Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN Tn. A DENGAN DIAGNOSA COPD


Dosen : Anna Mariance Taeteti, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Veniasti Gono Ate

NIM : 1490119050R

Kelas : Ners 19B

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES NUSANTARA
KUPANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu kelompok
penyakit tidak menular yang menjadi masalah di bidang kesehatan baik di Indonesia
maupun di dunia.
PPOK adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran napas dan paru yang
ditandai oleh adanya hambatan aliran udara yang bersifat persisten dan progresif sebagai
respon terhadap partikel atau gas berbahaya. Karakteristik hambatan aliran udara PPOK
biasanya disebabkan oleh obstruksi saluran nafas kecil (bronkiolitis) dan kerusakan
saluran parenkim (emfisema) yang bervariasi antara setiap individu (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia dalam Agustin, 2017). Pada umumnya penyakit ini dapat dicegah dan
diobati (Suyanto dalam Agustin, 2017). PPOK dianggap sebagai penyakit yang
berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya
adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas,
padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya
penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 tahunan. (Smeltzer dan
Bare dalam Rahmadi, 2015. Penyakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak
segera ditangani (Smeltzer dan Bare dalam Rajmadi, 2015).
World Health Organizatiton (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 yang akan
datang angka kejadian PPOK akan mengalami peningkatan dan menduduki dari peringkat
6 menjadi peringkat 3 sebagai penyebab kematian tersering (Ikawati dalam Agustin,
2017).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 TujuanUmum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa Ners semester 2 dapat mengerti
dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan Gerontik pada Lansia dengan
diagnose COPD/PPOK dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari PPOK
b. Untuk mengetahui etiologi dari PPOK
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari PPOK
d. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari PPOK
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk PPOK
f. Untuk mengetahui patofisiologi/ WOC PPOK
g. Untuk mengetahui komplikasi PPOK
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan PPOK
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis
untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang Konsep Teori dan Asuhan
Keperawatan, terutama Asuhan Keperawatan pada klien dengan PPOK.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD , 2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE) merupakan istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru
dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001)
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner & Suddarth, 2002).
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel, terjadi
bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider, 2003).
Anatomi Fisiologi Paru

(Sumber : Watson.R. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,2002. Hal
303)
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di
dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru memanjang mulai
dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak di
sebelah atas dan alas di sebelah bawah. Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam
mediastinum terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk
torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri
mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di
atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan
mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang
sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal
menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmensegmen
yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding
jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga
dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus (Snell, R. 2006).

Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara
(ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru
(inspirasi) dan mengeluarkan udara dari alveolar ke luar tubuh (ekspirasi).

(Sumber : Price.S.A, Wilson.L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Bagian 2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995. Hal 646.)
Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi
(pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pernapasan
dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke
atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu (Guyton ,2007) :

1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli.
Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya
udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan
ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting
karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah.
2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel.
4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :

1. Pernapasan luar (eksternal respiration) yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dalam
paru-paru.
2. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktifitas utamanya adalah pertukaran gas
pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel.

Untuk melakukan tugas pertukaran udara, organ pernapasan disusun oleh beberapa
komponen penting antara lain :

1. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
2. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
3. Pleura viseralis dan pleura parietalis.
4. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ pernapasan
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat.
Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai
media transportasi O2 dan CO2 sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan
pola pernapasan (Guyton, 2007).
Dalam mekanika pernapasan terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam
ventilasi (Sherwood.L, 2011) :

1. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan
penambahan ketinggian diatas permukaan laut karna lapisan-laisan dipermukaan bumi
juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus/intrapulmonal (760 mmHg) adalah tekanan didalam alveolus.
Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara
cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
atmosfer;udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura (756 mmHg) adalah tekanan didalam kantung pleura. Ditimbulkan
dari luar paru didalam rongga thoraks.

Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-alveolus
sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory group/DRG
group/DRG di formasio retikularis medula oblongata) mengirimkan impuls dari I neuron I-
DRG melalui n.phrenicus ke otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG (ventral respiratory
group). Diafragma dan m.external intercostal berkontraksi → rongga thorak membesar →
tekanan transmural (intra-pleura & intra-alveolar) meningkat → jaringan paru → tekanan
intra-alveolar↓ → udara masuk ke alveolus. Napas dalam melibatkan otot inspirasi tambahan
: m.sternocleidomastoideus dan m.scalenus (Sherwood,L. 2011).

Pada akhir inspirasi otot-otot inspirasi relaks → tekanan transmural (intrapleura


intrapleura dan atmosfer) menurun → dinding dada menekan jaringan paru → tekanan intra-
alveolar meningkat → udara keluar. Impuls dari neuron E-VRG menghambat neuron I-DRG
sehingga menghentikan aktivitasnya dengan penglepasan rangsangan inhibisi. Ekspirasi
tenang tidak melibatkan otot-otot ekspirasi. Ekspirasi aktif melibatkan otot-otot ekspirasi:
m.internal intercostal dan m.abdominalis.

PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat, menurut Global Initiative for Chronic


Obstructuve Lung Disease (GOLD) dalam Rahmadi tahun 2015, yaitu:
1. Derajat 0 (beresiko)
Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea,
terdapat paparan faktor resiko, sprirometri : normal.
2. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala Klinis : batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK.
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala Klinis : sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
4. Derajat III (PPOK Berat)
Gejala Klinis : sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi
semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien
5. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala Klinis : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan
ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi
dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas kronik.
2.2 ETIOLOGI
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:

1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.

2) Alergi

3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll

1. Manifestasi klinis

1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akanmeningkatkan produksi mukus.

2) Mukus lebih kental

3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh


karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan
kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar
mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan
meningkat.

4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi
hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.

5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolar, hypoxia dan asidosis.

6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal


timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2.

7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.

8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan
FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang
akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF

2. Emfisema

a. Definisi

Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).

b. Etiologi

1) Faktor tidak diketahui


2) Predisposisi genetic

3) Merokok

4) Polusi udara

c. Manifestasi klinis

1) Dispnea

2) Takipnea

3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan

4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru

5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi

6) Hipoksemia

7) Hiperkapnia

8) Anoreksia

9) Penurunan BB

10) Kelemahan

3. Asthma Bronchiale

a. Definisi

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner &
Suddarth, 2002).

b. Etiologi

1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)


2) Infeksi saluran nafas

3) Stress

4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)

5) Obat-obatan

6) Polusi udara

7) Lingkungan kerja

8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)

c. Manifestasi Klinis

1) Dispnea

2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),

3) wheezing,

4) batuk non produktif

5) takikardi

6) takipnea

2.4 Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi
digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume
ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood,
2001).

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-


komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan
silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009)

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik


pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009)

Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan
pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan
hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).
2.5 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada
awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring
dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.

Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang
hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang
biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat
saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.

Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:

1) Batuk bertambah berat


2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
menurut Somantri (2009) antara lain :
a. Chest X-Ray : dapat menunjukan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan
ruang udara restrotenal, penurunan tanda vaskuler/bullae (emfisema), peningkatan
suara bronkovaskular (bronkitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma).
b. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya
bronkodilator.
c. Total Lung Capacity (TLC) : meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada asma,
namun menurun pada emfisema.
d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema.
e. FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital
(FVC) menurun pada bronkitis dan asma.
f. Arterial Blood Gasses (ABGs) : menunjukan proses penyakit kronis, sering kali PaO2
menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan emfisema), tetapi
sering kali menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis repiratori ringan
sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).
g. Bronkogram : dapat menunjukan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolaps bronkial
pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronkitis).
h. Darah Lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan eosinofil
(asma).
i. Kimia Darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema primer.
j. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi patogen,
sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit keganasan
atau alergi.
k. Elektrokardiogram (EKG) : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asma berat),
atrial distritmia (bronkitis), gelombang P pada leads II, III, dan AVF panjang, tinggi
(pada bronkitis dan emfisema), dan aksis QRS vertikal (emfisema).
l. Exercise EKG, Stress test : membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pernapasan,
mengevaluasi keefektifan obat bronkodilator, dan merencanakan/evaluasi program.

2.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut Mansjoer
dalam Rahmadi (2015) adalah :
1. Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara.
2. Terapi eksasebrasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisillin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi
beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada
pasien yang mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-
10 hari selama periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-
tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.
d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik.
Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250
mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv
secara perlahan.
Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang,
ampisillin 4 x 0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian
eksasebrasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi
saluran nafas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini
dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi.
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
e. Mukolitik dan ekspektoran.
f. Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal
nafas tipe II dengan PaO2<7,3kPa (55 mmHg).
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja,
merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan
sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi pada pasien
dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah fisioterapi,
rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan.

Asih dalam Rahmadi (2015) menambahkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronis adalah :

a. Penatalaksanaan medis untuk asma adalah penyingkiran agen penyebab dan


edukasi atau penyuluhan kesehatan. Sasaran dari penatalaksanaan medis
asma adalah untuk meningkatkan fungsi normal individu, mencegah gejala
kekambuhan, mencegah serangan hebat, dan mencegah efek samping obat.
Tujuan utama dari berbagai medikasi yang diberikan untuk klien asma
adalah untuk membuat klien mencapai relaksasi bronkial dengan cepat,
progresif dan berkelanjutan. Karena diperkirakan bahwa inflamasi adalah
merupakan proses fundamental dalam asma, maka inhalasi steroid
bersamaan preparat inhalasi beta dua adrenergik lebih sering diresepkan.
Penggunaan inhalasi steroid memastikan bahwa obat mencapai lebih dalam
ke dalam paru dan tidak menyebabkan efek samping yang berkaitan dengan
steroid oral. Direkomendasikan bahwa inhalasi beta dua adrenergik
diberikan terlebih dahulu untuk membuka jalan nafas, kemudian inhalasi
steroid akan menjadi lebih berguna.
b. Penatalaksanaan medis untuk bronkhitis kronis didasarkan pada pemeriksaan
fisik, radiogram dada, uji fungsi pulmonari, dan analisis gas darah.
Pemeriksaan ini mencerminkan sifat progresif dari penyakit. Pengobatan
terbaik untuk bronkitis kronis adalah pencegahan, karena perubahan
patologis yang terjadi pada penyakit ini bersifat tidak dapat
pulih (irreversible). Ketika individu mencari bantuan medis untuk mengatasi
gejala, kerusakan jalan nafas sudah terjadi sedemikian besar.
Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika
merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat
menurun dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok.
Bronkodilator, ekspektoran, dan terapi fisik dada diterapkan sesuai yang
dibutuhkan. Penyuluhan kesehatan untuk individu termasuk konseling
nutrisi, hygiene respiratory, pengenalan tanda-tanda dini infeksi, dan teknik
yang meredakan dispnea, seperti bernafas dengan bibir dimonyongkan,
beberapa individu mendapat terapi antibiotik profilaktik, terutama selama
musim dingin. Pemberian steroid sering diberikan pada proses penyakit
tahap lanjut (Rahmadi, 2015)

2.8 Komplikasi
Menurut Irman Sumantri (2009), Komplikasi PPOK yaitu :
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan
timbul sianosis.
b. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzines, dan takipnea.
c. Infeksi Respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edem mukus. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonl (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat
juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak Disritma
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma brokial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali
tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu
pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan
asma.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
STIKES NUSANTARA KUPANG

Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 01 – 03 – 2020

1. IDENTITASKLIEN :
Nama : Tn. A.............................................................................................
Umur : 60th .....................................................................................................
Agama : Kristen ...............................................................................................
Alamat asal : Liliba.....................................................................................................
Tanggal datang : 07 – 05 – 2020 ....................... Lama Tinggal di Panti=--
...........................
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. B..........................................................................................................
Hubungan : Istri ............................................................................................................
Pekerjaan : IRT...........................................................................................
Alamat : Liliba ....................................................Telp :
031xxx..............................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Batuk darah kurang lebih 2 minggu, , sering sesak jika beraktivitas
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Tidak ada
Obat-obatan:
ceftriaxon 2 x 1gr
ranitidin 2 x 1
Nebul Combivent 2x 2,5 mg
Infus RL 20 tpm

4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Ya
Perubahan nafsu : -
makan
Masalah tidur : - -
Kemampuan ADL : Tidak
KETERANGAN : Pasien mengatakan sering sesak jika beraktivitas Berat
badan pasien mengalami penuruna dratis 3 bulan terakhir
(turun 8 kg). BB sekarang 48 kilo

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Tidak
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan lesi
KETERANGAN : Tidak ada luka yang dialami pasien
..........................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak
Pembengkakan kel. : Tidak
Limfe
Anemia : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah ...............................

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit : Tidak
kepala
KETERANGAN : Tidak ada masalah

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Tidak
penglihatan
Pakai kacamata : Tikak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN :
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan membersihkan : Ya
telinga
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah......................................................

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pasien
...................................................................................................................

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Tidak
Perubahan rasa : Tidak
Gigi palsu : Tikda
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : ..........................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah.....................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
.........................................................................................................................

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Ya
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Ya
PPOK : Ya
KETERANGAN : Batuk berdarah, dan sesak bila beraktifiatas..................................

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tikak
Palpitasi : Tikak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal nocturnal : Tidak
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : RR 26x/mnt

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : Tidak
Hemateemesis : Tidak
Perubahan nafsu : Tidak
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : .........................................................
KETERANGAN : Tidak ada nafsu makan.................................................

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy : Tidak
Urgency : tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nocturia : Tidak
Inkontinensia : tidak
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : - dalam sehari .............................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................

14. Reproduksi (laki -


laki)
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah :
sex
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak
Discharge : Tidak
Postcoital bleeding : Tidak
Nyeri pelvis : Tidak
Prolap : Tidak
Riwayat menstruasi : Normal 5-7 hari ..................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : tidak
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : tidak
Masalah gaya berjalan : tidak
Nyeri punggung : tidak
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Ya
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi : Tidak
Ketakutan : Tidak
Insomnia : Tidak
Kesulitan dalam mengambil : Tidak
keputusan
Kesulitan konsentrasi : Tidak
Mekanisme koping :
Persepsi tentang kematian : -
Dampak pada ADL
:.........................................................................................................................

Spiritual
 Aktivitas ibadah : -

 Hambatan :-

KETERANGAN :.....................................................................................................

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : Bersih tidak kotor dan rapi.........................................................................

 Kamar mandi : Bersih ..................................................................

 Dalam rumah.wisma : Bersih ..............................................................................

 Luar rumah: Bersih .....................................................................................


7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES (tidak ada dalam kasus)

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat

1 Makan 5 10 5

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 10


sebaliknya

3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5


gigi)

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 5


tubuh, menyiram)

5 Mandi 0 5 0

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 0


kursi roda )

7 Naik turun tangga 5 10 5

8 Mengenakan pakaian 5 10 5

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 5

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 5


2. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam) (tidak ada dalam kasus)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2020......................... Hari
:kamis...........................................
Musim : panas........................
Bulan : april..................................
Tanggal : 31
2 Orientasi 5 3 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia………………
Panti : ………………………………..
Propinsi: Jawa Timur………………..
Wisma : ……………………………..
Kabupaten/kota :
Surabaya……………………
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5).
65
5 Mengingat 3 0 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 2 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut
:
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 11
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : Gangguan Kognitif Berat ……………..


3. Tes Keseimbangan(tidak ada dalam kasus)
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 17 detik
01 – 03 – 2020
2 20 detik
15 – 03 – 2020
3 23 detik
31 – 03 – 2020
Rata-rata Waktu TUG 20

Interpretasi hasil Resiko Tinggi Jatuh

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi(tidak ada dalam kasus)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 13
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi(tidak ada dalam kasus)

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators Scor Pemeriksaan


e

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 1


jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 2

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 1
dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 3

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 1


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 1


terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0


belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 11

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

*centang pada kolom pemeriksaan jika ditemukan indikastor pada lansia

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik


No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1 leukosit 7/5/2020 8,76

2 Hb 7/5/2020
11

3 eritrosit 7/5/2020 4,24

4 Hematokrit 7/5/2020
37,9

7. Fungsi sosial lansia(tidak ada dalam kasus)

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKOR

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 1


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1


menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 0


meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 5
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

ANALISA DATA

No Analisa Data Etiologi Masalah keperawatan


1. DS: Respon dinding bronkus Gangguan pertukaran gas
a) Dispnea
b) Ortopnea Edema Dinding Bronkiolus
DO:
a) Penggunaan otot bantu Obstruksi saluran nafas
pernafasan
b) Pola nafas abnormal Kontraksi otot polos meningkat
c) RR 26X/Menit
Bronkospasme

Saluran nafas meyempit

Fase ekspirasi memanjang

Ventilasi terganggu

Sesak Nafas

Penggunaan otot bantu nafas


RR meningkat

2 Ds : Hipersekresi mukosa Bersihan jalan nafas tidak


a) Dispnea efektif
b) Ortopnea Penumpukan secret berlebih
Do:
a) Batuk tidak efektit Penyempitan saluran nafas
b) Spuntum berlebihan dan
bercampur darah Hambatan saluran nafas
c) Whezzing
Hiperventilasi

Batuk tidak efektif

Nafas dada tertekan

Ekpirasi memanjang

3 Ds : Kontraksi otot polos Intoleran Aktivitas


a. Klien mengeluh lelah
b. Klien mengeluh sesak Spasme otot bronkus (bronkospasme)
saat beraktivitas
Do : Dispnea
a. Nadi 98x/menit
b. RR 26x/menit Mengi/wheezing
c.
Nafas dada tertekan
Ekpirasi memanjang

PPOK

Ds: Kuman terbawa ke saluran nafas Ketidak seimbangan nutrisi


a. Nyeri abdomen kurang dari kebutuhan
b. Nafsu makan menurun Peningkatan produksi sputum
Do :
a. Berat badan menurun Akumulasi sekret
b. Membran mukosa pucat
c. Otot menelan lemah Bronkospasme

Kenaikan asam lambung

Infeksi lambung (asam lambung


menyebar ke sal udara, paru2
menyebabkan pembengkakan
menimbulkan asma atipikal)

Kerusakan sal. Nafas sehingga batuk dan


mengi

Mual, muntah dan kehilangan nafsu


makan, intake menurun
3.3 Diagnosa keperawatan :

1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan respon alergi dibuktikan dengan Dispnea,
Ortopnea, Batuk tidak efektif, Spuntum berlebihan, Whezzing, Sianosis, Bunyi nafas
menurun.

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius,
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi
missal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ;
nafas, missal mengi,ronki, krekels
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak adanya bunyi nafas (asma
berat).
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau setelah
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat
stress/adanya infeksi akut. Pernafasan dapat
rasio inspirasi/ekspirasi.
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
disbanding inspirasi.
Disfungsi pernafasan adalah variable yang
Catat adanya derajat dispnea, missal
tergantung pada tahap proses kronis selain proses
keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas,
akut yang menimbulkan perawatan di RS, misal
distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
reaksi alergi, infeksi.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dengan grafitasi. Namun, pasien
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, dengan distress berat akan mencari posisi yang
misal peninggian kepala tempat tidur, paling mudah untuk bernafas. Sokongan
duduk pada sandaran tempat tidur. tangan/kaki dengan meja bantal,dll dapat
membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan posisi lingkungan minimum, Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat
misal; debu, asap, dan bulu bantal yang mentriger episode akut.
berhubungan dengan kondisi individu.
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi
Dorongan/bantu latihan nafas abdomen atau
dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan
bibir.
udara.
Observasi karakteristik batuk, misal; Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khusunya
menetap, batuk pendek, basah. Bantu bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.
tindakan untuk memperbaiki keefektifan Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi, atau
upaya batuk. kepala di bawah setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,
ml/hari sesuai toleransi jantung. mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan
Memberikan air hangat. Anjurkan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan
masukan cairan antara, sebagai pengganti selama makan dapat meningkatkan distensi gaster
makanan. dan tekanan pada diafragma.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi:

Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti


Bronkodilator, misal β-agonis ; epinefrin, local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi,
albuterol, terbutalin, isoetarin dan produksi mukosa. Obat-obatan mungkin
peroral, injeksi, atau inhalasi.
Menurunkan edema mukosa dan spasme otot
polos dengan peningkatan langsung siklus AMP.
Xantin, misal ; aminofilin, oxtrifilin,
Dapat juga menurunkan kelemahan
teofilin.
otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan
kontraktilitas diafragma.
Menurunkan inflamasi jalan napas lokaldan
Kromoin, flunisolida edema dengan menghambat efek histamine dan
mediator lain.
Steroid oral, IV,dan inhalasi; Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
metilprednisolon, deksametason, alergi/menghambat pengeluaran histamine,
antihistamin seperti beklometason, menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan
triamsinolon. nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea.
Banyak antimicrobial dapat diindikasikan untuk
Antimicrobial
mengontrol infeksi pernafasan/pneumonia.
Catatan: meskipun tak ada pneumonia tetapi
dapat meningkatkan aliran udara dan
memperbaiki hasil.
Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan
Analgesic, penekan batuk/antitusif misal;
untuk menghemat energy dan memungkinkan
kodein, produk dextrometorfan.
pasien istirahat.
Kelembaban menurunkan kekentalan sekret
Berikan humidifikasi tambahan, misal
mempermudah pengeluaran dan membantu
nebulizer ultranik, hudifier aerosol
menurunkan/mencegah pembentukan mukosa
ruangan.
teba pada bronkus.
Drainase postural dan perkusi bagian penting
untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan
Bantu pengobatan pernafasan, misal IPPB,
memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
fisioterapi dada.
Catatan: dapat meningkatkan spasme bronkus
pada asma.
Membuat dasar untuk pengawasan
Awasi/buat grafik seri GDA, nadi
kemajuan/kemunduran proses penyakit dan
oksimetri, foto dada
komplikasi.

2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan:Kurangnya suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh secret)

Tindakan / intervensi: Rasional:


Mandiri:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat
Berguna dalam evaluasi derajat distress
penggunaan otot aksesori, napas bibir,
pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
ketidakmampuan berbicara/ berbincang.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
untuk memilih posisi yang mudah untuk
posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk
bernafas. Dorong napas dalam perlahan atau
menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan
napas bibir sesuai kabutuhan/ toleransi
kerja napas.
individu.
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kulit)
membrane mukosa atau sentral (terliht sekitar bibir, atau daun
telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral
mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan sumber utama gangguan pertukaran gas pada
bila diindikasikan. jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
Bunyi napas mungkin redup karena penurunan
aliran udara atau area konsilidasi. Adanya
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan mengi mangidentifikasikan spasme bronkus/
aliran udara dan/atau bunyi tambahan. tertahannya sekret.krekels basar menyebar
menunjukkan cairan pada interstisial/
dekompensasi jantung.
Penurunan getaran vibrasi diduga ada
Palpasi fremitus.
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum
Awasi tingkat kesadaran/status mental, pada hipoksia. GDA memburuk disertai
selidiki adanya perubahan. bingung/samnolen menunjukkan disfungsi
serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan Selama distress pernafasan berat/akut/ refraktori
lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktifitas pasien sehari-hari karena hipoksemia dan
pasien atau dorongan tenang dan kalem. dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk masih penting dari program pengobatan.
tidur/istirahatdikursi selama fase akut. Namun, program latihan ditujukan untuk
Mungkinkan pasien melakukan aktifitas meningkatkan tahanan dan kekuatan tanpa
secara bertahap dan tingkatkan sesuai menyebabkan dispnea berat, dan dapat
toleransi individu. meningktkan rasa sehat.
Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat
Awasi tanda vital dan irama jantung. menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
Kolaborasi :
PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,
Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi
emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun,
oksimetri
sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih
kecil atau lebih besar.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. hipoksia.
Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah
Berikan penekanan SSP (misal antisietas, yang meningkatkan komsumsi
sedative, atau narkotik) dengan hati-hati. oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea.
Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas
Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventiasi Terjadinya kegagalan nafas yang akan dating
mekanik, dan pindahkan ke UPI sesuai memerlukan upaya tindakan penyelamatan
instruksi untuk pasien. hidup.

3. Ketidakseimbangan nutrisi :Kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia
Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain
ukuran tubuh. itu, banyak pasien COPD mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan
membuat status hipermetabolik dengan
peningkatan kabutuhan kalori. Sebagai akibat
pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat
malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema
sering kurus dengan perototan yang kurang.
Auskultasi bunyi usus. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, Rasa tak enak, baud an penampilan adalah
berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat
membuat mual dan muntahdengan peningkatan
kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil makan dan memberikan kesempatan untuk
tapi sering. meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
karbonat. mengganggu nafas abdomen dan dapat
meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat panas atau dingin. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan
spasme batuk.
Timbang BB sesuai kondisi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan BB, dan evaluasi adekuat
rencana nutrisi.
Kolaborasi:
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
memberikan makanan yang mudah cernah, secara pada situasi/kebutuhan individu untuk
nutrisi seimbang, misal nutrisi tambahan memberikan nutrisi maksimal dengan upaya
oral/selang, nutrisi parenteral. minimal pasien/penggunaan energi.
Kaji pemeriksaan lab. Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan
mengawasi keefektifan terapi nutrisi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai Menurunkan dispnea dan meningkatkan enrgi
indikasi. untuk makan meningkatkan masukan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan kumpulan penyakit
paru yang sudah lama dan bertahun tahun, ditandai dengan adanya penyumbatan
pada aliran udara dari paru-paru. Dengan penyebab utama dari lingkungan polusi
udara, merokok, paparan debu, dan gas-gas kimiawi. Faktor Usia dan jenis kelamin
sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru bahkan pada saat gejala
penyakit tidak dirasakan. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia,
bronkitis, dan asma orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika
merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat menurun
dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok.

B. Saran
Semoga dari makalah ini kita sebagai calon tenaga medis yang nantinya turun
berkecimpung dalam dunia medis dapat memiliki pemahaman mengenai apa itu
penyakit COPD dan bagaimana cara menghadapinya, dan timbul niat dalam diri kita
untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat seperti tidak merokok dan selalu
menjaga kebersihan sehingga resiko terpapar COPD dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E.Doenges, dkk. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sylvia A.Price, dkk. 2003. PATOFISIOLOGI (konsep Klinis Proses-proses Penyaki).Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/910/13/151210013_Iis%20Maisaroh_KTI%20benarkunci.pdf
(diakses pada tanggal 08 mei 2020, pukul 10.00 WIB)

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/539/1/NISA%20AGUSTIN%20NIM.%20A01401932.pdf
(diakses pada tanggal 08 mei 2020, pukul 14.00 WIB)

http://eprints.ums.ac.id/25892/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf (diakses pada tanggal 08 mei


2020, pukul 19.00 WIB)
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA PASIEN NY. S DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA
Dosen : Anna Mariance Taeteti, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa Veniasti Gono Ate

NIM : 1490119050R

Kelas : Ners 19B

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES NUSANTARA
KUPANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar belakang


Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus tipe 8
menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan
tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh
pneumokokus dan ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia
lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.

Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol
beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali
merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO,
sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan
UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi,
melebihi penyakit penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah


kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian
paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia
yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk
peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae,
Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)

1.4 Tujuan Penulisan


1.3.1 TujuanUmum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa Ners semester 2 dapat mengerti
dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan Gerontik pada Lansia dengan
diagnose PNEUMONIA dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui definisi dari PNEUMONIA
j. Untuk mengetahui etiologi dari PNEUMONIA
k. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari PNEUMONIA
l. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari PNEUMONIA
m. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk PNEUMONIA
n. Untuk mengetahui patofisiologi/ WOC PNEUMONIA
o. Untuk mengetahui komplikasi PNEUMONIA
p. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan PNEUMONIA
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis
untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang Konsep Teori dan Asuhan
Keperawatan, terutama Asuhan Keperawatan pada klien dengan PNEUMONIA.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.3 Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).

Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian. Pneumonia


adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru yang
disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.

Anatomi Fisiologi Paru

(Sumber : Watson.R. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,2002. Hal

303)

Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di

dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru memanjang mulai

dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak di

sebelah atas dan alas di sebelah bawah. Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam

mediastinum terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk

torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri

mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di

atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan

mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang

sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal

menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmensegmen

yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding

jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga

dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus (Snell, R. 2006).

Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara

(ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru

(inspirasi) dan mengeluarkan udara dari alveolar ke luar tubuh (ekspirasi)

(Sumber : Price.S.A, Wilson.L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Bagian 2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995. Hal 646.)

Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.

Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi

(pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pernapasan

dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke

atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu (Guyton ,2007) :


5. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli.

Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya

udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan

ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting

karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah.

6. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.

7. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel.

8. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :

3. Pernapasan luar (eksternal respiration) yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dalam

paru-paru.

4. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktifitas utamanya adalah pertukaran gas

pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel.

Untuk melakukan tugas pertukaran udara, organ pernapasan disusun oleh beberapa

komponen penting antara lain :

5. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer

6. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.

7. Pleura viseralis dan pleura parietalis.

8. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ pernapasan

dalam melakukan tugasnya dibantu oleh sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat.

Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai
media transportasi O2 dan CO2 sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan

pola pernapasan (Guyton, 2007).

Dalam mekanika pernapasan terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam

ventilasi (Sherwood.L, 2011) :

4. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di

atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan

penambahan ketinggian diatas permukaan laut karna lapisan-laisan dipermukaan bumi

juga semakin menipis.

5. Tekanan intra-alveolus/intrapulmonal (760 mmHg) adalah tekanan didalam alveolus.

Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara

cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari

atmosfer;udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrium).

6. Tekanan intrapleura (756 mmHg) adalah tekanan didalam kantung pleura. Ditimbulkan

dari luar paru didalam rongga thoraks.

Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-alveolus

sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory group/DRG

group/DRG di formasio retikularis medula oblongata) mengirimkan impuls dari I neuron I-

DRG melalui n.phrenicus ke otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG (ventral respiratory

group). Diafragma dan m.external intercostal berkontraksi → rongga thorak membesar →

tekanan transmural (intra-pleura & intra-alveolar) meningkat → jaringan paru → tekanan

intra-alveolar↓ → udara masuk ke alveolus. Napas dalam melibatkan otot inspirasi tambahan

: m.sternocleidomastoideus dan m.scalenus (Sherwood,L. 2011).


Pada akhir inspirasi otot-otot inspirasi relaks → tekanan transmural (intrapleura

intrapleura dan atmosfer) menurun → dinding dada menekan jaringan paru → tekanan intra-

alveolar meningkat → udara keluar. Impuls dari neuron E-VRG menghambat neuron I-DRG

sehingga menghentikan aktivitasnya dengan penglepasan rangsangan inhibisi. Ekspirasi

tenang tidak melibatkan otot-otot ekspirasi. Ekspirasi aktif melibatkan otot-otot ekspirasi:

m.internal intercostal dan m.abdominalis.

Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :

A. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)

1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.

Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:

1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis pathogen
tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan tosik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung edema paru, dan obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa
bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.

2.4 ETIOLOGI

Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia dan
penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia juga
sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi
di bawah ini :

 Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif yang
menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan
streptococcus pyogenis

 Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab
utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.

 Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia.

 Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.

 Faktor lain yang mempengaruhi


Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia

• Umur dibawah 2 bulan

• Tingkat sosio ekonomi rendah

• Gizi kurang

• Berat badan lahir rendah

• Tingkat pendidikan rendah

• Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah

• Kepadatan tempat tinggal

• Imunisasi yang tidak memadai

• Menderita penyakit kronis

2.9 Patofisiologi

Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam
penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive
dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling
jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan atas
yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa
jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam
udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi
pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi
patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik,
sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan dalam
pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan fagositosis
oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh
memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi
dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme
merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema
menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc
atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi, dan
eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada perubahan-
perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan
dan self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan
suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia,
yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian bawah.

2.10 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)

Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia,
tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala
mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk
staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau kesulitan
bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis
absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat
reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

2.11 Penatalaksanaan Medis

 Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
 GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada
 Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED
meninggi.
 LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi
jaringan paru
 Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.

 Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah


Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.
Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan
dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sulit.
 Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia).

 Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
 Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik
sel raksasa (rubella).

2.12 Komplikasi

Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan
emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa
efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S.
Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae
sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat
invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan
hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati,
Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila pneumonia
berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-),
Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga
oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans. yang menyerang
selaput otak.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
STIKES NUSANTARA KUPANG

Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 01 – 03 – 2020

2. IDENTITASKLIEN :
Nama : Ny. S.............................................................................................
Umur : 51th .....................................................................................................
Agama : Islam ...............................................................................................
Alamat asal : Oesapa.....................................................................................................
Tanggal datang : 08 – 05 – 2020 ....................... Lama Tinggal di Panti=--
...........................
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Tn. A..........................................................................................................
Hubungan : Suami ......................................................................................................
Pekerjaan : -...........................................................................................
Alamat : Oesapa ....................................................Telp :
031xxx..............................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Ny S mengeluh sesak dan batuk, mual dan muntah
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Tidak ada
Obat-obatan:
Infus Futrolit 20 tpm, Injeksi anbacim 3x1g per IV, Injeksi kalnex 3x250mg per IV, Codein 3x 10 mg per
oral, Pamol 3x1g per IV, Nebul Combivent 2x 2,5 mg

4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :


FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Ya
Perubahan nafsu : -
makan
Masalah tidur : - -
Kemampuan ADL : Tidak
KETERANGAN : mengatakan batuk darah dan sesak kurang lebih sejak satu
bulan yang lalu. Pada saat dikaji Ny S mengeluh sesak dan
batuk yang tak kunjung berhenti terutama pada malam hari,
Ny S sering merasa mual dan ingin muntah

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Tidak
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan lesi
KETERANGAN : Tidak ada luka yang dialami pasien
..........................................................................................................

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak
Pembengkakan kel. : Tidak
Limfe
Anemia : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah ...............................
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit : Tidak
kepala
KETERANGAN : Tidak ada masalah

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Tidak
penglihatan
Pakai kacamata : Tikak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN :

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan membersihkan : Ya
telinga
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah......................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pasien
...................................................................................................................

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Tidak
Perubahan rasa : Tidak
Gigi palsu : Tikda
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : ..........................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah.....................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Ya
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Ya
PNEUMONIA : Ya
KETERANGAN : Ny S mengeluh sesak dan batuk yang tak kunjung berhenti terutama
pada malam hari

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tikak
Palpitasi : Tikak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal nocturnal : Tidak
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : RR 24x/mnt

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : YA
Hemateemesis : Tidak
Perubahan nafsu : YA
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : .........................................................
KETERANGAN : Porsi makan ½ yang dihabiskan

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy : Tidak
Urgency : Tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nocturia : Tidak
Inkontinensia : Tidak
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : - dalam sehari .............................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................

14. Reproduksi (laki -


laki)
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah :
sex
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak
Discharge : Tidak
Postcoital bleeding : Tidak
Nyeri pelvis : Tidak
Prolap : Tidak
Riwayat menstruasi : Normal 5-7 hari ..................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : tidak
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : tidak
Masalah gaya berjalan : tidak
Nyeri punggung : tidak
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Ya
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah
...........................................................................................................

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi : Tidak
Ketakutan : Tidak
Insomnia : Tidak
Kesulitan dalam mengambil : Tidak
keputusan
Kesulitan konsentrasi : Tidak
Mekanisme koping :
Persepsi tentang kematian : -
Dampak pada ADL
:.........................................................................................................................

Spiritual
 Aktivitas ibadah : -

 Hambatan :-

KETERANGAN :.....................................................................................................

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : Bersih tidak kotor dan rapi.........................................................................

 Kamar mandi : Bersih ..................................................................

 Dalam rumah.wisma : Bersih ..............................................................................

 Luar rumah: Bersih .....................................................................................


7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES (tidak ada dalam kasus)

8. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat

1 Makan 5 10 5

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 10


sebaliknya

3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5


gigi)

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 5


tubuh, menyiram)

5 Mandi 0 5 0

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 0


kursi roda )

7 Naik turun tangga 5 10 5

8 Mengenakan pakaian 5 10 5

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 5

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 5

9. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam) (tidak ada dalam kasus)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2020......................... Hari
:kamis...........................................
Musim : panas........................
Bulan : april..................................
Tanggal : 31
2 Orientasi 5 3 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia………………
Panti : ………………………………..
Propinsi: Jawa Timur………………..
Wisma : ……………………………..
Kabupaten/kota :
Surabaya……………………
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
2) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5).
65
5 Mengingat 3 0 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 2 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut
:
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 11
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Gangguan Kognitif Berat ……………..

10. Tes Keseimbangan(tidak ada dalam kasus)


Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 17 detik
01 – 03 – 2020
2 20 detik
15 – 03 – 2020
3 23 detik
31 – 03 – 2020
Rata-rata Waktu TUG 20

Interpretasi hasil Resiko Tinggi Jatuh

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

11. Kecemasan, GDS


Pengkajian Depresi(tidak ada dalam kasus)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 13
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

12. Status Nutrisi(tidak ada dalam kasus)

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators Scor Pemeriksaan


e
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 1
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 2
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 1
dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 3
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 1
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 1
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0
belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 11
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

*centang pada kolom pemeriksaan jika ditemukan indikastor pada lansia

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

13. Hasil pemeriksaan Diagnostik


No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1 WBC 8/5/2020 10,38

2 Eosinofil 8/5/2020
0,0 %,
3 RBC 8/5/2020 4,160 H/ul

4 HGB, 8/5/2020 10,35 g/dl


5 HCT 30,67 %
6 MCV 73,72 fl

7 MCH 24,89 pg
8 MCHC 33,76 g/dl
9 PLT 199 L 10³/ul
10 RDW 10,45 %,
11 PCT 569 10³/μ L
12 MPV 9,05.

14. Fungsi sosial lansia(tidak ada dalam kasus)

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKOR


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 1


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 0
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 5
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan


 Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak bronkial dan farenkim nafas tidak efektif
napas paru, pembentukkan
 Klien mengatakan batuk dengan dahak yang edema dan peningkatan
kental dan sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di
tengorokkan
 Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
 Klien tampak kesulitan bernapas
 TTV:
- TD: 130/90 mmHg
- N : 12X/i
- RR : 32x /i
 Pernafasan Cuping Hidung
 Takipnea (+)
 Dispnea (+)
 Pernafasan dangkal
 Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
 Perfusi paru redup
 Premetus menurun pada kedua paru
 Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
 Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
 Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia
2 DS: Inflamasi parenkim Nyeri
 Klien mengatakan nyeri dada paru, reaksi seluler
 Klien mengatakan sakit kepala terhadap sirkulasi
 Klien mengatakan sendi nyeri toksin dan batuk
DO: menetap.
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
 Klien tampak memegang di daerah dada dan
melindungi daerah yang sakit
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)
3 DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi
 Klien mengatakan batuk berdahak toksin bakteri, bau dan kurang dari
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket rasa sputum kebutuhan tubuh
ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan malam)
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari
65 Kg menjadi 64 Kg
 Klien mengatakan lemah
DO:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat
batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
 Mukosa bibir klien kering
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120 x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa data Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan


dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
produksi sputum
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
batuk menetap.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
bakteri, bau dan rasa sputum

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1. Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2. Auskultasi area paru, catat
2. Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3. Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4. Penghisapan sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5. Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6. Alat untuk menurunkan
6. Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
7. Berikan cairan tambahan digunakan secara hati-hati,
misalnya : Intravena,oksigen karena dapat menurunkan upaya
humidifikasi, dan ruang batuk/menekan pernafasan.
humidifikasi. 7. Cairan diperlukan untuk
8. Awasi sinar X dada, mengganti kehilangan dan
GDA, nadi oksimetri. memobilisasi sekret.

9. Bantu bronkostropi 8./ Mengevaluasikan kemajuan


toresentesis bila dan efek proses penyakit dan
diindikasikan. memudahkan pemilihan terapi
yang diperlukan.
9. Kadang-kadang diperlukan
untuk membuang perlengketan
mukosa. Mengeluarkan sekresi
purulen, mencegah atelektasis.
Nyeri Nyeri Mandiri :
berhubungan berhubungan1. Tentukan karakteristik
1. Nyeri dada biasanya ada
dengan dengan nyeri, misalnya : tajam, dalam beberapa derajat pada
inflamasi inflamasi konstan, selidiki perubahan peneumonia,juga dapat timbul
parenkim paru, parenkim karakter / lokasi nyeri dan komplikasi pneumonia seperti
reaksi seluler paru, reaksi ditusuk. perikarditis dan indokarditis.
terhadap seluler 2. perubahan frekuensi jantung
sirkulasi toksin terhadap 2. Pantau tanda vital. atau TD menunjukkan bahwa
dan batuk sirkulasi pasien mengalami nyeri,
menetap. toksin dan khususnya bila alasan lain
batuk untuk perubahan tanda vital
menetap. telah terlihat.
3. tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan
3. Berikan tindakan nyaman lembut dapat menghilangkan
misalnya, pijatan punggung, ketidak nyamanan dan
perubahan posisi, musik memperbesar efek terapi
tenang, relaksasi atau latihan analgesik.
napas. 4. Pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
4. Tawarkan pembersihan mengeringkan membran
mulut dengan sering. mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.

5. Alat untuk menontorl ketidak


nymanan dada sementara
meningkatkan keefektifan
5. Anjurkan dan bantu pasien upaya batuk.
dalam teknik menekan dada
selama episode batuk.
6. Obat ini digunakan untuk
menekan batuk non produktif
Kolaborasi : atau proksismal atau
6. Berikan analgesik dan menurunkan mukosa
atitusip sesuai indikasi. berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
umun.

Perubahan Setelah Mandiri :


nutrisi kurang dilakuakn 1. Identifikasi faktor yang
1. Pilihan intervensi
dari kebutuhan intervensi menimbulkan mual atau terganggung pada penyebab
tubuh keperawatan muntah misalnya: sputum masalah.u kebersihanmulut
berhubungan selama 3 x banyak, pengobatan aerosol, setelah muntah, setelah
dengan 24 jan, dispenea berat, nyeri. tindakan aerosol dan drainase
anoreksia, diharapkan postur sebelem maka.
akibat toksin kebutuhan 2. Menghilangkan tanda bahaya,
bakteri dan rasa nutrisi dapat
2. Berikan wadah tertutup rasa bau, dari lingkungan pasien
sputum . terpenuhi. untuk sputum dan buang dan dapat menurunkan mual.
sesering mungkin. Berikan
3. Menurunkan efek mual yang
atau bantu. berhubungan dengan
3. Jadwalkan pengobatan pengobatan ini.
pernapasan sedikitnya 1 jam
4. Bunyi usus mungkin menurun
sebelum makan. / tak ada bila proses infeksi
4. Auskultasi bunyi usus. memanjang. Distensi abdomen
Observasi atau palpasi terjadi sebagai akibat menelan
distensi abdomen. udara atau menunjukkan
pengaruh toksin, bakteri pada
saluran GI.
5. Tindakan ini dapat
meningkatka masukkan
meskipun nafsu makan
5. Berikan makan dengan pori mungkin lambat untuk kembali.
kecil dan sring termasuk
dengan makan kering ( roti
6. Adanya kondisi kronis (
panggang ) dan makanan PPOM atau alkoholisme ) atau
yang menarik untuk pasien. keterbatasan keuangan dapat
6. Evaluasi status nutrisi menimbulkan malnutrisi,
umum, ukuran berat badan rendahnya tahanan terhadap
dasar. innfeksi lambatnya respon
terhadap terapi.
BAB V
PENUTUP

C. Kesimpulan

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia.pneumonia
tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.
Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh
suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan virus.

D. Saran
1. Bagi Perawat Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan pasien, oleh
karena ituuntuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya proses
keperawatan dilaksanakansecara berkesinambungan, mengingat angka penyakit
pnemunia yang semakin bertambah.
2. Pasien Untuk pasien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yangdialami,
harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai dengan
kebutuhantubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan memeriksakan kesehatan
ke pelayanan kesehatanterdekat seperti puskesmas untuk mengetahui status
kesehatan
3. Bagi keluarga pasien Untuk keluarga harus mensuport pasien untuk menjaga
kesehatan pasien,dengan cara mengingatkan hal-hal yang membuat atau menjadi
penyebab penyakit PNEUMONIA .
DAFTAR PUSTAKA

http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby


Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai