OLEH :
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Ny.F. Dengan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Nyeri dengan Diagnosa Medis
Glukoma di Ruang Bougenvile Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta .A, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Marjawati, S.Kep., Ners selaku kepala ruang Dahlia RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Bougenvile.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Intervensi:
2.3.3 IMPLEMENTASI
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.3.4 EVALUASI
Perawat harus melaksanakan evaluasi dengan baik karena kesembuhan
pasien harus diutamakan. Dengan melaksanakan evaluasi yang baik diharapkan
perawat dapat mengidentifiasi hal-hal yang dianggap sudah berhasil atau belum
berhasil sehingga perawat dapat segera menentukan tindakan lebih lanjut.
Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAPIER dalam
melaksanakan evaluasi proses keperawatan. Format SOAPIER adalah sebagai
berikut:
1. S = Subjective data (Data Subjektif)
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri
oleh klien yang terkait dengan gangguan integritas kulit dan luka, misalnya
perasaan gatal, perasaan kulit, seperti terbakar dan keluhan perasaan tidak nyaman
di kulit.
2. O = Objective data (Data Objektif)
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis
keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan, misalnya
ditemukaan adanya perubahan warna kulit, terdapat lesi dan tanda lain yang dapat
dilihat yang tidak sesuai dengan fisiologis kulit.
3. A = Assessment (Pengkajian)
Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien.
4. P = Planning (Perencanaan)
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi
tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal.
5. I = Intervention (Intervensi)
Tindakan yang dilakukan oleh perawat.
6. E = Evaluation (Evaluasi)
Merupakan analisis respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
7. R = Revised (Revisi)
Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respons pasien
terhadap tindakan keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan revisi
atau modifikasi rencana asuhan keperawatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn w 40thn dirawat di RS karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer),
sakit kepala, penglihatan kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang.
Pada pemeriksaan didpat pupil yang lebar dan iregular, edem perifer corne,
kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit.
Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21 mmHg, diduga faktor utama yang berperan
dalam meningkatnya TIO, antara lain karena kecepatan produksi Aqueos humor
oleh badan silia, resitensi aliran aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal
schlemna/ tekanan vena epislera. Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam
pemberian tetes mata beta bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol,
metripranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam
mata dan TIO.
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
Nama : Tn.W
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Lawu I,Palangka Raya
Pekerjaan : Petugas parkir
Sumber informasi : Pasien
TMR : 11 Mei 2020
Diagnosa medis : Glukoma
3.1.2. Keluhan Utama :
Penglihatan kabur
3.1.3 Riwayat Keperawatan
3.1.3.1 Riwayat Penyakit Sekarang :
P : Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah
kemarin menglami benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W juga
merasakan tidak dapat melihat di sisi samping, dan selalu melihat ada
pelangi saat melihat lampu yg terang. Setelah mengalami benturan, mata
Tn.W dikompres istrinya dengan air dingin. Q : penglihatan kabur dirasakan
setelah Tn.W mengalami benturan pada matanya.R : di daerah matanya.
S : penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan
karena takut jatuh. T : penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan
saat malam hari jika terkena sinar lampu.
3.1.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tn.W tidak pernah mengalami penyakit mata sebelumnya.
3.1.3.3 Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut keterangan klien tidak ada keluarga yang mmiliki penyakit mata dan
DM serta HT.
3.1.4 Observasi dan Pemeriksaan Fisik
3.1.4.1 Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos menthis, pasien tampak
kesakitan.Mata Tn.W terlihat masih memar,tampak lelah danmata terlihat
merah.
3.1.3.4.2 Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak
meringis, bentuk badan klien simetris, klien berbicara jelas, suasana hati klien
sedih, penampilan klien cukup rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan
malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui
dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme
pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.4.3 Tanda-tanda Vital :
S : 37 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
N : 80 x/menit ( 60 – 100 x/menit)
TD : 120/80mmHg (<=120-130, <=80 mmHg)
RR : 18 x/menit (16 – 20 x/menit)
3.1.3.5 Body System
3.1.3.5.1 B1 (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat
nyeri, tidak sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan
perut, irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta
tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.3.5.2 B2 (Blood)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami
clubbing finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi,
tidak ada pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali
dalam 3 detik, tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 90 cm, ictus
cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami
kelainan. Didapatkan tekanan darah yang normal (120/80 mmHg)
Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.5.3 B3 (Brain)
Klien terlihat cemas ,kesadaran compos mentis dengan GCS 456,Pupil yang
melabar dan irregular,Edema epitel kornea,Congesti pemda episkleral &
konjungtiva,COA sempit,Pemeriksaan TIO > 21 mmHg,Saat dirangsang
cahaya yang terang pasien mengeluh melihat pelangi
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.5.4 B4 (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria,
tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan
cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
3.1.3.5.5 B5 (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak
ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB
2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak
konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15
x/hari, dan tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan. Peristaltik
meningkat 25 x/mnt.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.5.6 B6 (Bone)
Tn. W. terlihat lelah kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak
ada parase, tidak ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi,
terdapat nyeri di bagian muka dan tangan kanan, tidak ada bengkak, tidak ada
kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba
simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah
= 5 (normal). Terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian muka dan tangan
kanan, kaki kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang
belakang klien tampak teraba normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
3.1.3.6 Pemeriksaan penunjang
1. Tonometri : Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola
mata normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi : Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar
humor akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut,
apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut
tersebut.
3. Penilaian diskus optikus : menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur
rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika
ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular
yang signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang : penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.
ANALISA DATA
Analisa data 1
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Ds : Trauma mata Gangguan
Tn.W mengatakan persepsi
penglihatannya kabur setelah Peningkatan Tekanan Intra sensori
mengalami benturan pada Okuli (TIO) (penglihatan)
matanya saat bekerja
Do : Penekanan bola mata oleh
-Mata Tn.W terlihat masih cairan aqueus
memar
- Tn.W tampak lelah Tekanan pada syaraf optic
- Mata Tn.W terlihat retina
merah
- Pupil yg melabar dn Kerusakan syaraf optic
irreguler dan retina
- Edema epitel kornea
- Congesti pemda Penipisan serat syaraf dan
episkleral & konjungtiva inti bagian dalam retina
- COA sempit
- Saat dirangsang cahaya Atrofi discus opticus
yg terang pasien mengeluh
melihat pelangi Hilangnya pandangan
Pemeriksaan tonometry : perifer
TIO > 21 mmHg
Gangguan persepsi sensori
(penglihtan)
Analisa data 2
Data Etiologi Masalah
Ds: TIO meningkat Cemas berhubungan
Mengatakan takut ↓ dengan penurunan
dioperasi Gangguan saraf optik penglihatan/ kurang
Sering ↓ pengetahuan tentang
menanyakan Perubahan penglihatan prosedur
tentang operasi perifer pembedahan
↓
Cemas
Do:
Klien tampak
gelisah.
Wajah Klien
murung, sering
melamun
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 38 C
RR : 20x/menit
Analisa data 3
Data Etiologi Masalah
DS : Irreversible (kebutaan) Gangguan
Klien mengatakan rasa nyaman
penglihatan kabur, sakit Pembedahan nyeri
kepala dan seperti melihat
pelangi bila melihat cahaya Interupsi (insisi bedah)
yang terang.
DO : Nyeri
keadaan Umum :
- Pupil melebar dan Gangguan rasa nyaman nyeri
terkadang irregular
- Edema epitel kornea
- Lemah, Lelah,
Pergerakan klien
berkurang
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 38 C
RR : 20x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori
2. Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan/ kurang pengetahuan
tentang prosedur pembedahan
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan interupsi / insisi bedah
PRIORITAS MASALAH
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TGL DIAGNOSA Waktu Implementasi TTD
Senin,11 Gangguan persepsi 00.07 WIB 1. Mengkaji derajat / tipe kehilangan Yuni Elia Kartika
mei 2020 sensori (penglihatan) penglihatan
b.d hilangnya 2. Mendorong klien untuk
pandangan perifer mengekspresikan perasaan tentang
sekunder dr kehilangan / kemungkinan kehilangan
peningkatan TIO > 21 penglihatan
mmHg 3. Melakukan tindakan untuk
membantu pasien untuk menangani
keterbatasan penglihatan, contoh,
mengatur perabot, perbaiki sinar dan
masalah penglihatan malam.
4. Memberikan obat tetes mata : beta
bloker (timolol) dan menganjarkan pasien
dan keluarga cara pemberin obat tetes
mata.
Selasa,12 Cemas berhubungan 1. Kaji tingkat ansitas, derajat Yuni Elia Kartika
mei 2020 dengan penurunan pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-
penglihatan/ kurang tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
pengetahuan tentang 2. Berikan informasi tentang prosedur
prosedur pembedahan pembedahan dengan akurat dan jujur.
kasar, yang ditandai
3. Dorong pasien untuk mengakui
dengan Tn. W tampak
masalah dan mengekspresikan
Tampak gelisah, wajah
perasaan.
murung, sering
4. Berikan kesempatan pasien
melamun,Mengatakan
menerima situasi nyata, mengklarifikasi
takut dioperasi,Sering
salah konsepsi dan pemecahan masalah.
menanyakan tentang
Identifikasi sumber/orang yang
operasi.
menolong
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/TGL DIAGNOSA Evaluasi TTD
Rabu, 13 Gangguan persepsiS : Tn.W mengatakan penglihatan sudah tidak Yuni Elia
mei 2020 sensori (penglihatan) b.dkabur lagi Kartika
hilangnya pandanganO :
perifer sekunder dr - Pemeriksaan tonometry TIO 15
peningkatan TIO > 21 mmHg.
mmHg - Visus/ ketajaman 6/6.
- COA kembali luas
- Pupil mengecil saat diberi cahaya
Dan klien tdk melihat pelangi lagi saat
dirangsang cahaya terang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi, pertahankan hasil
Rabu, 13 Cemas berhubunganS : Tn. W. mengatakan sudah tidak takut lagi di Yuni Elia
mei 2020 dengan penurunanoperasi Kartika
penglihatan/ kurangO : Tn. W tampak terlihat senang dan
pengetahuan tentangbersemangat
prosedur pembedahanA : Masalah teratasi
kasar, yang ditandaiP : Hentikan Intervensi
dengan Tn. W tampak
Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun,Mengatakan
takut dioperasi,Sering
menanyakan tentang
operasi.
Ilyas, sidarta. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI