Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISTRESS SPIRITUAL”

DISUSUN OLEH :
1. Ginandjar Aziz Pangestu
2. Novia Dwi Rachmawati
3. Handika Dwi Hermawan
4. Ayu Tri Wilujeng Akbar
5. Yosi Arsita Anggraini
6. Oktavia Dharma Suryani
7. Putri Widyasari
8. Maulana Adi Zhulian
9. Anggi Nur Amalia
10. Vivin Affrilliana Handayani
11. Suci Ambar Zuhriya

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKETO
JI.RAYA JABON KM.06 MOJOAYAR KABUPATEN PRODI MOJOKERTO
TELP/FAX: (0321) 390203
EMAIL : STIKES.PPNI@YAHOO.CO.ID WEBSITE : WWW.STIKES-
PPNI.AC.ID
KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Allah S.W.T shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Distress Spiritual”. Makalah ini disusun bertujuan agar dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dalam belajar sebuah pemahaman Keperawatan Medikal Bedah 2 dalam
kehidupan, serta dapat memahami keperawatan dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan
bertindak.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan – kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Dengan demikian kritik dan saran dari semua pihak sangat
membantu kami dengan harapan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dengan demikian, semoga dengan mempelajari makalah ini, mahasiswa – mahasiswi
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto akan mampu menghadapi masalah atau kesulitan yang timbul
dalam belajar pemahaman sebuah Keperawatan Jiwa khususnya pemahaman Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Distress Spiritual, dengan harapan semoga mahasiswa – mahasiswi
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto mampu berpikir dan menunjukkan sikap dengan potensi yang
dimilik pada kehidupan sehari – hari.

Mojokerto, April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Tuhan
yang lainnya. Karena manusia diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia
tampil sebagi khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran inilah yang membuat manusia bisa
berubah dari waktu ke waktu.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut sebagai spiritual. Spiritual ini sebagai control manusia dalam
bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam
berperilaku dan bertindak.
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan. Berdasarkan konsep
keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata: makna harapan, kerukunan,
dan system kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat
menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intraa-, inter-, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan. (Dossey & Guzzetta, 2000)

1.2 Tujuan
1. Untuk membantu mahasiswa mengerti tentang distress spiritual
2. Untuk membantu mahasiswa bisa mengerti bagaimana konsep distress spiritual
dalam keperawatan

1.3 Pokok Bahasan


1. Apa yang dimaksud distress spiritual?
2. Apa penyebab distress spiritual?
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu memahami materi yang diberikan
2. Agar mahasiswa mempunyai wawasan yang luas mengenai materi yang diberikan
3. Agar mahasiswa aktif dalam pembelajaran yangan telah diberikan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorng dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya. (Nanda, 2005)
Distress spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial. (Varcarolis, 2000)

2.2 Etiologi
Menurut Vacorolis (2000) penyebab distress spiritual adalah :
1. Pengakajian fisik : Abuse
2. Pengkajian Psikologis : Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan control, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan. (Otis-Green, 2002)
3. Pengkajian Sosial-Budaya : Dikingan social dalam memahami keyakinan klien.
(Spencer, 1998)

2.3 Tanda dan Gejala (NANDA, 2012-2014)


 Marah

 Mengungkapkan kurangnya motivasi

 Mengungkapkan kekurangan rasa dicinta

 Mengungkapkan kurangnya makna hidup

 Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup

 Mengungkapkan telah diabaikan

 Mengungkapkan penderitaan
 Mengungkapkan rasa tersaingi

 Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari system pendukung

 Mengungkapkan ketidakberdayaan

 Ketidakmampuan mengintropeksi diri

 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan

2.4 Pathway

Penyakit kronis / akut

Putus asa

Prubahan persepsi

(halusinasi, mencederai diri, lingkungan)

Isolasi social (menarik diri)

Aktivitas menurun Gangguan konsep diri komunikasi verbal (-)

Gangguan gperawatan diri Ketidakefektifan koping

Individu keluarga

Distres Spiritual
2.5 Karakteristik Spiritualitas
Untuk memudahkan perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, maka

perawat mutlak perlu memiliki kemampuan megidentifikasi atau mengenal karakteristik

spiritual sebagai berikut :

a. Hubungan dengan diri sendiri

 Kekuatan dalam dan self-reliance

 Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang bisa dilakukannya)

 Sikap (percaya pada diri sendiri, ketenangan fikiran, keselarasan dengan

diri sendiri)

b. Hubungan dengan alam

 Mengetahui tentang tanaman, margasatwa, iklim

 Berkomunikasi dengan alam (mengabadikan, melindungi alam)

c. Hubungan dengan orang lain

 Berbagi waktu, pengetahuan secara timbal balik

 Mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit

 Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu

kejadian atau penderitaan

d. Hubungan dengan ketuhanan

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan

spiritualnya apabila mampu :

 Merumuskan arti personal yang positif, tentang tujuan keberadaannya

didunia
 Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu

kejadian atau penderitaan

 Dengan mengembangkan hubungan antara manusia yang positif

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Spiritual

Menurut Taylor, Lilis dan Le Mone (1997) dan Cravendan Hirnk (1996) factor

penting yang mempengaruhi spiritualitas adalah :

a. Pertimbangan bahan perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang

berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan

bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, eks, agama, dan kepribadian

anak.

b. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak.

Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua tapi apa yang dipelajari

anak mengenai tuhan

c. Latar Belakang Etnik dan Budaya

Sikap keyakinan dan dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan social budaya.

Pada imimnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga

d. Pengalaman Hidup Sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negative dapat mempengaruhi

spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh sebagaimana seseorang

mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut

e. Krisis dan Perubahan


Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual sesorang (Toth

1993) dan Craven da Hirnk (1996). Krisis sering dialami ketika seseorang

menhadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan bahkan kematian

f. Terpisah dari Ikatan Spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akit seringkali membuat individu merasa

terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan system dukungan social

g. Isu Moral Terkait dengan Terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan

untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang menolak

intervensi pengobatan

h. Asuhan Keperawatan yang Kurang Sesuai

Ketika memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat diharapkan untuk

peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tapi dengan berbagai alas an ada

kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Distress Spiritual

A. Pengkajian
Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spiritual
History Tool (Pulschalski, 1999):
 F : Faith atau keyakinan (apa keyakina klien?) Apakah klien memikirkan
diri klien menjadi seseorang yang spiritual atau religious?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting bagi kehidupan klien).
Dapatkan keyakinan klien mempengaruhi perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual
atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan
bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-
benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang
perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :

 Perasaan ketika seseorang gagal


 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses
interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi
perkembangan spiritual seseorang.
 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi :

 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat
karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik
dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Penilaian Terhadap Stressor :
 Respon Kognitif
 Respon Afektif
 Respon Fisiologis
 Respon Sosial
 Respon Perilaku
Sumber Koping :

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk
meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
B. Diagnosis
 Distress spiritual
C. Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakanuntuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994:20)
Intervensi dan implementasi pada pasien dengan Distress Spiritual adalah :
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kesejahteraan spiritual :
 Berarti dalam hidup
 Pandangan tentang spiritual
 Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
 Berdoa atau beribadah
 Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
 Keterkaitan dengan orang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
 Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
 Tentukan konsep ketuhanan klien
 Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien
 Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritual dan kesehatan
 Berikan waktu dan privasi bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
 Kolaborasi dengan pastoral
D. Implementasi
Perawat menerapkan prinsip asuhan keperawatan sebagai berikut :
 Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat
 Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya
 Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual klien
 Berespon secara singkat, spesifik dan factual
 Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti
menghargai masalah klien
E. Evaluasi
 Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu
menguatkan spiritualitas klien
 Perawat membandingkan tingkat spiritualitas dengan perilaku dan
kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan
 Bagi klien dengan penyakit terminal serius, evaluasi difokuskan pada
keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan hidup
(Potter and Perry, 1997)
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Tinjauan Kasus


Seorang pasien wanita berusia 25th bernama Nina didiagnosa medis menderita
AIDS. Px tersebut dibawa keluarganya ke RS dalam keadaan lemas, pucat dan kurus. Setelah
dilakukan perawatan px menolak untuk makan, px juga sering menangis dan berteriak-teriak.
Setelah dilakukan pengkajian keluarganya mengatakan bahwa dia belum menikah dan memiliki
seorang kekasih. Namun sejak px sakit kekasihya tidak pernah datang kerumahnya baik untuk
menjenguk ataupun bertemu basa. Keluarganya mengatakan juga bhwa px tidak mau berdoa lagi
karena px berkata bahwa tuhan sudah jahat kepadanya. Px tersebut ingin cepat meninggal karena
ingin segera bertemu tuhan untuk protes mengenai masalahnya. Saat dilakukan pengkajian px
tampak lemas, wajah tampak kusut. Px tampak putus asa dan bersedih, px juga susah
berkonsentrasi dan sering diam saat perawat bertanya. TD: 120/80 N: 80 S: 37.5 RR: 20.

3.2 Model Keperawatan yang Cocok


Model eksistensi ( peris, rogers, glasser, ellis dll )
a. Pandagan tentang penyimpangan perilaku
Hidup ini akan sangat berarti apabila seseorang dapat mengalami dan menerima
self (diri) sepenuhnya. Penyimpangan perilaku terjadi jia individu gagal dalam upayanya
menemukan dan menerima diri
b. Proses terapeutik
Individu dibantu untuk mengalami kemurnia hubungan. Terapi dilakukan di
dalam kelompok dan klien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri dan dibantu
mengendalikan perilakunya
c. Peran klien dan terapis
Klien bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan aerta dalam suatu
pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang dirinya. Terapis membantu klien
menegnal nilai diri dan mengklarifikasi realitas situasi dan menegnalkan pada klien
dengan perasaan tulus dan memperluas kesadaran diri

3.3 Proses Keperawatan Jiwa


3.3.1 pengkajian
1. identitas klien
 Nama: Nn. N (P)

2. alasan masuk
 Keluhan utama: klien merasa sedih saat didiagnosa penyakit aids
 Faktor precipitasi: diagnose penyakit AIDS

3. faktor predisposisi
 Riwayat penyakit dahulu: pernah sakit dan masuk rumah sakit dengan
diagnose thypoid
 Pengpbatan sebelumnya: tidak ada pengobatan yang dijalani sebelumnya

4. masalah keperawatan: resiko harga diri rendah situasional


5. anggota keluarga yang gangguan jiwa? Tidak ada
6. pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Px didiagnosa penyakit AIDS sedangkan dia belum menikah dan
kekasihnya tidak pernah menjenguknya atau menemuinya saat ia sakit
7. pemeriksaan fisik
TD: 120/80 N: 80
S: 37.5 RR: 20
8. Hubungan social
 Orang yang berarti
Bagi px orang berarti dalam hidupnya adalah tidak ada
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Px tidak mau berhubungan dengan orang lain bahkan dengan
keluarganya dan selalu mengurung diri dikamar
9. status mental
 Penampilan: klien tidak mau makan dan tidak mau keluar kamarnya
 Masalah keperawatan: sindroma deficit perawatan diri (makan, mandi,
toilet training)
 Pembicaraan: pasien sulit berkonsentrasi dan banyak diam
 Aktivitas motoric: lesu
Masalah keperawatan: deficit aktivitas deversional/hiburan
 Afek dan emosi
-afek: luas
Px menunjukan perasaan diekspresikan sepenuhnya yaitu sedih
dan kecewa
Masalah keperawatan: isolasi sosial
-alam perasaan (emosi)
Px terus menangis dan mengurng diri dikamar tidak mau makan
Masalah keperawatan:
 Interaksi selama wawancara: px tidak kooperatif dan banyak diam saat
ditanya
Masalah keperawatan: kerusakan interaksi sosial
 Persepsi sensori
 Apakah ada gangguan: tidak
 Halusinasi: tidak
 Tingkat konsentrasi dan berhitung: px tidak mampu berkonsentrasi
karena dia hanya memikirkan dirinya agar cepat meninggal dan
bertemu dengan tuhan
ANALISIS DATA
t data etiologi Masalah t
gl keperawatan td
3 Data subyektif: Kecemasan Resiko
0-03- -Keluarga klien ketidakberdayaan
2020 mengatakan klien merasa
sangat terpukul, dia terus
menangis, tidak mau keluar Pola koping
kamar. kurang efektif
-klien mengatakan
ingin meninggal dan
bertemu dengan tuhan Kurangya
Data obyektif: dukungan sosial
-wajah tampak
kusut
-klien tampak putus Resiko
asa dan sedih Ketidakberdayaan
-klien tidak
berkonsentrasi dan sering
diam saat ditanya
-ttv
TD: 120/80 N: 80
S: 37.5 RR: 20
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakberdayaan berhubungan dengan pola koping kurang efektif ditandai
dengan adanya keputusasaan pada individu

INTERVENSI
N Masalah NOC NIC
o. Keperawatan
1 Resiko -Bantu pasien -Self esteem
. ketidakberdayaan untuk mengidentifikasi situasional low
Definisi : beresiko faktor-faktor yang dapat -Body image,
terhadap pengalaman hidup menimbulkan disturbed
kurang kendali terhadap ketidakberdayaan. -Enhanced
situasi, termasuk suatu -Coping, inffective
persepsi bahwa tindakan -Diskusikan -Death axiety
seseorang tidak secara dengan pasien tentang -Life style,
bermakna mempengaruhi pilihan yang realistis dalam sedentary
hasil perawatan.
Batasan karateristik
: -Libatkan pasien
a. Ansietas dalam pengambilan
b. Pemberi asuhan keputusan tentang
c. Harga diri rendah perawatan.
kronik
d. Kurang pengetahuan -Jelaskan alasan
e. Kekurangan secara setiap perubahan
ekonomi perencanaan perawatan
f. Penyakit terhadap pasien.
g. Pla koping tidak
efektif -Dukung
h. Kurang dukungan pengambilan keputusan .
sosial
-Kaji kemampuan
untuk mengambil
keputusan.

-Beri penjelasan
kepada pasien tentang
proses penyakit
IMPLEMENTASI
T Diagnosa Implementa Evaluasi T
gl/waktu Keperawatan si td
3 Resiko - S:
0-03- ketidakberdayaan Membantu pasien -klien
2020 mengidentifikasi mengatakan masih
faktor- faktor yang merasa sangat terpukul
dapat menimbulkan dan sedih
ketidakberdayaan . -Keluarga
- Mengajak klien mengatakan klien
pasien untuk sudah mau keluar
berdiskusi tentang kamar
pilihan yang realistis -Keluarga
dalam perawatan. klien mengatakan klien
- sudah tidak lagi
Memberikan mengatakan ingin
penjelaskan kepada bertemu tuhan
pasien terkait O:
perubahan -klien tampak
perencanaan sedih
perawatan pada -Klien sudah
pasien. bisa sedikit konsentrasi
- saat diajak berbicara
Memberikan A:
dukungan penuh masalah
untuk pasien. teratasi sebagian
- Mengkaji P:
kemampuan pasien lanjutkan
dalam mengambil intervensi
keputusan.

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DISTRESS SPIRITUAL


1. Orientasi
“Selamat pagi Ibu. A, saya perawat B. Saya perawat dari STIKes Bina Sehat
PPNI Mojokerto yang dinas hari ini dari 13.00 sampai 18.00 WIB nanti saya yang
merawat ibu. Nama ibu siapa, senang dipanggil siapa?” “bagaimana perasaan ibu
pagi ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan atau keluhan
ibu? Ibu senangnya bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau disini? Baiklah
tidak lama kok, hanya setengah jam saja”
2. Kerja
“baik bu, apa yang ibu rasakan saat ini?”
“sepertinya ibu terlihat gelisahh?”
“ibu bisa menceritakan kepada saya”
“saya mengerti ibu sangat sulit menerima kenyataan ini, saya mengerti dengan
apa yang ibu rasakan”
“apa yang menyebabkan ibu dikucilkan?”
“jika boleh tau siapa yang mengucilkan ibu? Apakah keluarga atau orang lain
diluar keluarga?”
“apa ibu yakin itu yang menyebabkan ibu dikucilkan?”
“mengapa ibu berfikir demikian?”
“saya mengerti apa yang ibu maksudkan. Bisakah ibu menceritakan kembali hal
tersebut untuk saya?”
“ibu jangan cemas, jangan terlalu dipikirkan karena tidak semua orang
mengucilkan ibu”
“masih ada saya yang menemani ibu”
“apakah ibu masih merasakan gelisah? Jika masih ijinkan saya memfasilitasi ibu
dalam spiritual dan membantu ibu dalam spiritual, agar ibu merasa tenang dan
nyaman”
3. Terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan saya temani?”
“apakah ibu bisa memahaminya?”
“saya anjurkan ibu kalau merasa orang lain tidak mengerti maksud ibu, ibu bisa
mennuliskan dikertas atau menggambarkan dengan isyarat”
“baik bu, karena waktu saya sudah habis untuk menemani ibu, kita lanjutkan
besok ya bu”
“sampai jumpa lagi bu”

Anda mungkin juga menyukai