Anda di halaman 1dari 148

LAPORAN

MUSYAWARAH MASYARAKAT KOMUNITAS VIRTUAL DAN HASIL


KEGIATAN MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS
KELOMPOK J’21

Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi


Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh
KELOMPOK J’21
Yolanda Sukarma 2041312049
Fitri Annisa 2041312055
Annisa Sholihat 2041312043
Genna Meylia 2041312040
Dara Destri 2041312109
Silmi Destriyani 2041312111
Mutia Aniza 2041312087
Nella Kusuma Ariesti 2041312121
Masyithah Amaturahimi 2041312086

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan Laporan Musyawarah Masyarakat Komunitas Virtual Kelurahan dan
Laporan Hasil Kegiatan Mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas Padang Tahun 2021 ini. Shalawat serta salam tidak lupa pula
penulis kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Adapun penulisan laporan ini bertujuan sebagai pelaporan hasil dari pengamatan
mahasiswa praktik profesi Komunitas Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas di pada tanggal 05 Juli 2021 – 08 Agustus 2021. Penulisan laporan ini berkat
bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, dari dosen pembimbing dan
seluruh masyarakat komunitas Virtual sehingga laporan ini dapat terselesaikan hingga
akhir.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan keterbatasan
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini,
semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, Juli 2021

Kelompok J’21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan
terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui visi misi Indonesia
Sehat 2025 Dalam Indonesia Sehat 2025. lingkungan strategis pembangunan
kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif yang dimana
terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani, maupun sosial yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial, budaya, dan polusi; tersedianya air minum dan
sarana sanitasi yang memadai; perumahan dan pemukiman yang sehat;
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan; serta terwujudnya kehidupan
bermasyarakat yang memiliki solidaritas sosial, dengan memelihara budaya-
budaya bangsa.

Dalam melaksanakan perannya di titik beratkan pada promotif, preventif


dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dalam setiap tindakan
keperawatan. Sejalan dengan hal tersebut maka tindakan pencegahan dan
peningkatan kesehatan menjadi area perhatian perawat yang bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sehingga diperlukan peranan
masyarakat itu sendiri. Perawat sebagai tenaga kesehatan professional
berkewajiban untuk memfasilitasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Peran serta
mahasiswa keperawatan dapat dilakukan melalui kegiatan Praktek Profesi
Keperawatan komunitas dan keluarga di masyarakat.

Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara praktek keperawatan


dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan
memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara
menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta
dilaksankan secara berkelanjutan.

Praktek profesi keperawatan komunitas merupakan pengalaman belajar


lapangan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa meningkatkan
kemampuan menganalisa serta mensintesa berbagai ilmu pengetahuan di dalam
memberikan pelayanan keperawatan untuk memantapkan profesionalisme
keperawatan. Pada keperawatan komunitas disaat pandemi covid19 seperti saat ini
mengunakan metode praktek daring dan berdasarkan model Community as
Partner, model ini merupakan pengembangan model sistem Newmans (1972)
yaitu sebuah model yang melihat klien sebagai klien secara menyeluruh dan
melihat kesehatan komunitas sebagai sistem. Praktek profesi ini dilakukan di
komunitas Virtual yang sengaja dibentuk mulai tanggal 05 Juli 2021 – 08 Agustus
2021.

Pelaksanaan Praktek Profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain;


observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kesehatan masyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk menindak lanjuti
hasil survey dan kuesioner (hasil angket), implementasi kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah disepakati dengan masyarakat, dan musyawarah masyarakat
kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan yang telah direncanakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh mahasiswa


bersama masyarakat dapat dilaksanakan sesuai perencanaan dengan bantuan dan
dukungan berbagai pihak meskipun ada berbagai kendala yang dihadapi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan hasil kegiatan serta tindak lanjut kegiatan Praktek Profesi
Keperawatan oleh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas di
komunitas Virtual J’2121.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang data-data kesehatan yang terdapat di
Komunitas Virtual J’2121.
b. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Komunitas Virtual
J’2121 berdasarkan data kesehatan masyarakat yang sudah dikumpulkan.
c. Menjelaskan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
Fakultas Keperawatan UNAND Kelompok J bersama masyarakat Komunitas
Virtual J’2121.
d. Menggambarkan rencana tindak lanjut kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat di Komunitas Virtual J’2121.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan kedepan nya guna
mengatasi masalah kesehatan di Komunitas Virtual J’2121.

2. Bagi pihak terkait (lintas program dan sektoral)


Diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan data maupun bahan
untuk menyusun program kerja dan kebijakan dalam bidang kesehatan di masa
yang akan datang.

3. Bagi institusi pendidikan


Diharapkan laporan hasil kegiatan ini menjadi bahan perbandingan untuk
mahasiswa profesi yang akan menjalani siklus keperawatan komunitas
berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap program atau kurikulum
keperawatan komunitas yang telah ditetapkan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat.
Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan
profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama
pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut.
a. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti adalah
suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka
sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan
kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan
tidak sekadar mengubah gaya hidup, tetapi mempertahankan dan
meningkatkan perilaku sehat adalah tujuan yang akan dicapai pula.
b. Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok masyarakat
terhadap terpaparnya suatu penyakit.
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya penyakit
pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan adalah upaya yang
dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya
penyembuhan bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang
sakit dan mencegah terjadinya komplikasi.
3. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
berisiko tinggi (keluarga atau penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi,
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).

B. Model Keperawatan Komunitas


Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara
perawat komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas.
Klien telah memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk membantunya
meningkatkan kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas yang
berkualitas. Seperti yang Anda ketahui tentang berbagai model yang pernah
dibahas pada topik lain, sebenarnya banyak model yang dapat digunakan oleh
perawat komunitas. Namun, pada topik ini hanya dibatasi tiga model yang sering
digunakan di komunitas, berikut uraiannya.
1. Model self care menurut Dorothy Orem
Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata self care (mandiri). Ya,
kemandirian komunitas adalah tujuan akhir dari pelayanan keperawatan
komunitas. Model ini lebih menekankan kepada self care (mandiri) untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan komunitas dalam
keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem, 1971, dalam Marriner, 2001). Bila
kita me-review empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan, maka
model ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Empat Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan
1) Manusia
Orem (1971, dalam Marriner, 2001), memandang manusia sebagai
kesatuan yang utuh yang mempunyai fungsi biologis, sosial,
mempunyai inisiatif, dan mampu melakukan aktivitas perawatan
diri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
komunitas. Kemampuan komunitas untuk melakukan self care
(mandiri) mencerminkan kekuatan komunitas yang ada, dan ini
sangat tergantung pada tingkat kematangan atau pengalaman,
tingkat pengetahuan, dan kesehatan komunitasnya.
2) Kesehatan
Model ini memandang bahwa kesehatan komunitas dapat tercapai
ketika komunitas mampu memenuhi kebutuhan self care-nya. Bila
komunitas tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan
terjadi self care defisit. Berikut kebutuhan self care yang harus
dipenuhi oleh komunitas.
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care
(mandiri)
1) Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti udara,
air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta interaksi sosial.
Bila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka komunitas akan dapat
mencapai kesehatan yang diharapkannya. Contoh, Anda mungkin
pernah melihat kekeringan di suatu desa, akan sangat memengaruhi
kehidupan komunitasnya. Masyarakat menjadi sulit untuk mencari
air bersih, dan bahkan untuk bercocok tanam pun menjadi sulit.
Penyakit akan banyak muncul dan kegagalan panen juga akan
terjadi. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan
komunitas di dalamnya.
2) Developmental self care, adalah kebutuhan yang mencakup proses
kehidupan untuk menjadi lebih dewasa. Contoh, akhir-akhir ini
media massa sering menayangkan kejadian tawuran antarwarga
atau antarkelompok masyarakat. Penyebabnya sangat bervariasi
dari hal yang sepele sampai yang paling prinsip. Coba Anda
pikirkan, kira-kira apa penyebabnya? Sebenarnya yang terjadi
adalah ketidakmampuan komunitas untuk berkembang, ketika ada
perubahan sedikit, masyarakat langsung bergejolak. Memang ketika
kebutuhan universal self care (mandiri), seperti di atas dapat
terpenuhi khususnya kemampuan membina interaksi sosial yang
baik, maka komunitas akan lebih dewasa dalam menghadapi
permasalahan.
3) Health deviation self care, adalah kebutuhan komunitas untuk
bertahan karena adanya penyakit atau trauma yang dapat
mengganggu fungsi struktur, fisiologis dan psikologis manusia.
Perubahan ini akan mengakibatkan komunitas membutuhkan
bantuan untuk tetap bertahan hidup. Contoh, Anda masih ingat awal
Juli 2013 terjadi gempa di Aceh Tengah yang menyebabkan
sedikitnya 50 orang meninggal dunia, ratusan orang luka- luka,
banyak rumah yang hancur, sehingga tidak memiliki tempat tinggal.
Gempa ini mengingatkan mereka pada tragedi gempa dan tsunami
tahun 2004, baru saja mereka berkembang untuk menata kembali
kehidupannya bencana sudah datang lagi. Tentu saja kejadian ini
menjadi trauma buat mereka. Dari kasus ini, keperawatan
komunitas dapat berperan memenuhi kebutuhan komunitas agar
trauma tersebut tidak terlalu lama memengaruhi fungsi manusia
yang lain. Logikanya asuhan keperawatan komunitas dibutuhkan
karena adanya ketidakmampuan komunitas dalam melakukan self
care (mandiri).
c. Keperawatan
Baiklah, Anda untuk lebih jelasnya model ini akan membahas tentang
tiga sistem keperawatan yang dapat digunakan perawat untuk membantu
komunitas dalam memenuhi gangguan kebutuhan, seperti uraian di atas.
Tindakan self care (mandiri) adalah reaksi komunitas terhadap tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan self care dalam upaya mencapai kesehatan.
d. Tipe sistem keperawatan
1) Wholly Compensatory Nursing System
Perawat komunitas mengambil seluruh kegiatan self care untuk
memenuhi kebutuhan komunitas secara total. Contoh, daerah
yang mengalami bencana alam, yang komunitasnya tidak mampu
memenuhi seluruh kebutuhannya, maka perawat komunitas
dapat bermitra dengan lintas sektoral atau lintas program untuk
membantu memenuhi kebutuhan komunitas.

2) Partly Compensatory Nursing System


Perawat komunitas dan masyarakat bersama-sama memenuhi
kebutuhan self care. Perawat mengidentifikasi kebutuhan,
kemampuan, dan kelemahan yang ada di komunitas. Untuk
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh komunitas, perawat
melakukan tindakan keperawatannya, dan bila komunitasnya
mampu, perawat tetap memberikan motivasi agar kemampuan
tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Kemitraan
dengan komunitas pada sistem ini sangat dibutuhkan. Contoh,
daerah bencana alam yang tidak terlalu parah kondisinya dan
komunitasnya masih dapat diajak bekerjasama. Perawat
komunitas dapat melakukan perawatan luka pada klien yang
mengalami fraktur atau memberikan konseling trauma, sedangkan
komunitasnya dapat membantu mempertahankan kebersihan
lingkungan dan memenuhi nutrisinya. Masih banyak contoh lain
yang dapat Anda kembangkan.

3) Supportive Educative System


Pada situasi ini komunitas mampu melakukan pemenuhan
kebutuhan self care, tetapi harus dengan bimbingan dan dukungan
dari perawat dalam hal mengambil keputusan, mengontrol
perilaku, memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Contoh:
daerah yang mengalami bencana, komunitasnya perlu diajarkan
dan dibimbing tentang manajemen stres dan pendampingan
adaptasi dengan kondisi saat ini.

Komunitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan self care-nya


karena adanya gangguan kesehatan, penyakit atau keterbatasan
komunitas, maka komunitas tersebut akan mengalami self care
defisit. Ketidakmampuan tersebut akan mengakibatkan

ketergantungan komunitas terhadap pihak lain, salah satunya


perawat. Perawat sebagai nursing agency adalah orang yang
dipercaya komunitas memiliki kemampuan dalam hal
pengetahuan, dan keterampilan yang diakui dapat membantu
orang lain memenuhi kebutuhan self care melalui tindakan
keperawatan secara terapeutik. Kemampuan komunitas memenuhi
kebutuhan self care-nya bukan semata-mata, karena adanya
nursing agency, tetapi juga karena adanya kemampuan
komunitas untuk menjaga keseimbangan, struktur, dan fungsi
yang dapat mendukung tercapainya kesejahteraan dan kesehatan.

e. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang
berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun pasif.
Lingkungan dan individu akan sama-sama berpikir, menganalisis dan
membuat kesimpulan selama interaksi. Sifat lingkungan yang mungkin
saja berupa lingkungan hidup, seperti adanya individu lain dapat
memengaruhi lingkungan internal seseorang.
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah
memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual dapat memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian
asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang
ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.
2. Model Health Care System menurut Betty Neuman
Model kedua yang akan dibahas adalah model health care system (Neuman,
1972, dalam Anderson & McFarlane, 2000). Model ini dikembangkan
berdasarkan philosophy primary health care (pelayanan kesehatan utama)
yang memandang komunitas sebagai klien. Kliennya bisa meliputi
individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya
yang dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses, output dan feedback sebagai suatu pola yang dinamis.
Pandangan model ini terhadap empat konsep sentral paradigma keperawatan
adalah sebagai berikut.
a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang
berinteraksi secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya respon
terhadap stresor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Model
ini juga memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistik)
yang terdiri atas faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya,
perkembangan, dan spiritual yang berhubungan secara dinamis dan tidak
dapat dipisah- pisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik
yang saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan
hidup yang merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti
range temperatur normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan
kelemahan organ, struktur ego, dan pengetahuan atau kebiasaan. Stresor
yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien, contoh ketika di suatu
daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah
banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa. Mengingat
bahaya merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan
melakukan upaya pencegahan primer dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada remaja tersebut dengan melibatkan orang dewasa di
sekitarnya. Ini menunjukkan komunitas membutuhkan informasi dan
dukungan untuk melakukan perilaku sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap
stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan
subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa
sehat merupakan respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu
lingkaran konsentris core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu
fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima variabel yang saling
memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan
perkembangan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada di
sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang.
Anda harus mengenal stresor yang berasal dari lingkungan
intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal, berikut uraiannya.
1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam
sistem klien. Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran,
perawat tentu harus mengkaji mengapa remaja berperilaku
demikian, apakah remaja memiliki kepribadian yang mudah
marah, gangguan konsep dirinya, atau tidak terpenuhinya
kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi dari
gangguan kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau
keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Contoh,
apakah perilaku tawuran tersebut dicontoh remaja dari lingkungan
keluarganya atau lingkungan komunitasnya? Lalu siapakah yang
berperan dalam mengatasi masalah tawuran remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu
atau keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas.
Contoh, sosial politik, mungkin remaja tawuran, karena ada
sisipan unsur politik untuk mengalihkan permasalahan yang
sedang terjadi di wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia
secara utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi
respons klien terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan
ini, diharapkan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok
untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total
wellness. Perawat membantu komunitas menjaga kestabilan dengan
lingkungannya dengan melakukan prevensi primer untuk garis
pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis pertahanan normal,
dan prevensi tersier untuk garis pertahanan resisten.
Pelayanan keperawatan juga disesuaikan dengan kondisi yang dialami
komunitasnya. Contoh, jika stresor ada di lingkungan klien, yaitu
menembus garis pertahanan fleksibel, maka yang dilakukan perawat
adalah melakukan prevensi primer (tingkat pencegahan primer),
seperti mengkaji faktor-faktor risiko, memberi pendidikan kesehatan
atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stresor telah
menembus garis pertahanan normal, maka yang dilakukan perawat
adalah melakukan prevensi sekunder, seperti melakukan deteksi dini,
menentukan sifat dari proses penyakit dan memberikan pelayanan
keperawatan segera. Jika stresor telah mengganggu garis pertahanan
resisten, maka upaya prevensi tersier dapat dilakukan oleh perawat
untuk membatasi atau mengurangi efek dari proses penyakitnya atau
mengoptimalkan potensi komunitas sebagai sumber rehabilitasi.
Baiklah, gambar berikut ini dapat membantu Anda lebih memahami
tentang model

Gambar 2.1. Model Health Care System

Uraian tentang model health care system di atas dapat


disimpulkan bahwa faktor manusia, kesehatan, lingkungan, dan
keperawatan merupakan bagian yang saling berhubungan dan
mendukung ke arah stabilitas sistem.

