Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN

OLEH
KELOMPOK 2

Ni Kadek Rai Dwijayanti 223221362 Pande Putu Nie 223221353

Ni Ketut Istri Sundari 223221363 Jaya Wardana 223221300

RisqiNurainni 223221365 Ni Kadek Endang P 223221313

HervinAwaludin 223221367 I Kadek Adi Widiada 223221357

Ni Wayan Novi Yandeni 223221351 Ni Wayan Sumiari 223221308

Ni Made EmiWahyuni 223221298 Luh Gede Vera Yuniati 223221344

I Gede Agus Surya Saputra 223221350 Ni Putu Desi Sukmayati 223221326

Ni Wayan Sukartini 223221352 I Wayan Chaya Wedanta 223221368

PROGRAM STUDI KEPERAWATANPROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2022
KATAPENGANTAR

PujisyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsakarenatelahmemberikankekua
tan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesaitepat padawaktunya.
Adapuntujuandaripenyusunanmakalah ini adalahuntukmemenuhitugasMata
KuliahtentangProses Keperawatan dan Berpikir kritis
Penulismengucapkanterimakasihkepadasemuapihak yang
telahmembantudanmendukungdalam penyusunanmakalah ini.
Penulissadarmakalah
inibelumsempurnadanmemerlukanberbagaiperbaikan,olehkarenaitukritikdansaranyangmemba
ngunsangatdibutuhkan. Akhir kata, semogamakalah ini dapatbermanfaatbagi para pembaca
dansemuapihak.

Denpasar,5 Oktober2022

Penulis
DAFTAR ISI

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

Latarbelakang……………………………………………………… … 2

Rumusanmasalah……………………………………………………… 2

Tujuanpenulisan……………………………………………………… 3

Mamfaatpenulisan…………………………………………………….. 3

Metodepenulisan

Bab II Pembahasan

PengertianDiagnosa Keperawatan……………………………………. 4

SejarahDiagnosa Keperawatan……………………………………….. 5

Konsep Berpikir Kritis dan Proses Diagnosa Keperawatan…………… 6

Peta KonsepDiagnosa Keperawatan………………………………….. 10

SumberKesalahan dalam Diagnosa Keperawatan……………………. 11

Bab III Penutup

Simpulan……………………………………………………………… 14

Saran …………………………………………………………………. 14

Daftar Pustaka

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Keperawatan merupakanprofesi yang membantu dan
memberikanpelayanan yang berkontribusi pada kesehatan dan
kesejahteraanindividu. Dalam memberikanpelayananasuhan keperawatan, seorang
perawat akan melewati lima tahap, yakni pengkajian, perumusandiagnosa,
perencanaan, implementasi, dan pendokumentasian.
Pada dasarnyadiagnosa keperawatan memberikandasarpemilihanintervensi
yang menjadi  tanggunggugat perawat. Perumusandiagnosa keperawatan
adalahbagaimanadiagnosa keperawatan digunakan dalam proses
pemecahanmasalah. Melaluiidentifikasi, dapatdigambarkanberbagaimasalah
keperawatan yang membutuhkanasuhan keperawatan. Di sampingitu,
denganmenentukanataumenyelidikietiologimasalah, akan dapatdijumpaifaktor
yang menjadikendala dan penyebabnya. Denganmenggambarkantanda dan gejala,
akan memperkuatmasalah yang ada.
Dewasa ini takjarangditemukannyakesalahan dalam perumusandiagnosa
keperawatan baikolehmahasiswa keperawatan yang sedang
melakukanpraktikmaupunoleh perawat professional. Hal ini
dapatdiakibatkanolehbanyak factor diantaranya data yang kurangakurat,
pengetahuanpelakuperumusdiagnosa yang kurang, dan masihbanyaklagi.
Terlebihlagibanyakkalangan yang berpikir bahwadiagnosa keperawatan
serupadengandiagnosamedis dan takjarangbeberapa perawat menetapkandiagnosa
keperawatan denganmenambahkandiagnosamedisdidalamnya dan
melupakansyaratsertakomponen yang seharusnyaterdapat dalam diagnosa
keperawatan sehingga berdampak pada pelayanan keperawatan yang diterimaoleh
klien.

1.2 RumusanMasalah
Adapunrumusanmasalah yang terdapat dalam makalah ini, adalah:
1.2.1 Apakah yang dimaksuddengandiagnosa keperawatan?
1.2.2Bagaimanakahsejarahdiagnosa keperawatan?
2
1.2.3 Bagimanakah berpikir kritis dalam proses diagnosa keperawatan?
1.2.4 Bagimanakah peta konsepdiagnosa keperawatan?
1.2.5 Apasajakahsumberkesalahan dalam diagnosa keperawatan?

1.3 TujuanPenulisan
Adapuntujuandaripembuatanmakalah ini adalah:
1.3.1 Untukmengetahui yang dimaksuddengandiagnosa keperawatan.
1.3.2 Untukmemahamisejarahdiagnosa keperawatan
1.3.3Untukmengetahuikonsep berpikir kritis dalam proses diagnosa keperawatan
1.3.4 Untukmengetahuimengenaipeta konsepdiagnosa keperawatan
1.3.5Untukmengetahuiapasajasumberkesalahan dalam diagnosa keperawatan

1.4 ManfaatPenulisan
Pembuatanmakalah ini
diharapkandapatmembantupembacabaikdarikalanganmahasiswa kesehatan,
perawat professional maupunmasyarat dalam memahamidiagnosa keperawatan.

1.5 MetodePenulisan
Makalah ini disusundenganmetodepenelurusankepustakaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DefinisiDiagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan adalahsuatupenilaianklinismengenairespons klien
terhadapmasalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsungaktualmaupunpotensial (SDKI, 2017). Diagnosis keperawatan
bertujuanuntukmengidentifikasirespons klien individu, keluarga, dan
komunitasterhadapsituasi yang berkaitandengankesehatanDiagnosa keperawatan
adalahkeputusanklinistentangresponsindividu, keluarga,
ataukomunitasterhadapmasalah kesehatan yang actual dan potensial, atau
proseskehidupan (NANDA International,2007).
Diagnosa keperawatan merupakansuatupernyataan yang
menjelaskanresponmanusia (status kesehatan ataurisikoperubahanpola )
dariindividuataukelompokdimana perawat
secaraakuntabilitasdapatmengidentifikasi dan
memberikanintervensisecarapastiuntukmenjaga status kesehatan, membatasi,
mencegah, ataumengubahnya (Carpenito,2000), sedangkanmenurut Gordon
(1982) mendefinisikanbahwa diagnose keperawatan adalahmasalah kesehatan
actual dan potensialdimanaberdasarkanpendidikan dan pengalamannya, iamampu
dan mempunyaikewenanganuntukmemberikantindakan keperawatan. Menurut
Shoemaker (1984) mendefinisikandiagnosa keperawatan sebagai
keputusanklinismengenaiindividu, keluarga, ataumasyarakat yang
diperolehmelaluisuatu proses pengumpulan data dan analisiscermat dan
sistematis, memberikandasarpembuatanketentuan-ketentuanuntukterapi yang
pastidimana perawat bertanggungjawab.
Jadi, daribeberapapendapatdiatasdapatdisimpulkanbahwadiagnosa
keperawatan adalahkeputusanklinismengenairesponindividu, keluarga,
ataumasyarakat yang diperolehmelalui proses pengumpulan data terhadapmasalah
kesehatan yang aktualmaupunpotensial guna menjaga status kesehatan

4
2.2 SejarahDiagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali dalam literature
keperawatan pada tahun 1950 (McFarland dan McFarlance,1989). Fry (1953)
mengajukanformulasi diagnosis keperawatan dan rencanaasuhan keperawatan
individuuntukmembuat keperawatan menjadilebihkreatif. Hal ini
lebihmenekankan pada praktikindependen perawat (misalnya mengedukasi klien
dan peringanangejala). Awalnya, keperawatan professional
tidakmendukungdiagnosa keperawatan. Pada tahun 1955, Model Nurse Practice
Act of ANA (1995) melarangterapi diagnosis atauperesepan. Akibatnya, perawat
raguuntukmenggunakan diagnosis keperawatan dalam praktik.Namun, teori
keperawatan mendorong keperawatan definitive dalam
hubungannyadenganmasalahklien.Teorisebelumnya yang mendefinisikantindakan
keperawatan dalam hubungannyadenganmasalah yang berpusat pada klien,
merupakanbagiandaritanggungjawabterhadapketertarikan dan
penggunaanterakhirdiagnosa keperawatan dalam keperawatan terdahulu.
Pada tahun 1973 konferensinasional pertama untukklasifikasidiagnosa
keperawatan diselenggarakanuntukmenentukanfungsi keperawatan dan
menentukansistemklasifikasi. Beberapatahunkemudian,
pesertakonferensitersebutmembangunsebuahtaksonomi yang kini ada 13
ruanglingkup,47kelas, dan 188 diagnosa keperawatan. Pada tahun 1982
sebuahpersatuan professional, North American Nursing Diagnosis
Association(NANDA) didirikandengantujuanuntukmengembangkan,
memperhalus, dan mempromosikantaksonomi terminology diagnosis keperawatan
untukdigunakansecaraluasoleh perawat professional (Kim, McFarland dan
McFarlance, 1984). Selanjutnya pada tahun 2003 , NANDA berubahnamamenjadi
NANDA International (NANDA-I) agar lebihmencerminkanpenggunaandiagnosa
keperawatan internasionaluntukkomunitas kesehatan secara global.
Pertama kali ANA Standard of Nursing Practice (1973)
menggabungkandiagnosa keperawatan pada tahun 1971, dan tetapterdapat dalam
Nursing Scope and Standard of Practice(ANA,2004). Scope of Nursing Practice
(1987) yang diterbitkanoleh ANA, menjelaskan keperawatan sebagai diagnosa

5
dan penatalaksaanresponsmanusiaterhadap kesehatan dan penyakit,
membantumemperkuatdefinisi diagnosis keperawatan. Pada tahun 1980 dan 1995,
ANA memasukkan diagnosis sebagai kegiatanterpisah dalam publikasi Nursing:
A Social Policy Statement (ANA,2003). Akibatnya, Nurse Practice Acts
darisebagianbesarnegarabagianmemasukkan diagnosis keperawatan
sebagiandariruanglingkuppraktik keperawatan.
Saat ini penentuan diagnose keperawatan di Indonesia
telahmenggunakanStandar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau yang
disingkatdengan SDKI, besertaintervensinya SIKI, dan luarannya SLKI.

Pengunaanstandar formal pernyataan diagnosis keperawatan


memilikibeberapatujuan sebagai berikut:
1. Menyediakandefinisi yang tepat yang dapatmemberikanbahasa yang
sama dalam memahamikebutuhan klien bagisemuaanggotatimpelayanan
kesehatan.
2. Memungkinkan perawat untukmengomunikasikanapa yang
merekalakukansendiri, denganprofesipelayanan kesehatan lainnya dan
masyarakat.
3. Membedakanperan perawat dari dokter ataupenyelenggarapelayanan
kesehatan lainnya.
4. Membantu perawat terfokus pada bidangpraktik keperawatan.
5. Membantumengembangkanpengetahuan keperawatan.

2.3 Berfikir kritis dalam proses diagnosa keperawatan


Kebanyakan perawat belajar berpikir kritis
melaluiaplikasidenganpengalaman. Salahsatu guru terbaikadalahpengalaman. Tapi
juga pentinguntukmengetahuitentangkonsep berpikir kritis agar proses
dapatditerapkandenganbenar.
Dokumentasimerupakanbagianpentingdari proses berpikir kritis untuk
perawat. Setiapinstitusipelayanan kesehatan
menekankanpelaksanaandokumentasi. Dikatakanbahwa,
“jikatidakdidokumentasikan, berartitidakdilakukan". Proses keperawatan

6
adalahsuatu proses ilmiah. Dalam penelitianilmiah, semuahaldidokumentasikan.
Dalam dokumentasi ini, penelitian bisa
melihatkebelakanguntukmelihatapakahhasilnya karena intervensi dan
apakahintervensiatautidakberhasilatauharusdiubah. Proses dokumentasimembantu
perawat mencapaitujuan yang sama.
Dalam kerangkapemikiran kritis dan prosedurdokumentasi yang
baiksuatuprosedurtindakandapatdilanjutkanataudihilangkan, tergantung pada
efektivitasnya. Dengan kata lain, apakahprosedurbenar-benarmeningkatkan,
membantuataumembahayakan kesehatan klien. Ini
hanyalahsalahsatucontohbagaimana proses berpikir kritis digunakan dalam profesi
keperawatan. Pendekatanilmiahmenggunakanpemikiran kritis membantu perawat
mengembangkanpraktikberbasisbukti.
Berpikir kritis sangatpentinguntukmelakukanpraktik keperawatan yang
terampil, kompeten dan aman. Banyaknyapengetahuan yang harusdigunakan
perawat dan pertumbuhanpesatpengetahuan ini menghambat perawat
menjadipraktisi yang
efektifapabilamerekaberupayamenjalankanfungsinyahanyadenganmenggunakanin
formasi yang diperoleh di sekolahatau yang dijelaskan di buku. Keputusan yang
harusdiambil perawat mengenaiperawatan klien denganmenggunakansumber yang
terbatasmemaksa perawat berpikir dan bertindak di area tertentutanpakepastian,
tanpajawaban yang jelas dan kesulitan dalam melaksanakanprosedur yang
tetapsertamemilikibanyakkepentingan yang salingberbenturan dan mempersulit
proses pembuatankeputusan. Oleh karena itu perawat perlumenerimasikap yang
meningkatkan berpikir kritis dan menguasaiketerampilan berpikir kritis dalam
upayamemproses dan mengevaluasiinformasi baru dan informasi yang
dipelajarisebelumnya.
Untuklebihmemahamitentang berpikir kritis secaralebihjelasikutilahuraianberikut
ini. Definisi “berpikir kritis”: terdapatberbagaidefinisitentang berpikir kritis
silahkan Anda simakuraian di bawah ini:
1. Berpikir kritis adalahkemampuanuntukmenganalisisfakta, mencetuskan
dan menatagagasan, mempertahankanpendapat, membuatperbandingan,

7
menarikkesimpulan, mengevaluasiargumen dan memecahkanmasalah
(Chance, 1986).
2. Sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan
dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap
reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan (Mertes,
1991).
3. Proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan
(Scriven & Paul, 1992).
4. John Dewey (1909) adalah “bapak berfikir kritis modern”.
5. Disebut juga sebagai reflective thinking yaitu pertimbangan yang aktif,
persisten, dan hati-hati terhadap suatu pengetahuan atau nilai, berdasar
alasan yang mendasarinya dan kesimpulan.
6. Sedangkan menurut American Philosophical Association (AMA, 1990):
“Berpikir kritis merupakan proses yang penuh makna untuk mengarahkan
dirinya sendiri dalam membuat suatu keputusan. Proses tersebut
memberikan berbagai alasan sebagai pertimbangan dalam menentukan
bukti, konteks, konseptualisasi, metode dan kriteria yang sesuai.”
7. Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas maka:
8. Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seseorang
dengan daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti bahwa
seseorang tersebut merupakan pemikir kritis.
9. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya,
dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan
masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk
dirinya.
10. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam
orang lain.
11. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis
dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang

8
buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran penting dalam kerja sama
menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas konstruktif.
12. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang kemungkinan bias
dalam alasan yang dikemukakannya.

Keterampilan berpikir kritis

Penjelasan Gambar
a. Interpretasi: kategorisasi, mengklarifikasi makna.
b. Analisis: memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen,
menganalisis argumen.
c. Evaluasi: menilai klaim (pernyataan), menilai argumen.
d. Inferensi: mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (misalnya,
differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah,
mengambil keputusan.
e. Penjelasan: menyatakan masalah, menyatakan hasil, mengemukakan
kebenaran prosedur, mengemukakan argumen.
f. Regulasi diri: meneliti diri, mengoreksi diri.

Berdasarkan Gambar, dapat Anda lihat bahwa pada saat perawat berpikir kritis
terdapat berbagai keterampilan yang dimilikinya diterapkan selama proses
berlangsung.
Di bawah ini akan diuraikan tentang keterampilan berpikir kritis:
a. Memahami hubungan-hubungan logis antar gagasan.
b. Mengidentifikasi, mengkontruksi, dan mengevaluasi argumen.

9
c. Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam pemberian
alasan.
d. Memecahkan masalah secara sistematis.
e. Mengidentifikasi relevansi dan kepentingan gagasan.
f. Merefleksikan kebenaran keyakinan dan nilai-nilai diri sendiri.
Mengapa kita harus berpikir kritis? Berpikir kritis memungkinkan Anda
memanfaatkan potensi Anda dalam melihat masalah, memecahkan masalah,
menciptakan, dan menyadari diri.

2.4 Peta KonsepDiagnosa Keperawatan


Proses PerumusanDiagnosa

1 ANALISA DATA
 Bandingkan data dengannilai normal
 Kelompokkan data

2
IDENTIFIKASI  Masalah actual, resiko, promkes
MASALAH

3  Three part (aktual)


PERUMUSAN  Two part (resiko dan
DIAGNOSIS promkes)

Diadaptasidari :
StandarPraktikKeperawatan Indonesi (PPNI,2005), Ackley, Ladwig&Madic
(2017), Potter & Perry (2013).

10
2.5 SumberKesalahanDiagnosa Keperawatan
2.5.1 Kesalahan dalam pengumpulan data
Untukmenghindarikesalahan dalam pengumpulan data pengetahuan dan
keterampilan dalam teknikpemeriksaan data sangatdiperlukan. Berikut ini
beberapa cara untukmenghindarikesalahan dalam pengumpulan data:
 Tinjauulangtingkatkenyamanan dan kompetensi anda dalam
melakukanwawancara dan
pemeriksaanfisiksebelummulaimengumpulkan data.
 Lakukanpemeriksaan dalam beberapalangkahdenganterfokus pada
satusistem tubuh sebelummemulaipemeriksaanlengkapdarikepalahingga
kaki.
 Tinjauulangpengkajianklinis anda di ruangkelasmaupun klinik.
 Tentukankeakuratan data anda denganmevalidasibeberapa kali hasil
yang anda dapat guna meminimalkanrisikoketidakakuratan
 Teratur dalam pemeriksaan, memilikiformulir dan
peralatanpemeriksaan yang sesuai dan siapdigunakan.
2.5.2 Kesalahan dalam Interpretasi dan Analisis Data
Setelah pengumpulan data, tinjauulangkembali data
tersebutapakahsudahakurat dan lengkap. Saat anda tidakdapatmevalidasi data, ini
menunjukkanketidaksesuaianantarapetunjukklinis dan diagnosa
keperawatan(Lunney,1998dikutipoleh Potter & Perry,2009).
Mulailahmenginterpretasikandenganmenentukan dan mengaturpolapemeriksaan
yang relevanuntukmengetahuiadanyamasalah pada klien
denganmempertimbangkanlatarbudaya klien.
2.5.3 Kesalahan dalam Pengelompokan Data
Kesalahan dalam pengelompokan data terjadisaat data
dikelompokanterlalucepat, tidakbenar, atautidakdikelompokansamasekali.
Kesalahanpengelompokan data dapatmempengaruhidiagnosa keperawatan yang
akan berdampak pada kualitaspelayanan keperawatan pada klien.
2.5.4 Kesalahan dalam Pernyataan Diagnosis
Pemilihanpernyataan diagnosis yang tepat akan
menghasilkanpemilihanintervensi keperawatan dan hasil yang sesuai
11
(Docherman dan Jones,2003). Untukmengurangikesalahan, pernyataan diagnosis
harusmenggunakanbahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat. Gunakan terminology
yang benar dalam menggambarkanrespons klien
terhadappenyakitataukondisinya. Berikut ini
adalahtaktikuntukmengurangikesalahan dalam pernyataan diagnosis, yakni:
1. Kenalirespon klien, bukan diagnosamedis (Carpernito-Moyet,2005)
2. Karena diagnosamedismembutuhkantindakanmedis, sangattidakbijak bila
memasukkandiagnosamediskedalamdiagnosa keperawatan.
3. Kenalipernyataan diagnosis NANDA –I dibandingkangejala.
4. Kenalidiagnosa keperawatan darikelompokkarakteristikdefinisi karena
satugejalatidakcukupuntukmengindentifikasimasalah.
5. Kenalietiologi yang
dapatditanganidibandingkantandaklinisataumasalahkronis.
6. Anda dapatmemilihtindakan yang diarahkanmenujukoreksietiologimasalah
karena pemeriksaan diagnostic ataudisfungsikronis bukan
merupakanetiologiataukondisi yang dapatdiatasidengantindakan
keperawatan.
7. Kenalimasalah yang disebabkanolehpengobatanataupemeriksaan diagnostic,
daripadaterapiataupemeriksaanitusendiri.
8. Klien mengalamibanyakresponsterhadappemeriksaan diagnostic dan
terapimedis yang termasuk dalam bidang keperawatan.
9. Kenalirespon klien terhadapperalatandibandingkanperalatanitusendiri.
10. Kenalimasalah klien dibandingkanmasalah anda denganpelayanan kesehatan.
11. Diagnosa keperawatan selaluberpusat pada klien dan
menjadidasaruntukpelayanan yang diarahkanolehtujuan.
12. Kenalimasalah klien dibandingkantindakan keperawatan.
13. Kenalimasalah klien dibandingkantujuan.
14. Anda selalumenetapkantujuansemalatahapperencanaan pada proses
keperawatan. Berdasarkanidentifikasimasalah klien yang akurat, tujuan akan
menjadidasaruntukmenentukanapakahpenyelesaianmasalahtelahtercapai.
15. Gunakanpertimbangan professional dibandingkandugaan.

12
16. Buatdiagnosa keperawatan berdasarkan data objektif dan data subjektif klien,
dan jangansertakankepercayaan dan nilai-nilaipribadi Anda.
17. Hindaripernyataan yang tidaksesuaihukum (Carpenito-Moyet,2005)
18. Pernyataan yang bersifatmenyalahkan, mengabaikan,
ataumalpraktikberpotensimenimbulkantuntutanhukum.
19. Kenalimasalah dan etiologiuntukmenghindaripengulanganpernyataan.
20. Pernyataanseperti ini mengandungarti yang tidakjelas dan
tidakmemberikanarahanuntukpelayanan keperawatan.
21. Kenalisatumasalahsaja dalam pernyataandiagnostik.
22. Setiapmasalahmemilikihasilharapan yang berbeda,
kebingunganselamalangkahperencanaanterjadisaat anda
memasukkanbanyakmasalah dalam satudiagnosa keperawatan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diagnosa keperawatan adalahkeputusanklinismengenairesponindividu,
keluarga, ataumasyarakat yang diperolehmelalui proses pengumpulan data
terhadapmasalah kesehatan yang aktualmaupunpotensial guna menjaga status
kesehatan. Dalam merumuskandiagnosakomponen yang
harusdiperhatikanadalahproblem, etiologi, dan signatausymptomdengansyaratnya,
yakni:
 Perumusanharusjelas dan singkatdarirespon klien
terhadapsituasiataukeadaan yang dihadapi
 Spesifik dan akurat (pasti)
 Dapatmerupakanpernyataandaripenyebab
 Memberikanarahan pada asuhan keperawatan
 Dapatdilaksanakanoleh perawat
 Mencerminankeadaan kesehatan klien
Proses yang terdapat dalam merumuskandiagnosaadalah sebagai berikut:
 Klasifikasi&Analisis Data
 Mengindentifikasimasalah klien
 Memvalidasi diagnosis keperawatan
 Menyusun diagnosis keperawatan sesuaidenganprioritasnya.

3.2 Saran
Dalam pembuatanmakalah ini dapat , hal yang dapat kami
sarankanbaikuntukmahasiswa keperawatan maupun perawat professional
untukdapatlebihberhati-hati dalam menentukandiagnosa keperawatan pada klien
guna memberikanpelayanan keperawatan yang tepat pada klien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet,LyndaJuall.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi


13.Jakarta: EGC.
Effendi, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta:SalembaMedika.
Herdman,T.Heather.2012.NANDA International,Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
Potter&Perry.2009.Fundamental of Nursing,7thEdition.Jakarta:SalembaMedika.
Potter&Perry.2013.Fundamental of Nursing,7thEdition.Jakarta:SalembaMedika.

15

Anda mungkin juga menyukai