Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RW 31 KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES


KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Adhitya Mahendra Pramudya S18055 Niken Wulandari S18142


Andhika Sisworo Pujasakti S18111 Pretiwi Teguh Budi S18145
Fernanda Nugraha Arswandi S18127 Rahmawati S18146
Doddy Al Amzar S18175 Efi Prastiwi S18176
Diana Putri Purnadewi S18013 Indah Muarifah S18184
Dinnar Fitria Mellianie P S18014 Kadek Yunita Dewi S18185
Agiesta Putri Sanjani S18056 Sesa Anindya Nur Utami S18205
Yusroini Yusuf S18107 Azizahtun Rahmah S18222
Khofifah Dinta Laksana S18079 Devita Dewi Anggraini S18225
Ainin Nur Khasanah S18109 Fika Nopia Sari S18234

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan yang
bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan
keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta
mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga
dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri,
keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan
peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau
pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan. Konsep
keperawatan dikarakteristikan oleh empat konsep pokok yaitu: konsep
manusia, kesehatan, perawat dan lingkungan. Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2013).
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut
ANA adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu
bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal. Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari
subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan
hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status
kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini
dimulai dari pengenalan masalah kesehatan sampai penanggualangan masalah
dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu,
keluarga dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satui upaya menyiapkan tenaga perawat professional dan mempunyai
potensi-potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang
harus dicapai, maka mahasiswa program studi Sarjana Keperawatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta melaksanakan Praktik Klinik
Keperawatan Komunitas,Keluarga dan Gerontik di Wilayah RW 31,
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres dengan menggunakan pendekatan
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mempunyai 1 keluarga binaan dengan tahap perkembangan keluarga sebagi
kasus keluarga yang terdapat di Wilayah Wilayah RW 31, Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres. Pendekatan secara kelompok dilakukan
dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan, pembentukan kelompok
kerja lanjut usia serta memberdayakan kader kesehatan. Dengan pendekatan
dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang
lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri
dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait. Pokjakes dan
seluruh komponen desa untuk mengikut sertakan warga dalam pencegahan
dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes
diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya,
membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/
masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan
yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Selain itu proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi
populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerjasama
dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan
pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada masyarakat akan mandiri
dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membantu dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal serta mampu mengenal dirinya sendiri tentang
masalah kesehatan di Wilayah Wilayah RW 31, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres,Kota Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian kesehatan masyarakat di wilayah
berdasarkan data kesehatan masyarakat yang sudah dikumpulkan serta
rencana tindakan masing-masing masalah kesehatan.
b. Menggambarkan masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Wilayah
RW 31, Kelurahan Mojosongo,Kecamatan Jebres,Kota
Surakarta.berdasarkan data kesehatan masyarakat yang telah di
kumpulkan.
c. Menentukan diagnosis keperawatan dan menetapkan prioritass masalah
keperawatan berdasarkan kriteria tetentu.
d. Memaparkan tentang rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
e. Merencanakan tindakan keperawatan dalam masyarakat sehingga
masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan.
f. Menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa serta
masyarakat di Wilayah Wilayah RW 31, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres,Kota Surakarta.
g. Memaparkan tentang evaluasi kegiatan yang telah dilakukan serta
menggammbarkan rencana tindak lanjut kegiatan keperawatan
komunitas.

C. MANFAAT
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Untuk mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
pada masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
c. Meningkatkan keterampilan komunitas, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga, gerontik dan komunitas
khususnya di Wilayah RW 31, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres,Kota Surakarta Untuk Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Institusi pendidikan
Diharapkan hasil laporan kegiatan ini menjadi bahan perbandingan
untuk profesi berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap program
atau kurikulum keperawatan komunitas yang telah ditetapkan

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan Laporan Akhir Praktik Kinik
Keperawatan Komunitas Di RW 31, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres,Kota Surakarta,ini sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat laporan
dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan tentang pelayanan
kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, teori perubahan
komunitas.
Bab III : Aplikasi keperawatan komunitas yang terdiri dari tahap persiapan,
tahap pengkajian, tahap perumusan diagnosa keperawatan
komunitas, tahap perencanaan, tahap impementasi serta tahap
evauasi.
Bab IV : Pembahasan berisi tentang hal-hal yang perlu dibahas muai dari
tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, impementasi
dan tahap evaluasi dengan membandingkan dari teori yang ada.
Bab V : Penutup yang berisi tentang kesimpuan dan saran.
Daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
TIN JAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Utama


Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam
jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan
bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran
terhadap pentingnya upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentive.
Paradigma sehat ditetapkan sebagai modal pembangunan kesehatan di
Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upaya-upaya
promotif dan prefentive tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan
rehabilitative (Depkes, 2016). Unsur penting dalam paradigma sehat meliputi:
program dan kebijakan yang Bottom-up, mentalis proaktif, pemberdayaan
sumber daya lokal, pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, sistem
prabayar pelayanan kesehatan dan pembangunan multi sektor.
Tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif maupun secara ekonomi adalah harapan setiap bangsa, oleh karena
itu untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam
pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan-perubahan dari pelayanan
kuratif ke promotif dan preventif, daerah perkotaan ke pedesaan, golongan
mampu ke masyarakat berpenghasilan rendah, kampanye massal untuk upaya
kesehatan terpadu.
Health For All Primary Healthcare adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
dijangkau masyarakat dan negara untuk memelihara setiap perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri (Andarmoyo, 2012).
WHO (2010) dalam buku Elizabet (2012) mengatakan bahwa primary
health care adalah pelayanan kesehatan esensial, di dasarkan pada praktik
secara ilmiah, dan menggunakan metode dan teknologi yang dapat diterima
secara sosial, terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat melalui partisipasi
penuh dalam masyarakat, pendanaan yang dapat dicapai dan diarahkan pada
kepercayaan diri dan determinan diri sendiri. Menurut ANA (2014) dalam
buku Marcia (2014), memeberikan definisi bahwa primary health care
merupakan kegiatan yang komprehensif, koordinasi, berkelanjutan, dan hal
itu merupakan persyaratan kolaborasi diantara beberapa profesi kesehatan.
Tujuan umum PHC (Primary Health Care) adalam mencoba menemukan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga
akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
Tujuan khusus antara lain: pelayanan yang harus mencapai keseluruhan
penduduk yang dilayani, pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari
populasi yang dilayani, pelayanan harus secara maksimal menggunakan
tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan di
masyarakat.
Fungsi PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi antara lain:
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosa dan pengobatan,
pelayanan tindak lanjut, pemberian sertifikat. Unsur utama dalam PHC antara
lain mencakup upaya-upaya dasar kesehatan melibatkan peran serta
masyarakat, melibatkam kerjasama lintas sektor dan prinsip dasar dalam PHC
meliputi hal yaitu pemerataan upaya kesehatan, penekanan pada upaya
preventif, menggunakan teknologi tepat guna, melibatkan peran serta
masyarakat, melibatkan kerjasama lintas sektor.
Dalam pelaksanaannya PHC memiliki delapan elemen esensial yaitu:
pendidikan pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah
kesehatan, penyediaan makanan dan gizi yang tepat, penyediaan air bersih
dan sanitasi dasar yang kuat, kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB,
imunisasi melawan penyakit infeksi utama pencegahan dan pengendalian
penyakit endemis setempat, penatalaksanaan yang tepat penyakit-penyakit
umum dengan menggunakan teknologi yang tepat, promosi kesehatan mental,
dan penyediaan obat-obat esensial (Elizabeth, 2012). Tanggung jawab
perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah:
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan self care pada masyarakat.
d. Memeberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat.
e. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2013)
a. Individu sebagai klien
Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan bioogi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisikdan mental,
keterbatasan kurang kemaunan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2013).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki kebutuhan dasar Maslow yaitu
kebutuhan psikologis, rasa nyaman dan aman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2013).
c. Masyarakat sebagai klien
Peran serta masyarakat, diperlukan dalam hal perorangan,
komunitas sebagai subjek dan objek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengabil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagai
akhir tujuan kegiatan utama diharapkan masyarakat mampu secara
mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2015).
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Menurut Hardywinoto (2015), menuliskan bahwa pengertian perawatan
komunitas adalah layanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, dan melibat klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Menurut Andarmoyo (2012), komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman
(2014), berpendapat bahwa komunitas juga dipandang sebagai “Clien is
interacting open system in total interface with both internal and external
force of stressor”. Adapaun Soerjono Soekamto (2014), komunitas menunjuk
pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah dengan
batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya dalah interaksi yang lebih
besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan penduduk di luar batas wilayah.
Sedangkan menurut WHO (2010), komunitas adalah kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang
sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar komunitas menurut
American Nurses Assistition (ANA, 2014), didasarkan pada asumsi:
a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat komplek.
b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan.
c. Keperawatan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktik.
d. Fokus utama dalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan diatatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya perawatan.
b. Merupakan bidang khusus keperawatan.
c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta msyarakat).
d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif.
f. Melibatkan partisipasi masyarakat.
g. Bekerja secara team (bekerja sama).
h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
i. Menggunakan proses keperawatan sebagai proses ilmiah.
j. Bertujuan meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktek keperawtan
komunitas adalah:
a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang
b. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan daalam
hal ini komunitas
c. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
d. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun menghambat
e. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
f. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawtan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan
komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
yang mengacu kepada paradigma keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagia integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
f. Pelayanan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan kearah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
g. Mengembangkan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya, dia harus ikut dalan upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Model teori Newman dilandasi oleh teori system dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi
yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkat pencegahan: pencegahan primer, sekunder, tersier.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer
ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan kegiatan promosi kesehatan pada umumnya
dan perlindungan khusu pada penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
maslah kesehatan.Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini
intervensi yang tepat memperpendek waktu sakit, serta tingkat keparahan
penyakit.
c. Pencegahan tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah
terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepda tingkat berfungsi yang optimal
dan ketidakmampuan.

C. Peran Perawat Komunitas.


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
1. Sebagai Penyedia Pelayanan (Care Provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengefaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Helfie, 2013).
2. Sebagai Pendidik dan Konsultan (Nurse Edukator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat.
Dan konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
megatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan meningkatkan perkembangan
seseorang (Mubarak, 2015).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tatacara hidup sehat yang dapat di tiru dan
di contoh oleh masyarakat (Mubarak, 2015).
4. Sebagai Pembela (Clien Advocate)
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien
adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelan termasuk di
dalamnyapeningkatanapa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan
klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2015).
5. Sebagai Manajer Kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yangbdibebankan kepadanya (Mubarak,
2015).
6. Sebagai Kolaborator
Dengan bekerjasama dengan tim kesehetan lain, baik dengan dokter,
ahli gizi, ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien.
7. Sebagai Perencanaan Tindak Lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Ini
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan (Mubarak, 2015).
8. Sebagai Pengidentifikasi Masalah Kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperaawatan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Sebagai Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai kordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien.
10. Sebagai Pengientifikasi dan Pemberi Pelayanan Komunitas (Community
care Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan yang
lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Halvey, 2013).
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus baik di rumah, di sekolah, di perusahan, di posyandu,
di polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka dalam
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang di hadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan umit pelayanan
kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan kominiti, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat.
9. Mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan asuhan keperawatan
komuniti.
10. Mengadakan kerjasama lintaas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluaarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah
di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan
instrument pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas Azizah (2013) terdiri
dari inti komunitas yaitu meliputi demografi; populasi: nilai-nilai
keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan
faktor lingkungan adalah faktor fisik; pendidikan: keamanan dan
transportasi: politik dan pemerintahan: pelayanan kesehatan dan sosial:
komunikasi: ekonomi dan rekreasi. Hal di atas perlu di kaji untuk
menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah- langkah
selanjutnya.
b. Analisa data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh
dan di susun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa
data memerlukan pemikiran yang kritis. Data terkunpul kemudian di
analisa seberapa besar factor stressor yang mengancam dan seberapa
berat reaksi yang timbul di komunitas.
c. Perumusan masalah dan diagnosa keperawatan / Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan di berbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang di rumuskan dapat actual,
ancaman resiko/wellness. Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk
menentukan tindakan yang lebih dahaulu di tanggulangi karena di
anggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan:
1) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.
2) Kebijaksanaan nasional dan wilayah seteempat.
3) Kemampuan dan sumberdaya masyarakat.
4) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat.
d. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sarana pelayanan.
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan.
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.
e. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
2) Mengikuti sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan
kominitas terdiri atas:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologi, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih
dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
e. Penilaian atau Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang
dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telat disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu: Hasil guna,
daya guna, kelayakan dan kecukupan. Faktor evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanakaan.
2) Perkembangan atau kemajuan proses.
3) Efisiensi biaya.
4) Efektivitas kerja.
5) Dampak apakah suatu kesehatan meningkat atau menurun?
Perubahan ini dapat di amati seperti gambar di bawah ini:

Keterangan:
: Peran masyarakat
: Peran perawat
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk
memandirikan klien dalam menangulangi masalah kesehatan, pada
awalnya pera perawat lebih besar daripada klien berangsur-angsur
peran klien besar dari pada perawat.
Tujuan akhir keperawatan komunitas adalah kemandirian
keluarga, yang terkait dengan 5 tugas kesehatan, yaitu: mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan,
merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat
mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
E. Teori Perubahan Komunitas
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor dari dalam luar individu. Disamping sistem susunan saraf
yang mengontrol reaksi individu terhadap segala rangsangan aspek–aspek
dalam diri individu yang juga berpengaruh dalam pembentukan dan
perubahan perilaku adalah pengetahuan motivasi dan emosi. Untuk dapat
mengubah perilaku dapat dilakukan dengan pendekatan menggunakan teori:
a. Pendekatan Edukatif
Tujuan pokok pendekatan edukatif ini adalah untuk mengembangkan
kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dan memecahkan masalah
kesehatan setempat. Pendekatan edukatif dijalankan melalui dua tahap
yaitu:
1) Pengembangan provider (Petugas kesehatan dan tokoh masyarakat)
Supaya strategi perubahan ini dapat berhasil maka perlu dilakukan
tindakan untuk mempersiapkan petugas, meliputi kesiapan dalam
ketrampilan dan pengetahuan.
2) Pengembangan masyarakat
Pada tahap ini petugas mengajak masyarakat bersama-sama melakukan
identifikasi masalah dalam alternatif pemecahannya serta membuat
perencanaan kegiatan kesehatan.
b. Model penyesuaian perilaku
Terdiri dari 5 kategori:
1) Kepatuhan / konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Pengunduran diri
5) Memberontak
c. Model perubahan perilaku (Lawrence Green)
Menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan luar perilaku. Faktor perilaku
ditentukan oleh faktor predisposisi meliputi: pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma sosial. Faktor pendukung yang meliputi
tersedianya sarana kesehatan dan kemudahan untuk mencapai sesuatu.
Faktor pendorong seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan. Faktor
Non perilaku mencakup tingkat kesejahteraan atau faktor sosial ekonomi.
Menurut Fallen (2014) bahwa kesehatn individu atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu perilaku dan non perilaku. Faktor
perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan nilai dan juga
dipengaruhi oleh faktor demografi seperti status ekonomi,umur, jenis
kelamin, dan besarnya keluarga.
b) Faktor Pendukung
Faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi sumber
daya, keahlian atau ketrampilan, organisasi, kebijakan dan undang-
undang.
c) Faktor Pendorong
Faktor yang memperkuat perubahan seseorang yang disebabkan oleh
sikap dan perilaku orang lain misalnya guru, keluarga, dan tokoh
masyarakat.
d) Faktor Non Perilaku
Faktor non perilaku yang dapat mempengaruhi pencapaian individu
atau masyarakat antara lain: sulit mencapai sarana pelayanan kesehatan,
mahalnya biaya pengobatan dan lain-lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI WILAYAH RW 31 DESA TEGALARUM KELURAHAN MOJOSONGO
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

A. TAHAP PERSIAPAN
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (Public
Health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif serta berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan.
Tahap persiapan praktik keperawatan komunitas dimulai tanggal 15
November – 10 Desember 2021. Tahap persiapan yang pertama ketika
mahasiswa sampai di lahan yaitu membina hubungan saling percaya dan
meminta izin dengan mengadakan Musyawarah Warga I bersama tokoh-
tokoh masyakarat di RW 31 kampung Tegalarum, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, yang dihadiri oleh Ketua RW 3I, Ketua
RT 1 sampai 5, Kader PKK, perwakilan pihak Puskesmas Sibela. Selain itu,
tahap persiapan yang kedua adalah mempersiapkan angket yang akan
digunakan untuk mengkaji permasalahan yang ada di daerah tersebut.

B. TAHAP PENGKAJIAN
Proses keperawatan komunitas dalam hal ini menyelesaikan masalah
kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Pada tahap pengkajian yang pertama, kegiatan
yang dilakukan mahasiswa dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah dengan melakukan
pengkajian data dasar, yaitu data lingkungan fisik dan pengkajian data
masyarakat. Pengkajian data dasar ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan beberapa tokoh antara lain dengan kepala RW 3I dan kader kesehatan
dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah mahasiswa persiapkan.
Mahasiswa juga melakukan observasi langsung di lingkungan RW 3I, di
RW 31 kampung Tegalarum, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta, dengan menggunakan pedoman Winshield Survey. Hal yang
diobservasi antara lain kepadatan bangunan, kondisi lingkungan, luas
lingkungan, batas wilayah, transportasi yang sering digunakan, macam-
macam pusat pelayanan, kebiasaan masyarakat, tempat berkumpul warga,
media informasi yang sering digunakan, pencemaran lingkungan hingga
issue-issue yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Untuk data
masyarakat didapatkan dari penyebaran angket 30% dari jumlah keseluruhan
KK yang terdaftar di lingkungan . Tanggal 22 November-24 November
2021,telah dilakukan observasi di RW 31 kampung Tegalarum, Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, penyebaran angket kepada
masyarakat dari masing-masing kelompok di lingkungan . Adapun data yang
telah diolah dan disajikan adalah sebagai berikut: di RW 31 kampung
Tegalarum, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta,
1. Waktu Pelaksanaan
Praktik keperawatan komunitas dilaksanakan dari tanggal 18 November –
4 Desember 2021.
2. Tempat Pelaksanaan
Praktik keperawatan komunitas dilaksanakan di wilayah di RW 31
kampung Tegalarum, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta, Winshield Survey.
I. Pengkajian Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat/sejarah perkembangan komunitas
Wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta, pada saat ini terbagi menjadi 5 RT yang berhasil dilakukan
skrining sebanyak 126 KK
b. Data Demografi
1) Usia
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di
wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta berusia lansia yaitu sebanyak 42,3 % (116) dengan n=274.
1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

2) Jenis Kelamin
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di
wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50,7 % (139
orang) dengan n=274.
1.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
3) Agama
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di
wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta beragama islam yaitu sebanyak 95,7 % (245 orang)
dengan n=256.
1.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

c. Statistik Vital
1) Anggota Keluarga Yang Sakit Selama 1 Bulan Terakhir
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 25,3% (25
KK) memiliki anggota keluarga yang sakit selama 1 bulan terakhir
dan 74,7% (74 KK) tidak ada anggota keluarga yang sakit selama 1
bulan terakhir (n=99).
3.1 Distribusi Keluarga Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Sakit
Selama 1 Bulan Terakhir
2) Jenis Penyakitnya
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 63,4% (63
orang) mengalami Hipertensi, 24,4% (10 orang) mengalami DM,
7,3% (3 orang) mengalami Asma, dan 4,9% (2 orang) mengalami
Asam Urat (n=99).
3.2 Distribusi Keluarga Berdasarkan Jenis Penyakitnya

d. Nilai dan Keyakinan


1) Agama
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di
wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta beragama islam yaitu sebanyak 95,7 % (245 orang) dengan
n=256.
1.4Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

2.Pengkajian Sub System


a.Lingkungan
a) Perumahan
Kondisi perumahan di wilayah RW 31 kampung Tegalarum,
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta,merupakan
kawasan padat penduduk, jarak satu rumah dengan rumah yang lain
sangat berdekatan (menempel). Jenis perumahan diwilayah ini
sebagian besar permanen.
b) Lingkungan Terbuka
Terdapat lingkungan terbuka di wilayah RW 3I, seperti lapangan
tennis, lapangan bola voli,balai pertemuan di setiap RT untuk kegiatan
di RW 31 kampung Tegalarum, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta.
c) Batas Wilayah
Utara : Batas wilayah di RW 3I yaitu masjid Al Huda
Selatan : Batas wilayah di RW 31 Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota Surakarta yaitu sungai sampai
rumah bapak Ketua RT 01/RW 31 Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Barat : Batas wilayah di RW 31 Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota Surakarta yaitu berbatasan dengan
RW 12
Timur : Batas yaitu di RW 31 Kelurahan Mojosongo Kecamatan
Jebres Kota Surakarta yaitu makam asem gede

d) Sistem pembuangan sampah dan air limbah


Di wilayah RW 3I , warga membuang sampah dengan tempat yang
terpelihara di RW 31 kampung Tegalarum, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, pembuangan air limbah melalui
sanitasi dengan kondisi tertutup mengalir lancar.
e) Kondisi Selokan dan Parit
Kondisi selokan dan parit di wilayah RW 3I adalah tertutup lancar.
Kondisi selokan mengalir dengan lancar tanpa adanya sumbatan
sampah.

b.Pendidikan
Rata-rata pendidikan masyarakat di Wilayah Kampung Tegal
Arum RW 3I Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta,
adalah SMA.
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di
wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta berpendidikan SMA yaitu sebanyak 33,2 % (91 orang)
dengan n=274.

1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

c.Keamanan dan transportasi


Kondisi jalan utama di wilayah RW 3I sudah menggunakan aspal,
sebagian besar masyarakat berjalan di RW 31 kampung Tegalarum,
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, jalan kaki
dan menggunakan transportasi kendaraan pribadi (sepeda motor dan
mobil).
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 78,8% (63
KK) menggunakan kendaraan pribadi, 20,1% (16 KK) menggunakan
angkutan umum, dan 1,3% (1 KK) dengan jalan kaki (n=80).
6.1 Distribusi Keluarga Berdasarkan

Sarana Transportasi
1%
Kendaraan pribadi
20% Angkutan umum
Jalan kaki

79%

d.Politik dan pemerintahan


Kegiatan politik yang ada di masyarakat RW 31 yaitu pemilu.
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 40% (32 KK)
mengikuti pengajian rutin dan 60% (48 KK) mengikuti perkumpulan
warga (n=80).
7.1 Distribusi Keluarga Berdasarkan Perkumpulan Yang Diikuti

Perkumpulan Yang Diikuti

40% Pengajian
Perkumpulan warga
60%

e.Pelayanan Kesehatan dan Social


Pelayanan kesehatan terdekat yang terdapat di RW 31 adalah klinik
mojosongo dan puskesmas sibela akses menuju ke pelayanan
kesehatan tersebut mudah dan terjangkau, pelayanan social yang
terdapat di RW 31 adalah posyandu lansia dan posyandu balita.
Pemanfaatan posyandu lansia 80% dan posyandu balita 100%,
kendala posyandu lansia tidak berjalan secara maksimal karena
sebagian lansia sibuk dengan urusan pribadi seperti menjaga cucu
serta selama pandemi posyandu lansia tidak dilaksanakan. Keberadaan
Kartu Indonesia Sehat (KIS) di RW 31 sudah merata, sebagian yang
sudah mempunyai KIS pasti memanfaatkannya ketika mempunyai
keperluan ke pelayanan kesehatan. dijumpai pusat pelayanan yang
meliputi, fasilitas ibadah masjid, kegiatan posyandu balita, kegiatan
posyandu lansia,lapangan tennis, lapangan bulu tangkis.
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 63,6% (63 KK)
memiliki asuransi kesehatan dan 36,4% (36 KK) tidak memiliki
asuransi kesehatan (n=99).

f.Komunikasi
Kebiasaan masyarakat di wilayah RW 3I Desa Tegal Arum
Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta, yaitu
masyarakat mengadakan perkumpulan untuk pertemuan RT bapak-
bapak, ibu-ibu PKK, pertemuan dawis RT, pertemuan keagamaan, dan
pada setiap sebulan sekali diadakan posyandu balita, posyandu lansia,
senam prolanis di Gedung pertemuan setiap RT.Media informasi yang
digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi di rumah adalah
televisi, radio, handphone, pertemuan warga dan penyuluhan dari
puskesmas.

g.Ekonomi
Fasilitas perekonomian warga RW 15 adalah pasar dan
pertokoan,angka pengangguran hampir tidak ada.Diagram pie di
bawah menunjukkan bahwa sebanyak 14,1% (14 KK)
penghasilannya kurang dari Rp 500.000, 30,3% (30 KK)
penghasilannya Rp 500.000-Rp 1.000.000 dan 55,6% (55 KK)
penghasilannya lebih dari Rp 1.000.000 (n=99).
4.2 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata

h.Rekreasi
Selama pandemi mayoritas warga RW 31 menghabiskan waktu
luang di rumah menonton tv bersama keluarga, dan sesekali kegiatan di
waktu luang warga RW 31 adalah rekreasi bersama-sama ke tempat wisata
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 48,8% (39
KK) rekreasinya pergi ketempat wisata, 40% (32 KK) rekreasinya
menonton TV bersama dan 11,2% (9 KK) rekreasinya lain-lain (n=80).
9.1 Distribusi Keluarga Berdasarkan Tempat Rekreasi
Tempat Rekreasi

11%
Tempat Wisata
Menonton TV
Lain-lain
49%

40%

3.Persepsi
a. Persepsi komunitas
Suatu kesehatan masyarakat berawal dari kebersihan yang di
terapkan pada anggota keluarga masing-masing dan setiap warga
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kebersihan. Dalam
penanganan masalah kesehatan masyarakat di bantu dengan adanya
kader kesehatan dan tokoh masyarakat
b. Persepsi tokoh agama
Suatu kesehatan adalah sebuah karunia dari Tuhan YME kita sebagai
umatnya harus berusaha selalu menjaga kesehatan dengan cara
menjaga kebersihan di lingkungan, karena kebersihan adalah salah
satu bagian dari iman.
c. Persepsi tokoh masyarakat
Menurut kader kesehatan, kesehatan di dalam komunitas adalah
tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan kesejahteraan
bersama
d. Persepsi tenaga kesehatan
Kesehatan komunitas sangat sulit diterapkan jika dari masyarakatnya
kurang kooperatif terhadap tenaga kesehatan yang ada seperti
adanya posyandu lansia, jika dari warga tidak ikut berpatisipasi
maka kegiatan tersebut tidak bisa berjalan dengan maksimal
D. ANALISA DATA
No Hari/Tanggal Data Fous Diagnosa
Keperawatan
1. Kamis, 25 DS : Manajemen Kesehatan
November Hasil wawancara warga Tidak Efektif di RW
2021 mengatakan 31 Kelurahan
a. “Beberapa masyarakat RW Mojosongo
31 mengatakan ada yang berhubungan dengan
mengidap hipertensi, pegal kompleksitas program
linu, asma, dan diabetes.” perawatan/ pengobatan
b. “Beberapa warga (D.0116) dibuktikan
mengatakan program dengan sikap warga
posyandu lansia selama kurang tepat dalam
pandemi tdak dilaksanakan” menghadapi masalah
c. “Beberapa warga kesehatan
mengatakan bahwa jika sakit
lebih memilih meminum
obat warung dan herbal
terlebih dahulu”
d. “Beberapa warga
mengatakan sudah
meminum obat hipertensi
namun belum rutin”
e. “Beberapa warga
mengatakan tidak
berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu”

DO :
Data dari angket menunjukkan :
a. Berdasarkan data hasil
pengkajian warga yang
mengidap hipertensi sebesar
63,4%, DM 24,4%, asma
7,3%, dan asam urat 4,9%
b. Beberapa warga cenderung
tidak melakukan
pemeriksaan rutin, seperti
pemeriksaan tekanan darah.
2 Kamis, 25 DS : Defisit Pengetahuan
November a. Beberapa warga tentang gaya hidup
2021 mengatakan bingung sehat di RW 31
makanan apa yang tidak Kelurahan Mojosongo
boleh dikonsumsi pasien berhubungan dengan
hipertensi dan Diabetes kurang terpapar
b. Beberapa warga informasi (D.0111)
mengatakan belum dibuktikan dengan
melakukan aktifitas beberapa warga belum
fisik/olahraga secara rutin mengetahui tentang
c. Beberapa warga penanganan masalah
mengatakan kegiatan kesehatan
posyandu lansia selama
pandemi ditiadakan,
sehingga mereka tidak
mengetahui kondisi
kesehatannya
DO :
a. Beberapa warga tampak
kebingungan dan
menanyakan mengenai
manajemen diet yang
dilakukan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
No Diagnosa Keperawatan
1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di RW 31 Kelurahan Mojosongo
berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/ pengobatan
(D.0116) dibuktikan dengan sikap warga kurang tepat dalam menghadapi
masalah kesehatan
2 Defisit Pengetahuan tentang gaya hidup sehat di RW 31 Kelurahan
Mojosongo berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
dibuktikan dengan beberapa warga belum mengetahui tentang
penanganan masalah kesehatan

F. PENAPISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Presentasi populasi dalam masalah kesehatan/ukuran maalah
No Diagnosa Keperawatan Skoring
1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di RW 31 Kelurahan
Mojosongo berhubungan dengan kompleksitas program
9
perawatan/ pengobatan (D.0116) dibuktikan dengan sikap
warga kurang tepat dalam menghadapi masalah kesehatan
2 Defisit Pengrtahuan tentang gaya hidup sehat di RW 31
Kelurahan Mojosongo berhubungan dengan kurang terpapar
8
informasi (D.0111) dibuktikan dengan beberapa warga belum
mengetahui tentang penanganan masalah kesehatan

Kriteria untuk menentukan skoring ukuran masalah kesehatan


Prosentase populasi dalam masalah kesehatan Nilai
25% atau lebih 9 atau 10
10% - 24,9% 7 atau 8
1% - 9,9% 5 atau 6
0,1% - 0,9% 3 atau 4
<0,01% 1 atau 2
2. keseriusan masalah
Tingkat
No Diagnosa Keperawatan Skoring
Keseriusan
1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di RW 31
Kelurahan Mojosongo berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan/ pengobatan
8 Serius
(D.0116) dibuktikan dengan sikap warga
kurang tepat dalam menghadapi masalah
kesehatan
2 Defisit Pengrtahuan tentang gaya hidup sehat di
RW 31 Kelurahan Mojosongo berhubungan
dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
7 Serius
dibuktikan dengan beberapa warga belum
mengetahui tentang penanganan masalah
kesehatan

Keterangan :
Tingkat Keseriusan Nilai
Sangat serius 9 atau 10
Serius 6, 7 atau 8
Cukup serius 3, 4 atau 5
Tidak serius 0, 1 atau 2
3. Penilaian Keefektifan Intervensi
Skorin Tingkat
No Diagnosa Keperawatan
g Keefektifan
1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di RW 31
Kelurahan Mojosongo berhubungan dengan
Relatif
kompleksitas program perawatan/ pengobatan 8
efektif
(D.0116) dibuktikan dengan sikap warga kurang
tepat dalam menghadapi masalah kesehatan
2 Defisit Pengrtahuan tentang gaya hidup sehat di 7 Relatif
RW 31 Kelurahan Mojosongo berhubungan
dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
dibuktikan dengan beberapa warga belum efektif
mengetahui tentang penanganan masalah
kesehatan

Keterangan:
Keefektifan Nilai
Sangat efektif (80-100%) misal : vaksin 9 atau 10
Relatif efektif (60-80%) 7 atau 8
Efektif (40-60%) 5 atau 6
Cukup efektif (20-40%) 3 atau 4
Relatif tidak efektif (5-20%) misal: upaya berhenti merokok 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0

Prioritas / Urutan Masalah


Komponen Urutan
BPR Skor
Masalah Keperawatan A B C /
(A+2B) x C
ranking
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di
RW 31 Kelurahan Mojosongo
berhubungan dengan kompleksitas
program perawatan/ pengobatan (D.0116) 9 8 8 200 1
dibuktikan dengan sikap warga kurang
tepat dalam menghadapi masalah
kesehatan
Defisit Pengrtahuan tentang gaya hidup 8 7 7 154 2
sehat di RW 31 Kelurahan Mojosongo
berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111) dibuktikan dengan
beberapa warga belum mengetahui tentang
penanganan masalah kesehatan

G. PERENCANAAN KOMUNITAS
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan / Intervensi
. Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Manajemen Setelah dilakukan Edukasi Program Pengobatan
Kesehatan intervensi keperawatan (I.12441)
Tidak Efektif di selama 2 x 6 jam maka Observasi :
RW 31 manajemen kesehatan - Identifikasi pengetahuan
Kelurahan (L.12104) meningkat tentang pengobatan yang di
Mojosongo dengan kriteria hasil : rekomendasikan
berhubungan 1. Melakukan tindakan - Identifikasi penggunaan
dengan untuk mengurangi pengobatan tradisional dan
kompleksitas faktor resiko cukup kemungkinan efek terhadap
program meningkat pengobatan
perawatan/ 2. Menerapkan Terapeutik:
pengobatan program - Fasilitasi informasi tertulis
(D.0116) keperawatan cukup atau gambaran untuk
meningkat meningkatkan pemahaman
3. Aktivitas hidup - Berikan dukungan untuk
sehari hari efektif menjalani program
memenuhi tujuan peengobatan dengan baik dan
kesehat dari cukup benar
meningkat Edukasi:
- Jelaskan manfaat dan efek
samping pengobatan
- Jelaskaan cara penyimpanan,
pengisian kembali/pembelian
kembali, dan pemantauan sisa
obat
- Informasikan fasilitas
kesehatan yang dapat di
gunakan selama pengobatan
- Anjurkan memonitor
perkembangan keefektifan
pengobatan
- Anjurkan mengkonsumsi obat
sesuai indikasi
- Anjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang tidak di mengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan dilakukan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan kader
kesehatan atau tokoh
masyarakat untuk melakukan
pemantauan dan bimbingan
2 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Diet (I.12369)
Pengetahuan intervensi keperawatan Obervasi:
tentang gaya selama 2 x 6 jam maka - Identifikasi kemampuaan
hidup sehat di tingkat pengetahuan pasien dan keluarga menerima
RW 31 (L.12111) meningkat informasi
Kelurahan dengan kriteria hasil : - Identifikasi tigkat pengetahuan
Mojosongo 1. Perilaku sesui saat ini
berhubungan anjuran cukup - Identifikasi kebiasaan pola
dengan kurang meningkat makan saat ini dan masa lalu
terpapar 2. verblisasi niat - Identifikasi keterbatasan
informasi dalam belajar finansial untuk menyediakan
(D.0111) cukup meningkat makanan
3. Perilaku sesui Terapeutik:
dengan - Persiapkan materi, media dn
pengetahuan cukup alat peraga
meningkat - Jadwalkan waktu yang tepat
4. Pertanyaan tentang untuk memberikan pendidikan
masalah yang di kesehatan
hadapi menurun - Berikan kesempatan pasien
5. Persepsi yang dan keluarga bertanya
keliru terhadap Edukasi :
masalah menurun - Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
- Informasikan makanan yang di
perbolehkan dan di larang
- Anjurkan mengganti bahan
makanan sesui dengan diet
yang di programkan
- Anjurkan melakukan olahraga
sesuai toleransi
- Anjurkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
- Rekomendasikan resep
makanan yang sesuai dengan
diet, jika perlu
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu
- Kolaborasi dengan kader
kesehatan atau tokoh
masyarakat untuk melakukan
pemantauan dan bimbingan
H. Tahap Implementasi
No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi
1. Jumat, 03 06.30 Senam Evaluasi struktur:
Desember hipertensi - Senam hipertensi
2021 dilakukan di
halaman depan
rumah warga di RT
03 RW 31
Kelurahan
Mojosongo,
Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta
- Senam hipertensi
dihadiri sekitar 20
warga RW 31
Kelurahan
Mojosongo,
Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta
Evaluasi proses:
- Peserta mengikuti
kegiatan senam
hipertensi dengan
antusias.
- 20 peserta hadir
dan mengikuti
jalannya kegiatan ,
tidak ada yang
meninggalkan
kegiatan selama
kegiatan tersebut
berlangsung
- Waktu acara
berlangsung dari
awal sampai akhir
kurang lebih 70
menit
- Warga Rw 31
aktif dan antusias
dalam
melaksanakan
senam hipertensi.
Evaluasi hasil
- Warga Rw 31
mengikuti senam
hipertensi dan
penkes hipertensi
hingga selesai
- Terdapat
penurunan
tekanan darah
sebelum dilakukan
senam hipertensi
dan setelah
dilakukan senam
hipertensi pada
sebagian besar
warga
Respon Verbal :
 Warga RW 15
mengatakan
bersedia
melakukan senam
hipertensi secara
rutin
Respon
Psikomotor :
- Warga RW 15
mampu
melakukan senam
hipertensi secara
mandiri

2. Sabtu, 04 15.30 WIB Edukasi Evaluasi struktur:


Desember kesehatan - Pendidikan
2021 mengenai kesehatan
manajemen dilakukan di
hipertensi rumah salah satu
warga di RT 03
RW 31 Kelurahan
Mojosongo,
Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta
ketika kegiatan
PKK
- Dihadiri sekitar 18
warga RW 31
Kelurahan
Mojosongo,
Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta
Evaluasi proses
- 18 peserta hadir
dan
mengikuti
jalannya kegiatan ,
tidak ada yang
meninggalkan
kegiatan selama
kegiatan
pendidikan
Kesehatan
hipertensi.
- Waktu acara
berlangsung dari
awal sampai akhir
kurang lebih 120
menit.
Evaluasi Hasil
- Warga RW 31
mengerti dan
memahami materi
yang di sampaikan
terkait dengan
pendidikan
Kesehatan
hipertensi.
- Warga RW 31
telah menerima
kartu kontrol
tekanan darah
- Warga RW 31
telah menerima
leaflet yang sudah
dibagikan
Respon Verbal :
 Warga RW 31
Mampu
menjawab semua
pertanyaan
evaluasi dengan
benar
 Warga RW 31
mampu
menjelaskan
kembali tentang
hipertensi

I. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di S : Warga mengatakan
RW 31 Kelurahan Mojosongo bersedia melakukan
berhubungan dengan kompleksitas senam hipertensi secara
program perawatan/ pengobatan (D.0116) rutin
dibuktikan dengan sikap warga kurang O : Warga tampak
tepat dalam menghadapi masalah kooperatif dan mampu
kesehatan melakukan senam
hipertensi secara
mandiri
A : Masalah
manajemen kesehatan
tidak efektif teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Kolaborasi dengan
kader kesehatan atau
tokoh masyarakat
untuk melakukan
pemantauan dan
bimbingan
2. Defisit Pengetahuan tentang gaya hidup S : Warga RW 31
sehat di RW 31 Kelurahan Mojosongo mengerti dan
berhubungan dengan kurang terpapar memahami materi yang
informasi (D.0111) dibuktikan dengan di sampaikan terkait
beberapa warga belum mengetahui tentang dengan pendidikan
penanganan masalah kesehatan Kesehatan hipertensi
O : Warga RW 31
mampu menjawab
semua pertanyaan
evaluasi dengan benar
A : Masalah defisit
pengetahuan teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

- Kolaborasi dengan
kader kesehatan atau
tokoh masyarakat
untuk melakukan
pemantauan dan
bimbingan
J. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut bagi warga RW 31 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta adalah dapat melakukan pengontrolan
tekanan darah mandiri di pusat pelayanan kesehatan terdekat atau pada saat
kegiatan Posyandu lansia, memfungsikan kartu kendali tekanan darah yang
telah dibagikan, serta melakukan senam hipertensi secara aktif dan rutin.
Warga RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta juga
mampu menghitung kalori dan indeks masa tubuh (IMT) secara mandiri serta
mampu melaksanakan diet sesuai kebutuhan tubuh dan kepatuhan dalam
meminum obat dapat meningkat. Informasi mengenai pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dapat didapatkan dari buku saku yang
sudah mahasiswa berikan sebagai pegangan.
Data Tambahan :

1. Kampung CERDIK
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
 Masyarakat RW 31 memeriksakan kesehatan secara berkala di
fasilitas kesehatan seperti : Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit
E : Enyahkan asap rokok
 Masyarakat RW 31 sudah berkomitmen untuk menciptakan KBAR
( Kampung Bebas Asap Rokok )
 Masyarakat RW 31 telah menegakkan aturan Tidak boleh
merokok di dalam rumah
 Jumlah perokok <18 tahun = 0
 Jumlah perokok usia >18 tahun =33
 Jumlah penjual rokok di wilayah RW 31 =6
R : Rajin aktivitas fisik
 Masyarakat RW 31 sudah rajin melakukan aktivitas fisik dengan
bermacam kegiatan seperti : Sebelum pandemi senam rutin tiap
minggu, Kerja bakti warga
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
 Masyarakat telah diberi pengetahuan tentang Diet kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
 Sebagian masyarakat RW 31 sudah menerapkan istirahat yang
cukup, dibuktikan dengan masyarakat tidak ada yang mengeluhkan
gangguan tidur. Tetapi ada juga masyarakat yang mengeluhkan
sulit tidur jika badannya sedang tidak sehat.
K : Kelola stress
 Masyarakat RW 31 sudah paham bagaimana cara mengelola stress,
seperti : Rekreasi keluarga, menonton tv, senam rutin untuk lansia.
2. Budaya PATUH
P : Periksa kesehatan secara rutin
 Warga RW 31 sudah memeriksakan kesehaan secara rutin, namun
ada beberapa yang belum memeriksakan kesehatan secara rutin
dan hanya memeriksakan kesehaan disaat sakit / memiliki keluhan.
 Warga RW 31 sudah diberikan pendidikan kesehatan yang
bertujuan memotivasi warga supaya periksa kesehatan secara rutin
dan masyarakat bersedia/ ingin memeriksakan kesehatan secara
rutin.
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
 Warga RW 31 sebagian besar sudah melakukan pengobatan
dengan tepat dan teratur dan ada yang sebagian besar yang
melakukan pengobatan tidak teratur.
 Warga RW 31 sudah di berikan edukasi tentang pengobatan yang
tepat dan teratur untuk mengendalikan penyakit.
T : Tetap diet dengan gizi seimbang
 Warga RW 31 sebagian besar sudah mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang seperti buah, sayur sayuran.
U : Upayakan aktivitas fisik dengan aman
 Warga RW 31 sudah melakukan aktifitas fisik berupa jalan pagi,
bersepeda.
 Warga RW 31 sudah melaksanakan dan mengerti cara senam
hipertensi, dan bersedia untuk melaksanakan secara rutin
kedepannya.
H : Hindari asap rokok, alcohol, dan zat karsinogenik lainnya
 Masyarakat RW 31 sudah berkomitmen untuk menciptakan KBAR
( Kampung Bebas Asap Rokok )
 Masyarakat RW 31 telah menegakkan aturan Tidak boleh
merokok di dalam rumah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan yang
bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan
keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Konsep
keperawatan dikarakteristikan oleh empat konsep pokok yaitu: konsep
manusia, kesehatan, perawat dan lingkungan. Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam
jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan
bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran
terhadap pentingnya upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentive
Diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar warga di wilayah
RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota Surakarta berusia
lansia yaitu sebanyak 42,3 % (116) dengan n=274.
Jenis Kelamin diagram pie di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar
warga di wilayah RW 31 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50,7 % (139 orang)
dengan n=274.
Diagram pie di atas menunjukkan bahwa sebanyak 63,4% (63 orang)
mengalami Hipertensi, 24,4% (10 orang) mengalami DM, 7,3% (3 orang)
mengalami Asma, dan 4,9% (2 orang) mengalami Asam Urat (n=99).
B. Saran
Masyarakat di Rw 31 diharapkan dapat mengontrol kesehatannya di
puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat
Lampiran dokumentasi kegiatan
 Musyawarah warga 1

 Screnning Per RT
RT 1
RT 2

RT 3
RT 4

RT 5
 Kunjungan kader Rw 31

 Kegiatan belajar bersama anak sekolah dasar terkait cuci tangan


 Musyawarah warga 2

 Senam hipertensi
 posyandu balita

Anda mungkin juga menyukai