3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner)


menurut Anderson & Mc Farlane
Model selanjutnya yang akan kita bahas adalah model keperawatan
komunitas sebagai mitra. Coba Anda tuliskan apa yang Anda ketahui
tentang komunitas sebagai mitra (community as partner)? Tuliskan
pendapat Anda pada kotak di bawah ini.
Bagus, mari kita lihat penjelasan model berikut ini. Model komunitas
sebagai mitra (community as partner) yang dikembangkan berdasarkan
model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini sekaligus
menekankan bahwa primary health care (PHC) sebagai filosofi yang
mendasari komunitas untuk turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah,
dan mengatasi masalah melalui upaya pemberdayaan komunitas dan
kemitraan. Perlu Anda ketahui bahwa ada tiga pendekatan utama primary
health care (PHC), yaitu memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan
teknologi tepat guna, menjalin kerja sama lintas sektoral, dan
meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh karenanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan komunitas akan
merasa masalah kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.
Pada pembahasan sebelumnya tentang model health care system menurut
Neuman sudah dijelaskan, bahwa klien adalah sebagai sistem terbuka.
Klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis dan
memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line
of defense, dan resistance defense. Intinya ada dua komponen penting
dalam model ini, yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.
Roda pengkajian komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu inti
(core) sebagai intrasistem yang terdiri atas, demografi, riwayat, nilai dan
keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri atas delapan subsistem yang
mengelilingi inti, yaitu lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. Proses keperawatan yang dimaksud
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin,
2002).
Gambar. 2.2. Model Komunitas sebagai Mitra (Community
as Partner)

C. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas


Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi dalam
meningkatkan kesehatan komunitas. Perawat dituntut mempunyai sekumpulan
kemampuan/kompetensi yang telah ditetapkan oleh kebijakan organisasi dengan
merujuk pada persepsi dan harapan komunitas terhadap pelayanan keperawatan
komunitas yang diberikan.
1. Manager kasus
Jika, berperan sebagai manager, perawat harus mampu mengelola pelayanan
yang berkoordinasi dengan komunitas atau keluarga, penyedia pelayanan
kesehatan atau pelayanan sosial yang ada. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pencapaian tujuan asuhan keperawatan komunitas.
Seyogyanya kualifikasi pendidikan seorang manager kasus minimal Sarjana
Keperawatan.
Anda mungkin pernah mengetahui tentang peran di atas, sebagai manager
kasus perawat komunitas harus dapat berfungsi untuk melakukan tindakan
sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan kesehatan.
Hal ini penting dilakukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan komunitas.
b) Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini dibuat
berdasarkan hasil pengkajian kebutuhan komunitas terhadap
pelayanan kesehatan.
c) Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multidisiplin sehingga
pelayanan yang diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
d) Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan
yang telah diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk
meningkatkan pengelolaan berikutnya.
2. Pelaksana Asuhan keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan langsung
kepada komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau keluarga.
Anda dapat mencoba peran ini sesuai dengan tahapan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. Sebagai pelaksana
asuhan keperawatan, perawat dapat berfungsi untuk:
a) melakukan pengkajian secara komprehensif;
b) menetapkan masalah keperawatan komunitas;
c) menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi komunitas;
d) melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri
(seperti melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk
efektif, melatih latihan rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta
tindakan kolaboratif (seperti pemberian obat TBC dan sebagainya);
e) mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan;
f) mendokumentasikan semua tindakan keperawatan
3. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu menjadi
penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau keluarga
tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran tersebut
dapat Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut
fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik
a) Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui
oleh komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian
komunitas.
b) Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi),
dan materi yang sesuai dengan kebutuhan.
c) Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e) Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang
harus dimiliki sesuai kebutuhannya.
f) Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan
perawat.
g) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap
perawat yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan terjaga kualitasnya, merupakan
contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate). Bagaimana dengan
Anda, apakah juga berkomitmen untuk selalu menjaga kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan? Cobalah Anda sejak saat ini terus menjaga
komitmen tersebut. Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat
dilakukan perawat sebagai pembela (advocate) adalah:
a) menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga
untuk membuat keputusan;
b) memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan;
c) membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga
mendapatkan pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja);
d) menghormati hak klien;
e) meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f) melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
g) memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan;
h) memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber
tersebut.
5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu perawat
tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya,
dapat dipercaya untuk membantu komunitas atau keluarga dan
mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian masalah.
Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka menetapkan
cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah.
6. Role Model
Bila kita mengingat Topik 1, pelayanan keperawatan komunitas bersifat
berkelanjutan dan berkesinambungan, tentu saja ini menuntut perawat
untuk mampu berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada
proses transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas
atau keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
7. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah
melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau keluarga, untuk
selanjutnya dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas. Tentu
saja kasus tersebut mungkin membutuhkan intervensi dari profesi lain atau
pelayanan kesehatan yang lebih kompleks, maka yang dilakukan perawat
komunitas adalah segera merujuk klien. Merujuk juga membutuhkan
ketelitian perawat untuk mengidentifikasi, kasus mana yang seharusnya di
rujuk dan ke mana harus merujuk? Nah, Anda dapat mengembangkan
peran ini, tentu saja sebelumnya kemampuan Anda mengkaji atau menilai
kebutuhan komunitas harus terus dilatih. Selamat berlatih!
8. Pembaharu
Anda tentu pernah mendengar istilah pembaharu (change agent). Peran ini
membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah kehidupan yang
lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah sebagai
berikut.
a) Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini
penting dilakukan karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang
baru yang membutuhkan dukungan.
b) Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
c) Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.
Contoh
Masyarakat desa Bahagia mempunyai perilaku membuang sampah di
sungai, sudah banyak bencana akibat perilaku tersebut. Perawat komunitas
yang bertugas di wilayah tersebut berupaya ingin mengubah perilaku
masyarakat dengan membentuk kelompok masyarakat yang kreatif
mengolah sampah rumah tangga, dengan mencoba memilah sampah
kering untuk didaur ulang. Sebelum membuat program tersebut, perawat
harus mengidentifikasi kekuatan yang ada (misalnya, faktor pendukung
dari perangkat desa dengan membuat peraturan “denda bagi warga yang
membuang sampah di sungai”), dan hambatan apa saja yang
memungkinkan program tersebut terhambat. Setelah tahap ini, perawat
dapat melanjutkan tahap berikutnya, yaitu membantu pencairan, karena
tentu suatu program baru pastilah ada yang setuju dan tidak setuju. Tahap
pencairan ini adalah tahap untuk menyelesaikan konflik yang ada, untuk
selanjutnya diberikan kesempatan pada komunitas untuk menginternalisasi
rencana program yang akan dibentuk, untuk selanjutnya perubahan benar-
benar dilakukan. Dari uraian di atas, mungkin Anda mempunyai contoh
lain perubahan sesuai dengan pengalaman di daerah setempat.
9. Peneliti
Berkembangnya ilmu keperawatan, salah satunya banyak dipengaruhi oleh
hasil-hasil penelitian. Melalui penelitian, perawat komunitas dapat
mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui
pendekatan ilmiah. Meskipun perawat lulusan DIII tidak mempunyai
kompetensi melakukan penelitian mandiri, namun perawat lulusan DIII
dapat menjadi anggota penelitian dan menggunakan hasil penelitian dalam
praktik keperawatan komunitas
D. Prinsip Keperawatan Komunitas
1. Azas Manfaat
Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2. Azas Autonomi
Komunitas diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif
yang terbaik yang sesuai untuk komunitas
3. Azas Keadilan
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.

E. Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas
dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya,
ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Komunitas Dengan
Keluarga Sebagai Unit
Pelayanan Dasar.
MANUSIA

KESEHATAN
KEPERAWATAN
(SEHAT-SAKIT)
3 Tingkatan
Pencegahan
.

LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.

Gambar 2.3. Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur


sebagai berikut :

a. Manusia

Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien


yang berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang
memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta
adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas
merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko
tinggi antara lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

b. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

c. Lingkungan.

Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien


yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

d. Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

F. Perbedaan Kesehatan Klien di Rumah Sakit Dan Komunitas


Rumah Sakit Komunitas

a. Fokus pada pasien di RS a. Fokus pada individu, keluarga dan


komunitas (termasuk kelompok
resiko tinggi)
b. Memberikan pelayanan kesehatan b. Memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat kejadian kasus yang terdistribusi.
(episodik)
c. Bekerja pada pasien pada unit c. Bekerja pada semua kondisi sehat
tertentu. dan sakit diberbagai tatanan.
d. Bekerja dengan instansi terkait
d. Bekerja pada suatu RS atau
instansi. e. Berkoordinasi pelayanan dengan
e. Koordinasi keperawatan dengan berbagai tenaga dikomunitas
institusi lain. f. Merencanakan dan melakukan
f. Merencanakan dan memberikan pelayanan melalui keluarga
pelayanan yang bersifat individu. g. Mendorong autonomi dan kontrol
g. Membatasi autonomi klien keluarga kecuali kasus menular
dengan lingkungan RS. h. Mengobservasi berbagai faktor
h. Observasi yang terbatas pada kesehatan .
interaksi keluarga dan indikator i. Memfasilitasi dengan hubungan
kesehatan lain. profesi lain.
i. Hubungan terbatas hanya dengan
profesi lain di RS.

G. Proses Pelaksanaan Kpeerawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan),
secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka
miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan
hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat
kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam
memelihara kesehatannya (Chayatin, 2012).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi (Efendi, 20I2).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitasdilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. (Efendi, 20I1).

H. Tahapan Proses Keperawatan Komunitas


Tahapan dalam proses keperawatan komunitas antara lain pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas adalah suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas sebagai mitra yang berperan dalam proses keperawatan
kesehatan komunitas. Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan, mulai dari
masyarakat hingga sumber daya komunitas, guna merancang strategi
promosi kesehatan (Ratnawati, 2018). Sementara menurut Anderson & Mc
Farlane (2011) dalam (Mahathir, 2020) pengkajian komunitas merupakan
sebuah proses untuk mulai dapat mengenali dan mengetahui kebutuhan
komunitas. Pengakjian ini dalam keperawatan komunitas diharapkan
mempu menjadikan masyarakat sebagai ”rekan/ partner”.(Mahathir, 2020).
Di dalam pengkajian komunitas penting bagi perawat komunitas
mengutamakan pengumpulan data komunitas dibanding hanya berfokus
pada pengkajian individu sehingga demikian dapat menyimpulkan kondisai
kesehatan komunitas. Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan
kondisi yang terjadi di komunitas melalui pengkajian yang telah dilakukan
terhadap komunitas baik secara individu, keluarga, agregat dan komunitas
secara menyeluruh ( Stanhope & Lancaster, 2016 dalam Mahathir, 2020).
Model komunitas sebagai partner memberikan acuan praktik pengkajian
keperawatan komunitas. Pada model ini perawat diberikan beberapa
komponen essensial yang harus dikaji oleh perawat kesehatan komunitas.
Perawat melakukan pengkajian denagn mencari data essensial yang
nantinya akan memberikan gambaran kesenjangan permasalahan dan
sumber daya yang dapat dimanfaatkan komunitas dalam perencanaan
komunitas. Model ini memiliki beberapa keunggulan yaitu berorientasi
terhadap kebutuhan populasi (Anderson & Mc Farlane, 2011 dalam
Mahathir, 2020).
Berikut komponen – komponen pengkajian keperawatan komunitas
berdasarkan model Komunitas sebagai Partner (Anderson & Mc Farlane,
2011 dalam Mahathir, 2020).
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas merupakan data dasar dan esensial dari komunitas.
Data inti dari komunitas adalah orang / masyarakat yang ada di
komunitas iti sendiri. Data inti komunitas terdiri dari :
• Sejarah
• Karakteristik (demografis, etnis, dan data statistik vital)
• Data nilai dan kepercayaan
b. Data Subsistem Komunitas
• Lingkungan Fisik
Data lingkungan fisik merupakan hasil pemeriksaan fisik dari
komunitas yang dikelola. Data lingkungan fisik yang dikaji adalah:
1) Kualitas udara
2) Keadaan alam
3) Ruang/ space
4) Perumahan
5) Struktur bangunan
6) Cuaca
7) Luas wilayah
8) Batas wilayah
9) Peta wilayah
• Layanan kesehatan dan layanan sosial
Data ini merupakan data fasilitas kesehatan dan layanan sosial yang
dapat di akses oleh komunitas. Data yang dapat dikaji antara lain :

1) Jenis layanan (rumah sakit, klinik, fasilitas home care, layanan


gawat darurat dan puskesmas).
2) Layanan yang tersedia (biaya, jam layanan, layanan yang
diberikan).
3) Sumber daya kesehatan (SDM kesehatan yang tersedia dan sistem
kesehatan).
4) Karakteristik pengguna layanan kesehatan (lansia, balita, dll).
5) Jumlah pemanfaatan layanan.
6) Layanan sosial (baby day care, layanan konseling, panti sosial).
• Ekonomi
Data ini merupakan data kesejahteraan/ kekayaan komunitas yang
dikelola. Data yang dapat dikaji adalah sebagai berikut :

1) Pendapatan perkapita
2) Status pekerjaan
3) Jumlah masyarakat miskin
4) Jenis pekerjaan
5) Kepala keluarga perempuan
6) Usaha/ bisnis yang ada di komunitas.
• Keamanan dan transportasi
Data ini merupakan data yang menjamin keamanan dan transportasi/
mobilisasi di komunitas. Data yang dapat dikaji antara lain :

1) Kantor polisi
2) Pemadam kebakaran
3) Pengelolaan sanitasi
4) Penanggulangan bencana
5) Layanan keamanan di komunitas
6) Angka kejahatan dan resiko keamanan
7) Jenis dan alat transportasi pribadi
8) Jenis alat transportasi umum
9) Rute, biaya dan akses jalan
• Politik pemerintahan dan kebijakan
Data ini berkaitan dengan kebijakan dan sistem pemerintahan dalam
suatu komunitas. Data terkait aturan-aturan di komunitas yang
mempengaruhi kesehatan seperti kebijakan merokok dll. Data yang
dapat dikaji antara lain :
1) Sistem pemerintahan di komunitas
2) Sistem pelaksanaan kebijakan komunitas
3) Organisasi di komunitas
4) Pengambilan keputusan di komunitas
5) Organisasi non pemerintahan.
• Komunikasi
Data ini berkaiatan dengan bentuk komnuikasi berlangsung di
komunitas bisa formal atau informal. Data komunikasi formal yang
dapat dikaji antara lain :

1) Bentuk komunikasi
2) Forum komunikasi
3) Media (Koran, radio, dan hotline service)
Data komunikasi informal yang dikaji antara lain :

1) Bentuk komunikasi
2) Media (Flyer, buletin, dan poster)
3) Komunikasi dari mulut ke mulut.
• Pendidikan
Data pendidikan merupakan data pendidikan rata-rata di suatu
komnitas. Data yang dapat dikaji antara lain :

1) Status pendidikan (pendidikan terakhir)


2) Jenis-jenis sekolah
3) Fasilitas sekolah intra komunitas dan ekstra komunitas
4) Akses dan akseptabilitas pendidikan di komunitas
• Rekreasi
Data ini merupakan data fasilitas rekreasi yang dapat dimanfaatkan
oleh komunitas. Unruk melepas stress dan menurunkan ketegangan
akibat stresor sekitar.

c. Data Persepsi
Data persepsi merupakan data terkait bagaimana mayarakat merasakan,
berperilaku terhadap kesehatan. Persepsi perawat terhadap komnitas juga
merupakan hal yang diharapkan mampu menggambarkan situasi
kesehatan di komunitas yang dikelola. Data persepsi dikelola dengan
mengkhususkan dengan situasi spesifik yang ingin di ketahui lebih dalam
di komunitas. Data persepsi dapat menggunakan metode survei agar
lebih efisien dan efektif untuk mendapatkan data dengan jumlah besar.
Dalam pengkajian di komunitas dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti studi literatur, windshield survey, wawancara, fokus grup diskusi,
observasi partisipan dan survey (Mahathir, 2020)
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan,
resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
penyebab (Etiologi), tanda (sign) dan gejala (Symptom), serta faktor resiko.
a. Penyebab (Etiologi) : merupakan faktor – faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup
empat kategori yaitu :
1) Fisiologis, biologis atau psikologis
2) Efek tindakan atau terapi
3) Situasional (lingkungan atau personal)
4) Maturasional
b. Tanda (sign) dan gejala (Symptom) : tanda merupakan data objektif
yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala merupakan
data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesa. Tanda dan gejala
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
1) Mayor : tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80% - 100%
untuk validasi diagnosis.
2) Minor : tanda dan gejala tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis
c. Faktor resiko : merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana
nantinya akan ditemukanlah masalah keperawatan serta etiologi dari
masalah tersebut. Menurut Mucke ( 2004 ), Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia dibagi atas:
a. Diagnosis Aktual : menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan nya yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan, dimana tanda dan gejala mayor
minor dapat ditemukan dan divalidasi pada pasien.
b. Diagnosis resiko : menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien
beresiko mengalami masalah kesehatan, tidak ditemukan tanda dan
gejala mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor
resiko mengalami masalah kesehatan.
c. Diagnosis Promosi Kesehatan : diagnosis ini menggambar ada nya
keinginan dan motivasi klien untuak meningkatkan kondisi
kesehatannya ke tinglat yang lebih baik atau optimal.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan desain pembuatan keputusan logis sebagai bentuk
rinci dari upaya yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan spesifik.
Perencanaan keperawatan komunitas sangat bergantung kepada proses
pengkajian komunitas yang dilakukan, penentuan diagnosis keperawatan
komunitas yang dimunculkan. Perencanaan akan menggambarkan secara
jelas dan rinci apa yang akan dilakukan.
Dalam perencanaan komunitas sangat penting untuk melibatkan klien di
komunitas. Komunitas sebagai klien harus dilibatkan secara optimal baik
dalam stase perencanaan asuhan keperawatan maupun yang akan
melaksanakan tindakan tersebut bersama perawat. Jika tidak melibatkan
masyarakat maka implementasi dari tindakan keperawatan yang akan
dilakukan tidak akan suskses mencapai tujuan yang diharapkan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat menggunakan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan SDKI yang telah ditetapkan, mencakup :
a. Label : Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang
merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi
keperawatan tersebut. Label intervensi terdiri atas satu atau beberapa
kata yang diawali dengan kata benda bukan kata keta kerja yang
berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan
b. Definisi : Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi
keperawatan, definisi label keperawatan diawali dengan kata kerja
berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat, bukan perilaku pasien.
c. Tindakan : komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas
yang dikerjakan olh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan, tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
4. Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Prinsip dalam pelaksanaan keperawatan yaitu:
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d. Bekerja sama dengan profesi lain.
e. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f. Memperhatikan perubahan masyarakat
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
keperawatan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
a. Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyarakat dalam
rangka alih peran.
b. Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan
c. Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada catatan
yang telah disajikan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan
apakah program kerja sesuai rencana atau apakah pelayanan kesehtan
memenuhi kebutuhan masyarakat (PosaVIac and Carey, 1990). Kegiatan
yang dilakukan pada penilaian ini adalah :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan tahap pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Kegunaan Penilaian :
a. Untuk menentukan perkembangan perawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktifitas asuhan
keperawatan yang diberikan
c. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru
dalam proses keperawatan
Langkah - langkah dalam mengevaluasi ;
a. Membuat garis besar dari masalah keperawatan komunitas.
b. Merumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil yang
diharapkan oleh masyarakat.
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi serta sumber data.
d. Membandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria dan standar.
e. Mengidentifikasi hambatan yang dihadapi dan rencana untuk
memperbaikinya.
Tujuan Umum Evaluasi :

Untuk meningkatkan program dan memberikan arahan eleviator atau


manejer program.

Tujuan Khusus Evaluasi :

a. Meningkatkan perencanaan program pelayanan dan hasilnya.


b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas program.
c. Menentukan apakah program dapat dimulai, dilanjutkan atau dipilih
alternatif lain.
d. Mengkaji upaya organisasi efektifitas , efisiensi, edukasi kesesuaian dari
pelayanan kesehatan.
e. Mencari informasi untuk keputusan pelaksanaan program.
Tipe Evaluasi :
a. Evaluasi Proses : kesesuaian dalam membantu melaksanakan kerja
kelompok, berkomunikasi yang telah disepakati dengan semua anggota
atau berkomunikasi secara efektif dengan target komunitas.
b. Evaluasi Hasil : peran serta secara keseluruhan dalam kerja kelompok,
melakukan tugas yang telah disepakati, menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas dan mendemonstrasikan proses belajar dari kelompok
BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas di community virtual J’21 yang dilaksanakan dari


tanggal 5 Juli 2021 – 8 Agustus 2021 dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap pertama, yaitu tahap pengumpulan data dasar dan pembentukan serta
pengumpulan anggota community virtual J’21
2. Tahap kedua, yaitu tahapan pengumpulan masing-masing agregat (anak, remaja,
dewasa, dan lansia)
3. Tahap ketiga, yaitu tahap pengumpulan data kesehatan anggota community virtual
melalui penyebaran kuesioner ke masing-masing keluarga di community virtual
4. Tahap empat, yaitu perekapan data dan pengolahan data mengenai kuesioner yang
sudah dikumpulkan
5. Tahap kelima, yaitu penentuan masalah kesehatan melalui analisa data yang sudah
didapatkan
6. Tahap keenam, yaitu penyusunan rencana kegiatan yang disepakati melalui
musyawarah masyarakat
7. Tahap ketujuh, yaitu tahap pelaksanaan atau implementasi yang dilaksanakan
berdasarkan rencana
8. Tahap kedelapan yaitu tahapan evaluasi terhadap hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan serta tindak lanjut dari tindakan yang dilakukan melalui
musyawarah masyarakat
Asuhan keperawatan yang dilakukan di community virtual J’21 dilaksanakan oleh
Mahasiswa Praktek Profesi Ners Profesi Keperawatan Universitas Andalas Padang.

A. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan asuhan keperawatan
komunitas, diantaranya melakukan pengumpulan anggota community virtual dengan
cara menentukan kepala keluarga dan anggota keluarga di sekitar lingkungan tempat
tinggal mahasiswa yang dapat dikaji serta menanyakan kesediaan menjadi
responden pada keperawatan komunitas.
Pengkajian secara umum terhadap community virtual J’21 tentang situasi didalam
keluarga dan lingkungan sekitar keluarga yang dilakukan secara langsung (tatap
muka sesuai dengan protocol kesehatan) dan juga secara virtual, sehingga
didapatkan data faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
faktor penunjang yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
hasil pengkajian kelompok J’21 diperoleh data Community Virtual Kelompok J’21
terdapat 27 Kepala Keluarga (82 orang warga) terdiri dari 4 agregat yaitu
balita/anak, remaja, dewasa dan lansia dengan rentang usia mulai dari 1 tahun
sampai dengan 63 tahun.
Tahap pengumpulan data dimulai dari wawancara dan penyebaran angket dengan
membuat google form dan menyebarnya ke WA group yang berisi anggota
community virtual J’21. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 5 juli - 8 Agustus 2021,
dengan data dikumpul sebanyak 27 KK.

B. Pengkajian
Pada tahap ini kelompok J21 melakukan wawancara kesetiap anggota community
virtual J’21. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran instrument melalui google
form melalui WA group yang dilakukan pada tanggal 5 Juli -8 Agustus 2021 dan
data terkumpul yaitu sebanyak 27 KK. Dilanjutkan dengan penentuan masalah dan
presentasi hasil kuesioner pada 17 juli 2021 yang dilakukan melalui Musyawarah
Mufakat Komunitas (MMK 1) yang dihadiri oleh anggota komunitas virtual J21
dalam zoom meeting.
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN DATA KOMUNITAS VIRTUAL
KELOMPOK J’21

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses untuk mengenali


komunitas dan mengetahui kebutuhan komunitas sehingga nantinya perawat dapat
memberikan pilihan intervensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan di komunitas (Stanhope & Lancaster, 2016). Dalam melakukan pengkajian di
komunitas, perawat dapat menggunakan beberapa model pengkajian, salah satunya
yaitu model Community as Partner. Model komunitas sebagai partner ini berfokus pada
komunitas sebagai klien yang dilihat secara menyeluruh dan melihat kesehatan
komunitas sebagai suatu system (Anderson & Mcfarlane, 2011). Pada saat pandemic
Covid-19 sekarang ini, keperawatan komunitas menggunakan metode praktik secara
daring atau virtual di mana data pengkajian dikumpulkan melalui survey dengan
mengisi kuesioner melalui google form.
Pengkajian secara umum terhadap 27 KK tentang situasi didalam keluarga dan
lingkungan sekitar keluarga yang dilakukan secara virtual, dapat diperkirakan faktor
resiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan dan faktor penunjang yang dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil pengkajian kelompok J’21
diperoleh data Komunitas Virtual Kelompok J’21 terdapat 27 Kepala Keluarga ( 82
Anggota keluarga ). Yang kemudian kami bagi dalam 4 divisi tumbuh kembang/agregat,
yaitu balita dan anak, remaja, dewasa dan lansia.
A. Data Umum
1. Sejarah
Awal mula terbentuknya Komunitas Virtual J’21 ini dikarenakan adanya
kebutuhan pada pelaksanaan praktek profesi keperawatan siklus komunitas
kelompok J yang dilakukan secara daring (online) oleh Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas Padang Tahun 2021 dalam upaya physical distancing dalam
masa wabah pandemic covid-19 yang terjadi saat ini. Komunitas Virtual J’21
merupakan sebuah komunitas yang dibentuk secara virtual yang berasal dari
berbagai daerah yang terdiri dari 27 Kepala keluarga dengan jumlah warga
sebanyak 82 orang. Dalam kelompok komunitas virtual ini tidak menggunakan
data sejarah karena kelompok terbentuk sesuai kebutuhan tugas profesi
keperawatan komunitas dan tidak berada dalam satu wilayah yang sama.
2. Demografis
Karakteristik Komunitas Virtual bersifat heterogen karena terdiri dari beberapa
daerah yaitu Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Anggota Komunitas Virtual
berada di rentang usia 4 tahun – 62 tahun dengan mayoritas jenis kelamin
perempuan. Pada Komunitas Virtual daring J’21 terdapat 27 kepala keluarga (82
Anggota Keluarga) yang terbagi dalam 4 Divisi tumbuh kembang, yaitu :
a. Divisi Balita dan Anak : 23 orang
b. Divisi Remaja : 9 orang
c. Divisi Dewasa : 40 orang
d. Divisi Lansia : 10 orang
3. Etnis
Sebagian besar anggota komunitas virtual adalah berasal dari Etnis
Minangkabau, Jambi, Banjar, dan Melayu
4. Statistik
Data statistik pada kelompok komunitas virutal ini belum dapat ditentukan
karena kelompok ini baru terbentuk sehingga belum bisa memberikan data
angka morbilitas dan mortalitas komunitas yang dibina.
5. Nilai dan Keyakinan
Anggota komunitas virtual seluruhnya beragama Islam dimana masing- masing
anggota komunitas memanfaatkan masjid untuk kegiatan pelaksanaan ibadah
dan kegiatan keagamaan lain seperti pengajian, peringatan hari besar islam dan
tempat bermusyawarah.

B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terkait data lingkungan fisik
Komunitas Virtual J’21 didapatkan semua ruangan di rumah memiliki ventilasi
dan pencahayaan matahari langsung masuk kerumah sebanyak 100 %.
Kemudian sumber air minum yang digunakan paling banyak berasal dari PDAM
sebesar 66,7 % dari 27 KK yang ada. Keadaan air minum tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna sebesar 100%. Penampungan air tertutup sebanyak
100 %. Keluarga yang membersihkan bak/ penampungan air mencapai 51,9%.
Seluruh keluarga melakukan MCK sehari-hari di kamar mandi. Sebagian
besar limbah kamar mandi dialirkan ke septi tank sebesar 85.2%, dialirkan ke
got sebesar 11,1% dan sisanya dibuang kesungai 3,7 %. Pengolahan sampah
rumah tangga dilakukan dengan dikumpulkan dan diangkut petugas kebersihan
sebesar 74,1 %, dan dibakar sebesar 25,9%. Kaleng – kaleng dan barang bekas
yang tidak dipakai dirumah biasanya dimanfaatkan sebesar 55,6 %, ditimbun
sebesar 25,9%, dibiarkan saja 11,1% dan sisannya dibuang sembarangan.
Kegiatan gotong royong ada dilakukan mencapai 66,7 %. Dilakukan
sebanyak < 2 kali mencapai 44,4 %. Pembuangan limbah dibersihkan 1 kali
sebulan mencapai 48,1%. Jenis penyakit yang diderita selama 3 bulan terakhir
terbanyak adalah ISPA sebesar 33,3 % dan diikuti oleh diare sebesar 11,1 %,
dan posisi ketiga diabetes sebesar 7,4 %. Kader kesehatan sangat dibutuhkan
mencapai 100%, dan jika diadakan kegiatan keluarga bersedia ikut mencapai
85,,2 %. Ditemukan data mencuci tangan dengan air mengalir mencapai 81,5%,
dan cuci tangan menggunakan sabun mencapai 63 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Masuk Cahaya Matahari
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah masuk cahaya matahari
sebesar 100%
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Kamar Tidur Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi kamar
tidur sebesar 100%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Ruang Tamu Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi ruang
tamu sebesar 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Rumah Memiliki Ventilasi: Kamar Mandi Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rumah memiliki ventilasi kamar
mandi sebesar 100%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Sumber Air Minum Keluarga Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat sumber air minum keluarga bersumber
dari PDAM sebesar 66,7 %. Selanjutnya diikuti air galon mencapai 11, 1 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berapa Jarak Sumur Galian dengan Septi Tank Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat jarak sumur galian dengan septi tank
sejauh > 10 meter sebesar 49,1 %. Selanjutnya diikuti jarak sumur galian dengan
septi tank sejauh < 10 meter sebesar 25,9 %.

Diagram
Distribusi Frekuensi Kondisi Air Minum Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kondisi air minum tidak berbau, tidak
bewarna, dan tidak berasa sebesar 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Penampungan Air Minum
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kondisi air minum tidak berbau, tidak
bewarna, dan tidak berasa sebesar 100 %.

Diagram
Distribusi Frekuensi Berapa Kali Keluarga Membersihkan Bak/ Penampungan
Air Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat berapa kali warga membersihkan bak/
penampungan air sebanyak 2 kali seminggu sebesar 51,9 %. Diikuti dengan
membersihkan 1 kali seminggu sebesar 44,4%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Melakukan MCK Sehari- hari Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang melakukan MCK sehari-
hari mencapai 100%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Kemana Aliran Limbah Kamar Mandi/ WC Dialirkan
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kemana aliran limbah kamar mandi/
WC dialirkan ke septitank sebesar 85,2 %, ke got sebesar 11,1%, dan sisanya ke
suangai 3,7 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pengolahan Sampah Rumah Tangga Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat pengolahan sampah rumah tangga


dengan cara dikumpulkan dan diangkut petugas kebersihan sesbesar 74,1 % dan
diikuti pengolahan sampah dengan dibakar sebesar 25,9%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Kaleng- Kaleng Bekas atau Barang yang
Tidak dipakai di Rumah Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat pemanfaatan kaleng- kaleng bekas atau
barang yang tidak dipakai di rumah biasanya di manfaatkan sebesar 55,6%.
Selanjutkanya ada yang ditimbun sebesar 25,9 %, dibiarkan saja 11,1% dan
dibuang sembarangan 3,7 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kegiatan Gotong Royong Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang melakukan goro ada
sebanyak 66,7 %. Dan yang tidak melakukan goro sebanyak 33,3%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Gotong Royong dilakukan Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga melakukan gotong rouong


sebanyak < 2 kali sebesar 44,4% dan diikuti dengan > 2 kali sebesar 18,5 %,
dilanjutkan dengan tidak ada dilakukan gotong royong sebesar 22,2 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Sarana Pembuangan Air Limbah yang dibersihkan
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat sarana pembuangan air limbah yang
dibersihkan sebanyak 1 kali sebulan sebesar 48,1% dan diikuti dengan 1 kali
seminggu sebesar 29,6 % dan tidak membersihkan sama sekali sebesar 22,2%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Kader Kesehatan di Lingkungan Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat persentase kebutuhan kader lingkungan


mencapai 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kesediaan Warga Mengikuti Kegiatan Lingkungan
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kesediaan warga mengikuti kegiatan


lingkungan mencapai 85,2 % dan ada sekita 14,8 % yang tidak bersedia
mengikuti kegiatan.

Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit yang diderita selama 3 bulan terakhir
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat jenis penyakit yang diderita selama 3
bulan terakhir terbanyak adalah ISPA sebesar 33,3 % dan diikuti oleh diare
sebesar 11,1 %, dan posisi ketiga diabetes sebesar 7,4 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Pakai Air Mengalir Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat keluarga yang mencuci tnagan dengan
air mengalir mencapai 81,5 % dan yang kadang- kadang mencuci tangan dengan
air mengalir mencapai 18,5%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Pakai Sabun
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat warga yang mencuci tangan pakai
sabun mencapai 63 % dan yang kadang- kadang mencuci tangan pakai sabun
mencapai 37%.
2. Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada anggota keluarga yang sakit
pada saat ini sebanyak 77,8% dan yang tidak sakit sebanyak 22,2%.

Diagram
Distribusi Frekuensi yang Biasanya Dilakukan Keluarga Jika Ada Anggota
Keluarga yang Sakit

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa apabila ada anggota keluarga
sakit yang meembiarkan nanti akan sembuh sendiri sebanyak 3,7%, yang
membawa kepelayanan kesehatan sebanyak 88,9%, yang membeli obat
diwarung sebanyak 3,7%, yang membeli obat tradisional dan obat bidan 3,7%,
dan tidak ada yang berobat alternatif (dukun) dan minum obat tradisional.
Diagram
Distribusi Frekuensi Jarak Rumah dengan Tempat Pelayanan
Kesehatan Terdekat

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa jarak rumah <500 meter dari
pelayanan kesehatan sebanyak 25,9% dan jarak rumah >500 meter dari
pelayanan kesehatan sebanyak 74,1%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Jaminan Kesehatan yang Dimiliki Keluarga

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga yang memiliki jaminan
kesehatan BPJS/KIS sebanyak 88,9%, mandiri/umum sebanyak 3,75%,
KIS/anak 3 terakhir belum punya KIS sebanyak 3,75%, dan yang tidak memiliki
jaminan kesehatan sebanyak 3,7%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Darimana Sumber Informasi Didapatkan

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sumber informasi kesehatan


didapatkan dari media (koran, TV, radio, dan internet) sebanyak 70,4%,
berdasarkan dari masyarakat sebanyak 7,4%, dan sosialisasi petugas kesehatan
sebanyak 22,2%.

3. Data Status Ekonomi


Diagram
Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga Perbulan

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga dengan


<Rp.1.500.000 sebanyak 11,1%, pendapatan Rp.1.500.000 sampai Rp.2.500.000
sebanyak 29,6%, dan pendapatan >Rp.2.500.000 sebanyak 59,3%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Keluarga yang Menabung

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada keluarga yang menabung
sebanyak 63% dan tidak menabung sebanyak 37%

Diagram
Distribusi Frekuensi Alasan Keluarga Tidak Menabung

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa alasan keluarga tidak menabung
karena penghasilan tidak cukup sebanyak 11,1%, kebutuhan banyak sebanyak
25,9%, tidak terbiasa menabung sebanyak 0%, dan menabung sebanyak 11,1%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Keluarga yang Mempunyai Kemampuan Untuk
Menyediakan Makanan yang Bergizi

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga yang mempunyai


kemampuan untuk menyediakan makanan makanan yang bergizi sebanyak
100%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga yang Berpengaruh Terhadap
Kebutuhan Sehari-hari

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat penghasilan keluarga berpengaruh


terhadap kebutuhan sehari-hari sebanyak 85,2% dan yang tidak berpengaruh
sebanyak 14,8%
Diagram
Distribusi Frekuensi yang Memiliki Tabungan Kesehatan

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga yang memiliki


tabungan kesehatan sebanyak 63% dan yang tidak memiliki sebanyak 37%.

Diagram
Distribusi Frekuensi yang Mengatakan Bahwa PHBS Membutuhkan Biaya
yang Banyak

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga yang beranggapan


bahwa PHBS membutuhkan biaya yang banyak sebanyak 37% dan yang
beranggapan membutuhkan biaya yang sedikit sebanyak 63%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Dimana Masyarakat Memenuhi Kebutuhan Pokok

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat memenuhi


kebutuhan pokoknya di passar tradisonal sebanyak 81,5%, swalayan sebanyak
3,7%, dan warung sebanyak 14,8%.

4. Transportasi dan Keamanan


Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa sebesar 77,8% terdapat pelayanan
keamanan di wiliyah tempat tinggal komunitas virtual J’21. Sebagian besar
(59,3%) terdapat alat pemadam kebakaran di wilayah komunitas virtual J’21.
Seluruh komunitas virtual memperhatikan keamanan makanan di dalam
keluarga dan sebesar (96,3%) komunitas virtual tidak pernah mengalami
keracunan makanan. Berdasarkan survey kondisi jalan, didapatkan sebesar
81,5% kondisi jalan masih dalam keadaan baik dan beraspal. Berdasarkan alat
transportasi yang digunakan terdapat sebesar 66,7% komunitas virtual
menggunakan motor pribadi sebagai sarana transportasi.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pelayanan Keamanan diwilayah Tempat Tinggal
Komunitas Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram didapatkan bahwa sebesar 77,8% terdapat pelayanan


keamanan di wiliyah tempat tinggal komunitas virtual J’21.

Diagram
Distribusi Frekuensi Alat Pemadam Kebakaran diwilayah Komunitas
Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram diatas terdapat 59,3% alat pemadam kebakaran


diwilayah Komuitas Virtual J’21.
Diagram
Distribusi Frekuensi keamanan makanan di dalam keluarga diwilayah
Tempat Tinggal Komunitas Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram didapatkan bahwa hampir keseluruhan 96,3%


sebagaian anggota keluarga sangat memperhatikan memperhatikan makanan
untuk keluarga di Komunitas Virtual J’21.

Diagram
Distribusi Frekuensi Apakah Keluarga Pernah Mengalami Keracunan
Makanan diwilayah Komunitas Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram dapat disimpulkan bahwa sebagian 96,3% dari


anggota keluarga tidak mengalami keracunan makanan di Komunitas Virtual
J’21.
Diagram
Distribusi Frekuensi Bagaimana Kondisi jalan Yang Terdapat
Didusun/perumahan diwilayah Komunitas Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram diatas terdapat sebagaian 81,5% kondisi jalan


didusun/perumahan masih dalam keadaan baik dan beraspal di wilayah
Komunitas Virtual J’21.

Diagram
Distribusi frekuensi Sarana Transportasi yang digunakan dalam keluarga
diwilayah Komunintas Virtual J’21

Berdasarkan hasil diagram diatas terdapat alat tranportasi yang digunakan


terdapat sebesar 66,7% komunitas Virtual menggunakan Motor Pribadi sebagai
sarana transportasi.
5. Politik dan Pemerintahan
Sebanyak 85,2% kelompok komunitas mengikuti organisasi kader posyandu,
sebanyak 77,8% komunitas tidak mengikuti kegiatan organisasi dan 22,2%
mengikuti kegiatan organisasi di masyarakat. Kelompok komunitas mengatakan
bahwa sebanyak 70,4% kebijakan pemerintah setempat dalam mengatasi
masalah kesehatan balita/remaja/lansia ataupun PHBS (perilaku hidup bersih
dan sehat) di masyarakat.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang perlu kader untuk
lingkuangan RT di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat 100% perlu


kader dalam Kesehatan lingkungannya.

Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang bersedia mengikuti
kegiatan lingkungan di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang bersedua
mengikuti kegiatan yaitu 85,2% dan 14,8 tidak bersedia mengikutinya.

Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang mengikuti organisasi di
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat tidak ada yang
mengikuti organisasi yaitu sebanyak 77,8% dan selebihnya mengikuti
organisasi.

Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang mengatasi
masalah Kesehatan balita/remaja/lansia ataupun PHBS di
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat mengtasi


masalah Kesehatan balita/remaha/lansia maupun PHBS 70,4% ada dilakukan
dan 29,6 tidak dilakukan.
6. Komunikasi
Pada pola komunikasi menurut hasil survey didapatkan sebanyak 100%
kelompok komunitas menggunakan pola komunikasi terbuka dalam keluarga.
Bahasa yang digunakan dalam komunitas didapatkan hasil 66,7% menggunakan
bahasa daerah. Mekanisme penanggulangan masalah komunitas dalam keluarga
sebanyak 100% menggunakan musyawarah bersama dalam menyelesaikan
masalah. Menurut hasil survey jika ada anggota keluarga yang mempunyai
masalah sebanyak 100% anggota keluarga membantu mencari jalan keluar
permasalannya. Sebagian besar masyarakat berkumpul di musholla/masjid
74,1%, di balai desa sebanyak 18,5%, di rumah pak RT sebanyak 3,7% dan di
area toga sebanyak 3,7%. Sebagian besar media komunikasi yang dimiliki oleh
komunitas yang berhubungan dengan kesehatan adalah handphone 37%, dari TV
63%. Terkait dengan masalah kesehatan balita/remaja/lansia komunitas
mendapatkan pengetahuan melalui media elektronik sebanyak 88,9%,
penyuluhan 6,4%, dan media cetak 4,7%. Jika pada komunikasi ada berita atau
kegiatan cara menginformasikan kepada masyarakat dengan TOA 51,9%,
melalui handphone 25,9%, undangan 5,5%, masjid 5,5%, dan bertemu langsung
11,1%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pola komunikasi dalam keluarga di Community
Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat


berkomunikasi dengan keluarga secara terbuka dengan persentasi 100%.
Diagram
Distribusi Frekuensi Bahasa yang digunakan keluarga di
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat berkomunikasi


dengan Bahasa daerahnya 66,8% dan 33,3% menggunakan Bahasa
Indonesia.

Diagram
Distribusi Frekuensi penanggulangan masalah dalam
keluarga/bagaimana cara keluarga menyelesaikan masalah di
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat untuk


menyelesaikan masalah dalam keluarga 100% bermusyawarah Bersama.
Diagram
Distribusi Frekuensi respon keluarga bila salah satu aggota keluarga
bermasalah di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat keluraga bila


salah satu anggota ada yang bermasalah dengan membantu mencari jalan
keluar.

Diagram
Distribusi Frekuensi tentang dimana masyarakat berkumpul di
wilahyanya di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat berkumpul


biasanya di musholla/masjid sebanyak 74,1%, balai desa 18,5% dan
selebihnya di arena tiga dan dirumah RT.
Diagram
Distribusi Frekuensi media komunikasi yang dimiliki oleh
anggota keluarga yang berhubungan tentang kesehatan di
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat berkomunikasi


dengan anggota keluarga tentang Kesehatan dengan media TV sebanyak
63% dan selebihnya melalu handphone , koran/majalah.

Diagram
Distribusi Frekuensi pengetahuan terkait dengan masalah Kesehatan
balita/remaja/lansia di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat mendapatkan


pengetahuan terkait masalah Kesehatan balita/remaja/lansia didapatkan
melalui media elektronik sebanyak 88,9% dan selebihnya dari penyuluhan
dan media cetak.
Diagram
Distribusi Frekuensi masyarakat menginformasikan berita atau
kegiatan di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat menginformasikan


verita atau kegiatan dalam masyarakat melalu TOA sebanyak 51,9%, bertemu
langsung 11,1%, 25,9% melalui handphone dan selebihnya masjid dan
undangan.

7. Pendidikan
Berdasarkan hasil survey sebanyak 3,7% anggota keluarga sedang mengikuti
pendidikan di luar pendidikan formal. Terdapat 14,8% anggota keluarga yang
tidak bisa membaca dan anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus
sebanyak 7,4 yaitu keterampilan menjahit. Seluruh anggota keluarga memiliki
pandangan positif 100% terhadap pendidikan anggota keluarga.
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sedang Mengikuti
Pendidikan di Luar Pendidikan Formal di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan 96,3%
anggota keluarga sedang tidak mengikuti pendidikan di luar pendidikan formal
di Community Virtual J’21.

Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga
Yang tidak bisa membaca di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan 85,2%


bisa membaca dan 14, 8% tidak bisa membaca di Community Virtual J’21.

Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga
Yang mempunyai keterampilan khusus di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui hanya 7,4% yang mempunyai


keterampilan khusus di Community Virtual J’21.
8. Rekreasi

Hasil survey menunjukkan kegiatan yang dilakukan keluarga dalam waktu luang
sebanyak 51,9% menonton tv, bertemu kerabat 18,5%, jalan- jalan 18,6.
Komunitas memiliki riwayat perjalanan anggota keluarga selama 14 hari
sebagian besar tidak ada 63% , dari dalam kota sebanyak 22,2%, luar kota
11,1%, dan luar provinsi 3,7%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kegiatan Yang Dilakukan Keluarga
dalamWaktu Luang di Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak (51,9%) keluarga


melakukan kegiatan diwaktu luang dengan menonton tv ,dan sebanyak 18,5%
melakukan kegiatan waktu luang dengan berkumpul denga kerabat di
Community Virtual J’21

Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perjalanan Anggota Keluarga
Selama 14 Hari Terakhir di Community Virtual J’21
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 63% anggota
keluarga tidak melakukan perjalanan selama 14 hari terakhir, dan sebanyak
22,2% telah melakukan perjalanan luar kota.

Diagram
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Memiliki tanda dan gejala COVID-19
(boleh lebih dari satu) di Community Virtual J’21

Berdasarkan hasil survey tanda dan gejala yang dimiliki keluarga saat ini ada
batuk 7,4%.

Diagram
Distribusi Frekuensi Keluarga Melakukan Isolasi Mandiri / Melakukan
Pemeriksaan ke RumahSakit di Community Virtual J’21

Jika semua tanda dan gejala ada anggota keluarga akan melakukan isolasi
mandiri/melakukan pemeriksaan ke rumah sakit 85,2%
Diagram
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Memakai Masker Ketika Bekerja/
keluar rumah di Community Virtual J’21

Berdasarkan survey sebanyak 85,2% anggota keluarga memakai masker ketika


bekerja / keluar rumah.

9. Persepsi
a. Persepsi Community Virtual J’21
1) Bayi/anak
Pada hasil survei terhadap anak pada community virtual J’21
sebagain besar orang tua mengatakan anaknya tidak pernah
memeriksakan kesehatan kepelayanan kesehatan seperti
memeriksakan kesehatam gigi yang seharusnya diperiksa selama 6
bulan sekali. Dan juga untuk masalah kesehatan yang pernah diderita
oleh anak yaitu demam, batu, dan pilek dikategorikan sebagai ISPA.
2) Remaja
Dalam hasil survey lebih dari saparuh remaja pada community
Virtual K dan J’21 semua responden mengungkapkan bahwa belum
pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan jiwa.
3) Dewasa
Pada hasil survei terhadap dewasa pada community virtual J’21
sebagian besar dewasa mengatakan bahwa sebagian besar
mengkonsumsi makanan jeroan, santan, seafood. Lebih dari separo
mengaku tidak melakukan olahraga secara teratur serta hamper
sebagain memiliki kebiasaan merokok. Sebagian kecil responden
mengalami hipertensi.
4) Lansia
Pada hasil survey terhadap lansia pada community virtual J’21
sebagian kecil lansia mengalami hipertensi. Semua lansia
mengatakan tidak pernah melakukan senam lansia serta hampir
separo lansia tidak melakukan control tekanan darah kepelayanan
kesehatan. Sebagian lansia memiliki keluhan yaitu rematik, Tbc,
Sering Pusing dan Sakit Kepala.
b. Persepsi Perawat
1) Anak dan balita
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada Balita, didapatkan
hasil bahwa sebagian besar dari 23 responden didapatkan sekitar
63,6% responden yang ISPA dalam 3 bulan terakhir, sekitar 36,4%
responden yang pernah menderita penyakit diare/mencret, Pada Anak
prasekolah sebanyak 27,3% responden mengaku suka jajan
sembarangan dan 36,4% responden mengatakan tidak menggosok
gigi sebelum tidur dan 54,5% anak mengaku tidak minum susu setiap
hari. Ada masalah gigi, sebanyak 27,3% anak mengalami karies gigi
2) Remaja
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada remaja. Menurut
responden sebanyak 9 orang yaitu 100% remaja tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai kesehatan jiwa dari pelayanan
kesehatan. Sebanyak 11,1% mengaku sering mengecewakan
disekolah (naik bersyarat, tidak naik kelas). 33,3% remaja sering
berada dilua rumah bersama teman sebaya. Tidak ada remaja yang
merokok atau pun meminum alcohol, berdasarka tingkat resiko
penyalahgunaan napza yang paling beresiko adalah remaja yang
sering melihat remaja lain merokok/ narkoba/ mabuk-mabukan
disekitar tempat tinggalnya sebanyak 66,7%.
3) Dewasa
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada dewasa, didapatkan
hasil bahwa sebagian 70% dewasa suka makan makanan
jeroan,bersantan dan seafood., sebanyak 65% dewasa mengaku tidak
melakukan olahraga secara teratur serta 30% memiliki kebiasaan
merokok. Pada status tekanan darah, sebanyak 2,5% mengalami
hipertensi dan hampir separo yaitu 65% tidak melakukan
pengontrolan tekanan darah kepelayanan kesahatan.
4) Lansia
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan pada lansia didapatkan
hasil bahwa sebanyak 30% lansia mengalami berat badan berlebih,
20% lansia mengalami hipertensi, pada status merokok sebanyak
20% lansia mengalami kebiasaan merokok, pada kegiatan senam
lansia sebanyak 100 % lansia tidak pernah melakukan senam lansia,
serta 40% lansia mengaku tidak mengontrol gula darah dalam 1
tahun terakhir. Masalah kesehatan saat ini yang dialami lansia
sebanyak 10% mengalami TBC, 10% Rrmatik, 10% sering pusing,
sakit kepala serta susah tidur.

C. Data Masalah Perdivisi


1. Bayi
Berdasarkan diagram dibawah ini dapat dilihat bahwa dari 1 orang bayi
dikomunitas virtual community kelompok J, berjenis kelamin laki-laki,
didapatkan bayi sudah mendapat imunisasi lengkap berdasarkan usianya dan ibu
juga membawa bayinya ke posyandu
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Bayi Community Virtual J’21

Diagram
Distribusi Frekuensi Imunisasi Bayi Community Virtual J’21

Diagram
Distribusi Frekuensi Posyandu Bayi Community Virtual J’21
2. Balita (12 bulan – 59 bulan)
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita Community Virtual J’21

Dari diagram diatas dapat dilihat anggota komunitas virtual balita kelompok J
sebesar 27,3 % berjenis kelamin perempuan dan 72,7 % berjenis kelamin laki-
laki.

Diagram
Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Balita Community Virtual J’21

Dari diagram diatas tinggi badan balita komunitas virtual kelompok J dari
rentang 60-110 cm, dimana mayoritas balita sebesar 18,2 % memiliki tinggi
badan 100 cm.
Diagram
Distribusi Frekuensi Berat Badan Balita Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas berat badan balita komunitas virtual kelompok J


dari rentang 6,2 – 15 kg, dimana mayoritas balita sebesar 18,2 % memiliki berat
badan 15 kg

Diagram
Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas, mayoritas balitadi komunitas vitrual kelompok J


yaitu sebesar 81,8 % berstatus giszi normal dan 18,2 % berstatus gizi kurang
Diagram
Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Balita
Community Virtual J’21

Dari diagram diatas, seluruh balita dikomunitas virtual kelompok J memiliki


status perkembangan normal berdasarkan penilaian denver 2.

Diagram
Distribusi Frekuensi Menu makanan yang diberikan pada Balita
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas, mayoritas balita dikomunitas virtual kelompok J


yaitu 90,9 % mendapatkan menu nasi, sayur, lauk buah setiap hari. Dan sebesar
9,1 % balita mempunyai menu harian nasi, lauk dan sayur.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kebiasaan dalam memberikan makanan selingan
Balita Community Virtual J’21

Dari diagram diatas, seluruh balita dikomunitas virtual kelompok J memiliki


kebiasaan pemberian makanan selingan setiap hari

Diagram
Distribusi Frekuensi ISPA Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas, balita dikomunitas virtual kelompok J terdapat 63,6


% yang mengalami ISPA dalam 3 bulan terakhir, sedangkan 36,4 % tidak ada
mengalami ISPA.
Diagram
Distribusi Frekuensi Diare pada Balita Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas, balita dikomunitas virtual kelompok J terdapat 63,6


% tidak ada mengalami diare dalam 3 bulan terakhir, sedangkan 36,4 %
balita mengalami diare

Diagram
Distribusi Frekuensi Posyandu Balita Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas,dalam 3 bulan terakhir sebanyak 63,6 % ibu


dikomunitas virtual kelompok J yang membawa balitanya keposyandu, semntara
36,4 % ibu tidak ada membawa balitanya keposyandu.
3. Anak Usia Pra Sekolah

Diagram
Distribusi Frekuensi Usia Anak Pra Sekolah Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram grafik diatas usia anak Pra sekolah yang banyak ditemukan
adalah 10 th (18,2%) dan 6th (18,2%).

Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas jenis kelamin pada anak usia pra sekolah lebih dominan
pada anak perempuan (54,5%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Pendidikan Anak usia Pra Sekolah Community
Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas pendidikan saat ini pada anak usia pra sekolah lebih
dominan pada SD (45,5%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Keadaan Personal Hygiene Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas keadaan personal hygiene pada anak usia pra sekolah
lebih dominan pada Mulut dan gigi kotor dan kuku kotor.
Diagram
Distribusi Frekuensi PHBS Anak usia Pra Sekolah Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas PHBS pada anak usia pra sekolah lebih dominan pada
makan 3x sehari, mandi minimal 2x sehari dan mengganti baju setelah mandi.

Diagram
Distribusi Frekuensi Karies Gigi pada Anak usia Pra Sekolah
Community Virtual J’21

Berdasarkan diagram diatas Karies gigi pada anak usia pra sekolah Tidak Ada
(72,7%).
Diagram
Distribusi Frekuensi Sakit Anak usia Pra Sekolah Community Virtual
J’21

Berdasarkan diagram diatas Sakit pada anak usia pra sekolah lebih dominan Tidak
(100%).

4. Remaja

Diagram
Distribusi Frekuensi Usia Tingkat Remaja Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram grafik diatas ditemukan usia tingkat remaja terbanyak


berpartisipasi berumur 17 tahun dan 19 tahun yaitu ada dua orang remaja masing-
masingnya.
Diagram
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tingkat Remaja Comunity Virtual
J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa anggota remaja jenis kelamin laki-
laki 11,1% sebanyak 1 orang dan perempuan 89,9 % sebanyak 8 orang.

Diagram
Distribusi Frekuensi Pendidikan saat ini di Tingkat Remaja Comunity
Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan remaja saat ini
paling banyak adalah SLTA 66,6 %, dan dilanjutkan dengan PT dan SLTP
mencapai 22,2 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Remaja Perokok di Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
merokok mencapai 100 %.

Diagram
Distribusi Frekuensi Tingkat Remaja yang pernah Konsumsi Alkohol
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
minum alkohol mencapai 100 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Terlarang di Tingkat Remaja
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
mengkonsumsi obat terlarang mencapai 100 %.

Diagram

Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Penyalahgunaan NAPZA di Tingkat


Remaja Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan tabel diatas ditemukan bahwa tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA


di tingkat remaja yang paling beresiko adalah remaja sering melihat remaja pemuda
merokok/ narkoba/ mabuk- mabukan disekitar tempat tinggalnya mencapai 66,7 %
yaitu 6 orang. Lalu diikuti dengan teman dekat remaja/ saudara perokok mencapai
55,6 % yaitu 5 orang. Posisi ketiga yaitu remaja merasa ada kekurangan dengan
teman sebayanya mencapai 44, 4 % yaitu 4 orang.
Diagram
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Seputar Kesehatan Remaja
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan tabel diatas ditemukan berdasarkan kelengkapan informasi seputar


kesehatan remaja yang paling dikenal adalah mendapatkan informasi kesehatan
tentang tumbuh kembang remaja mencapai 88,9 % sedangkan yang paling minim
infoermasi kesehatan remaja adalah informasi tentang kesehatan jiwa mencapai 0 %.

Diagram
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kesehatan Remaja
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan sumber informasi kesehatan remaja paling banyak diperoleh dari media
masa/ elektronik mencapai 66,7 %. Informasi yang paling sedikit siperoleh dari
saudara mencapai 22,2 %.
Diagram
Distribusi Frekuensi Pernah Menonton Film Porno
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
pernah menonton film porno mencapai 100 %.

Diagram
Distribusi Frekuensi Pernah Membaca Buku- Buku Porno Tingkat Remaja
Comunity Virtual J 2021

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota remaja yang
pernah membaca buku- buku porno mencapai 100 %.
5. Dewasa

Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa dari komunitas virtual J 2021
didapatkan hasil jumlah dewasa sebanyak 55% berjenis kelamin laki-laki dan 45%
berjenis kelamin perempuan

Berdarkan diagram menurut umut diatas, rentang usia dewasa didalam komunitas
virtual L2021 yaitu dari usia 21 hingga 58 tahun.
berdasarkan diagram tinggi badan dari komunitas virtual J 2021 didapatkan nilai
tinggi terbanyak pada komunitas ini adalah 155 yaitu 6 orang , yang kedua adalah
165 yaitu 5 orang. Rentang tinggi pada komunitas ini adalah 150 hingga 180 cm.

berdasarkan diagram berat badan didapatkan dalam komunitas virtual J 2021


didapatkan hasil dalam rentang 47 hingga 80 kg.

berdasarkan diagram 3.5 diatas didapatkan hasil bahwa didalam komunitas virtual L
2021 sebanyak 53,8% memiliki IMT diatas nilai normal atau overweight, disusul
dengan 38,5% memiliki berat badan normal, sedangkan 7,7 % memiliki berat badan
dibawah garis normal atau berat badan kurang.

berdasarkan diagram tekanan darah dari 40 responden rata-rata memiliki tekanan


darah 120 mmhg, sebanyak 2,5% dari komunitas virtual J 2021 mengalami
hipertensi atau tekanan darah diatas 140 mmhg.

berdarkan diagram kebiasaan merokok diatas dari 40 responden yang berada


dikomunitas virtual J 2021 didapatkan data bahwa sebanyak 30% responden
memiliki kebiasaan merokok.
berdasarkan diagram kebiasaan olahraga pada komunitas virtual J 2021 didapatkan
dari 40 responden sebanyak 65% tidak melakukan olahraga secara teratur.

berdasarkan diagram mengkonsumsi makanan jeroan/bersantan/seafood didapatkan


hasil bahwa 70% responden yang berada dalam komunitas virtual j 2021 suka
mengkonsumsi makanan tersebut.

berdasarkan diagram mengontrol tekanan darah pada komunitas virtual j 2021


didapatkan hasil bahwa 65% responden tidak mengontrol tekanan darah dalam
setiap bulannya.
berdasarkan diagram pemeriksaan gula darah dalam 1 tahun terakhir di dapatkan
hasil bahwa 50% reponden didlam komunitas virtual J 2021 pernah memeriksan
gula darah dalam waktu 1 tahun terakhir.

berdasarkan diagram keluhan yang dirasakan saat ini pada responden di komunitas
virtual j 2021 didapatkan hasil bahwa 20,5% memiliki keluahan yang dirasakan
yaitu gastritis, sakit kepala, perut kembung, sakit gigi, batuk, ispa, nyeri dada, nyeri
sendi, dan gula darah tinggi.
berdasarkan diagram pengelolaan stress dari tenaga kesehatan pada esponden di
dalam komunitas virtual j 2021 didapatkan hasil sebanyak 52,5% mengatakan belum
pernah dilatih mengelola stress dari tenaga kesehatan mana pun.

berdasarkan diagram kegiatan posbindu PTM, dari responden di dalam komunitas


virtual j 2021 sebanyak 77,5% mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
Posbindu PTM.
berdasarkan diagram kegiatan posyandu lansia, dari responden didalam komunitas
virtual j 2021 seluruh responden mengatakan tidak pernah melakukan kegiatan
posyandu lansia.

6. Lansia

Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa dari komunitas virtual J


2021 didapatkan hasil jumlah lansia sebanyak 70% berjenis kelamin laki-laki
dan 30% berjenis kelamin perempuan
berdasarkan diagram tinggi badan dari komunitas virtual J 2021 didapatkan nilai
tinggi terbanyak pada komunitas ini adalah 155 yaitu 2 orang , selebihnya mulai
rentang 150-170 cm.

berdasarkan diagram berat badan didapatkan dalam komunitas virtual J 2021


didapatkan hasil dalam rentang 35 hingga 70 kg.

berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa didalam komunitas virtual L


2021 sebanyak 30% memiliki IMT diatas nilai normal atau overweight, disusul
dengan 60% memiliki berat badan normal, sedangkan 10% memiliki berat
badan dibawah garis normal atau berat badan kurang.

berdasarkan diagram tekanan darah dari 10 responden rata-rata memiliki tekanan


darah 110/80 mmHg sampai 150/90mmHg.

berdarkan diagram kebiasaan merokok diatas dari 10 responden yang berada


dikomunitas virtual J 2021 didapatkan data bahwa sebanyak 80% responden
memiliki kebiasaan merokok.
berdasarkan diagram kebiasaan olahraga pada komunitas virtual J 2021
didapatkan dari 10 responden sebanyak 100% tidak melakukan olahraga secara
teratur.

berdasarkan diagram mengkonsumsi makanan jeroan/bersantan/seafood


didapatkan hasil bahwa 70% responden yang berada dalam komunitas virtual j
2021 suka mengkonsumsi makanan tersebut.

berdasarkan diagram mengontrol tekanan darah pada komunitas virtual j 2021


didapatkan hasil bahwa 70% responden mengontrol tekanan darah dalam setiap
bulannya.
berdasarkan diagram pemeriksaan gula darah dalam 1 tahun terakhir di dapatkan
hasil bahwa 60% reponden didlam komunitas virtual J 2021 pernah memeriksan
gula darah dalam waktu 1 tahun terakhir.

berdasarkan diagram pengelolaan stress dari tenaga kesehatan pada responden di


dalam komunitas virtual j 2021 didapatkan hasil sebanyak 90% mengatakan
belum pernah dilatih mengelola stress dari tenaga kesehatan mana pun.
berdasarkan diagram kegiatan posbindu PTM, dari responden di dalam
komunitas virtual j 2021 sebanyak 100% mengatakan tidak pernah mengikuti
kegiatan Posbindu PTM.

berdasarkan diagram kegiatan posyandu lansia, dari responden didalam


komunitas virtual j 2021 seluruh responden mengatakan tidak pernah melakukan
kegiatan posyandu lansia.

berdasarkan diagram keluhan yang dirasakan saat ini pada responden di


komunitas virtual j 2021 didapatkan hasil bahwa 70% tidak mempunyai gejala,
10% TBC, 10% Rumatik dan 10% sering pusing, sakit kepala dan susah tidur.
D. Analisa Data

Divisi Data Tanda Mayor dan Minor


Balita dan Pra • Data Sekunder (Literature Review) Tanda Mayor
Sekolah ✓ Kemenkes tahun 2018 menunjukkan bahwa dari per • Terjadi masalah kesehatan yang dialami
1000 balita di Indonesia Terjadi peningkatan kasus komunitas.
terjadinya ISPA sebesar 20,56% pada anak usia Balita. • Terdapat faktor resiko fisiologis dan atau
Kasus terbesar terjadi pada Provinsi DKI. Jakarta psikologis yang menyebabkan anggota komunitas
95,53%. menjalani perawatan.
✓ Kemenkes tahun 2018 menunjukkan bahwa 40,90% Tanda Minor
diare terjadi pada anak balita, dengan kasus tertinggi di -
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan data kasus
75,88%.
• Data Primer (Survey)
✓ Dari 23 orang anak Bayi, balita dan pra sekolah 63,6%
diantaranya pernah mengalami penyakit ISPA dalam
3bln ini.
✓ Dari 23 orang anak Bayi, balita dan pra sekolah 36,4%
diantaranya pernah mengalami penyakit Diare dalam
3bln ini.
Remaja • Berdasarkan data kelengkapan informasi seputar Tanda Mayor
kesehatan, dari 9 orang remaja yang pernah
• Menanyakan masalah yang dihadapi
mendapatkan informasi tentang infprmasi NAPZA
• Menunjukan perilaku tidak sesuai dengan anjuran
sebesar 44,4%
• Menunjukan persepsi yang keliru terhadap
• Dari 9 orang remaja ada remaja/ pemuda merokok/
masalah
narkoba/ mabuk- mabukan disekitar tempat
Tanda minor
tinggalnya berjumlah 66.7%
• Dari 9 orang remaja ada teman dekat/ saudara • Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
remaja/ orangtuanya adalah perokok berjumlah • Menunjukan perilaku apatis
55,6%
• Dari 9 orang remaja yang merasa ada kekurangan
dibandingkan dengan teman sebayanya berjumlah
44.4%
• Dari 9 orang remaja teman dekat/ sahabat/ teman
sekolah/ saudara yang suka merokok/ narkoba/
mabuk- mabukan berjumlah 33,3%
• Dari 9 orang remaja lebih sering berada diluar rumah
dengan teman sebaya berjumlah 33,3%
• Dari 9 orang remaja mudah mendapat rokok diwaring
sebesar 22,2%
• Dari 9 orang remaja orangtuanya tidak membatasi
pergaulan dengan siapapun berjumlah 22,2%
• Dari 9 orang remaja tidak menjalankan ibadah
dengan taat berjumlah 22,2%
• Dari 9 orang remaja prestasi di sekolah sering
mengecewakan (tidak naik kelas dan naik bersyarat)
berjumlah 11,1 %
• Dari 9 orang remaja tidak peduli dengan kegiatan
remaja disekitarnya (karang taruna, wirid remaja)
berjumlah 11,1 %
• Dari 9 orang remaja merasa sulit menolak ajakan
untuk merokok berjumlah 44,4%
• Dari 9 orang remaja mudah mendapatkan minuman
alkohol sekitar tempat tinggalnya berjumlah 11,1%
Dewasa Data sekunder Data mayor
✓ Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur- - Menunjukkan terhadap perubahan status
Selatan menderita hipertensi (WHO, 2015) kesehatan
✓ Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 - Gagal melakukan pencegahan masalah kesehatan
menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia - Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan
menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia yang terminal
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi Tanda minor
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun - Gagal mencapai pengendalian yang optimal
2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi,
dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
✓ Berdasarkan data riskesdas tahun 2018 Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
✓ Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain : Merokok, Diet rendah
serat, Dislipidemia, Konsumsi garam berlebih, Kurang
aktivitas fisik, Berat badan berlebih/ kegemukan.
Data primer
✓ Berdasarkan hasil survei di dapatkan kebiasaan dalam
keluarga yang tidak sehat dari 40 orang dewasa yang
tertinggi mengkonsumsi makanan
jeroan/bersantan/seafood (70%) ,
✓ responden sebanyak 65% tidak melakukan olahraga
secara teratur,
✓ bahwa sebanyak 30% responden memiliki kebiasaan
merokok.
✓ Berdasarkan survei di dapatkan data sebanyak 2,5% dari
komunitas virtual J 2021 mengalami hipertensi atau
tekanan darah diatas 140 mmhg.
✓ Berdasarkan survei di dapatkan data pada pertanyaan
kegiatan rutin yang dilakukan di dalam rumah dari 40
orang dewasa yang melakukan olahraga secara teratur
sebanyak 35%
✓ hasil bahwa 35% responden mengontrol tekanan darah
dalam setiap bulannya.
✓ Di dapatkan kebiasaan dalam keluarga yang tidak sehat
dari 40 orang dewasa yang tertinggi makanan tidak
teratur sebanyak tertinggi
mengkonsumsi makanan jeroan/bersantan/ seafood
(70%), merokok (30%).
Lansia • lansia (70%) dari komunitas virtual K 30 mempunyai Data mayor
kebiasaan makan makanan bersantan 1. Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap p
• 70% Lansia mengontrol tekanan darah dalam setiap erubahan lingkungan.
bulannya. 2. Kurang menunjukkan pemahaman tentang perila
• 60% Lansia dalam Komunitas Virtual J’21 pernah ku sehat
memeriksa gula darah dalam waktu 1 tahun terakhir.
• 90% Lansia mengatakan belum pernah dilatih cara Data minor
mengelola stres dari tenaga kesehatan manapun di 1. Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan
Komunitas Virtual J’21. kesehatan yang kurang
• 100% Lansia mengatakan tidak pernah mengikuti 2. Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan
kegiatan Posbindu PTM dan 100% lansia juga tidak perilaku sehat
melakukan kegiatan posyandu lansia diwilayah
Komunitas Virtual J’21.
• 70% Lansia tidak mempunyai gejala, 10% TBC, 10%
Rumatik dan 10% sering pusing, Sakit kepala dan
susah tidur di wilayah Komunitas Virtual J’21.
• 58,3% Lansia mengatakan tidak rutin (saat hanya
merasa ada keluhan) saja memeriksakan kesehatannya
• Anggota komunitas virtual mengatakan kadang
masih mengkonsumsi makan yang makanan tinggi
lemak dan kolesterol
• 76,9% lansia mengatakan kadang-kadang pernah
lupa minum obat hipertensi
• 92.3% lansia mengatakan selama 2 pekan terakhir
ini, pernah dengan sengaja tidak meminum obat
E. Diagnosa Keperawatan

Divisi Tanda Mayor/Minor Diagnosa

Balita dan • Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas. Defisit Kesehatan Komunitas b.d
Pra Sekolah ✓ Dari 22 orang balita, dan usia pra sekolah menunjukkan hambatan akses ke pemberi
sebanyak 18,2% memiliki Gizi yang Kurang. pelayanan kesehatan.
✓ Dari 22 orang, balita dan anak usia pra sekolah 36,4%
Tidak Pernah membawa anak nya ke Posyandu selama
3bln ini.
✓ Dari 22 orang balita dan pra sekolah 27,3% memiliki
masalah kesehatan mulut Karies Gigi.
• Terdapat faktor resiko fisiologis dan atau psikologis yang
menyebabkan anggota komunitas menjalani perawatan.
✓ Dari 23 orang balita dan pra sekolah 63,6% diantaranya
pernah mengalami penyakit ISPA dalam 3bln ini.
✓ Dari 23 orang, balita dan pra sekolah 36,4% diantaranya
pernah mengalami penyakit Diare dalam 3bln ini.
Remaja • Menunjukan perilaku tidak sesuai dengan anjuran Defisit Pengetahuan NAPZA b.d
✓ Dari 9 orang remaja ada remaja/ pemuda merokok/ narkoba/ kekeliruan mengikuti anjuran pada remaja
mabuk- mabukan disekitar tempat tinggalnya berjumlah komunitas virtual J21
66.7%
✓ Dari 9 orang remaja ada teman dekat/ saudara remaja/
orangtuanya adalah perokok berjumlah 55,6%
✓ Dari 9 orang remaja yang merasa ada kekurangan
dibandingkan dengan teman sebayanya berjumlah 44.4%
✓ Dari 9 orang remaja teman dekat/ sahabat/ teman sekolah/
saudara yang suka merokok/ narkoba/ mabuk- mabukan
berjumlah 33,3%
✓ Dari 9 orang remaja lebih sering berada diluar rumah dengan
teman sebaya berjumlah 33,3%
✓ Dari 9 orang remaja mudah mendapat rokok diwarung sebesar
22,2%
✓ Dari 9 orang remaja orangtuanya tidak membatasi pergaulan
dengan siapapun berjumlah 22,2%
✓ Dari 9 orang remaja merasa sulit menolak ajakan untuk
merokok berjumlah 44,4%
✓ Dari 9 orang remaja mudah mendapatkan minuman alkohol
sekitar tempat tinggalnya berjumlah 11,1%
• Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
✓ Berdasarkan data kelengkapan informasi seputar kesehatan,
dari 9 orang remaja yang pernah mendapatkan informasi
tentang infprmasi NAPZA sebesar 44,4%
• Menunjukan perilaku apatis
✓ Dari 9 orang remaja prestasi di sekolah sering mengecewakan
(tidak naik kelas dan naik bersyarat) berjumlah 11,1 %
✓ Dari 9 orang remaja tidak peduli dengan kegiatan remaja
disekitarnya (karang taruna, wirid remaja) berjumlah 11,1 %
✓ Dari 9 orang remaja tidak menjalankan ibadah dengan taat
berjumlah 22,2%
Dewasa Data mayor Prilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
1. Menunjukkan terhadap perubahan status kesehatan
a. Berdasarkan hasil survei di dapatkan kebiasaan dalam keluarga yang
tidak sehat dari 40 orang dewasa yang tertinggi mengkonsumsi
makanan jeroan/bersantan/seafood (70%) ,
b. responden sebanyak 65% tidak melakukan olahraga secara teratur,
c. bahwa sebanyak 30% responden memiliki kebiasaan merokok.
2. Gagal melakukan pencegahan masalah kesehatan
a. Berdasarkan survei di dapatkan data sebanyak 2,5% dari komunitas
virtual J 2021 mengalami hipertensi atau tekanan darah diatas 140
mmhg.
3. Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan yang terminal
a. Berdasarkan survei di dapatkan data pada pertanyaan kegiatan rutin
yang dilakukan di dalam rumah dari 40 orang dewasa yang
melakukan olahraga secara teratur sebanyak 35%
b. hasil bahwa 35% responden mengontrol tekanan darah dalam setiap
bulannya.
Data minor
1. Gagal mencapai pengendalian yang optimal
a. Di dapatkan kebiasaan dalam keluarga yang tidak sehat dari 40 orang
dewasa yang tertinggi makanan tidak teratur sebanyak tertinggi
mengkonsumsi makanan jeroan / bersantan/seafood (70%), merokok
(30%).
Lansia Data Mayor Pemeliharaan kesehatan tidak efektif bd
1. Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan. ketidakmampuan mengatasi masalah
• lansia (70%) dari komunitas virtual J mempunyai kebiasaan makan (individu atau keluarga) pada komunitas
makanan bersantan lansia virtual J’21
2. Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat, yang
ditandai dengan:
• 70% Lansia mengontrol tekanan darah dalam setiap bulannya.
• 60% Lansia dalam Komunitas Virtual J’21 pernah memeriksa gula
darah dalam waktu 1 tahun terakhir.
• 90% Lansia mengatakan belum pernah dilatih cara mengelola stres
dari tenaga kesehatan manapun di Komunitas Virtual J’21.
• 100% Lansia mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
Posbindu PTM dan 100% lansia juga tidak melakukan kegiatan
posyandu lansia diwilayah Komunitas Virtual J’21.
• 70% Lansia tidak mempunyai gejala, 10% TBC, 10% Rumatik dan
10% sering pusing, Sakit kepala dan susah tidur di wilayah
Komunitas Virtual J’21.
Data Minor
1. Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan yang kurang
• 58,3% Lansia mengatakan tidak rutin (saat hanya merasa ada
keluhan) saja memeriksakan kesehatannya
2. Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat
• Anggota komunitas virtual mengatakan kadang masih
mengkonsumsi makan yang makanan tinggi lemak dan kolesterol
• 76,9% lansia mengatakan kadang-kadang pernah lupa minum
obat hipertensi
• 92.3% lansia mengatakan selama 2 pekan terakhir ini, pernah
dengan sengaja tidak meminum obat

F. Perencanaan Keperawatan
Divisi Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Balita dan Defisit kesehatan a. Status Kesehatan Komunitas 1. Promosi perilaku upaya kesehatan
Pra komunitas b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi: Meningkatkan perubahan
Sekolah hambatan akses ke diharapkan tingkat pengetahuan meningkat perilaku penderita/klien agar memiliki
pemberi layanan dengan kriteria hasil: kemauan dan kemampuan yang
keehatan anak dan kondusif bagi kesehataan secara
balita virtual J21 Kriteria hasil Ditingkatkan menyeluruh baik bagi lingkungan
Ketersediaan 5 maupun masyarakat sekitarnya.
program promosi ( meningkat) Tindakan
kesehatan Observasi
Kepatuhan terhadap 5 • Identifikasi perilaku upaya kesehatan
standar kesehatan (meningkat) yang dapat ditingkatkan.
lingkungan Terapeutik
Partisipasi dalam 5
• Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan komunitas (meningkat)
kesehatan
Prevalensi penyakit 5
(menurun) • Orientasi lingkungan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi
b. Ketahanan Komunitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
• Jelaksan masalah kesehatan tentang
diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat
ISPA dan DIARE
dengan kriteria hasil:
• Ajarkan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
Kriteria hasil Ditingkatkan
• Anjurkan menggunakan jamban yang
Keberlanjutan 5
sehat
pelayanan rutin ( meningkat)
• Anjurkan memberantas jentik nyamuk
komunitas
dirumah seminggu sekali
Ketersediaan 5
• Anjurkan makan buah dan sayur setiap
pelayanan kesehatan (meningkat)
hari
Ketersediaan sumber 5
• Anjurkan melakukan akivitas fisik
daya untuk memenuhi (meningkat)
setiap hari
kebutuhan dasar
• Anjurkan tidak merokok di dalam
rumah
c. Status koping komunitas 2. Edukasi perilaku upaya mencari
Setelah dilakukan intervensi keperawatan kesehatan.
diharapkan perilaku kesehatan membaik dengan Defenisi : mengajarkan dan
kriteria hasil: memfasilitasi perubahan perilaku yang
Kriteria hasil Ditingkatkan mendukung kesehatan.
Keberdayaan 5 Tindakan :
komunitas ( meningkat) Observasi
Perencanaan 5 • identifikasi kesiapan dan kemampuan
komunitas (meningkat) menerima informasi
Pemecahan masalah 5 Terapeutik
komunitas (meningkat) • sediakan materi dan media pendidikan
Sumber daya 5 kesehatan.
komunitas (meningkat) • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Partisipasi masyarakat 5 kesepakatan
(meningkat) • Berikan kesempatan untuk bertanya
Insiden masalah 5 • Gunakan pendekatan promosi
kesehatan dalam (menurun) kesehatan dengan memperhatikan
komunitas pengaruh dan hambatan dari
lingkungan, sosial dan budaya.
• Berikan pujian dan dukungan
lingkungan terhadap usah yang positif
dan pencapaiannya.
Edukasi
• Jelaskan penanganan masalah
kesehatan
• Informasikan sumber ang tepat dayng
tersedia di masyarakat
• Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan
• Anjurkan menentukan perilaku spesifik
yang akan diubah
• Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
• Ajarkan pencarian dan penggunaan
fasilitas pelayanann kesehatan.
• Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan.

Remaja Defisit Pengetahuan a. Tingkat pengetahuan 1. Edukasi kesehatan


NAPZA b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi: mengajarkan pengelolaan
kekeliruan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan faktor resiko penyakit dan perilaku
mengikuti anjuran kriteria hasil: hidup bersih serta sehat.
pada remaja Tindakan
komunitas virtual Kriteria hasil Ditingkatkan Observasi
J21 Perilaku sesuai 5 • Identifikasi kesiapan dan kemampuan
anjuran ( meningkat) menerima informasi
Kemampuan 5 • Identifikasi faktor-faktor yang dapat
menjelaskan (meningkat) meningkatkan dan menurunkan
pengetahuan tentang motivasi perilaku hidup bersih dan
suatu topic sehat
Perilaku sesuai 5 Terapeutik
dengan pengetahuan (meningkat) • Sediakan materi dan media pendidikan
Persepsi keliru 5 kesehatan NAPZA
terhadap masalah (menurun) • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
b. Motivasi • Berikan kesempatan untuk bertanya
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi
diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat • Jelaskan apa itu NAPZA
dengan kriteria hasil: • Jelaskan apa saja dampak dan efek
penggunaan NAPZA
Kriteria hasil Ditingkatkan • Jelaskan apa saja faktor penyebab
Prilaku Fokus masa 5 penggunaan NAPZA
depan ( meningkat) • Ajarkan cara mencegah NAPZA
Upaya menyusun 5
rencana tidakan (meningkat) 2. Edukasi Penyalahgunaan Zat
Upaya mencari 5 Defenisi : Mengajarkan pencegahan
sumber sesuai (meningkat) penyalahagunaan zat pada individu,
kebutuhan keluarga, kelompok, masyarakat.
Upaya mencari 5 Tindakan :
dukungan sesuai (meningkat) Observasi
kebutuhan • Identifikasi pengetahuan efek zat pada
Harga Diri positif 5 tubuh
(meningkat) • Identifikasi kemampuan membaca,
Inisiatif 5 status kognitif, ppsikologis,
(meningkat) kecemasan, dan tingkat budaya
• Identifikasi metode pembelajaran (mis;
c. Proses Informasi diskusi, tanya jawab, audio atau visual,
Setelah dilakukan intervensi keperawatan metode lisan atau tulisan)
diharapkan perilaku kesehatan membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil: • Rencanakan strategi Edukasi
Kriteria hasil Ditingkatkan • Jadwalkan waktu dan intensitas
Memahami Kalimat 5 pembelajaran sesuai kemampuan
( meningkat) • Sediakan lingkungan pembelajaran
Menyampaikan pesan 5 yang kondusif dan optimal (mis; ruang
yang koheren (meningkat) kelas atau ruang terapi yang kosong)
Proses pikir teratur 5 • Berikan penguatan positif terhadap
(meningkat) kemampuan yang didapat
Proses pikir logis 5 • Ciptakan edukasi yang interaktif untuk
(meningkat) memicu partisipasi aktif selama
Menjelaskan 5 edukasi
kesamaan antar dua (meningkat) Edukasi
item • Jelaskan faktor- faktor penyalahgunaan
Menjelaskan 5 zat (mis; faktor individu, faktor
perbedaan antar dua (meningkat) lingkungan, keluarga, teman sebaya,
item sekolah, masyarakat)
• Jelaskan gejala klinis saat
menggunakan zat (jalan sempoyongan,
bicara pelo, apatis, mengantuk, agresif,
curiga)
• Jelaskan efekburuk penyalahgunaan zat
pada kesehatan
• Jelaskan efek buruk penyalahgunaan
zat pada sikap dan prilaku
• Ajarkan cara menghindari
penyalahgunaan zat
• Ajarkan mengulang kembali informasi
edukasi tentang penyalahgunaan zat.
Dewasa Prilaku Kesehatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Promosi perilaku upaya kesehatan
Cenderung Beresiko diharapkan Perilaku kesehatan meningkat dengan Observasi
b.d Pemilihan gaya
- Identifikasi perilaku upaya
hidup tidak sehat
kesehatan yang dapat ditingkatkan
Kriteria hasil Ditingkatkan
terapeutik
- Penerimaan terhadap 5
perubahan status (meningkat) - Orientasi pelayanan kesehatan yang
kesehatan dapat dimanfaatkan
- Kemampuan 5 Edukasi
melakuka tindakan (meningkat)
- Jelaskan pentingnya melakukan
pencegahan masalah
aktifitas fisik setiap hari
kesehatan
- Anjurkan tidak merokok di dalam
rumah
2. Edukasi kesehatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Kriteria hasil ditingkatkan
- Sediakan materi dan media
- Menunjukkan 5
pendidikan kesehatan
pemahaman (meningkat)
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
perilaku sehat
sesuai kesepakatan
- Kemampuan 5
- Berikan kesempatan untuk bertanya
menjalankan (meningkat)
Edukasi
perilaku sehat
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Jelaskan gizi seimbang dan
pembatasan gula, garam dan lemak
- Jelaskan gaya hidup aktif/ olahraga
teratur
- jelaskan bahaya merokok
Lansia Pemeliharaan a. Pemeliharaan kesehatan 1. Edukasi kesehatan
kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi Definisi: mengajarkan pengelolaan faktor
efektif pada keperawatan diharapkan pemeliharaan resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
komunitas virtual kesehatan meningkat dengan kriteria serta sehat.
J20 hasil:
Tindakan
Kriteria hasil Ditingkatkan Observasi
Menunjukkan perilaku 5 • Identifikasi kesiapan dan
adaptif ( meningkat) kemampuan menerima informasi
Menunjukkan 5 • Identifikasi faktor-faktor yang
pemahaman perilaku (meningkat) dapat meningkatkan dan menurunkan
sehat motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Kemampuan 5 Terapeutik
menjalankan perilaku (meningkat) • Sediakan materi dan media
sehat pendidikan kesehatan
Menunjukkan minat 5 • Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkatkan (meningkat) sesuai kesepakatan
perilaku sehat • Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
b. Perilaku kesehatan • Jelaskan faktor resiko yang dapat
Setelah dilakukan intervensi mempengaruhi kesehatan pada pasien
keperawatan diharapkan perilaku hipertensi
kesehatan meningkat dengan kriteria Faktor resiko hipertensi menurut Sartik,
hasil: dkk ( 2017):
Kriteria hasil Ditingkatkan 1. Umur : Semakin tua umur semakin
Penerimaan terhadap 5 berisiko menderita hipertensi.Tingginya
perubahan status ( meningkat) hipertensi sejalan dengan bertambahnya
kesehatan umur, disebabkan oleh perubahan struktur
Kemampuan 5 pada pembuluh darah besar, sehingga
melakukan tindakan (meningkat) lumen menjadi sempit dan dinding
pencegahan masalah pembuluh darah menjadi lebih kaku,
kesehatan sebagai akibat adalah meningkatnya
Kemampuan 5 tekanan darah sistolik
peningkatan kesehatan (meningkat) 2. Riwayat Keluarga: Riwayat
Pencapaian 5 keluarga dekat yang menderita hipertensi
pengendalian (meningkat) juga mempertinggi risiko terkena
kesehatan hipertensi terutama pada hipertensi primer.
3. Kebiasaan Merokok: Nikotin dalam
tembakau merupakan penyebab
c. Tingkat pengetahuan meningkatnya tekanan darah segera setelah
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan tingkat hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain
pengetahuan meningkat dengan kriteria dalam asap rokok, nikotin diserap oleh
hasil: pembuluh-pembuluh darah amat kecil di
dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran
Kriteria hasil Ditingkatkan darah.
Perilaku sesuai 5 4. Kebiasaan Olahraga: Olahraga
anjuran ( meningkat) dapat menyebabkan pertumbuhan
Kemampuan 5 pembuluh darah kapiler yang baru dan
menjelaskan (meningkat) jalan darah yang baru, dengan demikian
pengetahuan tentang hal yang menghambat pengaliran darah
suatu topic dapat dihindarkan atau dikurangi, yang
Perilaku sesuai 5 berarti menurunkan tekanan darah.
dengan pengetahuan (meningkat) Walaupun kesanggupan jantung untuk
Persepsi keliru 5 melakukan pekerjaannya bertambah
terhadap masalah (menurun) melalui olahraga, pengaruh dari
berkurangnya hambatan tersebut
memberikan penurunan tekanan darah
yang sangat berarti.
5. Indeks Masa Tubuh: Bila berat
badan menurun, maka volume darah total
juga berkurang, hormon-hormon yang
berkaitan dengan tekanan darah berubah,
dan tekanan darah berkurang. Penurunan
berat badan akan mengakibatkan
menurunnya tekanan darah.

• Ajarkan perilaku hidup bersih dan


sehat pada pasien hipertensi
• Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah hipertensi dan komplikasinya
antara lain:
1. Mempertahankan berat badan
dalam kondisi normal.
2. Mengatur pola makan, dengan
mengkonsumsi makan rendah garam dan
rendah lemak serta perbanyak onsumsi
sayur dan buah.
3. Melakukan olahraga dengan
teratur.
4. Mengatasi strees dan emosi,
5. Menghentikan kebiasaan merokok,
6. Menghindari minuman beralkohol
7. Memeriksa tekanan darah secara
berkala (Depkes RI, 2012)
• Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat pada pasien
hipertensi

2. Promosi perilaku upaya kesehatan


Defenisi: meningkatkan perubahan
perilaku penderita/klien agar memiliki
kemauan dan kemampuan yang kondusif
bagi kesehatan secara menyeluruh baik
bagi lingkungan maupun masyarakat
sekitarnya.
Tindakan :
Observasi
• Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat ditingkatkan
Terapeutik
• Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
• Orientasi pelayanan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan (Skrining Kesehatan)
Edukasi
• Anjurkan makan sayur dan buah
setiap hari
• Anjurkan melakukan aktifitas fisik
setiap hari

3. Edukasi Proses Penyakit


Definisi: Memberikan informasi tentang
mekanisme munculnya penyakit dan
menimbulkan tanda dan gejala yang
mengganggu kesehatan tubuh pasien.

Tindakan:
Observasi
• Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
• Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan pada pasien
hipertensi
• Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
• Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit hipertensi
• Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit hipertensi
• Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit hipertensi

Keluhan-keluhan pada penderita hipertensi


antara lain:
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit di dada
7. mudah lelah, dll (Depkes RI,2016)
• Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada penyakit hipertensi
Penyakit darah tinggi ini dapat
mengakibatkan serangan jantung, stroke,
gagal ginjal, payah jantung, dan kebutaan.
Oleh karena itu, untuk mencegah tejadinya
peningkatan tekanan darah dan resiko
penyakit kardiovaskuler penderita
hipertensi harus menerapkan pola hidup
sehat (Proverawati dan Rahmawati 2012).
• Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan

Relaksasi Nafas Dalam :


Teknik relaksasi progresif pasif
melibatkan penggunaan pernafasan perut
yang dalam dan pelan ketika otot
mengalami relaksasi dengan ketegangan
sesuai urutan yang diperintahkan. Teknik
relaksasi yang efektif dapat menurunkan
denyut jantung, tekanan darah, mengurangi
tension headache, menurunkan ketegangan
otot, meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi tekanan gejala pada individu
yang mengalami berbagai situasi (Potter &
Perry, 2010; Handayati & Safrudin, 2018).
G. Implementasi dan Evaluasi
1. Divisi Balita dan Pra Sekolah
a. Masalah Keperawatan
Defisit kesehatan komunitas pada individu keluarga yang memiliki
balita/anak dengan ISPA di community virtual J’21 d.d Memberikan
edukasi pengetahuan kepada para ibu anak dan balita tentang ISPA dan
bagaimana cara penanganannya dirumah (secara virtual)
b. Implementasi
Pembentukan wadah komunitas ibu dan balita online dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit ISPA serta bagaimana
cara penangananya dirumah pada balita/anak.
Kekuatan :
1) Adanya dukungan dan partisipasi dari anggota virtual untukmengikuti
penyuluhan.
2) Kegiatan dilakukan dengan media yang menarik yaitu dengan
menggunakan ppt dan video pembelajaran yang dilakukan secaraonline
(zoom meeting) mengenai topik ISPA serta bagaimana penanganannya
dirumah.
Kelemahan :
Kurang interaksi dengan anggota virtual karena penyuluhan dilakukan
secara online.
Peluang :
Anggota virtual semua punya alat komunikasi seperti HP untuk melakukan
penyuluhan serta diskusi mengenai pengetahuan tentang penyakit ISPA dan
bagimana cara pencegahannya buat bayi dan balita melalui zoom meeting.
Ancaman :
Tidak ada ancaman yang berarti selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi
1) Sebanyak 100% ibu menjawab benar paham tentang penyakit ISPA pada
anak dan balita.
2) Sebanyak 100% ibu menjawab benar paham tentang cara mencegah
penyakit ISPA pada anak dan balita.
3) Sebanyak 100% ibu menjawab benar paham tentang terapi
komplementer yang bisa digunakan untuk mengatasi ISPA pada anak
balita.
4) Sebanyak 100% ibu menjawab benar paham tentang bagaimana cara
membuat kecap dan perasan jeruk nipis sebagai pengobatan alternatif
ISPA pada anak balita.
5) Sebanyak 100% ibu menjawab benar paham tentang PHBS pada anak
balita.
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Memotivasi orangtua untuk memahami dan melaksanakan pendidikan
kesehatan sesuai dengan video yang diberikan pada keluarga dan
lingkungannya.
2) Menganjurkan anggota virtual untuk melakkukan terapi uap minyak
kayu putih dan madu jahe saat anak batuk, pilek, maupun demam
3) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan pola hidup bersih
dan sehat.
4) Menganjurkan anggota virtual untuk mengikuti program kesehatan yang
ada dipelayanan kesehatan.

2. Divisi Remaja
a. Masalah Keperawatan
Defisit Pengetahuan NAPZA b.d kekeliruan mengikuti anjuran pada
remaja komunitas virtual J’21
b. Implementasi
Pembentukan wadah komunitas remaja online dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan NAPZA agar,
komunitas remaja tidak terlibat dan menghindari terjerumus dengan
NAPZA.
Kekuatan
1) Adanya dukungan dan partisipasi dari anggota virtual untuk mengikuti
penyuluhan
2) Kegiatan dilakukan dengan media yang menarik yaitu dengan
menggunakan poster, ppt dan video pembelajaran yang dilakukan
secara online (zoom meeting) mengenai pengetahuan tentang NAPZA.
Kelemahan
1) Kurang interaksi dengan anggota virtual karena penyuluhan dilakukan
secara online.
2) Kondisi jaringan penyuluh mengalami gangguan sesaat dan kembali
membaik
Peluang
Anggota virtual memiliki alat komunikasi seperti HP atau laptop maupun
komputer untuk melakukan penyuluhan serta diskusi mengenai
pengetahuan tentang NAPZA.
Ancaman
Tidak ada ancaman bearti selama kegiatan penyuluhan berlangsung
c. Evaluasi
1) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Macam-macam
NAPZA adalah narkotika, psikotropika, zat psiko-aktif” dengan
jawaban benar
2) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Penggunaan
NAPZA dapat dicegah dengan mengekang anak dan komunikasi satu
arah” dengan jawaban salah
3) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “Orang yang
menggunakan NAPZA memiliki gejala mengantuk, mudah marah, dan
mata merah” dengan jawaban benar
4) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “NAPZA dapat
membuat prestasi disekolah menjadi baik” dengan jawaban salah
5) Sebanyak 100% remaja yang menjawab pertanyaan “NAPZA dapat
membuat orang kecanduan dan berakhir kematian” dengan jawaban
benar
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjur remaja pada anggota virtual untuk menghindari NAPZA
2) Menganjur orangtua pada anggota virtual untuk mengawasi dan
mencegah penggunaan NAPZA pada anaknya
3. Divisi Dewasa
a. Masalah Keperawatan
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak
sehat pada komunitas dewasa virtual J’21
b. Implementasi

Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup sehat yaitu :


Makanan yang sehat/ gizi seimbang di tengah pandemi covid 19, Gaya
hidup aktif/ olahraga teratur.
Kekuatan :
1)Adanya dukungan dan partisipasi dari anggota virtual untuk mengikuti
penyuluhan terkait gizi seimbang di tengah pandemi covid 19.
2)Kegiatan dilakukan dengan media yang menarik yaitu dengan
menggunakan ppt dan video pembelajaran yang dilakukan secara
online (zoom meeting) mengenai gizi seimbang di tengah pandemi
covid 19
Kelemahan:
Kurang interaksi dengan anggota virtual karena penyuluhan dilakukan
secara online.
Peluang :
Anggota virtual semua punya alat komunikasi seperti HP untuk melakukan
penyuluhan serta diskusi mengenai mengenai gizi seimbang di tengah
pandemi covid 19 via zoom meeting.
Ancaman :
Tidak ada ancaman yang berarti selama kegiatan berlangsung.
c. Evaluasi
1) Sebanyak 100% anggota virtual dewasa mengetahui pilar hidup sehat
2) Sebanyak 92,9% mengetahui makanan yang dapat menurunkan
hipertensi
3) Sebanyak 100% mengetahui masalah yang sering dijumpai akibat gizi
tidak seimbang dan pola hidup tidak sehat
4) Sebanyak 100% mengetahui cara meningkatkan daya tahan tubuh
lindungi keluarga dari covid 19
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan pola hidup bersih dan
sehat.
2) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan pola makan sehat dan
gizi seimbang

4. Divisi Lansia
a. Masalah Kperawatan
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada agregat lansia Community
virtual J’21 berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalah
b. Implementasi

Melakukan penyuluhan kesehatan tentang penegertian, penyebab, tanda


gejala, komplikasi, pencegahan, perawatan dan pengobatan hipertensi.

Kekuatan :
1) Anggota virtual lansia sangat berpartisipasi mulai dari pengkajian
sampai dilakukannya implementasi berupa pendidikan kesehatan
hipertensi
2) Kegiatan dilakukan melalui Zoom Meating dengan penjelasan berupa
PPT tentang pendidikan kesehatan hipertensi.
Kelemahan :
1) Kurang interaksi dengan anggota virtual karena pendidikan kesehatan
dilakukan secara online.
2) Anggota virtual lansia tidak semuanya yang memiliki hp/gadget
pribadi, sehingga harus menunggu anak atau cucu nya dulu agar dapat
masuk mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang hipertensi.
Peluang :
Anggota virtual dapat mengikuti kegiatan mulai dari pengkajian hingga
kegiatan implementasi berupa penjelasan materi melalui Zoom Meating
karena baik dari lansia ataupun keluarganya semua sudah memiliki HP.
Ancaman :
Tidak ada ancaman yang berarti selama kegiatan berlangsung.
c. Evaluasi
1) Seluruh anggota virtual 100% paham tentang pengertian hipertensi.
2) Seluruh anggota virtual 100% paham dengan tekanan darah normal
≤140/90 mmHg
3) Seluruh anggota virtual 100% paham tekanan darah tinggi dapat
membahyakan ginjal, otak, mata, dan jantung
4) Sebgian besar anggota virtual mengatakan perlu melakukan
pengontrolan darah untuk pola hidup sehat
5) Seluruh anggota virtual 100% paham penyebab hipertensi yang beruba
usia, faktor keturunan, stress, kurang aktivitas, obesitas, konsumsi
alkohol dan kebiasaan merokok.
6) Sebagian besar anggota virtual paham tanda dan gejala hipertensi
yang berupa sakit kepala, sakit ditengkuk, telinga berdenging,
penglihatan kabur, dan mudah marah.
7) Anggota virtual lansia sudah melakukan pencegahan hipertensi berupa
berupa pola hidup sehat, mematuhi terapi dan olahraga
8) Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, anggota virtual lansia
beranggapan:
• Mengerti
• Sadar mengenai kesehatan
• Lebih mengerti dan faham
• Faham dan mengerti
• Mengerti tentang kesehatan
9) Kesulitan yang dihadapi anggota virtual lansia dalam perawatan
hipertensi, berupa:
• Malas melakukan aktivitas fisik
• Tidak bisa menjauhi makanan bersantan
• Tidak bisa membatasi makanan
• Tidak suka makan sayur dan sangat suka makan rendang
• Tidak ada yang mengingatkan
10) Seluruh anggota virtual 100%, beranggapan kesulitan yang dirasakan
sudah berkurang setelah diberikan
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan anggota virtual lansia untuk membiasakan pola hidup
bersih dan sehat serta mengajak keluarga berkontribusi untuk perawatan
hipertensu pada lansia dirumah
2) Menganjurkan anggota keluarga virtual dapat selalu memahami dan
melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan apa yang sudah
dijelaskan.
3) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan pola hidup sehat.
4) Menganjurkan anggota virtual untuk mengikuti program kesehatan yang
ada dipelayanan kesehatan.
5) Menganjurkan anggota virtual untuk membiasakan anggota keluarga
hidup sehat dan mengurangi makanan yang bersanatan dan tinggi garam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan membahas tentang bagaimana pelaksanaan asuhan


keperawatan komunitas Community Virtual J’21 dari tanggal 5 Juli sampai 8 Agustus
2021 yang dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, dimana masing- masing tahap
tersebut akan dibahas berdasarkan analisa SWOT yang meliputi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman terhadap masing- masing tahapan.
A. Tahap Persiapan
Perawat komunitas adalah sebagai salah satu ujung tombak pelayanan primer
di tengah-tengah masyarakat, perawat mendapatkan amanah yang mulia ini untuk
menjadi penggerak dan penggagas perubahan (agent of change), menemukan solusi-
solusi dan bekerja bersama-sama dengan setiap lapisan masyarakat, terhadap
masalah kesehatan yang ditemukan sebelum menjadi masalah yang lebih kompleks
dan luas melalui upaya promotif, preventif, rehabilitatif, dan kuratif dalam masalah
kesehatan.
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas sebagai salah satu wadah pembelajaran mahasiswa dan calon-
calon perawat komunitas di masa depan turut memberikan sebuah andil dan
kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada di Community Virtual
J’21. Community Virtual J’21 ini tidak memiliki wilayah secara khusus karena
situasi wabah pandemic Covid- 19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia
dan khususnya Provinsi Sumatera Barat yang seharusnya menjadi tempat ataupun
lahan praktek mahasiswa profesi keperawatan siklus komunitas. Sehingga
Community Virtual J’21 diambil dari keluarga masing-masing anggota kelompok
J’21.
Sebagai langkah awal dalam proses ini telah dilakukan pengkajian awal
melalui wawancara, observasi serta survey dengan cara melakukan penyebaran
kuesioner atau angket secara online melalui google form pada tanggal 5 Juli – 08
Agustus 2021 untuk mendapatkan gambaran umum mengenai masalah kesehatan di
Community Virtual J’21. Adapun elemen yang dinilai melalui observasi,
wawancara, dan penyebaran kuesioner atau angket secara online melalui google
form antara lain: sejarah, demografi dan penduduk, umur dan jenis kelamin,
distribusi suku bangsa, nilai dan keyakinan, lingkungan fisik, kesehatan dan
pelayanan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi, dan data persepsi masalah kesehatan.

Analisa Swot Tahap Persiapan


1. Kekuatan
a. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa untuk mempersiapkan
kegiatan bersama-sama.
b. Bimbingan yang diberikan oleh pembimbing akademik.
c. Mendapat partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat Community
Virtual J’21.
d. Peserta Community Virtual J’21 yang menghadiri cukup antusias dan banyak
menyumbangkan ide-ide kegiatan yang dilakukan sesuai yang dirasakan
perlu dan dibutuhkan oleh masyarakat Community Virtual J’21.
2. Kelemahan
a. Sulitnya mengumpulkan anggota masyarakat Community Virtual J’21
melalui media daring karena terkendala jaringan dan waktu permasing-
masing anggota.
b. Memerlukan peralatan tambahan lebih seperti laptop, Handphone dan data
internet untuk bisa mengikuti kegiatan MMK.
c. Hanya sebagian masyarakat Community Virtual J’21 yang berpartisipasi
menghadiri acara MMK yang diadakan mahasiswa.
3. Peluang
Mahasiswa diterima dengan baik oleh masyarakat Community Virtual J’21
4. Ancaman
a. Beberapa anggota masyarakat Community Virtual J’21 ada yang tidak bisa
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa, karena banyak yang
bekerja. Dan waktu diadakan MMK tidak sesuai dengan waktu kosong
anggota. Selain itu anggota masyarakat Community Virtual J’21 juga
terkendala jaringan untuk bisa bergabung dalam acara MMK yang diadakan
secara daring.
b. Kegiatan MMK dilakukan pada siang hari sehingga banyak anggota
masyarakat Community Virtual J’21 yang memiliki kegiatan untuk keluarga
masing-masing.
Berdasarkan analisa pada tahap persiapan terdapat beberapa kelemahan yaitu
sulitnya mengumpulkan anggota masyarakat Community Virtual J’21 melalui media
daring karena terkendala jaringan dan memerlukan peralatan tambahan lebih seperti
laptop, handphone dan data internet untuk bisa mengikuti kegiatan MMK yang
dilakukan secara daring. Ini sesuai dengan penelitian Hasanah dkk, (2020) bahwa
tantangan menggunakan pembelajaran daring adalah ketersediaan layanan internet.
Pembelajaran daring memiliki kelemahan ketika layanan intenet lemah, sehingga
penyampaian informasi tidak dipahami (Astuti, P., & Febrian, F.,2019). Menurut
Andri Anugrahana(2020) yang mengatakan bahwa hambatan pembelajaran daring
ialah kesulitan mencari jaringan internet, kesulitan sinyal dan terkendala fasilitas
HP. Pembelajaran daring dalam pelaksanaannya akan berjalan dengan baik apabila
akses internet bisa menjangkau keseluruh daerah.

B. Tahap Pengkajian dan Pengumpulan Data


Pada tahap pengkajian awal melalui metode pbservasi, wawancara dan
penyebaran kuisioner atau angket secara online melalui google form pada tanggal 5
– 8 Agustus 2021 dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
masalah kesehatan masyarakat Community Virtual J’ 21. Ada beberapa elemen
yang dinilai melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket secara online
melalui Google form yaitu : data demografi dan penduduk, umur dan jenis kelamin,
sejarah, distribusi suku bangsa, lingkungan fisik, nilai dan keyakinan, ekonomi,
transportasi dan keamanan, kesehatan dan pelayanan kesehatan, pemerintahan dan
politik, komunikasi, pendidikan dan rekreasi, dan berbagai data persepsi
permasalahan kesehatan yang mungkin muncul pada divisi agregat anak, remaja,
dewasa dan lansia yang hasilnya telah disampaikan pada MMK 1.
Analisa Swot Tahap Pengkajian
1. Kekuatan
a. Adanya Partisipasi secara aktif dari anggota masyarakat Community Virtual
J’21 dalam memberikan informasi untuk pengumpulan data.
b. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuisioner/angket yang dapat
diakses secara online melalui google form.
c. Terdapatnya semangat kerja anggota kelompok dalam melakukan pengkajian
dengan kuisioner/ angket secara online melalui google form.
2. Kelemahan
Adanya kendala dalam jaringan menyebabkan sulitnya mengumpulkan data dari
anggota masyarakat Community Virtual J’21 secara daring.
3. Peluang
Mahasiswa diterima dengan baik oleh masyarakat Community Virtual J’21.
4. Ancaman
Ditemukannya beberapa masalah kesehatan tapi anggota masyarakat Community
Virtual J’21 kurang merasakan dan kurangnya rasa peduli terhadap masalah
kesehatannya.
Berdasarkan analisa SWOT pada tahap pengkajian terdapat ancaman yaitu
adanya beberapa anggota Community Virtual J’21 ditemukan masalah kesehatan
tetapi kurang dirasakan oleh masyarakat sehingga untuk menghadapi anacaman
tersebut maka kelompok merumuskan strategi untuk memberikan pendidikan
kesehatan.

C. Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan


Berdasarkan data dan informasi yang bersumber langsung dari community
virtual J’21 dari keempat devisi baik devisi anak, devisi remaja, devisi dewasa dan
devisi lansia tentang keadaan kesehatan di community virtual J’21, maka dapat
dirumuskan perencaaan untuk mengatasi masalah-masalah yang menjadi problem
kesehatan disetiap devisi. Bersama anggota virtual baik orang tua dari anak, remaja,
community dewasa dan lansia beserta mahasiswa merencanakan beberapa kegiatan
yang berorientasi untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut disetiap devisi secara
bersama-sama.
Prinsip intervensi komunitas adalah menempatkan manusia bukan sekedar
sebagai objek, tapi juga menjadi aktor yang dapat menentukan tujuan,
mengendalikan sumber daya, serta menggerakan proses-proses yang mempengaruhi
kehidupan. Pada rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan dari intervensi
mahasiswa pada community virtual J’21, perlu adanya perencanaan/penyusunan
rencana yang benar-benar baik dan optimal seperti merancang kegiatan yang akan
dilaksanakan kemudian sasaran kommuniti virtual untuk dilakukan intervensi serta
jenis media yang dibutuhkan dalam menjalankan intervensi tersebut. Dalam
menjalankan dan mengembangkan rencana yang optimal sesuai harapan dan tujuan
perlu adanya penjelasan tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan serta adanya media yang akan dipakai serta community virtual J’21.
Menurut Liknas (1983) peran perawat diantaranya pelaksana, pendidik,
pengelola dan peneliti. Pada peran pelaksana harus terdapat yang tepat dengan
trategi intervensi terdiri dari promosi kesehatan, pelayanan kesehatan, kegiatan
kelompok dan pemberdayaan masyarakat (Mc. Farley dan Anderson, 2002).
Penggunaan rencana kegiatan difokuskan pada kegiatan promosi kesehatan,
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Menurut Betty
Neuman penyusunan rencana ini sesuai dengan model keperawatan komunitas yang
digunakan yaitu dengan pendekatan intervensi primer, sekunder dan rehabilitatif.
Perumusan masalah kesehatan dan diagnosa keperawatan disepakati serta
dilakukan bersama dengan anggota community virtual J’21 melalui kegiatan
Musyawarah Masyarakat Komunitas (MMK I). Adapun rencana intervensi dari
kegiatan yang akan dilakukan adalah :
1. Promosi kesehatan
a. Penyuluhan pada anak tentang Diare dan pendidikan kesehatan tentang
penaganan Diare dengan menggunakan jeruk nipis dan kecap
b. Penyuluhan pada remaja tentang NAPZA
c. Penyuluhan pada dewasa tentang Merokok & Pola Makan teratur
d. Penyuluhan pada lansia tentang Hipertensi
2. Pemberdayaan Kesehatan
a. Membentuk komunitas online baik dari grup Zoom Meting.
b. Pengisian googleform baik dalam pengkajian sampai ke Evaluai
c. Musyawarah Masyarakat Komunitas I (MMK I)
Pada pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati secara bersama oleh anggota
virtual, maka diperlukan kerjasama dan partisipasinya untuk bergabung dalam
community virtual sehingga dapat diketahui gambaran kegiatan yang akan diangkat
dikemudian hari setelah berakhirnya praktek profesi komunitas mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas.

Analisa Swot Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan


1. Kekuatan
a. Pengetahuan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan dan
Planning Of Action (POA)
b. Telah terbina rasa percaya dan kerjasama yang baik antara mahasiswa
dengan community virtual J’21
2. Kelemahan
a. Masih kurangnya pengetahuan community virtual dalam penyusunan
rencana tindakan.
b. Kesibukan /jenis pekerjaan yang beragam sehingga sebagian besar warga
memiliki waktu luang sore hari terutama pada devisi tertentu
c. Gangguan jaringan yang sering terjadi mempersulit pembuatan rencana yang
mungkin dilaksanakan.
3. Peluang
a. Adanya kegiatan mahasiswa praktik profesi keperawatan komunitas tahun
2021
b. Dukungan kegiatan dari pihak anggota community virtual J’21.
c. Partisipasi community virtual J’21
4. Ancaman
Dalam menyusun diagnosa keperawatan dan perencanaan kegiatan yang
akan dilakukan, mahasiswa mengalami kendala karena ada beberapa
permintaan yang diajukan oleh community virtual saat pelaksanaan
Musyawarah Masyarakat Kelurahan I (MMK I), yaitu warga meminta
sebaiknya kegiatan penyuluhan dilakukan dalam satu hari dan dilakukan pada
sore hari dikarnakan pekerjaan di pagi dan siang hari. Oleh sebab itu dari
berbagai macam saran yang diberikan community virtual, akhirnya bisa
diputuskan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan serta waktu yang
disepakati.
Pada perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan dari intervensi, mahasiswa
dan community virtual berharap kegiatan tersebut dapat terlaksana seluruhnya
dengan baik dan mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan dalam mengatasi
masalah kesehatan.

D. Tahap Impelemntasi
Setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh community virtual,
maka dilakukan implementasi dari rencana tersebut. Dari perencanaan kegiatan yang
telah dilaksanakan pada tahap implementasi selama ± 4 hari, sebagian telah dapat
dilakukan kegiatan dengan baik, hal ini disebabkan karena adanya perencanaan yang
matang serta kesempatan yang mendukung.
Menurut teori dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya
merumuskan strategi untuk kegiatan serta bagaimana agar tindakan yang kita
lakukan mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan kerja kelompok (Mc Farley,
Anderson, 2002).

Analisa Swot Tahap Implementasi


1. Kekuatan
a. Kerjasama yang baik antar community virtual untuk melaksanakan kegiatan
yang sudah direncanakan.
b. Keterampilan, kemampuan, persiapan, dan pengetahuan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan.
c. Adanya dukungan dan partisipasi dari anggota virtual terutama orangtua
untuk mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan
d. Kegiatan dilakukan dengan media yang menarik yaitu dengan menggunakan
video yang dishare di grup WA anggota virtual.
e. Hasil evaluasi dibuat dalam googleform yang langsung dikirim ke WA grup
virtual yang dapat diisi langsung dan mempermudah anggota virtual dalam
mengisinya dengan cara ceklist dan memilih satu yang benar
2. Kelemahan
a. Tidak lengkapnya kehadiran peserta dari community virtual
b. Kurang interaksi dengan anggota virtual karena penyuluhan dilakukan secara
online.
c. Kurang dapat mengkaji lingkungan sebenarnya pada anggota virtual
d. Jaringan dan keterbatasan quota internet community virtual
3. Peluang
a. Dukungan dari Pembimbing Akademik
b. Adanya kesediaan dari community virtual untuk bergabung dalam komunitas
online.
4. Ancaman
Aktifitas yang beragam dari masyarakat sehingga partisipasi community virtual
J’21 membuat sebagian anggota virtual tidak hadir dalam kegitan virtual online.

E. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan kegiatan menilai pelaksanaan intervensi dan
implementasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini masih banyak kegiatan yang
harus dievaluasi karena membutuhkan waktu yang lama, sehingga perlu rencana
tindak lanjut bersama anggota community virtual J’21 sesuai dengan rencana
keperawatan yang ada. Sedangkan untuk evaluasi singkat berupa reaksi verbal yang
dilakukan seperti setelah pelaksanaan kegiatan edukasi melalui video rekaman yang
dievaluasi menggunakan .

Analisa Swot Tahap Evaluasi


1. Kekuatan
Kemampuan mahasiswa dalam melakukan evaluasi dan memotivasi masyarakat
dalam menyusun rencana tindak lanjut
2. Kelemahan
a. Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi yang diperoleh pada setiap
kegiatan sehingga membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
b. Kurangnya motivasi dari masyarakat dalam menyusun rencana tindak
lanjut.
3. Ancaman
Adanya keterbatasan waktu yang dimiliki masyarakat
Dalam tahap evaluasi ini terdapat kelemahan berupa kurangnya motivasi
masyarakat dalam menyusun kegiatan tindak lanjut. Hal ini terlihat dalam beberapa
pelaksanaan kesehatan. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan
seseorang mau dan rela untuk menyerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
keterampilan, tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
yang menjadi tanggung jawab dan menunaikan kewajibannya dalam rangka
mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya
(Notoadmodjo, 2008)
Selain dilakukan analisa pada tahap evaluasi juga dilakukan analisa terhadap
masing-masing masalah yang ditemukan di community virtual J’21 dan untuk tindak
lanjut akan dilakukan oleh anggota masyarakat community virtual itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengumpulan data dilakukan oleh mahasiswa program profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas kelompok J21 dari tanggal 05 Juli sampai 09
Agustus 2021 terhadap anggota Community virtual J’21 yang berasal dari berbagai
provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Padang, Pesisir Selatan, Maninjau,
Dhamasraya dan Kepulauan Riau yang terdiri dari 27 kepala keluarga dengan jumlah
anggota keluarga ( 82 Anggota keluarga ). Yang kemudian kami bagi dalam 4 divisi
tumbuh kembang/agregat, yaitu balita dan anak, remaja, dewasa dan lansia.
1. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tersebut dapat ditarik beberapa
permasalahan kesehatan komunitas di Community virtual J’21 yaitu :
a. Defisit kesehatan komunitas pada Balita dan anak dengan ISPA pada
Community virtual J’21 Tahun 2021
b. Defisit Pengetahuan NAPZA b.d kekeliruan mengikuti anjuran pada remaja
komunitas virtual J’21
c. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak
sehat pada komunitas dewasa virtual J’21
d. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada agregat lansia Community virtual
J’21 berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalah.
2. Setelah ditemukan masalah kesehatan komunitas, maka disusunlah suatu
rencana keperawatan komunitas dengan strategi :
a. Komunitas, edukasi, informasi
b. Penyebaran informasi
3. Berdasarkan rencana keperawatan komunitas seperti yang tercermin dalam
Planning Of Action (POA), maka mahasiswa mulai melakukan implementasi
keperawatan meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan pada Ibu atau keluarga dengan balita dan anak
mengenai ISPA
b. Penyuluhan kesehatan pada remaja tentang bahaya NAPZA
c. Penyuluhan kesehatan pada orang dewasa tentang merokok dan pola makan
teratur
d. Penyuluhan kesehatan pada lansia tentang hipertensi
Setelah selesai melakukan implementasi keperawatan komunitas mahasiswa
melakukan evaluasi (terlampir dalam laporan hasil kegiatan) dan secara umum
evaluasi dari implementasi keperawatan komunitas yang telah di lakukan mahasiswa
pada Community virtual J’21 adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi Struktur
• Kegiatan penyuluhan dilakukan melalui zoom Meeting yang telah dibuat
linkny oleh mahasiwa dan diberikan kepada anggota masing-masing divisi
pada community virtual J’21 melalui Whatsapp grup.
• Peran dari masing-masing mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang telah
di tetapkan.
2. Evaluasi Proses
• Pada umumnya anggota community virtual J’21 mendukung setiap kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
• Semua anggota community virtual J’21 mendapat informasi mengenai
masalah kesehatan memalui Zoom Meeting yang telah diberikan.
• Semua anggota community virtual J’21 antusias dan berperan aktif selama
kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
• Anggota community virtual berperan aktif dalam penyuluhan yang dilakukan
dengan cara Zoom Meeting yang dibuat oleh mahasiswa, dimana seluruh
anggota community viertual J’21 mau mengikuti kegiatan melalu Zoom
Meting yang linknya disebarkan oleh mahasiwa kepada anggota community
virtual.
• Rencana keperawatan komunitas yang disusun oleh mahasiwa bersama
anggota community virtual telah dapat dilaksanakan. Keberhasilan tersebut
berkat kerjasama yang baik serta dukungan dan partisipasi dari seluruh
anggota community virtual J’21.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami dapat mengemukakan saran sebagai
berikut :
1. Anggota community virtual J’21 dapat terus menerapkan perilaku hidup sehat
dan dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
agar dapat mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status
kesehatannya.
2. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan praktek profesi secara daring
khususnya di komunitas diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan
anggota community virtual dan lebih kreatif dalam melakukan proses
keperawatan di komunitas.
3. Bagi institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Unand sebagai lembaga formal
tempat mahasiswa menuntut ilmu diharapkan dapat terus membimbing
mahasiswa selama menjalani praktek profesi di komunitas khususnya selama
masa pandemi COVID-19 ini sehingga mampu mencapai kompetensi
mahasiswa sesuai yang diharapkan dan dapat mempertahankan dan
meningkatkan serta mendukung selalu kreatifitas mahasiswa Fkep Unand.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson & Mc Farlane (2000).Community As Partner Theory And Practice In


Nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins

Effendi Sofian.2012.Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES

Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek, Bandung, Rosda.

Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice. Upper Saddle River-
New Jersey: Prentice Hall.

Mahathir. (2020). Buku Ajar Sukses Praktek Profesi Keperawatan Komunitas.


Yogjakarta: CV Budi Utama.

Mubarak, W I dan Chayatin N. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan


Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Widyanto, F.C.(2014). Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis. Yogyakarta


: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai