Disusun Oleh
KELOMPOK J’21
Yolanda Sukarma 2041312049
Fitri Annisa 2041312055
Annisa Sholihat 2041312043
Genna Meylia 2041312040
Dara Destri 2041312109
Silmi Destriyani 2041312111
Mutia Aniza 2041312087
Nella Kusuma Ariesti 2041312121
Masyithah Amaturahimi 2041312086
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan Laporan Musyawarah Masyarakat Komunitas Virtual Kelurahan dan
Laporan Hasil Kegiatan Mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas Padang Tahun 2021 ini. Shalawat serta salam tidak lupa pula
penulis kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan sebagai pelaporan hasil dari pengamatan
mahasiswa praktik profesi Komunitas Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas di pada tanggal 05 Juli 2021 – 08 Agustus 2021. Penulisan laporan ini berkat
bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, dari dosen pembimbing dan
seluruh masyarakat komunitas Virtual sehingga laporan ini dapat terselesaikan hingga
akhir.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan keterbatasan
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini,
semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok J’21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan
terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui visi misi Indonesia
Sehat 2025 Dalam Indonesia Sehat 2025. lingkungan strategis pembangunan
kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif yang dimana
terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani, maupun sosial yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial, budaya, dan polusi; tersedianya air minum dan
sarana sanitasi yang memadai; perumahan dan pemukiman yang sehat;
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan; serta terwujudnya kehidupan
bermasyarakat yang memiliki solidaritas sosial, dengan memelihara budaya-
budaya bangsa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan hasil kegiatan serta tindak lanjut kegiatan Praktek Profesi
Keperawatan oleh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas di
komunitas Virtual J’2121.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang data-data kesehatan yang terdapat di
Komunitas Virtual J’2121.
b. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Komunitas Virtual
J’2121 berdasarkan data kesehatan masyarakat yang sudah dikumpulkan.
c. Menjelaskan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
Fakultas Keperawatan UNAND Kelompok J bersama masyarakat Komunitas
Virtual J’2121.
d. Menggambarkan rencana tindak lanjut kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat di Komunitas Virtual J’2121.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan kedepan nya guna
mengatasi masalah kesehatan di Komunitas Virtual J’2121.
TINJAUAN TEORITIS
e. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang
berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun pasif.
Lingkungan dan individu akan sama-sama berpikir, menganalisis dan
membuat kesimpulan selama interaksi. Sifat lingkungan yang mungkin
saja berupa lingkungan hidup, seperti adanya individu lain dapat
memengaruhi lingkungan internal seseorang.
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah
memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual dapat memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian
asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang
ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.
2. Model Health Care System menurut Betty Neuman
Model kedua yang akan dibahas adalah model health care system (Neuman,
1972, dalam Anderson & McFarlane, 2000). Model ini dikembangkan
berdasarkan philosophy primary health care (pelayanan kesehatan utama)
yang memandang komunitas sebagai klien. Kliennya bisa meliputi
individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya
yang dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses, output dan feedback sebagai suatu pola yang dinamis.
Pandangan model ini terhadap empat konsep sentral paradigma keperawatan
adalah sebagai berikut.
a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang
berinteraksi secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya respon
terhadap stresor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Model
ini juga memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistik)
yang terdiri atas faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya,
perkembangan, dan spiritual yang berhubungan secara dinamis dan tidak
dapat dipisah- pisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik
yang saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan
hidup yang merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti
range temperatur normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan
kelemahan organ, struktur ego, dan pengetahuan atau kebiasaan. Stresor
yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien, contoh ketika di suatu
daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah
banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa. Mengingat
bahaya merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan
melakukan upaya pencegahan primer dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada remaja tersebut dengan melibatkan orang dewasa di
sekitarnya. Ini menunjukkan komunitas membutuhkan informasi dan
dukungan untuk melakukan perilaku sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap
stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan
subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa
sehat merupakan respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu
lingkaran konsentris core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu
fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima variabel yang saling
memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan
perkembangan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada di
sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang.
Anda harus mengenal stresor yang berasal dari lingkungan
intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal, berikut uraiannya.
1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam
sistem klien. Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran,
perawat tentu harus mengkaji mengapa remaja berperilaku
demikian, apakah remaja memiliki kepribadian yang mudah
marah, gangguan konsep dirinya, atau tidak terpenuhinya
kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi dari
gangguan kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau
keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Contoh,
apakah perilaku tawuran tersebut dicontoh remaja dari lingkungan
keluarganya atau lingkungan komunitasnya? Lalu siapakah yang
berperan dalam mengatasi masalah tawuran remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu
atau keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas.
Contoh, sosial politik, mungkin remaja tawuran, karena ada
sisipan unsur politik untuk mengalihkan permasalahan yang
sedang terjadi di wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia
secara utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi
respons klien terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan
ini, diharapkan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok
untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total
wellness. Perawat membantu komunitas menjaga kestabilan dengan
lingkungannya dengan melakukan prevensi primer untuk garis
pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis pertahanan normal,
dan prevensi tersier untuk garis pertahanan resisten.
Pelayanan keperawatan juga disesuaikan dengan kondisi yang dialami
komunitasnya. Contoh, jika stresor ada di lingkungan klien, yaitu
menembus garis pertahanan fleksibel, maka yang dilakukan perawat
adalah melakukan prevensi primer (tingkat pencegahan primer),
seperti mengkaji faktor-faktor risiko, memberi pendidikan kesehatan
atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stresor telah
menembus garis pertahanan normal, maka yang dilakukan perawat
adalah melakukan prevensi sekunder, seperti melakukan deteksi dini,
menentukan sifat dari proses penyakit dan memberikan pelayanan
keperawatan segera. Jika stresor telah mengganggu garis pertahanan
resisten, maka upaya prevensi tersier dapat dilakukan oleh perawat
untuk membatasi atau mengurangi efek dari proses penyakitnya atau
mengoptimalkan potensi komunitas sebagai sumber rehabilitasi.
Baiklah, gambar berikut ini dapat membantu Anda lebih memahami
tentang model
KESEHATAN
KEPERAWATAN
(SEHAT-SAKIT)
3 Tingkatan
Pencegahan
.
LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.
a. Manusia
b. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
c. Lingkungan.
d. Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas adalah suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas sebagai mitra yang berperan dalam proses keperawatan
kesehatan komunitas. Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan, mulai dari
masyarakat hingga sumber daya komunitas, guna merancang strategi
promosi kesehatan (Ratnawati, 2018). Sementara menurut Anderson & Mc
Farlane (2011) dalam (Mahathir, 2020) pengkajian komunitas merupakan
sebuah proses untuk mulai dapat mengenali dan mengetahui kebutuhan
komunitas. Pengakjian ini dalam keperawatan komunitas diharapkan
mempu menjadikan masyarakat sebagai ”rekan/ partner”.(Mahathir, 2020).
Di dalam pengkajian komunitas penting bagi perawat komunitas
mengutamakan pengumpulan data komunitas dibanding hanya berfokus
pada pengkajian individu sehingga demikian dapat menyimpulkan kondisai
kesehatan komunitas. Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan
kondisi yang terjadi di komunitas melalui pengkajian yang telah dilakukan
terhadap komunitas baik secara individu, keluarga, agregat dan komunitas
secara menyeluruh ( Stanhope & Lancaster, 2016 dalam Mahathir, 2020).
Model komunitas sebagai partner memberikan acuan praktik pengkajian
keperawatan komunitas. Pada model ini perawat diberikan beberapa
komponen essensial yang harus dikaji oleh perawat kesehatan komunitas.
Perawat melakukan pengkajian denagn mencari data essensial yang
nantinya akan memberikan gambaran kesenjangan permasalahan dan
sumber daya yang dapat dimanfaatkan komunitas dalam perencanaan
komunitas. Model ini memiliki beberapa keunggulan yaitu berorientasi
terhadap kebutuhan populasi (Anderson & Mc Farlane, 2011 dalam
Mahathir, 2020).
Berikut komponen – komponen pengkajian keperawatan komunitas
berdasarkan model Komunitas sebagai Partner (Anderson & Mc Farlane,
2011 dalam Mahathir, 2020).
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas merupakan data dasar dan esensial dari komunitas.
Data inti dari komunitas adalah orang / masyarakat yang ada di
komunitas iti sendiri. Data inti komunitas terdiri dari :
• Sejarah
• Karakteristik (demografis, etnis, dan data statistik vital)
• Data nilai dan kepercayaan
b. Data Subsistem Komunitas
• Lingkungan Fisik
Data lingkungan fisik merupakan hasil pemeriksaan fisik dari
komunitas yang dikelola. Data lingkungan fisik yang dikaji adalah:
1) Kualitas udara
2) Keadaan alam
3) Ruang/ space
4) Perumahan
5) Struktur bangunan
6) Cuaca
7) Luas wilayah
8) Batas wilayah
9) Peta wilayah
• Layanan kesehatan dan layanan sosial
Data ini merupakan data fasilitas kesehatan dan layanan sosial yang
dapat di akses oleh komunitas. Data yang dapat dikaji antara lain :
1) Pendapatan perkapita
2) Status pekerjaan
3) Jumlah masyarakat miskin
4) Jenis pekerjaan
5) Kepala keluarga perempuan
6) Usaha/ bisnis yang ada di komunitas.
• Keamanan dan transportasi
Data ini merupakan data yang menjamin keamanan dan transportasi/
mobilisasi di komunitas. Data yang dapat dikaji antara lain :
1) Kantor polisi
2) Pemadam kebakaran
3) Pengelolaan sanitasi
4) Penanggulangan bencana
5) Layanan keamanan di komunitas
6) Angka kejahatan dan resiko keamanan
7) Jenis dan alat transportasi pribadi
8) Jenis alat transportasi umum
9) Rute, biaya dan akses jalan
• Politik pemerintahan dan kebijakan
Data ini berkaitan dengan kebijakan dan sistem pemerintahan dalam
suatu komunitas. Data terkait aturan-aturan di komunitas yang
mempengaruhi kesehatan seperti kebijakan merokok dll. Data yang
dapat dikaji antara lain :
1) Sistem pemerintahan di komunitas
2) Sistem pelaksanaan kebijakan komunitas
3) Organisasi di komunitas
4) Pengambilan keputusan di komunitas
5) Organisasi non pemerintahan.
• Komunikasi
Data ini berkaiatan dengan bentuk komnuikasi berlangsung di
komunitas bisa formal atau informal. Data komunikasi formal yang
dapat dikaji antara lain :
1) Bentuk komunikasi
2) Forum komunikasi
3) Media (Koran, radio, dan hotline service)
Data komunikasi informal yang dikaji antara lain :
1) Bentuk komunikasi
2) Media (Flyer, buletin, dan poster)
3) Komunikasi dari mulut ke mulut.
• Pendidikan
Data pendidikan merupakan data pendidikan rata-rata di suatu
komnitas. Data yang dapat dikaji antara lain :
c. Data Persepsi
Data persepsi merupakan data terkait bagaimana mayarakat merasakan,
berperilaku terhadap kesehatan. Persepsi perawat terhadap komnitas juga
merupakan hal yang diharapkan mampu menggambarkan situasi
kesehatan di komunitas yang dikelola. Data persepsi dikelola dengan
mengkhususkan dengan situasi spesifik yang ingin di ketahui lebih dalam
di komunitas. Data persepsi dapat menggunakan metode survei agar
lebih efisien dan efektif untuk mendapatkan data dengan jumlah besar.
Dalam pengkajian di komunitas dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti studi literatur, windshield survey, wawancara, fokus grup diskusi,
observasi partisipan dan survey (Mahathir, 2020)
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan,
resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
penyebab (Etiologi), tanda (sign) dan gejala (Symptom), serta faktor resiko.
a. Penyebab (Etiologi) : merupakan faktor – faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup
empat kategori yaitu :
1) Fisiologis, biologis atau psikologis
2) Efek tindakan atau terapi
3) Situasional (lingkungan atau personal)
4) Maturasional
b. Tanda (sign) dan gejala (Symptom) : tanda merupakan data objektif
yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala merupakan
data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesa. Tanda dan gejala
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
1) Mayor : tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80% - 100%
untuk validasi diagnosis.
2) Minor : tanda dan gejala tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis
c. Faktor resiko : merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana
nantinya akan ditemukanlah masalah keperawatan serta etiologi dari
masalah tersebut. Menurut Mucke ( 2004 ), Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia dibagi atas:
a. Diagnosis Aktual : menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan nya yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan, dimana tanda dan gejala mayor
minor dapat ditemukan dan divalidasi pada pasien.
b. Diagnosis resiko : menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien
beresiko mengalami masalah kesehatan, tidak ditemukan tanda dan
gejala mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor
resiko mengalami masalah kesehatan.
c. Diagnosis Promosi Kesehatan : diagnosis ini menggambar ada nya
keinginan dan motivasi klien untuak meningkatkan kondisi
kesehatannya ke tinglat yang lebih baik atau optimal.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan desain pembuatan keputusan logis sebagai bentuk
rinci dari upaya yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan spesifik.
Perencanaan keperawatan komunitas sangat bergantung kepada proses
pengkajian komunitas yang dilakukan, penentuan diagnosis keperawatan
komunitas yang dimunculkan. Perencanaan akan menggambarkan secara
jelas dan rinci apa yang akan dilakukan.
Dalam perencanaan komunitas sangat penting untuk melibatkan klien di
komunitas. Komunitas sebagai klien harus dilibatkan secara optimal baik
dalam stase perencanaan asuhan keperawatan maupun yang akan
melaksanakan tindakan tersebut bersama perawat. Jika tidak melibatkan
masyarakat maka implementasi dari tindakan keperawatan yang akan
dilakukan tidak akan suskses mencapai tujuan yang diharapkan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat menggunakan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan SDKI yang telah ditetapkan, mencakup :
a. Label : Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang
merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi
keperawatan tersebut. Label intervensi terdiri atas satu atau beberapa
kata yang diawali dengan kata benda bukan kata keta kerja yang
berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan
b. Definisi : Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi
keperawatan, definisi label keperawatan diawali dengan kata kerja
berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat, bukan perilaku pasien.
c. Tindakan : komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas
yang dikerjakan olh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan, tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
4. Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Prinsip dalam pelaksanaan keperawatan yaitu:
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d. Bekerja sama dengan profesi lain.
e. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f. Memperhatikan perubahan masyarakat
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
keperawatan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
a. Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyarakat dalam
rangka alih peran.
b. Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan
c. Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada catatan
yang telah disajikan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan
apakah program kerja sesuai rencana atau apakah pelayanan kesehtan
memenuhi kebutuhan masyarakat (PosaVIac and Carey, 1990). Kegiatan
yang dilakukan pada penilaian ini adalah :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan tahap pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Kegunaan Penilaian :
a. Untuk menentukan perkembangan perawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktifitas asuhan
keperawatan yang diberikan
c. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru
dalam proses keperawatan
Langkah - langkah dalam mengevaluasi ;
a. Membuat garis besar dari masalah keperawatan komunitas.
b. Merumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil yang
diharapkan oleh masyarakat.
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi serta sumber data.
d. Membandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria dan standar.
e. Mengidentifikasi hambatan yang dihadapi dan rencana untuk
memperbaikinya.
Tujuan Umum Evaluasi :
A. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan asuhan keperawatan
komunitas, diantaranya melakukan pengumpulan anggota community virtual dengan
cara menentukan kepala keluarga dan anggota keluarga di sekitar lingkungan tempat
tinggal mahasiswa yang dapat dikaji serta menanyakan kesediaan menjadi
responden pada keperawatan komunitas.
Pengkajian secara umum terhadap community virtual J’21 tentang situasi didalam
keluarga dan lingkungan sekitar keluarga yang dilakukan secara langsung (tatap
muka sesuai dengan protocol kesehatan) dan juga secara virtual, sehingga
didapatkan data faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
faktor penunjang yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
hasil pengkajian kelompok J’21 diperoleh data Community Virtual Kelompok J’21
terdapat 27 Kepala Keluarga (82 orang warga) terdiri dari 4 agregat yaitu
balita/anak, remaja, dewasa dan lansia dengan rentang usia mulai dari 1 tahun
sampai dengan 63 tahun.
Tahap pengumpulan data dimulai dari wawancara dan penyebaran angket dengan
membuat google form dan menyebarnya ke WA group yang berisi anggota
community virtual J’21. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 5 juli - 8 Agustus 2021,
dengan data dikumpul sebanyak 27 KK.
B. Pengkajian
Pada tahap ini kelompok J21 melakukan wawancara kesetiap anggota community
virtual J’21. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran instrument melalui google
form melalui WA group yang dilakukan pada tanggal 5 Juli -8 Agustus 2021 dan
data terkumpul yaitu sebanyak 27 KK. Dilanjutkan dengan penentuan masalah dan
presentasi hasil kuesioner pada 17 juli 2021 yang dilakukan melalui Musyawarah
Mufakat Komunitas (MMK 1) yang dihadiri oleh anggota komunitas virtual J21
dalam zoom meeting.
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN DATA KOMUNITAS VIRTUAL
KELOMPOK J’21
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terkait data lingkungan fisik
Komunitas Virtual J’21 didapatkan semua ruangan di rumah memiliki ventilasi
dan pencahayaan matahari langsung masuk kerumah sebanyak 100 %.
Kemudian sumber air minum yang digunakan paling banyak berasal dari PDAM
sebesar 66,7 % dari 27 KK yang ada. Keadaan air minum tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna sebesar 100%. Penampungan air tertutup sebanyak
100 %. Keluarga yang membersihkan bak/ penampungan air mencapai 51,9%.
Seluruh keluarga melakukan MCK sehari-hari di kamar mandi. Sebagian
besar limbah kamar mandi dialirkan ke septi tank sebesar 85.2%, dialirkan ke
got sebesar 11,1% dan sisanya dibuang kesungai 3,7 %. Pengolahan sampah
rumah tangga dilakukan dengan dikumpulkan dan diangkut petugas kebersihan
sebesar 74,1 %, dan dibakar sebesar 25,9%. Kaleng – kaleng dan barang bekas
yang tidak dipakai dirumah biasanya dimanfaatkan sebesar 55,6 %, ditimbun
sebesar 25,9%, dibiarkan saja 11,1% dan sisannya dibuang sembarangan.
Kegiatan gotong royong ada dilakukan mencapai 66,7 %. Dilakukan
sebanyak < 2 kali mencapai 44,4 %. Pembuangan limbah dibersihkan 1 kali
sebulan mencapai 48,1%. Jenis penyakit yang diderita selama 3 bulan terakhir
terbanyak adalah ISPA sebesar 33,3 % dan diikuti oleh diare sebesar 11,1 %,
dan posisi ketiga diabetes sebesar 7,4 %. Kader kesehatan sangat dibutuhkan
mencapai 100%, dan jika diadakan kegiatan keluarga bersedia ikut mencapai
85,,2 %. Ditemukan data mencuci tangan dengan air mengalir mencapai 81,5%,
dan cuci tangan menggunakan sabun mencapai 63 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Masuk Cahaya Matahari
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah masuk cahaya matahari
sebesar 100%
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Kamar Tidur Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi kamar
tidur sebesar 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Ruang Tamu Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi ruang
tamu sebesar 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Kamar Mandi Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi kamar
mandi sebesar 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Sumber Air Minum Keluarga Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat sumber air minum keluarga bersumber
dari PDAM sebesar 66,7 %. Selanjutnya diikuti air galon mencapai 11, 1 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berapa Jarak Sumur Galian dengan Septi Tank Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat jarak sumur galian dengan septi tank
sejauh > 10 meter sebesar 49,1 %. Selanjutnya diikuti jarak sumur galian dengan
septi tank sejauh < 10 meter sebesar 25,9 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kondisi Air Minum Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kondisi air minum tidak berbau, tidak
bewarna, dan tidak berasa sebesar 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Penampungan Air Minum
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kondisi air minum tidak berbau, tidak
bewarna, dan tidak berasa sebesar 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berapa Kali Keluarga Membersihkan Bak/ Penampungan
Air Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat berapa kali warga membersihkan bak/
penampungan air sebanyak 2 kali seminggu sebesar 51,9 %. Diikuti dengan
membersihkan 1 kali seminggu sebesar 44,4%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Melakukan MCK Sehari- hari Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang melakukan MCK sehari-
hari mencapai 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kemana Aliran Limbah Kamar Mandi/ WC Dialirkan
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kemana aliran limbah kamar mandi/
WC dialirkan ke septitank sebesar 85,2 %, ke got sebesar 11,1%, dan sisanya ke
suangai 3,7 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pengolahan Sampah Rumah Tangga Comunity
Virtual J 2021
Diagram
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Kaleng- Kaleng Bekas atau Barang yang
Tidak dipakai di Rumah Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat pemanfaatan kaleng- kaleng bekas atau
barang yang tidak dipakai di rumah biasanya di manfaatkan sebesar 55,6%.
Selanjutkanya ada yang ditimbun sebesar 25,9 %, dibiarkan saja 11,1% dan
dibuang sembarangan 3,7 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kegiatan Gotong Royong Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang melakukan goro ada
sebanyak 66,7 %. Dan yang tidak melakukan goro sebanyak 33,3%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Gotong Royong dilakukan Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat sarana pembuangan air limbah yang
dibersihkan sebanyak 1 kali sebulan sebesar 48,1% dan diikuti dengan 1 kali
seminggu sebesar 29,6 % dan tidak membersihkan sama sekali sebesar 22,2%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kader Kesehatan di Lingkungan Comunity
Virtual J 2021
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit yang diderita selama 3 bulan terakhir
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat jenis penyakit yang diderita selama 3
bulan terakhir terbanyak adalah ISPA sebesar 33,3 % dan diikuti oleh diare
sebesar 11,1 %, dan posisi ketiga diabetes sebesar 7,4 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Pakai Air Mengalir Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat keluarga yang mencuci tnagan dengan
air mengalir mencapai 81,5 % dan yang kadang- kadang mencuci tangan dengan
air mengalir mencapai 18,5%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Pakai Sabun
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang mencuci tangan pakai
sabun mencapai 63 % dan yang kadang- kadang mencuci tangan pakai sabun
mencapai 37%.
2. Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada anggota keluarga yang sakit
pada saat ini sebanyak 77,8% dan yang tidak sakit sebanyak 22,2%.
Diagram
Distribusi Frekuensi yang Biasanya Dilakukan Keluarga Jika Ada Anggota
Keluarga yang Sakit
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa apabila ada anggota keluarga
sakit yang meembiarkan nanti akan sembuh sendiri sebanyak 3,7%, yang
membawa kepelayanan kesehatan sebanyak 88,9%, yang membeli obat
diwarung sebanyak 3,7%, yang membeli obat tradisional dan obat bidan 3,7%,
dan tidak ada yang berobat alternatif (dukun) dan minum obat tradisional.
Diagram
Distribusi Frekuensi Jarak Rumah dengan Tempat Pelayanan
Kesehatan Terdekat
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa jarak rumah <500 meter dari
pelayanan kesehatan sebanyak 25,9% dan jarak rumah >500 meter dari
pelayanan kesehatan sebanyak 74,1%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Jaminan Kesehatan yang Dimiliki Keluarga
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga yang memiliki jaminan
kesehatan BPJS/KIS sebanyak 88,9%, mandiri/umum sebanyak 3,75%,
KIS/anak 3 terakhir belum punya KIS sebanyak 3,75%, dan yang tidak memiliki
jaminan kesehatan sebanyak 3,7%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Darimana Sumber Informasi Didapatkan
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada keluarga yang menabung
sebanyak 63% dan tidak menabung sebanyak 37%
Diagram
Distribusi Frekuensi Alasan Keluarga Tidak Menabung
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa alasan keluarga tidak menabung
karena penghasilan tidak cukup sebanyak 11,1%, kebutuhan banyak sebanyak
25,9%, tidak terbiasa menabung sebanyak 0%, dan menabung sebanyak 11,1%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Keluarga yang Mempunyai Kemampuan Untuk
Menyediakan Makanan yang Bergizi
Diagram
Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga yang Berpengaruh Terhadap
Kebutuhan Sehari-hari
Diagram
Distribusi Frekuensi yang Mengatakan Bahwa PHBS Membutuhkan Biaya
yang Banyak
Diagram
Distribusi Frekuensi Alat Pemadam Kebakaran diwilayah Komunitas
Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Apakah Keluarga Pernah Mengalami Keracunan
Makanan diwilayah Komunitas Virtual J’21
Diagram
Distribusi frekuensi Sarana Transportasi yang digunakan dalam keluarga
diwilayah Komunintas Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang bersedia mengikuti
kegiatan lingkungan di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang bersedua
mengikuti kegiatan yaitu 85,2% dan 14,8 tidak bersedia mengikutinya.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang mengikuti organisasi di
Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat tidak ada yang
mengikuti organisasi yaitu sebanyak 77,8% dan selebihnya mengikuti
organisasi.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang mengatasi
masalah Kesehatan balita/remaja/lansia ataupun PHBS di
Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi penanggulangan masalah dalam
keluarga/bagaimana cara keluarga menyelesaikan masalah di
Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi tentang dimana masyarakat berkumpul di
wilahyanya di Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi pengetahuan terkait dengan masalah Kesehatan
balita/remaja/lansia di Community Virtual J’21
7. Pendidikan
Berdasarkan hasil survey sebanyak 3,7% anggota keluarga sedang mengikuti
pendidikan di luar pendidikan formal. Terdapat 14,8% anggota keluarga yang
tidak bisa membaca dan anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus
sebanyak 7,4 yaitu keterampilan menjahit. Seluruh anggota keluarga memiliki
pandangan positif 100% terhadap pendidikan anggota keluarga.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sedang Mengikuti
Pendidikan di Luar Pendidikan Formal di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan 96,3%
anggota keluarga sedang tidak mengikuti pendidikan di luar pendidikan formal
di Community Virtual J’21.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga
Yang tidak bisa membaca di Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga
Yang mempunyai keterampilan khusus di Community Virtual J’21
Hasil survey menunjukkan kegiatan yang dilakukan keluarga dalam waktu luang
sebanyak 51,9% menonton tv, bertemu kerabat 18,5%, jalan- jalan 18,6.
Komunitas memiliki riwayat perjalanan anggota keluarga selama 14 hari
sebagian besar tidak ada 63% , dari dalam kota sebanyak 22,2%, luar kota
11,1%, dan luar provinsi 3,7%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kegiatan Yang Dilakukan Keluarga
dalamWaktu Luang di Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perjalanan Anggota Keluarga
Selama 14 Hari Terakhir di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 63% anggota
keluarga tidak melakukan perjalanan selama 14 hari terakhir, dan sebanyak
22,2% telah melakukan perjalanan luar kota.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Memiliki tanda dan gejala COVID-19
(boleh lebih dari satu) di Community Virtual J’21
Berdasarkan hasil survey tanda dan gejala yang dimiliki keluarga saat ini ada
batuk 7,4%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Keluarga Melakukan Isolasi Mandiri / Melakukan
Pemeriksaan ke RumahSakit di Community Virtual J’21
Jika semua tanda dan gejala ada anggota keluarga akan melakukan isolasi
mandiri/melakukan pemeriksaan ke rumah sakit 85,2%
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Memakai Masker Ketika Bekerja/
keluar rumah di Community Virtual J’21
9. Persepsi
a. Persepsi Community Virtual J’21
1) Bayi/anak
Pada hasil survei terhadap anak pada community virtual J’21
sebagain besar orang tua mengatakan anaknya tidak pernah
memeriksakan kesehatan kepelayanan kesehatan seperti
memeriksakan kesehatam gigi yang seharusnya diperiksa selama 6
bulan sekali. Dan juga untuk masalah kesehatan yang pernah diderita
oleh anak yaitu demam, batu, dan pilek dikategorikan sebagai ISPA.
2) Remaja
Dalam hasil survey lebih dari saparuh remaja pada community
Virtual K dan J’21 semua responden mengungkapkan bahwa belum
pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan jiwa.
3) Dewasa
Pada hasil survei terhadap dewasa pada community virtual J’21
sebagian besar dewasa mengatakan bahwa sebagian besar
mengkonsumsi makanan jeroan, santan, seafood. Lebih dari separo
mengaku tidak melakukan olahraga secara teratur serta hamper
sebagain memiliki kebiasaan merokok. Sebagian kecil responden
mengalami hipertensi.
4) Lansia
Pada hasil survey terhadap lansia pada community virtual J’21
sebagian kecil lansia mengalami hipertensi. Semua lansia
mengatakan tidak pernah melakukan senam lansia serta hampir
separo lansia tidak melakukan control tekanan darah kepelayanan
kesehatan. Sebagian lansia memiliki keluhan yaitu rematik, Tbc,
Sering Pusing dan Sakit Kepala.
b. Persepsi Perawat
1) Anak dan balita
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada Balita, didapatkan
hasil bahwa sebagian besar dari 23 responden didapatkan sekitar
63,6% responden yang ISPA dalam 3 bulan terakhir, sekitar 36,4%
responden yang pernah menderita penyakit diare/mencret, Pada Anak
prasekolah sebanyak 27,3% responden mengaku suka jajan
sembarangan dan 36,4% responden mengatakan tidak menggosok
gigi sebelum tidur dan 54,5% anak mengaku tidak minum susu setiap
hari. Ada masalah gigi, sebanyak 27,3% anak mengalami karies gigi
2) Remaja
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada remaja. Menurut
responden sebanyak 9 orang yaitu 100% remaja tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai kesehatan jiwa dari pelayanan
kesehatan. Sebanyak 11,1% mengaku sering mengecewakan
disekolah (naik bersyarat, tidak naik kelas). 33,3% remaja sering
berada dilua rumah bersama teman sebaya. Tidak ada remaja yang
merokok atau pun meminum alcohol, berdasarka tingkat resiko
penyalahgunaan napza yang paling beresiko adalah remaja yang
sering melihat remaja lain merokok/ narkoba/ mabuk-mabukan
disekitar tempat tinggalnya sebanyak 66,7%.
3) Dewasa
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada dewasa, didapatkan
hasil bahwa sebagian 70% dewasa suka makan makanan
jeroan,bersantan dan seafood., sebanyak 65% dewasa mengaku tidak
melakukan olahraga secara teratur serta 30% memiliki kebiasaan
merokok. Pada status tekanan darah, sebanyak 2,5% mengalami
hipertensi dan hampir separo yaitu 65% tidak melakukan
pengontrolan tekanan darah kepelayanan kesahatan.
4) Lansia
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada lansia didapatkan
hasil bahwa sebanyak 30% lansia mengalami berat badan berlebih,
20% lansia mengalami hipertensi, pada status merokok sebanyak
20% lansia mengalami kebiasaan merokok, pada kegiatan senam
lansia sebanyak 100 % lansia tidak pernah melakukan senam lansia,
serta 40% lansia mengaku tidak mengontrol gula darah dalam 1
tahun terakhir. Masalah kesehatan saat ini yang dialami lansia
sebanyak 10% mengalami TBC, 10% Rrmatik, 10% sering pusing,
sakit kepala serta susah tidur.
Diagram
Distribusi Frekuensi Imunisasi Bayi Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Posyandu Bayi Community Virtual J’21
2. Balita (12 bulan – 59 bulan)
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita Community Virtual J’21
Dari diagram diatas dapat dilihat anggota komunitas virtual balita kelompok J
sebesar 27,3 % berjenis kelamin perempuan dan 72,7 % berjenis kelamin laki-
laki.
Diagram
Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Balita Community Virtual J’21
Dari diagram diatas tinggi badan balita komunitas virtual kelompok J dari
rentang 60-110 cm, dimana mayoritas balita sebesar 18,2 % memiliki tinggi
badan 100 cm.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berat Badan Balita Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Menu makanan yang diberikan pada Balita
Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi ISPA Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Posyandu Balita Community Virtual J’21
Diagram
Distribusi Frekuensi Usia Anak Pra Sekolah Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram grafik diatas usia anak Pra sekolah yang banyak ditemukan
adalah 10 th (18,2%) dan 6th (18,2%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas jenis kelamin pada anak usia pra sekolah lebih dominan
pada anak perempuan (54,5%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Pendidikan Anak usia Pra Sekolah Community
Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas pendidikan saat ini pada anak usia pra sekolah lebih
dominan pada SD (45,5%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Keadaan Personal Hygiene Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas keadaan personal hygiene pada anak usia pra sekolah
lebih dominan pada Mulut dan gigi kotor dan kuku kotor.
Diagram
Distribusi Frekuensi PHBS Anak usia Pra Sekolah Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas PHBS pada anak usia pra sekolah lebih dominan pada
makan 3x sehari, mandi minimal 2x sehari dan mengganti baju setelah mandi.
Diagram
Distribusi Frekuensi Karies Gigi pada Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas Karies gigi pada anak usia pra sekolah Tidak Ada
(72,7%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Sakit Anak usia Pra Sekolah Community Virtual
J’21
Berdasarkan diagram diatas Sakit pada anak usia pra sekolah lebih dominan Tidak
(100%).
4. Remaja
Diagram
Distribusi Frekuensi Usia Tingkat Remaja Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa anggota remaja jenis kelamin laki-
laki 11,1% sebanyak 1 orang dan perempuan 89,9 % sebanyak 8 orang.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pendidikan saat ini di Tingkat Remaja Comunity
Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan remaja saat ini
paling banyak adalah SLTA 66,6 %, dan dilanjutkan dengan PT dan SLTP
mencapai 22,2 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Remaja Perokok di Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
merokok mencapai 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Tingkat Remaja yang pernah Konsumsi Alkohol
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
minum alkohol mencapai 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Terlarang di Tingkat Remaja
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
mengkonsumsi obat terlarang mencapai 100 %.
Diagram
Diagram
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kesehatan Remaja
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan sumber informasi kesehatan remaja paling banyak diperoleh dari media
masa/ elektronik mencapai 66,7 %. Informasi yang paling sedikit siperoleh dari
saudara mencapai 22,2 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pernah Menonton Film Porno
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
pernah menonton film porno mencapai 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pernah Membaca Buku- Buku Porno Tingkat Remaja
Comunity Virtual J 2021
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
pernah membaca buku- buku porno mencapai 100 %.
5. Dewasa
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa dari komunitas virtual J 2021
didapatkan hasil jumlah dewasa sebanyak 55% berjenis kelamin laki-laki dan 45%
berjenis kelamin perempuan
Berdarkan diagram menurut umut diatas, rentang usia dewasa didalam komunitas
virtual L2021 yaitu dari usia 21 hingga 58 tahun.
berdasarkan diagram tinggi badan dari komunitas virtual J 2021 didapatkan nilai
tinggi terbanyak pada komunitas ini adalah 155 yaitu 6 orang , yang kedua adalah
165 yaitu 5 orang. Rentang tinggi pada komunitas ini adalah 150 hingga 180 cm.
berdasarkan diagram 3.5 diatas didapatkan hasil bahwa didalam komunitas virtual L
2021 sebanyak 53,8% memiliki IMT diatas nilai normal atau overweight, disusul
dengan 38,5% memiliki berat badan normal, sedangkan 7,7 % memiliki berat badan
dibawah garis normal atau berat badan kurang.
berdasarkan diagram keluhan yang dirasakan saat ini pada responden di komunitas
virtual j 2021 didapatkan hasil bahwa 20,5% memiliki keluahan yang dirasakan
yaitu gastritis, sakit kepala, perut kembung, sakit gigi, batuk, ispa, nyeri dada, nyeri
sendi, dan gula darah tinggi.
berdasarkan diagram pengelolaan stress dari tenaga kesehatan pada esponden di
dalam komunitas virtual j 2021 didapatkan hasil sebanyak 52,5% mengatakan belum
pernah dilatih mengelola stress dari tenaga kesehatan mana pun.
6. Lansia
Balita dan • Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas. Defisit Kesehatan Komunitas b.d
Pra Sekolah ✓ Dari 22 orang balita, dan usia pra sekolah menunjukkan hambatan akses ke pemberi
sebanyak 18,2% memiliki Gizi yang Kurang. pelayanan kesehatan.
✓ Dari 22 orang, balita dan anak usia pra sekolah 36,4%
Tidak Pernah membawa anak nya ke Posyandu selama
3bln ini.
✓ Dari 22 orang balita dan pra sekolah 27,3% memiliki
masalah kesehatan mulut Karies Gigi.
• Terdapat faktor resiko fisiologis dan atau psikologis yang
menyebabkan anggota komunitas menjalani perawatan.
✓ Dari 23 orang balita dan pra sekolah 63,6% diantaranya
pernah mengalami penyakit ISPA dalam 3bln ini.
✓ Dari 23 orang, balita dan pra sekolah 36,4% diantaranya
pernah mengalami penyakit Diare dalam 3bln ini.
Remaja • Menunjukan perilaku tidak sesuai dengan anjuran Defisit Pengetahuan NAPZA b.d
✓ Dari 9 orang remaja ada remaja/ pemuda merokok/ narkoba/ kekeliruan mengikuti anjuran pada remaja
mabuk- mabukan disekitar tempat tinggalnya berjumlah komunitas virtual J21
66.7%
✓ Dari 9 orang remaja ada teman dekat/ saudara remaja/
orangtuanya adalah perokok berjumlah 55,6%
✓ Dari 9 orang remaja yang merasa ada kekurangan
dibandingkan dengan teman sebayanya berjumlah 44.4%
✓ Dari 9 orang remaja teman dekat/ sahabat/ teman sekolah/
saudara yang suka merokok/ narkoba/ mabuk- mabukan
berjumlah 33,3%
✓ Dari 9 orang remaja lebih sering berada diluar rumah dengan
teman sebaya berjumlah 33,3%
✓ Dari 9 orang remaja mudah mendapat rokok diwarung sebesar
22,2%
✓ Dari 9 orang remaja orangtuanya tidak membatasi pergaulan
dengan siapapun berjumlah 22,2%
✓ Dari 9 orang remaja merasa sulit menolak ajakan untuk
merokok berjumlah 44,4%
✓ Dari 9 orang remaja mudah mendapatkan minuman alkohol
sekitar tempat tinggalnya berjumlah 11,1%
• Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
✓ Berdasarkan data kelengkapan informasi seputar kesehatan,
dari 9 orang remaja yang pernah mendapatkan informasi
tentang infprmasi NAPZA sebesar 44,4%
• Menunjukan perilaku apatis
✓ Dari 9 orang remaja prestasi di sekolah sering mengecewakan
(tidak naik kelas dan naik bersyarat) berjumlah 11,1 %
✓ Dari 9 orang remaja tidak peduli dengan kegiatan remaja
disekitarnya (karang taruna, wirid remaja) berjumlah 11,1 %
✓ Dari 9 orang remaja tidak menjalankan ibadah dengan taat
berjumlah 22,2%
Dewasa Data mayor Prilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
1. Menunjukkan terhadap perubahan status kesehatan
a. Berdasarkan hasil survei di dapatkan kebiasaan dalam keluarga yang
tidak sehat dari 40 orang dewasa yang tertinggi mengkonsumsi
makanan jeroan/bersantan/seafood (70%) ,
b. responden sebanyak 65% tidak melakukan olahraga secara teratur,
c. bahwa sebanyak 30% responden memiliki kebiasaan merokok.
2. Gagal melakukan pencegahan masalah kesehatan
a. Berdasarkan survei di dapatkan data sebanyak 2,5% dari komunitas
virtual J 2021 mengalami hipertensi atau tekanan darah diatas 140
mmhg.
3. Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan yang terminal
a. Berdasarkan survei di dapatkan data pada pertanyaan kegiatan rutin
yang dilakukan di dalam rumah dari 40 orang dewasa yang
melakukan olahraga secara teratur sebanyak 35%
b. hasil bahwa 35% responden mengontrol tekanan darah dalam setiap
bulannya.
Data minor
1. Gagal mencapai pengendalian yang optimal
a. Di dapatkan kebiasaan dalam keluarga yang tidak sehat dari 40 orang
dewasa yang tertinggi makanan tidak teratur sebanyak tertinggi
mengkonsumsi makanan jeroan / bersantan/seafood (70%), merokok
(30%).
Lansia Data Mayor Pemeliharaan kesehatan tidak efektif bd
1. Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan. ketidakmampuan mengatasi masalah
• lansia (70%) dari komunitas virtual J mempunyai kebiasaan makan (individu atau keluarga) pada komunitas
makanan bersantan lansia virtual J’21
2. Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat, yang
ditandai dengan:
• 70% Lansia mengontrol tekanan darah dalam setiap bulannya.
• 60% Lansia dalam Komunitas Virtual J’21 pernah memeriksa gula
darah dalam waktu 1 tahun terakhir.
• 90% Lansia mengatakan belum pernah dilatih cara mengelola stres
dari tenaga kesehatan manapun di Komunitas Virtual J’21.
• 100% Lansia mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
Posbindu PTM dan 100% lansia juga tidak melakukan kegiatan
posyandu lansia diwilayah Komunitas Virtual J’21.
• 70% Lansia tidak mempunyai gejala, 10% TBC, 10% Rumatik dan
10% sering pusing, Sakit kepala dan susah tidur di wilayah
Komunitas Virtual J’21.
Data Minor
1. Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang
• 58,3% Lansia mengatakan tidak rutin (saat hanya merasa ada
keluhan) saja memeriksakan kesehatannya
2. Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat
• Anggota komunitas virtual mengatakan kadang masih
mengkonsumsi makan yang makanan tinggi lemak dan kolesterol
• 76,9% lansia mengatakan kadang-kadang pernah lupa minum
obat hipertensi
• 92.3% lansia mengatakan selama 2 pekan terakhir ini, pernah
dengan sengaja tidak meminum obat
F. Perencanaan Keperawatan
Divisi Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Balita dan Defisit kesehatan a. Status Kesehatan Komunitas 1. Promosi perilaku upaya kesehatan
Pra komunitas b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi: Meningkatkan perubahan
Sekolah hambatan akses ke diharapkan tingkat pengetahuan meningkat perilaku penderita/klien agar memiliki
pemberi layanan dengan kriteria hasil: kemauan dan kemampuan yang
keehatan anak dan kondusif bagi kesehataan secara
balita virtual J21 Kriteria hasil Ditingkatkan menyeluruh baik bagi lingkungan
Ketersediaan 5 maupun masyarakat sekitarnya.
program promosi ( meningkat) Tindakan
kesehatan Observasi
Kepatuhan terhadap 5 • Identifikasi perilaku upaya kesehatan
standar kesehatan (meningkat) yang dapat ditingkatkan.
lingkungan Terapeutik
Partisipasi dalam 5
• Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan komunitas (meningkat)
kesehatan
Prevalensi penyakit 5
(menurun) • Orientasi lingkungan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi
b. Ketahanan Komunitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
• Jelaksan masalah kesehatan tentang
diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat
ISPA dan DIARE
dengan kriteria hasil:
• Ajarkan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
Kriteria hasil Ditingkatkan
• Anjurkan menggunakan jamban yang
Keberlanjutan 5
sehat
pelayanan rutin ( meningkat)
• Anjurkan memberantas jentik nyamuk
komunitas
dirumah seminggu sekali
Ketersediaan 5
• Anjurkan makan buah dan sayur setiap
pelayanan kesehatan (meningkat)
hari
Ketersediaan sumber 5
• Anjurkan melakukan akivitas fisik
daya untuk memenuhi (meningkat)
setiap hari
kebutuhan dasar
• Anjurkan tidak merokok di dalam
rumah
c. Status koping komunitas 2. Edukasi perilaku upaya mencari
Setelah dilakukan intervensi keperawatan kesehatan.
diharapkan perilaku kesehatan membaik dengan Defenisi : mengajarkan dan
kriteria hasil: memfasilitasi perubahan perilaku yang
Kriteria hasil Ditingkatkan mendukung kesehatan.
Keberdayaan 5 Tindakan :
komunitas ( meningkat) Observasi
Perencanaan 5 • identifikasi kesiapan dan kemampuan
komunitas (meningkat) menerima informasi
Pemecahan masalah 5 Terapeutik
komunitas (meningkat) • sediakan materi dan media pendidikan
Sumber daya 5 kesehatan.
komunitas (meningkat) • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Partisipasi masyarakat 5 kesepakatan
(meningkat) • Berikan kesempatan untuk bertanya
Insiden masalah 5 • Gunakan pendekatan promosi
kesehatan dalam (menurun) kesehatan dengan memperhatikan
komunitas pengaruh dan hambatan dari
lingkungan, sosial dan budaya.
• Berikan pujian dan dukungan
lingkungan terhadap usah yang positif
dan pencapaiannya.
Edukasi
• Jelaskan penanganan masalah
kesehatan
• Informasikan sumber ang tepat dayng
tersedia di masyarakat
• Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan
• Anjurkan menentukan perilaku spesifik
yang akan diubah
• Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
• Ajarkan pencarian dan penggunaan
fasilitas pelayanann kesehatan.
• Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
Tindakan:
Observasi
• Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
• Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan pada pasien
hipertensi
• Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
• Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit hipertensi
• Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit hipertensi
• Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit hipertensi
2. Divisi Remaja
a. Masalah Keperawatan
Defisit Pengetahuan NAPZA b.d kekeliruan mengikuti anjuran pada
remaja komunitas virtual J’21
b. Implementasi
Pembentukan wadah komunitas remaja online dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan NAPZA agar,
komunitas remaja tidak terlibat dan menghindari terjerumus dengan
NAPZA.
Kekuatan
1) Adanya dukungan dan partisipasi dari anggota virtual untuk mengikuti
penyuluhan
2) Kegiatan dilakukan dengan media yang menarik yaitu dengan
menggunakan poster, ppt dan video pembelajaran yang dilakukan
secara online (zoom meeting) mengenai pengetahuan tentang NAPZA.
Kelemahan
1) Kurang interaksi dengan anggota virtual karena penyuluhan dilakukan
secara online.
2) Kondisi jaringan penyuluh mengalami gangguan sesaat dan kembali
membaik
Peluang
Anggota virtual memiliki alat komunikasi seperti HP atau laptop maupun
komputer untuk melakukan penyuluhan serta diskusi mengenai
pengetahuan tentang NAPZA.
Ancaman
Tidak ada ancaman bearti selama kegiatan penyuluhan berlangsung
c. Evaluasi
1) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Macam-macam
NAPZA adalah narkotika, psikotropika, zat psiko-aktif” dengan
jawaban benar
2) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Penggunaan
NAPZA dapat dicegah dengan mengekang anak dan komunikasi satu
arah” dengan jawaban salah
3) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Orang yang
menggunakan NAPZA memiliki gejala mengantuk, mudah marah, dan
mata merah” dengan jawaban benar
4) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “NAPZA dapat
membuat prestasi disekolah menjadi baik” dengan jawaban salah
5) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “NAPZA dapat
membuat orang kecanduan dan berakhir kematian” dengan jawaban
benar
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjur remaja pada anggota virtual untuk menghindari NAPZA
2) Menganjur orangtua pada anggota virtual untuk mengawasi dan
mencegah penggunaan NAPZA pada anaknya
3. Divisi Dewasa
a. Masalah Keperawatan
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak
sehat pada komunitas dewasa virtual J’21
b. Implementasi
4. Divisi Lansia
a. Masalah Kperawatan
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada agregat lansia Community
virtual J’21 berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalah
b. Implementasi
Kekuatan :
1) Anggota virtual lansia sangat berpartisipasi mulai dari pengkajian
sampai dilakukannya implementasi berupa pendidikan kesehatan
hipertensi
2) Kegiatan dilakukan melalui Zoom Meating dengan penjelasan berupa
PPT tentang pendidikan kesehatan hipertensi.
Kelemahan :
1) Kurang interaksi dengan anggota virtual karena pendidikan kesehatan
dilakukan secara online.
2) Anggota virtual lansia tidak semuanya yang memiliki hp/gadget
pribadi, sehingga harus menunggu anak atau cucu nya dulu agar dapat
masuk mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang hipertensi.
Peluang :
Anggota virtual dapat mengikuti kegiatan mulai dari pengkajian hingga
kegiatan implementasi berupa penjelasan materi melalui Zoom Meating
karena baik dari lansia ataupun keluarganya semua sudah memiliki HP.
Ancaman :
Tidak ada ancaman yang berarti selama kegiatan berlangsung.
c. Evaluasi
1) Seluruh anggota virtual 100% paham tentang pengertian hipertensi.
2) Seluruh anggota virtual 100% paham dengan tekanan darah normal
≤140/90 mmHg
3) Seluruh anggota virtual 100% paham tekanan darah tinggi dapat
membahyakan ginjal, otak, mata, dan jantung
4) Sebgian besar anggota virtual mengatakan perlu melakukan
pengontrolan darah untuk pola hidup sehat
5) Seluruh anggota virtual 100% paham penyebab hipertensi yang beruba
usia, faktor keturunan, stress, kurang aktivitas, obesitas, konsumsi
alkohol dan kebiasaan merokok.
6) Sebagian besar anggota virtual paham tanda dan gejala hipertensi
yang berupa sakit kepala, sakit ditengkuk, telinga berdenging,
penglihatan kabur, dan mudah marah.
7) Anggota virtual lansia sudah melakukan pencegahan hipertensi berupa
berupa pola hidup sehat, mematuhi terapi dan olahraga
8) Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, anggota virtual lansia
beranggapan:
• Mengerti
• Sadar mengenai kesehatan
• Lebih mengerti dan faham
• Faham dan mengerti
• Mengerti tentang kesehatan
9) Kesulitan yang dihadapi anggota virtual lansia dalam perawatan
hipertensi, berupa:
• Malas melakukan aktivitas fisik
• Tidak bisa menjauhi makanan bersantan
• Tidak bisa membatasi makanan
• Tidak suka makan sayur dan sangat suka makan rendang
• Tidak ada yang mengingatkan
10) Seluruh anggota virtual 100%, beranggapan kesulitan yang dirasakan
sudah berkurang setelah diberikan
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan anggota virtual lansia untuk membiasakan pola hidup
bersih dan sehat serta mengajak keluarga berkontribusi untuk perawatan
hipertensu pada lansia dirumah
2) Menganjurkan anggota keluarga virtual dapat selalu memahami dan
melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan apa yang sudah
dijelaskan.
3) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan pola hidup sehat.
4) Menganjurkan anggota virtual untuk mengikuti program kesehatan yang
ada dipelayanan kesehatan.
5) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan anggota keluarga
hidup sehat dan mengurangi makanan yang bersanatan dan tinggi garam
BAB IV
PEMBAHASAN
D. Tahap Impelemntasi
Setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh community virtual,
maka dilakukan implementasi dari rencana tersebut. Dari perencanaan kegiatan yang
telah dilaksanakan pada tahap implementasi selama ± 4 hari, sebagian telah dapat
dilakukan kegiatan dengan baik, hal ini disebabkan karena adanya perencanaan yang
matang serta kesempatan yang mendukung.
Menurut teori dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya
merumuskan strategi untuk kegiatan serta bagaimana agar tindakan yang kita
lakukan mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan kerja kelompok (Mc Farley,
Anderson, 2002).
E. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan kegiatan menilai pelaksanaan intervensi dan
implementasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini masih banyak kegiatan yang
harus dievaluasi karena membutuhkan waktu yang lama, sehingga perlu rencana
tindak lanjut bersama anggota community virtual J’21 sesuai dengan rencana
keperawatan yang ada. Sedangkan untuk evaluasi singkat berupa reaksi verbal yang
dilakukan seperti setelah pelaksanaan kegiatan edukasi melalui video rekaman yang
dievaluasi menggunakan .
A. Kesimpulan
Pengumpulan data dilakukan oleh mahasiswa program profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas kelompok J21 dari tanggal 05 Juli sampai 09
Agustus 2021 terhadap anggota Community virtual J’21 yang berasal dari berbagai
provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Padang, Pesisir Selatan, Maninjau,
Dhamasraya dan Kepulauan Riau yang terdiri dari 27 kepala keluarga dengan jumlah
anggota keluarga ( 82 Anggota keluarga ). Yang kemudian kami bagi dalam 4 divisi
tumbuh kembang/agregat, yaitu balita dan anak, remaja, dewasa dan lansia.
1. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tersebut dapat ditarik beberapa
permasalahan kesehatan komunitas di Community virtual J’21 yaitu :
a. Defisit kesehatan komunitas pada Balita dan anak dengan ISPA pada
Community virtual J’21 Tahun 2021
b. Defisit Pengetahuan NAPZA b.d kekeliruan mengikuti anjuran pada remaja
komunitas virtual J’21
c. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak
sehat pada komunitas dewasa virtual J’21
d. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada agregat lansia Community virtual
J’21 berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalah.
2. Setelah ditemukan masalah kesehatan komunitas, maka disusunlah suatu
rencana keperawatan komunitas dengan strategi :
a. Komunitas, edukasi, informasi
b. Penyebaran informasi
3. Berdasarkan rencana keperawatan komunitas seperti yang tercermin dalam
Planning Of Action (POA), maka mahasiswa mulai melakukan implementasi
keperawatan meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan pada Ibu atau keluarga dengan balita dan anak
mengenai ISPA
b. Penyuluhan kesehatan pada remaja tentang bahaya NAPZA
c. Penyuluhan kesehatan pada orang dewasa tentang merokok dan pola makan
teratur
d. Penyuluhan kesehatan pada lansia tentang hipertensi
Setelah selesai melakukan implementasi keperawatan komunitas mahasiswa
melakukan evaluasi (terlampir dalam laporan hasil kegiatan) dan secara umum
evaluasi dari implementasi keperawatan komunitas yang telah di lakukan mahasiswa
pada Community virtual J’21 adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi Struktur
• Kegiatan penyuluhan dilakukan melalui zoom Meeting yang telah dibuat
linkny oleh mahasiwa dan diberikan kepada anggota masing-masing divisi
pada community virtual J’21 melalui Whatsapp grup.
• Peran dari masing-masing mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang telah
di tetapkan.
2. Evaluasi Proses
• Pada umumnya anggota community virtual J’21 mendukung setiap kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
• Semua anggota community virtual J’21 mendapat informasi mengenai
masalah kesehatan memalui Zoom Meeting yang telah diberikan.
• Semua anggota community virtual J’21 antusias dan berperan aktif selama
kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
• Anggota community virtual berperan aktif dalam penyuluhan yang dilakukan
dengan cara Zoom Meeting yang dibuat oleh mahasiswa, dimana seluruh
anggota community viertual J’21 mau mengikuti kegiatan melalu Zoom
Meting yang linknya disebarkan oleh mahasiwa kepada anggota community
virtual.
• Rencana keperawatan komunitas yang disusun oleh mahasiwa bersama
anggota community virtual telah dapat dilaksanakan. Keberhasilan tersebut
berkat kerjasama yang baik serta dukungan dan partisipasi dari seluruh
anggota community virtual J’21.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami dapat mengemukakan saran sebagai
berikut :
1. Anggota community virtual J’21 dapat terus menerapkan perilaku hidup sehat
dan dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
agar dapat mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status
kesehatannya.
2. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan praktek profesi secara daring
khususnya di komunitas diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan
anggota community virtual dan lebih kreatif dalam melakukan proses
keperawatan di komunitas.
3. Bagi institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Unand sebagai lembaga formal
tempat mahasiswa menuntut ilmu diharapkan dapat terus membimbing
mahasiswa selama menjalani praktek profesi di komunitas khususnya selama
masa pandemi COVID-19 ini sehingga mampu mencapai kompetensi
mahasiswa sesuai yang diharapkan dan dapat mempertahankan dan
meningkatkan serta mendukung selalu kreatifitas mahasiswa Fkep Unand.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek, Bandung, Rosda.
Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice. Upper Saddle River-
New Jersey: Prentice Hall.