Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KOMUNITAS
CO-NERS UNIVERSITAS MUHAMADIYAH BENGKULU
DI DESA SIDO REJO KECAMATAN KEBAWETAN
KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017

Oleh :
CO – NERS ANGKATAN V

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH BENGKULU (UMB)
2017
DAFTAR NAMA MAHASISWA
1. Diko Anandika Utama, S.Kep 20. Dani Panggara,S.Kep
2. Youcenci Inta Pratama,S.Kep 21. Mirna,S.Kep
3. Mita Puspita,S.Kep 22. Agrita Sari Santoso,S.Kep
4. Dita Paramita,S.Kep 23. Bella Dara Anggun P,S.Kep
5. Rahmanita,S.Kep 24. Rosmi Apriyanti,S.Kep
6. Siska Puspita Sari,S.Kep 25. Mika Purnama Sari,S.Kep
7. M. Rifqi Karyadi KR,S.Kep 26. Nita Octavia Leosari,S.Kep
8. Anggelia Eka Putri,S.Kep 27. Resi Wijayanti,S.Kep
9. Septi Hamida,S.Kep 28. Wita Yananti,S.Kep
10. Zakiatul Munawaroh,S.Kep 29. Rujung Ali Dori Aiman,S.Kep
11. Wiwik Armina,S.Kep 30. Eko Saputra,S.Kep
12. Suntika Mawarni,S.Kep 31. Zefti Hertika,S.Kep
13. Intan Maryam,S.Kep 32. Ilin Nopriani,S.Kep
14. Intan Mulyana,S.Kep 33. Dena Sri Utami,S.Kep
15. Riska Diana Lestari,S.Kep 34. Wawan Irawan,S.Kep
16. Oki Fitriyani,S.Kep 35. Ida Nurul Ngaini,S.Kep
17. Eliza Permatasari,S.Kep 36. Ica Kumala Sari,S.Kep
18. Donal Anggara,S.Kep 37. Tiara Alvionita,S.Kep
19. Risnawati,S.Kep
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan
laaporan akhirpraktek komunitas Co-Ners Universitas Muhamadiyah Bengkulu di
Desa Sido Rejo Kecamatan Kebawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
tahun 2017.
Kami menyadari bahwa laporan akhirini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan
kesempurnaan kelompok ini sangat kami harapkan sebagai bahan koreksi bagi
kelompok guna kesempurnaan dan perbaikan serta menambah referensi dimasa
yang akan datang.
Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan akhirini dapat berguna dan
dapat memberikan manfaat kepada warga Desa Sido Rejo Kecamatan Kebawetan
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada khususnya.

Bengkulu, Juni 2017

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan
oleh periode sebelumnya (Kemenkes RI, 2015).
Masalah kesehatan bukan sekedar masalah sakit atau tidak sakit serta
penanggulangannya, tetapi lebih luas dan majemuk dari yang diperkirakan
baik dari segi penanggulangan maupun dari segi pencegahan.Banyak yang
telah dicapai dalam pengamatan serta penanggulangan masalah kesehatan oleh
para ahli, namun hanya sebagian kecil yang mampu ditanggulangi.
Perilaku masyarakat salah satu faktor yang menentukan penyakit, serta
budaya yang menentukan gaya hidup masyarakat akan menciptakan keadaan
lingkungan yang sesuai. Bagaimana sekelompok masyarakat memperlakukan
lingkungan air, udara, dan sebagainya.Sehingga untuk menjadi sehat tidak
cukup hanya pencegahan penyakit secara perorangan, tetapi harus melihat dan
mengelola masyarakat sebagai salah satu kesatuan bersama lingkungan
hidupnya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan individu,
keluarga dan kelompok masyarakat di tatanan pelayanan kesehatan komunitas
dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta
sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat professional dan
mempunyai potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi
yang harus dicapai maka mahasiswa Co-Ners Universitas Muhammadiyah
Bengkulu melaksanakan praktik keperawatan komunitas di desa Sido Rejo
Kecamatan Kebawetan Kabupaten Kepahiang dengan menggunakan tiga
pendekatan yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa/i
mempunyai satu keluarga binaan. Pendekatan secara kelompok dilakukan
dengan cara kerjasama dengan institusi terkait, dan seluruh komponen
masyarakat untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan. Sehingga masyarakat dapat mengenal masalah
pencegahan dan peningkatan kesehatan, serta dapat mengenal masalah
kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan
bagi anggota keluarga atau masyarakatnya mampu memberikan perawatan,
menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa/I
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya peningkatan status kesehatannya.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka membekali ilmu dan
ahli/kecakapan mahasiswa/I diberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan
praktik keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga di lapangan dalam
bentuk praktik keperawatan komunitas Co-Ners Universitas Muhammadiyah
Bengkulu sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman nyata tentang
penanganan masalah kesehatan di masyarakat.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas sesuai
dengan konsep keperawatan komunitas di lapangan dalam praktik
keperawatan komunitas di Desa Sido Rejo Kecamatan Kebawetan
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kesehatan masyarakat
dengan berbagai metode pengumpulan data di Desa Sido Rejo
Kecamatan Kebawetan
b. Mahasiswa mampu merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan masalah yang diprioritaskan
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan
komunitas untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul
berdasarkan pengumpulan data yang telah diprioritaskan
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan komunitas yang telah disusun
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
yang telah berjalan dan mahasiswa mampu mebuat rencana tindak
lanjut keperawatan komunitas

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah dengan metode wawancara,
observasi, dan studi pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa
binaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2009).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2009).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

B. ASUMSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder, dan
tersier
c. Perawatan sub-sistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan
dasar praktek penelitian
d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan
tersier
e. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan
primer

2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan

C. FALSAFAH KEPERAWATAN KOMUNITAS


Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala
yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya
sesuatu.
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia
dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik
keperawatan.Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan
keperawatan yang dilakukan.Keperawatan menganut pandangan holistik
terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual.
Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian
kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia.
Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial
ekonomi. Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran
sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas.Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

D. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan
tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier.Peningkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan
keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta
mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga
dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri,
keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan
peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau
pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
1. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas
masalah.
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi.
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
9) Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian
bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.

E. SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Sasaran atau klien dari keperawatan komunitas adalah :
1. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil berisiko
tinggi, lansia, penderita penyakit menular (tubercolosis paru, kusta,
malaria, DBD, diare dan ISPA atau pnemonia) serta penderita penyakit
degeneratif seperti Diabete Melitus dan stroke.
2. Keluarga
Keluarga yang menjadi sasaran prioritas adalah keluarga yang
termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau
resiko tinggi (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut :
a. Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu
sehat.
b. Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan yang ada hubungannya
dengan tumbuh kembang balita, kesehatan reproduksi, dan penyakit
menular.
c. Keluarga yang tidak termasuk miskin, tidak mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
3. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan , baik yang terikat dalam suatu
institusi maupun tidak. Contoj kelompok masyarakat kusus yang terikat
dalam suatu institusi misalanya warga sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti werdah, rutan dan lapas.Sedangkan kelompok masyarakat khusus
yang tidak terikat dalam institusi khusus misalnya posyandu, kelompok
balita, ibu hamil, lansia, penderita penyakit tertentu dan pekerja informal.
4. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentang terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti :
a. Masyarakat disuatu wilayah yang yang jumlah bayi meninggal lebih
diri dari wilayah lain, jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dari wilayah lain, cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari
wilyah lain
b. Masyarakat di aderah endemis penyaki menular
c. Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana alam atau
akibat lainnya
d. Masyarakat ditempat yang kondisi geografisnya sulit (daerah tepencil)
e. Masyarakat di daerah pemukiman baru yang sulit di jangkau
transportasi, misalnya di daerah transmigrasi.

F. STRATEGI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan /
pengetahuan individu, media masa, televisi, penyuluhan yang dilakukan
petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan
di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

G. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi : upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialitatif).
1. Upaya promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan cara memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, kelurga, kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan :
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas,
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas
ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
3. Upaya kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit dan masalah
kesehatan melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas
dan Rumah Sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin,
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya rehabilitative
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan napas dan batuk, stroke : fisioterapi amnual yang
mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang dihasilkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialitatif meyakinkan
masyarakat untuk menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita.Hal ini tentunya membutruhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
H. KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa ilmu dan praktik kesehatan
masyarakat, yang diimplementasikan melalui penggunaan proses keperawatan
yang sistematis, dirancang untuk mempromosikan kesehatan dan mencegah
penyakit pada kelompok populasi (Clark, 1999). Dimana sebagai pelayanan
keperawatan professional diberikan komprehensif ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkuangan (bio,
psiko, sosio, mental dan spiritual) mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
Pada praktik keperawatan komunitas itu sendiri rangkaian prosesnya
dimulai dari awal tahap pengkajian sampai evaluasi, dimana diharapkan
terjadi alih peran sehingga peran perawat yang lebih banyak berangsur-angsur
berkurang digantikan meningkatnya kemandirian masyarakat sebagai klien.
Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dapat dicapai dengan pengorganisasian masyarakat karena peran
serta masyarakat didalamnya akan meningkat oleh karena itu, dalam proses
keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang perlu dilaksanakan perawat
(Depkes RI, 1993), yaitu:
1. Tahap pesiapan : Memilih area atau daerah yang menjadi prioritas,
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari
serta bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian : persiapan pembentukan kelompok dan
penyesuaian pola dalam masyarakat dilanjutkan dengan pemilihan ketua
kelompok dan pengurus inti.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat : kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan pengkajian,
membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan,
melatih kader kesehatan yang akan membina masyarakat dilingkungannya
dan pelayanan keperawatanlangsungterhadapindividu, keluargadan
masyarakat.
4. Tahapformasikepemimpinan
:memberidukunganlatihandanpengembanganketerampilankepemimpinan
yang meliputiperencanaan, pengorganisasian, pergerakan,
danpengawasankegiatanpemeliharaankesehatan.
5. Tahapkoordinasiintersektoral: kerjasamadengan sector
terkaitdalamupayamemandirikan masyarakat.
6. Tahapakhir: supervise bertahap,
evaluasisertaumpanbalikuntukperbaikankegiatankelompokkerjaberikutnya
.

I. PROSES KEPERAWATAN MODEL


Teori keperawatan berkaitan dengan kesehatan masyarakat menjadi
acuan dalam mengembangkan model keperawatan komunitas adalah teori
Betty Neuman (1972) dan Model Keperawatan Comunity as Partner (2000).
Model Neuman memandang klien sebagai sistem yang terdiri dari berbagai
elemen meliputi sebuah struktur dasar, garis kekebalan, garis pertahanan
normal dan garis pertahanan fleksibel (Neuman, 1994).
Model intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh Betty Neuman
melibatkan kemampuan masyarakat untuk bertahan atau beradaptasi terhadap
stressor yang masuk kedalam garis pertahanan diri masyarakat.Kondisi
kesehatan masyarakat ditentukan oleh kemampuan masyarakat dalam
menghadapi stressor.Intervensi keperawatan dilakukan bila masyarakat tidak
mampu beradaptasi terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan
(Clark, 1999).
Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas adalah
sebuah sistem. Pada awalnya Anderson dan Mc Farlane(1996) menggunakan
model “comunity as client”. Pada tahun 2000 model disempurnakan menjadi
“community as partner”.Model comunity as partner mempunyai makna sesuai
dengan filosofi PHC, yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat.Model
tersebut membuktikan ada hubungan yang sinergi dan setara antara perawat
dan klien.Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu core dan 8
subsistem.
Pengkajian core/inti adalah core: komunitas, sejarah/riwayat, data
demografi, jenis rumah tangga, vital statistik, value, belief, religion dan status
pernikahan. Pengkajian 8 sub sistem komunitas adalah pengkajian fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik
dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Wahit Iqbal
Mubarak, 2009).
Model comunity as partner menekankan pad aterjadinya stressor yang
dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan fleksibel, normal dan
resisten. Tehnik pengumpulan data dalam model tersebut adalah melalui
winshield survey (pengamatan langsung ke masyarakat dengan berkeliling
wilayah dan menggunakan semua panca indra), hasil wawancara, kuesioner
dan data sekunder (data statistik, laporan puskesmas, laporan kelurahan dan
lain-lain).
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Geografi Lokasi
Lokasi stase komunitas Co-Ners Universitas Muhammadiyah
Bengkulu angkatan V tahun 2017 terletak di Desa Sido Rejo, secara
geografis terletak di Kecamatan Kebawetan yang berbatasan dengan :
Utara : Kebun Teh
Selatan : Perkebunan Pertanian
Timur : Tugu Rejo
Barat : Tangsi duren
Iklim desa Sido Rejo sebagaimana desa lain di wilayah Indonesia
mempunyai iklim tropis dan lebih sering turun hujan. Hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian
yang ada di Desa Sido Rejo.

2. Keadaan Sosial
Penduduk Desa Sido Rejo adalah penduduk yang mayoritas bersuku
Jawa.Desa Sido Rejo terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk ± 619
jiwa.Sebagian besar mata pencaharian pendudukya adalah petani.

3. Data Demografi
a. Distribusi berdasarkan kelompok umur
Diagram 3.1

DISTRIBUSI UMUR
2% 2% 4%
bayi
7% batita
8% 9% balita
anak sekolah
15% 10%
remaja
dewasa
pra lansia
43% lansia
lansia
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Sido Rejo berusia 18-46 tahun (dewasa) sebanyak 43% (235 orang),
usia 46-55 tahun (pra lansia) sebanyak 15% (85 orang), 13-18 tahun
(remaja) sebanyak 10% (57 orang), >5-13 tahun (anak sekolah)
sebanyak 9% (51 orang), dan paling sedikit berusia 0-1 tahun (bayi)
sebanyak 2% (12 orang) sama dengan batita (usia >1-3 tahun).

b. Distribusi berdasarkan agama


Diagram 3.2

DISTRIBUSI AGAMA
Series1

554

1
islam kristen

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Sido


Rejo beragama islam yaitu sebanyak 554 jiwa..

c. Distribusi berdasarkan pekerjaan


Diagram 3.3

DISTRIBUSI PEKERJAAN
2% 1%2%
pelajar/mahasiswa
tidak bekerja

27% PNS
TNI/POLRI
pensiunan
buruh
6% petani
54%
6% 1% swasta
1% wiraswasta
pedagang
0%
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan
penduduk Sido Rejo adalah sebagai petani sebanyak 54% (273 orang),
dan paling sedikit sebagai pesiunan sebanyak 1 orang.

d. Distribusi berdasarkan pendidikan


Diagram 3.4

DISTRIBUSI PENDIDIKAN
2% 2%
2% Belum sekolah
8%
11% Tidak sekolah
TK
SD
30%
45% SMP
SMA
PT

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk


Sido Rejo berpendidikan SD sebanyak 45% (239 orang), dan paling
sedikit berpendidikan TK sebanyak 2% (11 orang).

4. Data Status Kesehatan


1) Distribusi berdasrkan tipe perumahan
Diagram 3.5

TIPE RUMAH
3%

22% permanen
semi permanen
tidak permanen
75%
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 156 (75%)
tipe rumah yang permanen, 46 (22%) dengan tipe rumah semi
permanen dan 6 (3%) dengan tipe rumah tidak permanen.

2) Distribusi berdasarkan status kepemilikan rumah


Diagram 3.6

STATUS KEPEMILIKAN RUMAH


1% 1%

milik sendiri
numpang
sewa/kontrak
98%

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 203 (98%)


dengan status kepemilikan rumah milik sendiri, 3 (1%) kepala keluarga
numpang dan 2 (1%) kepala keluarga nyewa atau kontrak.

3) Distribusi berdasarkan jenis lantai


Diagram 3.7

JENIS LANTAI
6%

21%
tanah
semen
keramik
73%

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 12 (6%)


rumah dengan jenis lantai tanah, 146 (73%) dengan lantai semen, 43
(21%) dengan lantai keramik.
4) Distribusi berdasarkan di rumah terdapat jendela
Diagram 3.8

TERDAPAT JENDELA

400
208
200
Series1
0 0
ya
tidak

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 208 (100%)


rumah terdapat jendela.

5) Distribusi berdasarkan luas jendela/lubang angin seluruhnya


Diagram 3.9

LUAS JENDELA
Series1

132
76

<10% >10%

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 76 (37%)


rumah dengan luas jendela <10% dan 132 (63%) rumah dengan luas
jendela >10% rumah.
6) Distribusi berdasarkan jendela dibuka setiap hari
Diagram 3.10

JENDELA DI BUKA SETIAP HARI

20%

ya
tidak

80%

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 167 (80%)


dengan jendela dibuka setiap hari dan 41 (20%) jendela tidak dibuka
setiap hari.

7) Distribusi berdasarkan cahaya matahari


Diagram 3.11

CAHAYA MATAHARI
250

200

150

100 202 Series1

50

0 6
masuk kedalam rumah tidak masuk kedalam rumah

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 202 (97%)


rumah dengan cahaya matahari masuk ke dalam rumah dan 6 (3%)
rumah dengan cahaya tidak masuk ke dalam rumah.
8) Distribusi berdasarkan kebersihan dalam rumah
Diagram 3.12

KEBERSIHAN DALAM RUMAH

250 205
200
150
100 Series1
50
3
0
ya
tidak

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 205 (99%)


kebersihan dalam rumah dan 3 (1%) rumah tidak bersih.

9) Distribusi berdasarkan vector yang banyak di sekitar rumah


Diagram 3.13

VEKTOR YANG BANYAK


lalat
10% nyamuk
26%
kecoa
kucing
2%
4% 48% anjing
9%
burung
1% ayam

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 21 (10%)


rumah yang ada vector lalat, 103 (48%) rumah vector nyamuk2 (1%)
vector kecoa, 19 (9%) vector kucing, 9 (4%) vector anjing, 4 (2%)
vector burung dan 55 (26%) vector ayam.
10) Distribusi berdasarkan kepemilikan kepemilikan halaman rumah
Diagram 3.14

HALAMAN SEKITAR RUMAH


200
200
150
100
Series1
50
8
0
ada
tidak ada

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 200 (96%)


ada halaman sekitar rumah dan 6 (4%) yang tidak ada halaman rumah.

11) Distribusi berdasarkan pemanfaatn halaman rumah


Diagram 3.15

PEMANFAATAN HALAMAN
RUMAH
kebun
taman
23% 22%
kolam
20% kandang
23%
tidak dimanfaatkan
toga
11% 1%

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat 44 (22%)


pemanfaatan halaman rumah dengan kebun, 41 (20%) taman, 2 (1%)
kolam, 21 (11%) kandang, 46 (23%) tidak dimanfaatkan dan 46 (23%)
ditanam toga.
12) Distribusi berdasarkan sumber untuk memasak dan air minum
Diagram 3.16

SUMBER UNTUK MEMASAK DAN AIR


MINUM MENGGUNAKAN PAM

100%

Dari diagram di atasdapat diketahui bahwa sumber untuk memasak dan


air minum menggunakan pam sebanyak 100% (208kk).

13) Distribusi berdasarkan sistem pengolahan air minum


Diagram 3.17
SUMBER AIR UNTUK MANDI DAN MENCUCI
YAITU AIR PAM

100%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa sumber air untuk mandi
dan mencuci yaitu air pam sebanyak 100% (208kk).

14) Distribusi berdasarkan sumber air untuk mandi dan mencuci


Diagram 3.18

TEMPAT PENAMPUNGAN AIR


SEMENTARA
13% 2%

bak
drum
85% ember
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa tempat penampungan air
sementara tertinggi di bak sebanyak 85% () dan terendah di ember
sebanyak 2% .

15) Distribusi berdasarkan jarak sumber air dengan septiktank


Diagram 3.19
JARAK SUMBER AIR DENGAN
SEPTIKTANK YAITU >10 METER

100%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa jarak sumber air dengan
septiktank yaitu > 10 meter sebanyak 100%.

16) Distribusi berdasarkan tempat penampungan air sementara


Diagram 3.20

TEMPAT PENAMPUNGAN AIR


SEMENTARA DIKURAS

200

100
77 131 Series1
0
< 1 minggu
> 1 minggu

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa tempat penampungan air


sementara dikuras > 1 minggu sebanyak 63% (131 kk) dan< 1 minggi
sebanyak 37% (77 KK).
17) Distribusi berdasarkan kondisi air
Diagram 3.21

KONDISI AIR
250
200
150
100 204
Series1
50
0 2 2
berwarna berbau tidak berasa dan
berbau

Dari diagram di atasdapat diketahui bahwa, kondisi air tidak berasa


dan berbau sebanyak 98% (204 KK), berwarna sebanyak 1% (2 KK)
dan berbau sebanyak 1% (2 KK).

18) Distribusi berdasarkan pembuangan sampah


Diagram 3.22

PEMBUANGAN SAMPAH
10% 3% 7%
tempat pembuangan umum

ditimbun

dibakar
80%
dibakar di dalam lubang

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa pembuangan sampah tertinggi


dibakar sebanyak 80% (155 KK) dan terendah di tempat pembuangan
umum sebanyak 3% (5 KK).
19) Distribusi berdasarkan tempat penampungan sampah sementara
di rumah
Diagram 3.23

TEMPAT PENAMPUNGAN
SAMPAH SEMENTARA
200
189
Series1
0 19
ada
tidak ada

Dari diagram di atasdapat diketahui bahwa yang ada tempat


penampungan sampah sementara sebanyak 91% (189 KK) dan tidak ada
tempat penampungan sampah sementara sebanyak 9% (19 KK).

20) Distribusi berdasarkan kondisi tempat pembuangan sampah


sementara di rumah
Diagram 3.24

KONDISI TEMPAT PEMBUANGAN


SAMPAH SEMENTARA

39% terbuka

61% tertutup

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi tempat


pembuangan sampah sementara terbuka sebanyak 61% dan kondisi tempat
pembuangan sampah tertutup sebanyak 39%.
21) Distribusi berdasarkan jarak tempat pembuangan sampah dengan
rumah
Diagram 3.25

JARAK TEMPAT PEMBUANGAN


SAMPAH DENGAN RUMAH

44% < 5 meter


56% > 5 meter

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa jarak tempat pembuangan


sampah dengan rumah >5 meter sebanyak 56% dan<5 meter sebanyak
44% .

22) Distribusi berdasarkan kondisi tempat pembuangan sampah di


luar rumah
Diagram 3.26

KONDISI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH


DILUAR RUMAH

2% banyak lalat
17%
46% banyak kecoa
bau busuk
35%
terpelihara

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi tempat


pembuangan sampah di luar rumah tertinggi yaitu terpelihara sebanyak
46% dan terendah yaitu banyak kecoa sebanyak 2%.
23) Distribusi berdasarkan kebiasaan keluarga buang air besar
Diagram 3.27

KEBIASAAN KELUARGA BAB YAITU : WC

100%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kebiasaan keluarga


BAB yaitu WC sebanyak 100%.

24) Distribusi berdasarkan jenis jamban yang digunakan


Diagram 3.28

KONDISI JAMBAN
200
200

8 Series1
0
Series1
bersih
kotor

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi jamban yang


bersih sebanyak 96% (200 KK) dan kondisi jamban yang kotor sebanyak
4% (8 KK).

25) Distribusi berdasarkan kondisi jamban


Diagram 3.29

KONDISI JAMBAN
4%

bersih
kotor

96%
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi jamban yang
bersih sebanyak 96% dan kondisi jamban yang kotor sebanyak 4%.

26) Distribusi berdasarkan sistem pembuangan air limbah


Diagram 3.30

SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH

36% resapan
got
64%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa sistem pembuangan


air limbah tertinggi got sebanyak 64% dan terendah resapan sebanyak
36%.

27) Distribusi berdasarkan kondisi pembuangan air limbah


Diagram 3.31

KONDISI PEMBUANGAN AIR LIMBAH

14%

mengalir
tidak mengalir
86%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pembuangan air


limbah mengalir sebanyak 86% dan kondisi pembuangan air limbah
tidak mengalir sebanyak 14%.
28) Distribusi berdasarkan kepemilikan hewan ternak di rumah
Diagram 3.32

150 KEPEMILIKAN HEWAN TERNAK


DIRUMAH
100

127
50
81 Series1

0
ada tidak ada

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kepemilikan hewan


ternak di rumah sebanyak 61% dan tidak ada hewan ternak di rumah
sebanyak 39%.

29) Distribusi berdasarkan letak kandang


Diagram 3.33

LETAK KANDANG
0%

didalam rumah
diluar rumah
100%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa letak kandang di luar


rumah sebanyak 100%.

30) Distribusi berdasarkan kondisi kandang


Diagram 3.34
7% KONDISI KANDANG

terawat
tidak terawat
93%
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kondisi kandang terawat
sebanyak 93 %.

31) Distribusi berdasarkan sarana kesehatan yang paling dekat


Diagram 3.35

SARANA KESEHATAN PALING DEKAT


0%

puskesmas
24%
pustu
1%
bidan
75%
praktek dokter

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa sarana kesehatan paling dekat
tertinggi yaitu bidan sebanyak 75% dan sarana kesehatan paling dekat
terendah yaitu pustu sebanyak 1%.

32) Distribusi berdasarkan tempat berobat keluarga


Diagram 3.36

TEMPAT BEROBAT KELUARGA

21% puskesmas
1% rs
5%
praktek dokter swasta
73%
bidan/perawat

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa tempat berobat


keluarga tertinggi yaitu bidan/perawat sebanyak 73% dan tempat berobat
keluarga terendah yaitu RS sebanyak 1%.
33) Distribusi berdasarkan kebiasaan sebelum berobat
Diagram 3.37

KEBIASAAN SEBELUM BEROBAT

22%
beli obat bebas
7% jamu

71% tidak ada

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kebiasaan sebelum


berobat tertinggi yaitu beli obat bebas sebanyak 71% dan kebiasaan
sebelum berobat terendah yaitu jamu sebanyak 7%.

34) Distribusi berdasarkan sumber pendanaan kesehatan keluarga


Diagram 3.38

SUMBER PENDANAAN KELUARGA


3% 4%

14% askes/astek
umum
bpjs
79% KIS

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa sumber pendanaan


keluarga tertinggi yaitu umum sebanyak 79% dan sumber pendataan
keluarga terendah yaitu KIS sebanyak 3%.
35) Distribusi berdasarkan penyakit yang sering diderita keluarga
dalam 6 bulan terakhir
Diagram 3.39

PENYAKIT YANG SERING DIDERITA


KELUARGA DALAM 6 BULAN
4% 4%0% 2% batuk pilek
1%
7%
asma

8% thypoid
9% 55% sakit sendi
hipertensi
8% malaria
2%

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa penyakit yang sering diderita
keluarga dalam 6 bulan yang tertinggi yaitu batuk pilek sebanyak 55%
(115kk) dan terendah yaitu vertigo sebanyak 1% (1kk).

36) Distribusi berdasarkan ada ibu hamil


Diagram 3.40

ADA IBU HAMIL


300
202
200

100 6 Series1

0
ya
tidak

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa dari 208 kepala


keluarga terdapat 202 kepala keluarga atau 97% yang tidak terdapat
ibu hamil sedangkan ibu hamil terdap 6 kepala keluarga atau 3%.
37) Distribusi berdasarkan jumlah kehamilan
Diagram 3.41

KEHAMILAN KE
0%

17% 1
2
16%
3
67%
>4

Berdasarkan data di atas di dari 6 ibu hamil dapatkan paling banyak


kehamilan ke 2 dengan frekuensi 4 orang atau 67% sedangkan untuk
kehamilan ke 3 adalah 1 orang atau 16%, kehamilan ke >4 adalah 1
orang atau 17% sedangkan untuk kehamilan ke 1 tidak ada.

38) Distribusi berdasarkan usia ibu hamil


Diagram 3.42

USIA IBU HAMIL


0%

>20 tahun
20-35 tahun

100%

Berdasarkan diagram di atas di dapatkan bahwa dari 6 orang ibu hamil


keseluruhnya atau 6 orang (100%) ibu hamil memiliki usia antara 20-
35 tahun.
39) Distribusi berdasarkan usia kehamilan
Diagram 3.43

USIA KEHAMILAN

trimester 1
50% 50%
trimester 2

Berdasarkan diagram di atas dari 6 orang wanita hamil didapatakan


usia kehamilan trimester 1 sebanyak 3 orang atau 50% dan usia
kehamilan trimester 2 sebanyak 3 orang atau 50%.

40) Distribusi berdasarkan tempat periksa kehamilan


Diagram 3.44

TEMPAT PERIKSA KEAHMILAN


0%

puskesmas
bidan

100%

Berdasarkan Diagram di atas dari 6 orang ibu hamil didapatkan


keseluruhan atau 6 orang ibu hamil dengan persentase 100% ibu hamil
memriksa kehamilannya di bidan.
41) Distribusi berdasarkan keluhan ibu hamil saat ini
Diagram 3.45

KELUHAN IBU HAMIL SAAT INI

muntah-muntah
33%

lemah mata sering


berkunang-kunang
67%

Berdasarkan Diagram di atas dari 6 orang ibu hamil didapatkan 67%


ibu hamil atau 4 orang ibu hamil yang mengalami keluhan muntah-
muntah dan 33% atau 2 orang yang mengalami keluhan lemah mata
sering berkunang-kunang.

42) Distribusi berdasarkan penyakit penyerta yang diderita ibu hamil


Diagram 3.46

KELUHAN PENYERTA IBU HAMIL

17%
33% hipertensi
anemi
tidak ada keluhan
50%

Berdasarkan Diagram Diatas dari 6 orang ibu hamil didaptakan 50%


ibu hamil yang mengalami keluhan anemia, 33% atau 2 orang ibu
hamil yang tidak mengalami keluhan sedangkan 17% ibu hamil yang
mengeluhkan hipertensi.
43) Distribusi berdasarkan pernah diperiksa Hb
Diagram 3.47

APAKAH PERNAH
DIPERIKSA HB
4

2 4
2 Series1
0
pernah
tidak pernah

Dari diagram di atas dari 6 orang ibu hamil didapatkan rata-rata ibu
hamil tidak pernah memeriksa Hb dengan frekuensi 4 orang atau 67%
sedangkan yang pernah diperiksa Hb sebanyak 2 orang atau 33%.

44) Distribusi berdasarkan hasil pemeriksaan Hb


Diagram 3.48

HASIL PEMERIKSAAN HB

>12g %
50% 50%
tidak tahu

Dari Diagram diatas dari 2 orang ibu hamil yang memeriksa Hb


didaptkan 1 orang ibu hamil yang memiliki Hb >12gr/dl sedangkan 1
orang ibu hamil tidak mengetahui hasil pemeriksaan Hb nya.
45) Distribusi berdasarkan kondisi konjungtiva ibu hamil
Diagram 3.49

KONDISI KONJUNGTIVA
IBU HAMIL
5
4 4
3
2 2 Series1
1
0
pucat tidak pucat

Dari diagram diatas dari 6 orang ibu hamil didapatkan 67% atau 4
orang ibu hamil yang memiliki konjungtiva tidak pucat sedangkan
konjungtiva yang pucat sebanyak 33% atau 2 orang.

46) Distribusi berdasarkan konsumsi tablet Fe selama hamil


Diagram 3.50

KONSUMSI TABLET Fe SELAMA


HAMIL
4

2 4
Series1
0 1

rutin
tidak rutin

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang rutin
mengkonsumsi tablet fe selama hamil sebanyak 80% (4 KK) dan tidak
rutin sebanyak 20% (1 KK)
47) Distribusi berdasarkan imunisasi TT
Diagram 3.51

IMUNISASI TETANUS
4
4
3
2 1
1
0 Series1

Lengkap
(Trimester II dan tidak lengkap
III)

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


mendapatkan imunisasi tetanus secara lengkap sebanyak 20% (1 KK)
dan yang tidak lengkap sebanyak 80% (4 KK).

48) Distribusi berdasarkan rencana persalinan


Diagram 3.52

RENCANA PERTOLONGAN PERSALINAN


0%

bidan desa

100%

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil merencanakan


pertolongan persalinan bidan desa sebanyak 100 % (5 KK)
49) Distribusi berdasarkan ibu meneteki
Diagram 3.53

IBU MENETEKI
200

150

100
161 Series1

50

0 7
ya tidak

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 4% (7


KK) yang memiliki ibu yang meneteki dan sebanyak 96% (161 KK)
yang tidak memiliki ibu meneteki

50) Distribusi berdasarkan lama rencana ibu menyusui tanpa


makanan/susu tambahan
Diagram 3.54

RENCANA LAMA MENYUSUI


0%

< 6 bulan

sampai usia anak 6


bulan

100%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 100% ibu yang
meneteki berencana menyusui sampai usia anak 6 bulan
51) Distribusi berdasarkan penkes yang pernah diperoleh
Diagram 3.55

PENKES YANG PERNAH DITERIMA


4
4
3
3
2 2

1 Series1
0
gizi buteki ASI
MAKANAN
BAYI

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 45% (4 KK) ibu
telah mendapat pendidikan kesehatan tentang gizi buteki, 33% (3 KK)
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ASI, dan 22% (2 KK)
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang makanan bayi

52) Distribusi berdasarkan PUS menjadi akseptor KB


Diagram 3.56

PUS MENJADI AKSEPTOR KB


120
100
80
60 110
Series1
40
20 58
0
ya
tidak

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa PUS yang menjadi


akseptor KB sebanyak 65% (110 KK) dan sebanyak 35% (58 KK)
tidak menjadi akseptor KB
53) Distribusi berdasarkan jenis kontrasepsi yang dipakai
Diagram 3.57

JENIS KONTRASEPSI YANG DIPAKAI


1%1% 4%
IUD

13%
SUNTIK
6%
PIL

SUSUK
75%

TUBERKOLOSTOMI/V
ASEKTOMI

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa PUS yang menjadi


akseptor KB menggunakan kontrasepsi jenis IUD sebanyak 4% (5
KK), suntik sebanyak 75% (97 KK), pil sebanyak 6% (8 KK),
tuberkolostomi/vasektomi sebanyak 1% (2 KK), dan kalender 1% (1
KK)

54) Distribusi berdasarkan alasan belum menjadi akseptor KB


Diagram 3.58

ALASAN BELUM MENJADI AKSEPTOR


KB

14%
takut
21% dilarang suami

65% sakit/kontra indikasi

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa alasan PUS belum menjadi
akseptor KB karena takut sebanyak 65% (19 KK), dilarang suami
sebanyak 21% (6 KK), dank arena sakit/kontraindikasi sebanyak 14%
(4 KK)
55) Distribusi berdasarkan jumlah bayi
Diagram 3.59

BAYI
8%

ada
tidak ada

92%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 8% (11


KK) yang memiliki bayi, sedangkan 92% (131 KK) tidak memiliki
bayi

56) Distribusi berdasarkan kebiasaan ke posyandu


Diagram 3.60

KEBIASAAN KE POSYANDU

9%

ya
tidak

91%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa kebiasaan bayi ke


posyandu sebanyak 91% (10 KK), sedangkan sisanya sebanyak 9% (1
KK) tidak biasa ke posyandu
57) Distribusi berdasarkan kepemilikan kartu menuju sehat
Diagram 3.61

KEPEMILIKAN KARTU
MENUJU SEHAT
10
8
6
4 9 Series1
2
2
0
ya tidak

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa KK yang memiliki kartu


menuju sehat sebanyak 82% (9 KK), sedangkan sisanya sebanyak 18%
(2 KK) tidak memiliki kartu menuju sehat

58) Distribusi berdasarkan hasil penimbangan bayi


Diagram 3.62

HASIL PENIMBANGAN BAYI

6
6
5

Series1
4
Series1
diatas garis hijau
hijau

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa hasil penimbangan bayi


diatas garis hijau sebanyak 45% (5 KK), dan di garis hijau sebanyak
55% (6 KK)
59) Distribusi berdasarkan usia pertama memberi makan
Diagram 3.63

USIA PERTAMA MEMBERI


MAKAN
100%

50% 6
5
Series1
0%
3 s/d 6 bulan
>= 6 bulan

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa usia pertama bayi diberi
makan pada umur 3-6 bulan sebanyak 55% (6 KK), sedangkan sisanya
ketika usia ≥ 6 bulan sebanyak 45% (5 KK)

60) Distribusi berdasarkan makanan yang dikonsumsi bayi umur 6


bulan ke atas
Diagram 3.64

MAKANAN POKOK BAYI > 6


BULAN

makanan
pokok/protein
23% hewan/nabati
31%
makanan pokok
hewani/nabati
15%
sayur dan buah
31%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa makanan pokok bayi yang
diberikan yaitu makanan pokok/protein hewan/nabati sebanyak 23% (3
KK), makanan poko hewani/nabati sebanyak 15% (2 KK), sayur dan
buah sebanyak 31% (4 KK), bubur siap saji sebanyak 31% (4 KK)

61) Distribusi berdasarkan imunisasi bayi


Diagram 3.65

BAYI SUDAH DIIMUNISASI


DASAR
0%

ya
tidak

100%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 100% (11 KK)
bayi sudah di imunisasi dasar

62) Distribusi berdasarkan jumlah dan jenis imunisasi sesuai dengan


usia bayi
Diagram 3.66

JUMLAH DAN JENIS IMUNISASI


SESUAI DENGAN USIA BAYI
0%

ya
tidak

100%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa jumlah dan jenis imunisasi
sesuai dengan usia bayi sebanyak 100% (11 KK)
63) Distribusi berdasarkan penyakit yang pernah diderita bayi
Diagram 3.67

PENYAKIT YANG PERNAH


DIDERITA BAYI

12%
25% ISPA
bapil
DEMAM
63%

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang pernah


diderita bayi yaitu ISPA sebanyak 12% (1 KK), BAPIL sebanyak 63%
(5 KK), demam sebanyak 25% (2 KK)

64) Distribusi berdasarkan berat dan tinggi badan sesuai usia balita
Diagram 3.68

BB DAN TB BALITA SESUAI


DENGAN USIA BAYI
0%

ya
tidak

100%

Berdasarkan diagram di atas di


dapatbahwaadakeseimbanganberatbadan (BB) dantinggibadan (TB)
balitasesuaidenganusiabayiyaitu (100%).
65) Distribusi berdasarkan valita pernah mendapat vitamin A
Diagram 3.69

APAKAH BALITA PERNAH


MENDAPAT VITAMIN A
0%

tidak
ya

100%

Berdasarkan diagram di atas di dapatbahwabalita yang


pernahmendapat vitamin A yaitukeseluruhandenganpresentase (100%).

66) Distribusi berdasarkan perkembangan sesuai dengan usia


Diagram 3.70

PERKEMBANGAN SESUAI USIA


0%

tidak
ya

100%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa perkembangan balita yaitu


sesuai dengan usia dengan presentase (100%)
67) Distribusi berdasarkan penyakit yang pernah/sedang diderita
balita 1 tahun terakhir
Diagram 3.71

PENYAKIT YANG PERNAH


DIDERITA BALITA

18%
ISPA
diare
53%
29% thypoid

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa penyakit terbanyak


yang sering diderita oleh balita yaitu ISPA sebanyak 53% (9 KK),
sedangkan yang terendah adalah 18% (3 KK)

68) Distribusi berdasarkan jumlah anak sekolah


Diagram 3.72

ADA ANAK SEKOLAH


140
120
100
80
60 129 Series1
40 72
20
0
ya tidak

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa dari keseluruhan ada anak


sekolah yaitu terdiri dari (36%), dan anak yang tidak sekolah terdiri
dari (64%).
69) Distribusi berdasarkan keluhan yang dirasakan saat ini
Diagram 3.73

KELUHAN ANAK SEKOLAH


SAAT INI
pusing
7% lemah/lesu
17%
16% MAAG

2% ISPA
6% 18% Diare
thypoid
30% sakit gigi
4%
dll

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa keluhan anak sekolah saat


ini terdiri dari pusing (17%), lemah/lesu (18%), maag (4%), ISPA
(30%), diare (6%), thypoid (2%), dan sakit gigi (16%).

70) Distribusi berdasarkan penyakit yang pernah/sedang diderita


Diagram 3.74

PENYAKIT YANG PERNAH


DIDERITA ANAK SEKOLAH

ISPA
11%
Diare
26% 50% thypoid
sakit gigi
dll
3%
10%

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa penyakit yang pernah


diderita anak sekolah yang tertinggi adalah ISPA sebanyak 50% (9
KK), dan terendah adalah thypoid sebanyak 3% (3 KK)
71) Distribusi berdasarkan fasilitas kesehatan yang digunakan saat
anak sakit
Diagram 3.75

FASILITAS KESEHATAN YANG


DIGUNAKAN

1% 17% puskesmas
rumah sakit
47%
memberi obat sendiri
DOKTER
32%
BIDAN

3%

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang


digunakan saat anak sakit yang terbanyak adalah puskesmas sebanyak
47% (34 KK), dan terendah adalah dokter sebanyak 1% (1 KK).

72) Distribusi berdasarkan kejadian sakit gigi pada anak sekolah


Diagram 3.76

KEJADIAN SAKIT GIGI


40

30

20
34 Series1
10
14
0
ya tidak

Berdasarkan diagram di atas di dapatbahwaanakpernahsakitgigiyaitu


(71%) dantidakpernahsakit gigi yaitu (29%)
73) Distribusi berdasarkan keadaan gigi anak
Diagram 3.77

KEADAAN GIGI ANAK

31%
ada karies gigi
tidak ada karies gigi

69%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa keadaan gigi anak yang


terdapat karies gigi yaitu dengan presentase (69%), dan yang tidak ada
karies gigi (31%).

74) Distribusi berdasarkan kebiasaan anak menggosok gigi dalam


sehari
Diagram 3.78

KEBIASAAN ANAK
MENGGOSOK GIGI
5%
6%

sekali sehari
2x sehari
tidak pernah
89%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa anak menggosok gigi


dalam sehari yaitu terdiri dari sekali sehari (5%), 2x sehari (89%), dan
yang tidak pernah (6%).
75) Distribusi berdasarkan kapan anak menggosok gigi
Diagram 3.79

WAKTU ANAK MENGGOSOK


GIGI
80
60
40
58 Series1
20
0 3
setiap mandi setelah makan dan
sebelum tidur

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa anak yang menggosok


gigi terdiri dari setiap mandi (95%), dan setelah makan dan sebelum
tidur (5%).

76) Distribusi berdasarkan kebersihan kuku anak


Diagram 3.80

KEBERSIHAN KUKU ANAK


70
60
50
40
30 63 Series1
20
10
9
0
ya tidak

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa kuku anak yang pendek


dan bersih yaitu ya (87%), dan yang tidak (13%).
77) Distribusi berdasarkan kebiasaan anak menggunakan sandal
Diagram 3.81

KEBIASAAN ANAK
MENGGUNAKAN SANDAL
0%

ya
tidak

100%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa keseluruhan anak


menggunakan sandal dengan presentase yaitu (100%).

78) Distribusi berdasarkan kebiasaan anak mencuci tangan


Diagram 3.82

KEBIASAAN ANAK MENCUCI


TANGAN
0%

tidak
ya

100%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa keseluruhan anak mencuci


tangan sebelum makan dengan presentase yaitu (100%).
79) Distribusi berdasarkan kegiatan remaja diluar sekolah
Diagram 3.83

KEGIATAN REMAJA DI LUAR


SEKOLAH

20%
38% keagamaan
karang taruna
olahraga
42%

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa kegiatan remaja diluar


sekolah terdiri dari keagamaan (38%), karang taruna (42%), dan olah
raga (20%).

80) Distribusi berdasarkan penggunaan waktu luang remaja


Diagram 3.84

PENGGUNAAN WAKTU LUANG


REMAJA

19% musik/TV

49% olahraga
20% rekreasi
keagamaan
12%

Berdasarkan diagram di atas di


dapatbahwapenggunaanwaktuluangterdiridari mendengar lxecto /
menonton TV (49%), olahraga (12%), rekreasi (20%), dankeagamaan
(19%).
81) Distribusi berdasarkan kebiasaan remaja
Diagram 3.85

KEBIASAAN REMAJA
60
50
40
30
48 Series1
20
10
12
0
merokok tidak ada

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa kebiasaan remaja yaitu


terdiri dari merokok (20%) dan yang tidak merokok (80%).

82) Distribusi berdasarkan penyakit yang pernah/sedang diderita


remaja 1 tahun terakhir
Diagram 3.86

PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


REMAJA

7% 9% ispa
2% DIARE
13% MALARIA
69% THYPOID
gatal-gatal

Berdasarkan diagram di atas di dapat bahwa penyakit yang pernah /


sedang di derita remaja dalam 1 tahun terakhir terdiri dari ISPA (69%),
diare (13%), malaria (2%), thypoid (7%), dan gatal-gatal (9%).
83) Distribusi berdasarkan jumlah lansia per KK
Diagram 3.87

ADA LANSIA
140
120
100
80
60 122 Series1
40
57
20
0
ya tidak ada

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 32% (57
KK) terdapat lansia, dan sisanya sebanyak 68% (122 KK) tidak
memiliki lansia.

84) Distribusi berdasarkan keluhan lansia


Diagram 3.88

KELUHAN LANSIA
70
60
50
40
30 60 Series1
20 40
10
0
ada tidak ada

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 40% (40
KK) lansia memiliki keluhan, dan sisa nya tidak memiliki keluhan.
85) Distribusi berdasarkan jenis penyakit yang diderita lansia
Diagram 3.89

PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA


2% 4% 4%
7% asma
HIPERTENSI
REUMATIK
35%
KATARAK
48% masuk angin
edema di tangan

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa penyakit tertinggi yang


diderita lansia adalah reumatik sebanyak 48% (26 KK), dan yang
terendah adalah katarak sebanyak 2% (1 KK).

86) Distribusi berdasarkan penanganan penyakit lansia


Diagram 3.90

PENANGANAN PENYAKIT
LANSIA

berkebun
10%
8% nonton tv
14%
ngobrol dengan
68% tetangga
langsung berobat

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa penangan penyakit lansia


terbanyak dengan cara berkebun sebanyak 68% (35 KK), dan terendah
dengan cara ngobrol dengan tetangga sebanyak 8% (4 KK).
B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1. Hasil kuesioner (data lingkungan) Resiko tinggi
a. 55% (115KK) pernah mengalami penyakit ISPA 6 terjadinya
bulan terakhir penyakit ISPA
b. 80% (155KK) mengelola sampah dengan cara di pada komunitas
di desa Sido
bakar
Rejo
c. 20% ( 12KK) memiliki anggota yang merokok
d. 3% (6KK) cahaya tidak masuk kerumah
e. 20% (41KK) yang tidak membuka jendela
2. Hasil kuesioner (data lingkungan) : Resiko tinggi
a. 63% (131KK) yang menguras bak mandi lebih terjangkitnya
dari seminggu penyakit akibat
b. 7% (15KK)menderita malaria 6 bulan terakhir vektor nyamuk
pada komunitas
c. 14% (29 KK) kondisi pembuangan air limbah
di desa Sido
tidak mengalir Rejo
d. 48% (103 KK) mengatakan vector yang banyak
disekitar rumah adalah nyamuk
3. Hasil kuesioner (balita dan anak sekolah): Resiko
a. 26% (19 KK) anak sekolah pernah menderita sakit terjadinya
gigi masalah gigi
b. 29%(34 KK) kejadian sakit gigi pada anak pada anak
sekolah
sekolah
c. 69% (33 KK) anak sekolah terdapat karies gigi
d. 5% (3KK) anak sekolah menggosok gigi sekali
sehari
e. 6% (4 KK) tidak pernah menggosok gigi
f. 95% (58 KK) anak sekolah menggosok gigi
setiap mandi
4. Hasil kuisioner (data epidemologi) Resiko
a. 40% (40KK) lansia memiliki keluhan pengingkatan
b. 48% (26KK) lansia menderita rematik penyakit
c. 35% (19KK) lansia menderita hipertensi degenerative
pada komunitas
d. 7% (4KK) lansia menderita asma
lansia di desa
Sido Rejo
6 Hasil kuisioner (data epidemiologi) : Resiko tinggi
a. 10% (7 KK) anak sekolah pernah menderita gigi kejadian diare
b. 80% (155 KK) pembuangan sampah dengan cara pada anak
di bakar sekolah pada
c. 61% (82 KK) kondisi tempat pembuangan sampah komunitas di
sementara terbuka Desa Sido Rejo
d. 35% (73 KK) kondisi tempat pembuangan sampah
di luar rumah berbau busuk
e. 17% (34 KK) kondisi tempat pembuangan sampah
di luar rumah terdapat lalat

C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Kriteria Penapisan Tersedia sumber
Masala A B C D E F G H I J K L Jumla
Keperawatan
h h skor
Komunitas
1 Resiko tinggi 3 3 4 5 3 4 4 3 3 3 3 3 41
terjadinya penyakit
ISPA pada
komunitas di desa
Sido Rejo
3 Resiko terjadinya 4 4 4 5 4 3 5 4 4 3 3 4 47
masalah gigi pada
anak sekolah
4 Resiko peningkatan 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 31
penyakit
degenerative pada
komunitas lansia di
desa Sido Rejo
5 Resiko tinggi 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 44
kejadian diare pada
anak sekolah pada
komunitas di Desa
Sido Rejo

Keterangan : Pengisian skor :


A : sesuai dengan peran perawat komunitas 1 = sangat rendah
B : jumlah yang beresiko 2 = rendah
C : besarnya resiko 3 = cukup
D : kemungkinan untuk pendidikan kesehatan 4 = tinggi
E : minat masyarakat 5 = sangat tinggi
F : kemungkinan untuk diatasi
G : sesuai dengan program pemerintah
H : sumber daya tempat
I : sumber daya waktu
J : sumber daya dana
K : sumber daya peralatan
L : sumber daya orang

D. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Resiko terjadinya masalah gigi pada anak sekolah sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan gigi anak sekolah yang
dimanfestasikan dengan :
- Jumlah anak sekolah 64%
- Keluhan yang sering dirasakan anak sekolah saat ini, yaitu: ISPA (30
%).
- Penyakit yang pernah/sedang diderita, yaitu: sakit gigi (29 %).
- Penanganan dengan memberikan obat sendiri (32 %).
- Kejadian sakit gigi pada anak sekolah (71 %).
- Keadaan gigi anak yang karies (69 %).
- Frekuensi anak menggosok gigi 2 x sehari (89 %)
2. Resiko tinggi kejadian diare pada anak sekolah pada komunitas di Desa
Sido Rejo sehubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pengolahan tempat pembuangan sampah yang dimanfestasikan dengan :
- 10% (7 KK) anak sekolah pernah menderita gigi
- 80% (155 KK) pembuangan sampah dengan cara di bakar
- 61% (82 KK) kondisi tempat pembuangan sampah sementara terbuka
- 35% (73 KK) kondisi tempat pembuangan sampah di luar rumah
berbau busuk
- 17% (34 KK) kondisi tempat pembuangan sampah di luar rumah
terdapat lalat
3. Resiko tinggi terjadinya penyakit ISPA pada komunitas di desa Sido Rejo
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang kebersihan
sanitasi lingkungan yang dimanifestasikan dengan :
- 55% (115KK) pernah mengalami penyakit ISPA 6 bulan terakhir
- 80% (155KK) mengelola sampah dengan cara di bakar
- 20% ( 12 KK) memiliki anggota yang merokok
- 3% (6 KK) cahaya tidak masuk kerumah
- 20% (41 KK) yang tidak membuka jendela
4. Resiko peningkatan penyakit degenerative pada komunitas lansia di desa
Sido Rejo sehubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
perawatan lansia yang dimanifestasikan dengan :
- 40% (40 KK) lansia memiliki keluhan
- 48% (26 KK) lansia menderita rematik
- 35% (19 KK) lansia menderita hipertensi
- 7% (4 KK) lansia menderita asma
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry dan Makhfud.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Johnson dan Leny. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.
Knollmueler. 2008. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah.
Jakarta: EGC.
Makhfudli & Efedi, F.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medikal
Mubarak, W, I dan Chayatin, N. 2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori.Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Iqbal Wahid. 2009. Pengantar dan teori ilmu keperawatan komunitas 1.
Cv Sagung Seto : Jakarta.
Mubarak. 2006. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan. Jakarta: Widya Medika
Depkes RI. 2001. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka
Cipta.
Stanhope, Marcia. 2010. Perawatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses dan
Praktek untuk Peningkatan Kesehatan Jilid 2. Bandung: Yayasan IAPK
Pajajaran Bandung.
Wahyudi, 2010.Buku ajar tentang keperawatan komunitas.EGC : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai