Disusun Oleh :
NIM : 1490119050R
(Sumber : Watson.R. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,2002. Hal
303)
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di
dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru memanjang mulai
dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak di
sebelah atas dan alas di sebelah bawah. Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam
mediastinum terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk
torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri
mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di
atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan
mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang
sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal
menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmensegmen
yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding
jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga
dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus (Snell, R. 2006).
Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara
(ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru
(inspirasi) dan mengeluarkan udara dari alveolar ke luar tubuh (ekspirasi).
1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli.
Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya
udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan
ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting
karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah.
2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel.
4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :
1. Pernapasan luar (eksternal respiration) yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dalam
paru-paru.
2. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktifitas utamanya adalah pertukaran gas
pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel.
Untuk melakukan tugas pertukaran udara, organ pernapasan disusun oleh beberapa
komponen penting antara lain :
1. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
2. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
3. Pleura viseralis dan pleura parietalis.
4. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ pernapasan
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat.
Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai
media transportasi O2 dan CO2 sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan
pola pernapasan (Guyton, 2007).
Dalam mekanika pernapasan terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam
ventilasi (Sherwood.L, 2011) :
1. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan
penambahan ketinggian diatas permukaan laut karna lapisan-laisan dipermukaan bumi
juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus/intrapulmonal (760 mmHg) adalah tekanan didalam alveolus.
Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara
cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
atmosfer;udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura (756 mmHg) adalah tekanan didalam kantung pleura. Ditimbulkan
dari luar paru didalam rongga thoraks.
Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-alveolus
sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory group/DRG
group/DRG di formasio retikularis medula oblongata) mengirimkan impuls dari I neuron I-
DRG melalui n.phrenicus ke otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG (ventral respiratory
group). Diafragma dan m.external intercostal berkontraksi → rongga thorak membesar →
tekanan transmural (intra-pleura & intra-alveolar) meningkat → jaringan paru → tekanan
intra-alveolar↓ → udara masuk ke alveolus. Napas dalam melibatkan otot inspirasi tambahan
: m.sternocleidomastoideus dan m.scalenus (Sherwood,L. 2011).
2) Alergi
1. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akanmeningkatkan produksi mukus.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi
hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolar, hypoxia dan asidosis.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan
FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang
akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner &
Suddarth, 2002).
b. Etiologi
3) Stress
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
3) wheezing,
5) takikardi
6) takipnea
2.4 Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi
digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume
ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood,
2001).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan
pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan
hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).
2.5 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada
awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring
dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang
hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang
biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat
saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Asih dalam Rahmadi (2015) menambahkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronis adalah :
2.8 Komplikasi
Menurut Irman Sumantri (2009), Komplikasi PPOK yaitu :
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan
timbul sianosis.
b. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzines, dan takipnea.
c. Infeksi Respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edem mukus. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonl (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat
juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak Disritma
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma brokial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali
tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu
pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan
asma.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITASKLIEN :
Nama : Tn. A.............................................................................................
Umur : 60th .....................................................................................................
Agama : Kristen ...............................................................................................
Alamat asal : Liliba.....................................................................................................
Tanggal datang : 07 – 05 – 2020 ....................... Lama Tinggal di Panti=--
...........................
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. B..........................................................................................................
Hubungan : Istri ............................................................................................................
Pekerjaan : IRT...........................................................................................
Alamat : Liliba ....................................................Telp :
031xxx..............................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Batuk darah kurang lebih 2 minggu, , sering sesak jika beraktivitas
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Tidak ada
Obat-obatan:
ceftriaxon 2 x 1gr
ranitidin 2 x 1
Nebul Combivent 2x 2,5 mg
Infus RL 20 tpm
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Ya
Perubahan nafsu : -
makan
Masalah tidur : - -
Kemampuan ADL : Tidak
KETERANGAN : Pasien mengatakan sering sesak jika beraktivitas Berat
badan pasien mengalami penuruna dratis 3 bulan terakhir
(turun 8 kg). BB sekarang 48 kilo
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Tidak
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan lesi
KETERANGAN : Tidak ada luka yang dialami pasien
..........................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak
Pembengkakan kel. : Tidak
Limfe
Anemia : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah ...............................
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit : Tidak
kepala
KETERANGAN : Tidak ada masalah
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Tidak
penglihatan
Pakai kacamata : Tikak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN :
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan membersihkan : Ya
telinga
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah......................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pasien
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Tidak
Perubahan rasa : Tidak
Gigi palsu : Tikda
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : ..........................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah.....................................................................
