingkat kelembapan).
Biasanya, anak balita akan lebih banyak minum ketika ia sedang bergerak aktif, seperti
berolahraga atau bermain permainan fisik. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
tahun 2013, kebutuhan cairan balita usai 2-5 tahun yaitu Balita usia 1-3 tahun: 1200 ml.
3.1. Kesimpulan
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang memiliki arti berbagai
perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Salah satunya tumbuh kembang pada
masa toodler. Periode kanak-kanak awal (toddler) atau yang dikenal dengan istilah
masa keemasan (The golden age), yakni periode usia 12 sampai 36 bulan. Periode ini
merupakan masa saat anak melakukan eksplorasi lingkungan. Terdapat tahapan
tahapan perkembangan dalam usia toodler antara lian perkembangan biologis,
motoric kasar dan halus, psikososial, psikososial, psikoseksual, kognitif, body image,
gender dan identitas, social, dan perkembangan bahasa.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata
sempurna, namun kami berharap tulisan ini bisa menjadi referensi dan manfaat
sebagai bahan wawasan seseorang untuk menerapkan yang berkaitan dengan tumbuh
kembang usia toodler dan Pendidikan Kesehatan pada masa perkembanganya.
DAFTAR PUSTAKA