Anda di halaman 1dari 50

27

ASUHAN KEPERAWATAN COVID 19


DENGAN HARGA DIRI RENDAH

OLEH KELOMPOK 8

1. JAYA WARDANA 223221300

2. I WAYAN CAHYADI 223221329

3. NI WAYAN SUKARTINI 223221352

4. I WAYAN CHAYA WEDANTA 223221368

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
2022
28

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah

Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Covid 19 dengan Harga diri

rendah”

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan

tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu

dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar -

besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami

menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh

karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran

dan usul guna penyempurnaan makalah ini

Gianyar ,23 November 2022

(Penulis)
29

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1

1.3 Tujuan.............................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Covid 19

2.1 Definisi Covid 19............................................................................ 2

2.2 Pengelompokan Covid 19 ..............................................................2


30

2.3 Gejala Covid 19..............................................................................4

2.4 Pencegahan Covid 19.....................................................................5

Konsep Dasar HDR

2.5 Definisi HDR..................................................................................5

2.6 Klasifikasi HDR..............................................................................6

2.7 Etiologi HDR..................................................................................7

2.8 Tanda dan Gejala HDR...................................................................7

2.9 Penatalaksanaan HDR....................................................................8

2.10 Psikopatologi HDR.........................................................................9

Konsep Askep

2.11 Pengkajian.......................................................................................11

2.12 Diagnnosa.......................................................................................12

2.13 Rencana Keperawatan....................................................................12

2.14 Implementasi...................................................................................13

2.15 Evaluasi........................................................................................... 13

BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................... 14

3.1 Kesimpulan......................................................................................35

3.2 Saran................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................36


31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit

pada hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus

Corona hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus

Corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak

sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi

melawan COVID-19 dengan gejala mirip Flu. Kasusnya dimulai dengan

pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019.Kasus infeksi

pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut.

Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang

dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing

dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu

menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.

Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang

menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi

seperti ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut,

Virus Corona bukan kali ini saja memuat warga dunia panik. Memiliki gejala

yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona berkembang cepat hingga

mengakibatkan infeks yang lebih parah dan gagal organ.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan masalah yaitu

bagaimana asuhan keperawatn jiwa pada klien terkonfirmasi covid 19 dengan

masalah ansietas?

1.3 Tujuan
32

Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatn jiwa pada klien terkonfirmasi covid 19

dengan masalah ansietas

BAB 2

TINJAUAN TEORI

KONSEP DASAR COVID-19

2.1 Definisi Covid-19

CoronavirusDisease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah di

identifikasi sebelumnya pada manusia. Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Padamanusia biasanya

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flubiasa hingga penyakit serius

seperti MiddleAcuteRespiratorySyndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat

atau SevereAcuteRespiratorySyndrome(SARS) (Kemendagri, 2020).

Pandemi Covid-19 merupakan bencana non alam yang dapat memberikandampak

pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang. Dukungankesehatan jiwa dan

psikososial dapat digunakan oleh berbagai pihak untukmerespon kondisi kedaruratan

maupun bencana salah satunya yaitu pandemiCovid-19 (Kemenkes RI, 2020).

2.2 Pengelompokan Covid-19


33

Kondisi kesehatan masyarakat terkait penularan virus corona dibagi menjadi6

kelompok yaitu orang sehat (OS), orang tanpa gejala, orang denganpemantauan, pasien

dengan pengawasan, dan orang yang menderita Covid-19 dan orang rentan

1) Orang Sehat

Orang yang tidak memiliki gejala, tidak kontak dengan orang yang denganCovid-

19 yaitu tenaga kerja dari rumah sakit atau serumah dengan orang yangpositif

Covid-19.

2) Orang Tanpa Gejala (OTG)

Orang tanpa gejala adalah seseorang yang tidak memiliki gejala danmempunyai

riwayat kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19.Kontak erat adalah

seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalamruangan atau berkunjung

(dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalampengawasan atau konfirmasi)

dalam 2 hari sebelum kasus muncul gejala danhingga 14 hari setelah kasus muncul

gejala. Pada OTG dilakukanpengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk

pemeriksaan RT PCR.Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak tersedia

fasilitaspemeriksaan RT PCR, apabila hasil pemeriksaan pertama menunjukkan

hasil:

a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan

menerapkan PHBS dan physicaldistancing; pemeriksaan ulang pada 10hari

berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkandengan

pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturutturut, di

Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaanRT PCR.

b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri

denganmenerapkan PHBS dan physicaldistancing; Pada kelompok ini juga

akandikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2

hariberturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu

melakukanpemeriksaan RT PCR. Apabila OTG yang terkonfirmasi


34

positifmenunjukkan gejala demam (≥380C) atau batuk/pilek/nyeri

tenggorokanselama masa karantina maka:

a) Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah

b) Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat

c) Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.

3) Orang dalam pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam (>38oC atau memiliki riwayatdemam

atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memilikiriwayat perjalanan

ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelumtimbul gejala juga

dikategorikan sebagai dalam pemantauan. MenurutKemenkes RI (2020) dukungan

kesehatan jiwa dan psikososial pada orangdalam pemantauan.

a. Intervensi fisik

Mendapatkan pelayanan kesehatan primer dari puskesmas atau

klinik

b. Intervensi kesehatan jiwa dan psikososial

Penanganan yang diberikan untuk dukungan kesehatan jiwa

danpsikososial pada orang sehat dan Orang Tanpa Gejala dapat

puladilakukan oleh ODP.

4) Pasien dalam Pengawasan

Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yangterjangkit

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 danseseorang yang

mengalami gejala-gejala antara lain demam (>38OC batuk,pilek, dan radang

tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkangejala klinis atau

gambaran radiologis serta pasien dengan gangguan sistemkekebalan tubuh

(immunocopromised karena gejala dan tanda menjadi tidakjelas. Seseorang dengan

demam >38OC atau ada riwayat demam atau ISPAringan sampai berat dan pada 14

hari terakhir sebelum timbul gejala,memiliki salah satu dari paparan berikut.
35

(Kemendagri, 2020).

5) Orang yang menderita Covid-19

Klien yang terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif

melaluipemeriksaan PCR. Klien dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke 1

danke 14 untuk pemeriksaan RT PCR. Pemeriksaan ulang dilakukan pada 10

hariberikutnya, jika hasil pemeriksaan ulang positif pada tes yang kedua,

makadilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2

hariberturut-turut, di laboratorium pemeriksa yang mampu melakukanpemeriksaan

RT PCR.

6) Orang rentan

Kelompok orang yang beresiko terkena infeksi Covid 19 karena kondisi saatini.

Yang termasuk kelompok ini adalah lansia, orang dengan komorbidpenyakit kronis,

ibu hamil, postpartum dan menyusui, anak-anak, disabilitasfisik, ODGJ, keluarga

pra sejahtera dan peugas kesehatan yang menanganisecara langusng klien Covid-

19.

2.3 Gejala COVID-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu

demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala

dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat

bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan

nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus

Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang

terinfeksi virus Corona, yaitu

a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

b. Batuk

c. Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari


36

sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Demam adalah gejala

yang paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih tua dan mereka yang

memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian hari. Dalam

satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika mereka datang ke rumah

sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik selama dirawat di

rumah sakit.

Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan ,

kelelahan , sesak napas , produksi dahak , dan nyeri otot dan sendi . Gejala

seperti mual , muntah , dan diare telah diamati dalam berbagai persentase. Gejala

yang kurang umum termasuk bersin, pilek, atau sakit tenggorokan (Jesika &

Risma,2020). Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan

jantung berdebar . Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat

terjadi. Kehilangan bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang

dikonfirmasi di Korea Selatan. Seperti yang umum dengan infeksi, ada

penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia mengalami

gejala. Ini disebut masa inkubasi . Masa inkubasi COVID-19 biasanya lima

sampai enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari, meskipun 97,5%

orang yang mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari infeksi.

Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu

tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam

transmisi belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa

mereka dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit

2.4 Pencegahan Covid-19

Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan dipelayanan

kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang palingefektif di

masyarakat meliputi:
37

a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan handsanitizer jika tangan tidak

terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;

b. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;

c. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut

denganlengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;

d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan

melakukankebersihan tangan setelah membuang masker;

e. Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala gangguan

pernapasan.

2.5 KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH

Menurut Keliat, 1998, Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak

berarti dan rendah hati dan rendah diri yang berkepanjngan akibat evaluasi yang

negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang

kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai

ideal diri (Iyus Yosep, 2016)

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri

rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang

mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang

berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri

tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif

untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri

rendah melihat lingkungan dengan cara negatif

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti an rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
38

kemampuan diri. Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak

mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Ganguan harga diri yang disebut

sebagain harga diri rendah dapat terjadi secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)

a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus

hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,

dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama,

yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang

berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan

respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien

gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

2. Upaya yang dapat dilakukan

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk

melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah

adalah dengan terapi kreasi seni menggambar yang merupakan salah

satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat

dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada

kesembuhan fisik mampu psikologis seseorang yang akan berdampak

pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis

seseorang.

Berbagai jeneis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan

harga diri rendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu,

keluarga, dan kelompok terapi spesialis individu yang dapat diberikan

pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah Cognitive


39

Behaviour Therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku dan

Logotherapy. Terapi kelompok yang dapat diimplemaentasikan pada


40

pasien dengan harga diri rendah kronis adalah Supportive Therapy atau

terapi supportif dan Self Help Group (SHG) atau kelpmpok swabantu.

Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat memberikan terapi

spesialis Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy (Widianti et.al,

2017).

a) Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk mengembangkan

rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain. Terapi

lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu terapi rekreasi, terapi

kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan

yang tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang

pertama terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar

pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan

menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan hubungan

sosial, yang kedua adalah terpi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni

terbagi menjadi empat bagian yaitu terapi menari, atau dance,

terapi musik, terapi menggambar atau melukis terapi literatur atau

biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien untuk

mengkomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-

kebutuhanya, memberikan kesempatan pada pasien untuk

mengekpresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta

memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan

wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan pikiran dan

perilaku sesuai dengan norma yang baik.

b) Terapi kreasi seni menggambarkan diterapkan karena ada

anggapan dasar bahwa pasien harga diri rendah akan dapat


41

mengekspresikan perasaan melalui terapi lingkungan seni

menggambar dari dengan ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi

seni menggambar perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan,

status emosional pasien dengan harga diri rendah, hipotesa

diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi

masalah pasien harga diri rendah tersebut. Upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pada pasien yang

mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni

menggambar yang merupakan salah satu terapi lingkungan. Terapi

kreasi seni menggambar berkaitan erat dengan stimulasi psikologis

seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada

kondisi fisik maupun psiologis seseorang.

c) Terapi kognitif diberikan dalam tiga sesi yaitu sesi: (Febriana et.

al, 2016).

1) Identifikasi pikiran otomatis negatif

2) Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif

3) Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang

negatif

Pelaksanaan terapi kognitif menggunakan pendekatan

interpersonal peplau yang terdiri dari orientasi, identifikasi,

eksploitasi dan resolusi. Pendekatan peplau sangat dalam


42

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian orientasi

dan identifikasi, eksploitasi perencanaan dan implementasi,

resolisi atau evaluasi. Begitu juga dengan tahap komunikasi

terapeutik yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu:

orientasi, kerja dan terminasi. Atas dasar kesesuaian

tersebut menggunakan interpersonal peplau sebagai

kerangka penyelesaian masalah pasien harga diri rendah

dengan terapi kognitif (Mubin. 2009).

2.6 Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang dalam tinjaun life span history klien, penyebab terjadinya

harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang

diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapain masa

remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan

tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,

pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan

cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.

Menurut Stuart, 2006, faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri

rendah kronik meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi

sebagai berkut:

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan

orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan


43

yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak

realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type

peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,

dan perubahan struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi

Menurut yosep, 2009. Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah

biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan

penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi

secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang

muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,

perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa

menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau

pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri

rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum

dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat

dirawat.

c. Perilaku

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang

objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam
44

diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah

salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan keracuan

identitasseperti sifat kepribadian yang bertentangan serta

depersonalisasi Stuart, 2006.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Damaiyanti 2008, tanda dan gejala harga diri rendah kronik

adalah sebagai berikut:

a) Mengkritik diri sendiri.

b) Perasaan tidak mampu.

c) Pandangan hidup yang pesimis.

d) Penurunan produktifitas

e) Penolakan terhadap kemampuan diri

4. Rentang Respon

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.

Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang

terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan

penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari

hubungan individu an sosial yang maladaptif.


45

Gambar Rentang respon konsep - diri ( Stuart G.W, 2006)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri kerancuan identitas Depersonalisasi

Positif Rendah

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif

dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang

ada pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal dirinya harga dirinya,

penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan

menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,

termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak, berguna, pesimis

tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan

harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain,

penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,

ganguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan

negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial,

khawatir, serta menarik diri dari realitas.

Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam

kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang

berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat

kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,

perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat


46

ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadaapa orang

lain.

Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana

klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.

Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari

orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

KONSEP ASKEP COVID 19 DENGAN HDR

2.7 .Pengkajian

Tahap pertama pengkajian meliputi factor predisposisi seperti: psikologis tanda

dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.

1. Kaji faktor predisposisi

Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang

tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab

personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis

2. Kaji factor presipitasi

Kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau

produktifitas yang menurun

3. Kaji prilaku

1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

2. Penurunan produktifitas

3. Dekstruktif yang diarahkan pada orang lain

4. Gangguan dalam berhubungan


47

5. Rasa diri penting yang berlebihan

6. Perasaan tidak mampu

7. Rasa bersalah

8. Mudah tersinggung atau marah

9. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri

10. Ketegangan peran yang dirasakan

11. Pandangan hidup yang pesimis

12. Keluhan fisik

13. Pandangan hidup yang bertentangan

14. Penolakan terhadap kemampuan personal

15. Dekstruktif terhadap diri sendiri


48

16. Pengurangan diri

17. Menarik diri secara sosial

18. Menarik diri dari realitas

2.8 Diagnosa Keperawatan

a) Harga diri rendah

b) Pola nafas tidak efektf

c) Kurang Pengetahuan

2.9 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil (SLKI) (SIKI)

1 HDR Setelah dilakukan asuhan 1.Identifikasi

keperawatan kemampuan dan aspek

Selama 3 X 24 jam diharapkan positif yang masih

masalah dimiliki pasien.

keperawatan dapat teratasi

dengan kriteria 2. Bantu pasien menilai

hasil : kemampuan yang dapat

digunakan
1. Pasien dapat

mengidentifikasi
49

3. Membantu pasien
kemampuan dan
untuk
aspek positif yang
memilih/menetapkan
dimiliki
kemampuan yang akan
2. Pasien dapat menilai
dilatih
kemampuan yang dpt

digunakan

3. Pasien dapat memilih

kegiatan sesuai dengan

kemampuan

2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi frekuensi

keperawatan kedalaman pernafasan

selama 3x24 jam diharapkan dan

masalah gerakan dada sesuai

keperawatan dapat teratasi dengan tanda dan gejala

dengan kriteria 2. Identifikasi masalah

hasil : yang dirasakan keluarga

1. dipsnea tidak ada dalam merawat klien

2. napas cuping hidung tidak 3. Auskultasi area paru,

ada catat area penurunan

3. pola napas efektif suara

paru dan catat adanya

bunyi nafas tambahan

4. Monitor tanda-tanda
50

vital

5. Jelaskan pengertian,

tanda dan gejala,

penyebab,dan proses

ketidakefektifan pola

nafas serta

mengambil keputusan

merawat klien

6. Latih cara mengatasi

ketidakefektifan pola

nafas

7. Berikan stimulus

positif, pujian dan

semangat

setiap melakukan

kegiatan asuhan

3 Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat

keperawatan pengetahuan pasien

selama 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi kesiapan

masalah dan

keperawatan dapat teratasi kemampuan menerima

dengan kriteria informasi terapiutik

hasil : 3. Berikan pujian dan

1. Pasien tidak bertanya tanya dukungan terhadap usaha

lagi tentang penyakitnya positif dan pencapaiannya


51

2. Pasien tampak tenang Edukasi

2.10 Implementasi 

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahapan perencanaan. Jenis tindakan pada implmentasi ini terdiri dari

tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan rujukan/ketergantugan.

Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana tindakan keperawatan.

2.11 Evaluasi 

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.

BAB 3
52

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY ‘’L’’ DENGAN COVID 19 DISERTAI HDR

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Inisial : Ny L

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Agama : Hindu

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Suku bangsa : Indonesia

Tanggal MRS : 21 November 2022

Alamat lengkap : Br Peteluan ,Temesi Gianyar

II.ALASAN MASUK

1. Alasan MRS

Pasien datang dengan diantar oleh keluarganya. Ketika ditanya namanya pasien dapat

menjawab dengan benar, yaitu “L”, pasien juga mengetahui bahwa yang mengantar

dirinya adalah keluarganya. Saat ditanya rumahnya dimana, pasien menjawab

“Tabanan”, ketika ditanya dimana dirinya berada pasien menjawab di rumah sakit. Saat

ditanya apakah ibu sudah memiliki anak, pasien menjawab “sudah”. Ditanya apakah

pernah terlihat bayangan atau suara aneh pasien berkata tidak. Ketika ditanya apakah

pasien merasa senang atau sedih, pasien mengatakan sedih karena tidak memiliki

pekerjaan dan dijauhi oleh beberapa kerabat semenjak di diagnose covid 19


53

HETEROANAMNESA (Keluarga)

Pasien datang ke RSJ dibawa oleh keluarganya setelah mengeluhkan sering menangis, dan

sering berdiam diri semenjak kena covid 19, setiap keluar rumah pasien dikucilkan dan di jauhi

oleh teman dan beberapa kerabat

2.Keluhan Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian pasien mengatakan dirinya tidak terlalu bergaul dengan pasien lain. Pasien

mengatakan jarang bicara dengan pasien lain dan lebih suka berdiam diri di kamar daripada

berada di luar. Pasien mengatakan saat ini hanya memasrahkan diri

III.FAKTOR PREDISPOSISI
54

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?  ya √ tidak

2. Pengobatan sebelumnya?

□ Pernah √ tidak pernah

3. Penolakan dari lingkungan : √ ya 

tidak Jelaskan :

Pasien mengalami penolakan dari beberapa kerabat semenjak terkonfirmasi covid

19

4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

□ ya √ tidak

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

Pada saat pengkajian pasien mengatakan sedih karena kehilangan teman sekaligus

kerabat semenjak terkonfirmasi covid 19

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

IV. FISIK

1. Tanda vital : TD : 110/80 N : 80 S : 36 P : 20

2. Ukuran : TB : 154 cm BB : 46 kg

3. Keluhan fisik □ Ya √ Tidak

Jelaskan :

Pasien mengatakan tidak mengeluh tentang fisiknya, pasien mengatakan biasa saja

dengan semua anggota tubuh yang dimilikinya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

V. PSIKOSOSIAL
55

1. Genogram :

Tn.A
Ny. 33th
L
28t
h

An.A
12th

Jelaskan :

Pasien (Ny. L) merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Suami pasien (Tn.A)

merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Pasien dengan suami pasien sudah bercerai. Pasien

memiliki seorang anak perempuan (An.A) yang berumur 12 tahun. Ny.M tinggal bersama

dengan orang tuanya dan adik nya.

= Laki-laki hidup

= Perempuan hidup

An.12 TH
56

= Laki-laki meninggal

= Perempuan meninggal

= Tinggal serumah

= Garis perkawinan

= Garis keturunan

= Cerai

Masalah Keperawatan : tidak ada

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh :

Saat pengkajian mengenai persepsi pasien terhadap anggota tubuhnya, pasien

mengatakan dirinya biasa saja, tidak ada anggota tubuh yang tidak disukai.

b. Identitas diri :

Saat pengkajian pasien dapat mengidentifikasi dirinya dengan benar, mampu

menyebutkan nama, umur, alamat dengan benar. Pasien mengatakan namanya

”M” dan memiliki seorang anak.

c. Peran :

Pasien mengatakan sebelum sakit bekerja sebagai karyawan swasta

d. Ideal Diri :

Pasien mengatakan walaupun di rumah sakit ada banyak orang, namun pasien

lebih suka di rumah walaupun hanya tinggal sendiri. Pasien mengatakan pasrah
57

saja saat dibawa ke rumah sakit.

e. Harga Diri :

Pasien mengatakan merasa tidak berguna untuk hidup. Dari raut wajah, pasien

terlihat pasrah saja, tidak ada gairah dalam menjawab, dan terlihat sedih serta

menundukkan kepala saat menjawab.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti :

Pasien mengatakan orang yang terdekat adalah anaknya dan orang tuanya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :

Pasien mengatakan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Pasien mengatakan jarang berkomunikasi dengan orang lain karena merasa

malas.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan :

Pasien beragama Hindu.

b. Kegiatan ibadah :

Saat ditanya apakah pasien sering sembahyang, pasien mengatakan hanya

sembahyang ketika hari raya saja.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.


58

VI.STATUS MENTAL

1.Penampilan

□ Tidak Rapi □ Penggunaan pakaian tidak sesuai

□ Cara pakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan :

Pasien berpenampilan cukup rapi berpakaian dengan sesuai, rambut disisir namun

pasien tidak memakai sandal jepit.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

5. Pembicaraan

□ Cepat □ Apatis

□ Kasar √ Lambat

□ Gagap □ Membisu

□ Inkoherensi √ Tidak mampu memulai

pembicaraan Jelaskan :

Saat pengkajian cara berbicara pasien lambat dan nada suara lemah. Pasien

kebanyakan hanya mengiyakan saja seperti berkata ’nggih’ atau ’iya’ dan tidak

mampu memulai pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada

6. Aktivitas motorik

□ Lesu  Gelisah  Tik  Tremor

□ Tegang  Agitasi  Grimasem  Kompulsif

Jelaskan :

Tidak ada gangguan pada aktivitas motorik pasien.


59

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

7. Alam perasaan

□ Sedih  Putus Asa  Gembira berlebihan

□ Ketakutan  Kuatir

Jelaskan :

Saat ditanya apakah di rumah sakit menyenangkan, pasien mengatakan ‘iya’,

namun pasien mengatakan lebih suka di rumah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

8. Afek / emosi

□ Datar  Tumpul √ Labil  Tidak sesuai

Jelaskan :
60

Saat pengkajian pasien terlihat labil dan relatife tenang. Namun kadang-kadang

pasien menangis.

Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakitnya

9. Interaksi selama wawancara

□ Bermusuhan  Mudah tersinggung  Defensif

□ Tidak kooperatif √ Kontak mata kurang  Curiga

Jelaskan :

Saat pengkajian kontak mata pasien masih kurang, serta lebih sering menunduk.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

10. Persepsi

□ Pendengaran □ Pengelihatan □ Perabaan

□ Pengecapan □ Pengciuman

Jelaskan :

Saat pengkajian pasien mengatakan tidak mempunyai masalah pada panca

inderanya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada

11. Proses pikir

□ Sirkumstansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi

□ Flight of ideas  Blocking  Pengulangan pembicaraan/ preservarasi

Jelaskan :

Saat ditanya pasien mampu menjawab dengan baik dan berhubungan dengan apa

yang ditanyakan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.


61

12. Isi pikir

□ Obsesi  Hipokondria  Ide yang terkait

□ Phobia  Depersonalisasi  Pikiran magis

Waham

□ Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga

□ Nihilistik  Sisip piker  Siar piker  Kontrol piker

Jelaskan :

Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak memiliki keyakinan yang

berlebihan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.


62

13. Tingkat kesadaran

□ Bingung  Sedasi  Stupor

Disorientasi :

√ Waktu  Tempat  Orang

Jelaskan :

Pasien mampu menyebutkan nama, umur dan alamatnya, namun ketika ditanya

tentang hari, tanggal, dan bulan, pasien mengatakan tidak tahu.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

14. Memori

□ Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat jangka pendek

□ Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi

Jelaskan :

Daya ingat jangka panjang : pasien masih ingat kejadian-kejadian yang pernah

dialami dulu.

Daya ingat jangka pendek : pasien ingat dengan perawat yang berkenalan dengan

dirinya tadi.

Daya ingat saat ini : pasien saat ditanya sudah minum obat dan warna apa saja

pasien bisa menjawab sudah dan obatnya berwarna kuning dan orange.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

15. Tingkat konsentrasi dan berhitung

□ Mudah beralih √ Tidak mampu berkonsentrasi

□ Tidak mampu berhitung

sederhana Jelaskan :

Pada saat pengkajian pasien kurang untuk berkonsentrasi dengan apa yang

ditanyakan oleh perawat. Ketika diajak berhitung jawaban pasien ada yang benar
63

dan ada yang salah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

16. Kemampuan penilaian

□ Gangguan ringan  Gangguan bermakna

Jelaskan :

Pasien tidak ada gangguan dalam hal penilaian.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.


64

17. Daya tilik diri

□ Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan :

Saat pengkajian pasien mengatakan tidak tahu mengapa ia ada di RSJ Bangli.

Masalah Keperawatan : Tidak ada.

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :

a. Makan : √ Bantuan minimal  Bantuan total

b. Keamanan : √ Bantuan minimal  Bantuan total

c. Tempat tinggal : √ Bantuan minimal  Bantuan total

d. Perawatan kesehatan : √ Bantuan minimal  Bantuan total

e. Berpakian / berhias: √ Bantuan minimal Bantuan total

f. Transportasi : √ Bantuan minimal  Bantuan total

g. Uang : √ Bantuan minimal  Bantuan total

2. Kegiatan hidup sehari-hari

a. Perawatan diri : √ Bantuan minimal  Bantuan total

b. Nutrisi :

- Apakah anda puas dengan pola makan : √ya tidak

- Apakah anda memisahkan diri : √ya tidak


65

- Frekwensi makan perhari : 3 x sehari

- Frekwensi kudapan perhari : 2 x sehari

- Nafsu makan : Baik

- BB : 46 kg

- Diet khusus : tidak ada

c. Tidur

- Apakah ada masalah ?: √ya tidak

- Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur ? : √ya tidak

- Apakah ada kebiasaan tidur siang ? : ya √tidak

- Apa yang menolong anda untuk tidur ? ya √tidak

- Waktu tidur malam : √ya tidak

3. Kemampuan klien dalam…

- Mengantisipasi kebutuhan sendiri ? : √ya tidak


66

- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : √ya tidak

- Mengatur penggunaan obat ? : √ya tidak

- Melakukan pemeriksaan kesehatan (Follow up) : √ya tidak

4. Klien memiliki sistem pendukung

Keluarga : √ya tidak Teman Sejawat : √ya tidak

Profesional/terapis : √ya tidak Kelompok social : √ya tidak

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi :

√ya  tidak

Masalah Keperawatan : Tidak ada

VII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

□ Bicara dengan orang lain  Minum alcohol

□ Mampu menyelesaikan masalah  Relaksaksi lambat berlebih

□ Teknik relaksasi  Berkerja berlebihan

□ Aktivitas konstruktif  Menghindar

□ Olahraga  Mencederai diri

□ Lainnya  Lainnya (mengurung diri)

Masalah Keperawatan : Tidak ada


67

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

□ Masalah dengan dukungan kelompok :

Diruangan pasien mengatakan tidak ada masalah namun pasien tampak lebih sering

berdiam diri dikamar

□ Masalah dengan lingkungan :

Pasien mengatakan hubungan dengan lingkungan sekitarnya baik. Pasien tidak

mengalami masalah dengan lingkungan diruangan namun pasien tampak lebih sering

berdiam diri dikamar.

□ Masalah dengan pendidikan:

Pasien hanya mampu menyelesaikan pendidikan SMA.

□ Masalah dengan pekerjaan:


68

Pasien mengatakan bekerja sebagai kariawan swasta

□ Masalah dengan perumahan :

Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan rumahnya.

□ Masalah dengan ekonomi :

Pasien mengatakan ekonominya sangat kurang karena sudah berhenti bekerja

sedangkan masih memiliki tanggung jawab satu orang anak.

□ Masalah dengan pelayanan kesehatan :

Pasien mengatakan kurang menyukai makanan dirumah sakit.

□ Masalah lainnya :

Pasien mengatakan merndukan rumahnya dan merasa tidak berguna hidup.

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :

√ Penyakit jiwa

√ Faktor presipitasi

Koping

□ Lainnya

√ Sistem pendukung

□ Penyakit fisik

□ Obat-obatan
69

Masalah Keperawatan : Tidak ada

X. ASPEK MEDIK

- Diagnosa medik :

- Diagnosis multiaxial :
70

ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan

Subyektif :

Pasien mengatakan saat ini hanya

memasrahkan diri.

Pasien mengatakan hidupnya tidak berguna

Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa

tidak berguna semenjak terkonfirmasi covid

19

Obyektif :

- Pasien terlihat pasif

- Pasien lebih sering sendiri dan jarang

bicara dengan orang lain.

- Kontak mata kurang.


Harga Diri Rendah
- Lebih sering menunduk.

- Cara bicara lambat dan nada suara

lemah.

Subyektif :

- Pasien mengatakan dirinya tidak berguna

-Pasien mengatakan saat ini merasa bersedih

dan pasrah.
71

-Pasien tidak tahu tentang sakit yang

dialaminya

Obyektif :

-Pasien tampak bersedih

-Pasien ingin sendirian

-Tidak ada kontak mata


Kurang pengetahuan

-pasien tampak bertanya tanya tentang tentang penyakitnya

penyakitnya

POHON MASALAH
72

HARGA DIRI RENDAH


CORE PROBLEM
KRONIK

KURANG
PENGETAHUAN ETIOLOGI

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah

2. Kurang pengetahuan

No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil (SLKI) (SIKI)

1 HDR Setelah dilakukan asuhan 1.Identifikasi

keperawatan kemampuan dan aspek

Selama 3 X 24 jam diharapkan positif yang masih

masalah dimiliki pasien.

keperawatan dapat teratasi

dengan kriteria 2. Bantu pasien menilai

hasil : kemampuan yang dapat


73

digunakan
1. Pasien dapat

mengidentifikasi
3. Membantu pasien
kemampuan dan
untuk
aspek positif yang
memilih/menetapkan
dimiliki
kemampuan yang akan
2. Pasien dapat menilai
dilatih
kemampuan yang dpt

digunakan

3. Pasien dapat memilih

kegiatan sesuai dengan

kemampuan

2 Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat

keperawatan pengetahuan pasien

selama 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi kesiapan

masalah dan

keperawatan dapat teratasi kemampuan menerima

dengan kriteria informasi terapiutik

hasil : 3. Berikan pujian dan

1. Pasien tidak bertanya tanya dukungan terhadap usaha

lagi tentang penyakitnya positif dan pencapaiannya


74

2. Pasien tampak tenang Edukasi

XIII.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tgl/jam implementasi Evaluasi

1 24/11/202 1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif S:

2 yang masih dimiliki pasien. Pasien mengatakan sudah bisa

menerima keadaannya, tetapi

2. Bantu pasien menilai kemampuan yang kalua inget dengan

dapat digunakan masalahnya pasien bilang

sedih
3. Membantu pasien untuk O:

memilih/menetapkan kemampuan yang akan - Pasien tampak focus saat

dilatih diajak berbicara

A:

Harga diri rendah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan intervensi

2 24/11/202 1. Pasien tidak bertanya tanya lagi tentang S:

2 penyakitnya Pasien mengatakan sudah tau

2. Pasien tampak tenang tentang penyakit yang dialami


75

O:

Pasien tampak lebih tenang

A:

Masalah teratasi

P:

Hentikan intervensi

BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Salah satu kunci keberhasilan hidup kita adalah bagaimana kita dapat

mengembangkan konsep diri positif, Konsep diri positif memiliki peranan


76

yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Karena

konsep diri positif dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang

menjadi positif dalam kehidupannya. Hasilnya adalah karakter pribadi

positif yang menjadi modal bagi kesuksesan hidup.

B. SARAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah harus dapat dilakukan

dengan tepat karena kita tahu bahwa manusia utuh dan unik yang terdiri dari

aspek bio, psiko, sosial, dan spritual. Sebagai manusia yang utuh dan unik secara

psikologis harus juga dapat terpenuhi agar dapat berkomunikasi dengan

lingkungan dengan baik serta pada diri sendiri yang paling utama.

Selain itu sebagai perawat mempunyai kewajiban untuk membantu individu

meraih kesehatan optimal baik dengan mencegah penyakit maupun peningkatan

kesehatan. Oleh karena itu, disarankan pada para pembaca yang khususnya adalah

perawat agar tetap memperhatikan klien sebagai individu yang unik dan utuh.

Anda mungkin juga menyukai