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Ya
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Ya
PPOK : Ya
KETERANGAN : Batuk berdarah, dan sesak bila beraktifiatas..................................
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tikak
Palpitasi : Tikak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal nocturnal : Tidak
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : RR 26x/mnt
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : Tidak
Hemateemesis : Tidak
Perubahan nafsu : Tidak
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : .........................................................
KETERANGAN : Tidak ada nafsu makan.................................................
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy : Tidak
Urgency : tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nocturia : Tidak
Inkontinensia : tidak
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : - dalam sehari .............................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak
Discharge : Tidak
Postcoital bleeding : Tidak
Nyeri pelvis : Tidak
Prolap : Tidak
Riwayat menstruasi : Normal 5-7 hari ..................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : tidak
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : tidak
Masalah gaya berjalan : tidak
Nyeri punggung : tidak
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Ya
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................
Spiritual
Aktivitas ibadah : -
Hambatan :-
KETERANGAN :.....................................................................................................
6. LINGKUNGAN :
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 5 10 5
5 Mandi 0 5 0
8 Mengenakan pakaian 5 10 5
Total nilai 30 11
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi(tidak ada dalam kasus)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 13
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi(tidak ada dalam kasus)
Total score 11
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
2 Hb 7/5/2020
11
4 Hematokrit 7/5/2020
37,9
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
ANALISA DATA
Ventilasi terganggu
Sesak Nafas
Ekpirasi memanjang
PPOK
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan respon alergi dibuktikan dengan Dispnea,
Ortopnea, Batuk tidak efektif, Spuntum berlebihan, Whezzing, Sianosis, Bunyi nafas
menurun.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius,
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi
missal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ;
nafas, missal mengi,ronki, krekels
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak adanya bunyi nafas (asma
berat).
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau setelah
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat
stress/adanya infeksi akut. Pernafasan dapat
rasio inspirasi/ekspirasi.
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
disbanding inspirasi.
Disfungsi pernafasan adalah variable yang
Catat adanya derajat dispnea, missal
tergantung pada tahap proses kronis selain proses
keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas,
akut yang menimbulkan perawatan di RS, misal
distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
reaksi alergi, infeksi.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dengan grafitasi. Namun, pasien
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, dengan distress berat akan mencari posisi yang
misal peninggian kepala tempat tidur, paling mudah untuk bernafas. Sokongan
duduk pada sandaran tempat tidur. tangan/kaki dengan meja bantal,dll dapat
membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan posisi lingkungan minimum, Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat
misal; debu, asap, dan bulu bantal yang mentriger episode akut.
berhubungan dengan kondisi individu.
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi
Dorongan/bantu latihan nafas abdomen atau
dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan
bibir.
udara.
Observasi karakteristik batuk, misal; Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khusunya
menetap, batuk pendek, basah. Bantu bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.
tindakan untuk memperbaiki keefektifan Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi, atau
upaya batuk. kepala di bawah setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,
ml/hari sesuai toleransi jantung. mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan
Memberikan air hangat. Anjurkan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan
masukan cairan antara, sebagai pengganti selama makan dapat meningkatkan distensi gaster
makanan. dan tekanan pada diafragma.
Kolaborasi
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia
Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain
ukuran tubuh. itu, banyak pasien COPD mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan
membuat status hipermetabolik dengan
peningkatan kabutuhan kalori. Sebagai akibat
pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat
malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema
sering kurus dengan perototan yang kurang.
Auskultasi bunyi usus. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, Rasa tak enak, baud an penampilan adalah
berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat
membuat mual dan muntahdengan peningkatan
kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil makan dan memberikan kesempatan untuk
tapi sering. meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
karbonat. mengganggu nafas abdomen dan dapat
meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat panas atau dingin. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan
spasme batuk.
Timbang BB sesuai kondisi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan BB, dan evaluasi adekuat
rencana nutrisi.
Kolaborasi:
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
memberikan makanan yang mudah cernah, secara pada situasi/kebutuhan individu untuk
nutrisi seimbang, misal nutrisi tambahan memberikan nutrisi maksimal dengan upaya
oral/selang, nutrisi parenteral. minimal pasien/penggunaan energi.
Kaji pemeriksaan lab. Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan
mengawasi keefektifan terapi nutrisi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai Menurunkan dispnea dan meningkatkan enrgi
indikasi. untuk makan meningkatkan masukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan kumpulan penyakit
paru yang sudah lama dan bertahun tahun, ditandai dengan adanya penyumbatan
pada aliran udara dari paru-paru. Dengan penyebab utama dari lingkungan polusi
udara, merokok, paparan debu, dan gas-gas kimiawi. Faktor Usia dan jenis kelamin
sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru bahkan pada saat gejala
penyakit tidak dirasakan. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia,
bronkitis, dan asma orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika
merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat menurun
dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok.
B. Saran
Semoga dari makalah ini kita sebagai calon tenaga medis yang nantinya turun
berkecimpung dalam dunia medis dapat memiliki pemahaman mengenai apa itu
penyakit COPD dan bagaimana cara menghadapinya, dan timbul niat dalam diri kita
untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat seperti tidak merokok dan selalu
menjaga kebersihan sehingga resiko terpapar COPD dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E.Doenges, dkk. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sylvia A.Price, dkk. 2003. PATOFISIOLOGI (konsep Klinis Proses-proses Penyaki).Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/910/13/151210013_Iis%20Maisaroh_KTI%20benarkunci.pdf
(diakses pada tanggal 08 mei 2020, pukul 10.00 WIB)
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/539/1/NISA%20AGUSTIN%20NIM.%20A01401932.pdf
(diakses pada tanggal 08 mei 2020, pukul 14.00 WIB)
Disusun Oleh :
NIM : 1490119050R
Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol
beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali
merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO,
sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan
UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi,
melebihi penyakit penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.
2.3 Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
(Sumber : Watson.R. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,2002. Hal
303)
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di
dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru memanjang mulai
dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak di
sebelah atas dan alas di sebelah bawah. Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam
mediastinum terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk
torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri
mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di
atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan
mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang
sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal
menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmensegmen
yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding
jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga
Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara
(ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru
Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi
(pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pernapasan
dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke
Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya
udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan
ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting
7. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel.
Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :
3. Pernapasan luar (eksternal respiration) yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dalam
paru-paru.
4. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktifitas utamanya adalah pertukaran gas
Untuk melakukan tugas pertukaran udara, organ pernapasan disusun oleh beberapa
5. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
6. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
8. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ pernapasan
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat.
Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai
media transportasi O2 dan CO2 sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan
Dalam mekanika pernapasan terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam
4. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan
Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara
cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
6. Tekanan intrapleura (756 mmHg) adalah tekanan didalam kantung pleura. Ditimbulkan
Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-alveolus
sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory group/DRG
DRG melalui n.phrenicus ke otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG (ventral respiratory
intra-alveolar↓ → udara masuk ke alveolus. Napas dalam melibatkan otot inspirasi tambahan
intrapleura dan atmosfer) menurun → dinding dada menekan jaringan paru → tekanan intra-
alveolar meningkat → udara keluar. Impuls dari neuron E-VRG menghambat neuron I-DRG
tenang tidak melibatkan otot-otot ekspirasi. Ekspirasi aktif melibatkan otot-otot ekspirasi:
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis pathogen
tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan tosik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung edema paru, dan obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa
bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
2.4 ETIOLOGI
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia dan
penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia juga
sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi
di bawah ini :
Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif yang
menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan
streptococcus pyogenis
Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab
utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia.
Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
• Gizi kurang
2.9 Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam
penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive
dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling
jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan atas
yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa
jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam
udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi
pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi
patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik,
sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan dalam
pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan fagositosis
oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh
memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi
dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme
merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema
menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc
atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi, dan
eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada perubahan-
perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan
dan self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan
suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia,
yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian bawah.
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia,
tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala
mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk
staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau kesulitan
bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis
absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat
reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada
Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED
meninggi.
LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi
jaringan paru
Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik
sel raksasa (rubella).
2.12 Komplikasi
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan
emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa
efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S.
Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae
sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat
invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan
hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati,
Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila pneumonia
berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-),
Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga
oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans. yang menyerang
selaput otak.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
2. IDENTITASKLIEN :
Nama : Ny. S.............................................................................................
Umur : 51th .....................................................................................................
Agama : Islam ...............................................................................................
Alamat asal : Oesapa.....................................................................................................
Tanggal datang : 08 – 05 – 2020 ....................... Lama Tinggal di Panti=--
...........................
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Tn. A..........................................................................................................
Hubungan : Suami ......................................................................................................
Pekerjaan : -...........................................................................................
Alamat : Oesapa ....................................................Telp :
031xxx..............................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Ny S mengeluh sesak dan batuk, mual dan muntah
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Tidak ada
Obat-obatan:
Infus Futrolit 20 tpm, Injeksi anbacim 3x1g per IV, Injeksi kalnex 3x250mg per IV, Codein 3x 10 mg per
oral, Pamol 3x1g per IV, Nebul Combivent 2x 2,5 mg
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Ya
Perubahan nafsu : -
makan
Masalah tidur : - -
Kemampuan ADL : Tidak
KETERANGAN : mengatakan batuk darah dan sesak kurang lebih sejak satu
bulan yang lalu. Pada saat dikaji Ny S mengeluh sesak dan
batuk yang tak kunjung berhenti terutama pada malam hari,
Ny S sering merasa mual dan ingin muntah
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Tidak
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan lesi
KETERANGAN : Tidak ada luka yang dialami pasien
..........................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak
Pembengkakan kel. : Tidak
Limfe
Anemia : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah ...............................
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit : Tidak
kepala
KETERANGAN : Tidak ada masalah
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Tidak
penglihatan
Pakai kacamata : Tikak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN :
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan membersihkan : Ya
telinga
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah......................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pasien
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Tidak
Perubahan rasa : Tidak
Gigi palsu : Tikda
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : ..........................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah.....................................................................
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Ya
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Ya
PNEUMONIA : Ya
KETERANGAN : Ny S mengeluh sesak dan batuk yang tak kunjung berhenti terutama
pada malam hari
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tikak
Palpitasi : Tikak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal nocturnal : Tidak
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : RR 24x/mnt
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : YA
Hemateemesis : Tidak
Perubahan nafsu : YA
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : .........................................................
KETERANGAN : Porsi makan ½ yang dihabiskan
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy : Tidak
Urgency : Tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nocturia : Tidak
Inkontinensia : Tidak
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : - dalam sehari .............................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak
Discharge : Tidak
Postcoital bleeding : Tidak
Nyeri pelvis : Tidak
Prolap : Tidak
Riwayat menstruasi : Normal 5-7 hari ..................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : tidak
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : tidak
Masalah gaya berjalan : tidak
Nyeri punggung : tidak
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Ya
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................
Spiritual
Aktivitas ibadah : -
Hambatan :-
KETERANGAN :.....................................................................................................
6. LINGKUNGAN :
8. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 5 10 5
5 Mandi 0 5 0
8 Mengenakan pakaian 5 10 5
9. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam) (tidak ada dalam kasus)
Total nilai 30 11
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Gangguan Kognitif Berat ……………..
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
2 Eosinofil 8/5/2020
0,0 %,
3 RBC 8/5/2020 4,160 H/ul
7 MCH 24,89 pg
8 MCHC 33,76 g/dl
9 PLT 199 L 10³/ul
10 RDW 10,45 %,
11 PCT 569 10³/μ L
12 MPV 9,05.
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
ANALISA DATA
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1. Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2. Auskultasi area paru, catat
2. Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3. Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4. Penghisapan sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5. Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6. Alat untuk menurunkan
6. Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
7. Berikan cairan tambahan digunakan secara hati-hati,
misalnya : Intravena,oksigen karena dapat menurunkan upaya
humidifikasi, dan ruang batuk/menekan pernafasan.
humidifikasi. 7. Cairan diperlukan untuk
8. Awasi sinar X dada, mengganti kehilangan dan
GDA, nadi oksimetri. memobilisasi sekret.
C. Kesimpulan
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia.pneumonia
tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.
Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh
suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan virus.
D. Saran
1. Bagi Perawat Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan pasien, oleh
karena ituuntuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya proses
keperawatan dilaksanakansecara berkesinambungan, mengingat angka penyakit
pnemunia yang semakin bertambah.
2. Pasien Untuk pasien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yangdialami,
harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai dengan
kebutuhantubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan memeriksakan kesehatan
ke pelayanan kesehatanterdekat seperti puskesmas untuk mengetahui status
kesehatan
3. Bagi keluarga pasien Untuk keluarga harus mensuport pasien untuk menjaga
kesehatan pasien,dengan cara mengingatkan hal-hal yang membuat atau menjadi
penyebab penyakit PNEUMONIA .
DAFTAR PUSTAKA
http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf