Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

S
DENGAN NYERI KRONIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Praktik Klinik Stase Gerontik


Dosen Pembimbing:
Ns. Muhammad Mu’in, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh:
Denny Safiudin
22020120210087

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 36


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Nama : Denny Safiudin


Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 29 Mei 1991
Alamat Rumah : Padan RT 04 RW 12, Keji, Muntilan, Magelang
No. Telp : 085643729622
Email : dennysafiudin45@gmail.com

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan saya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny.S dengan Nyeri Kronis” bebas dari plagiarisme
dan bukan merupakan hasil karya orang lain. Apabila kemudian hari ditemukan
sebagian atau seluruh bagian dari laporan ini terindikasi plagiarism, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan akademik yang sudah ditetapkan
UNDIP.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.

Semarang, 29 September 2020


Yang menyatakan,

Denny Safiudin
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan Lestari dkk (2014) Penuaan ini mengalami proses
alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus-menerus, dan
berkesinambungan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan(Maryam, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan pertama adalah
faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap stress,
pertahanan terhadap antioksidan. Kedua adalah faktor lingkungan, yang
meliputi pemasukan kalori dan berbagai macam penyakit, salah satu dari
penyakit tersebut adalah arthritis gout (Asam Urat) yang merupakan
penyakit radang sendi akibat terakumulasinya kristalmikroskopik asam
urat atau dikenal dengan sebutan tophi dalam persendian, yang
menimbulkan peradangan. Hal ini dikarenakan tingginya kadar asam urat
dalam darah atau hiperurisemia (Muchtadi, 2013).
Gout Arthritis ini menduduki urutan kedua di Indonesia setelah
osteoartritis, penderita penyakit ini di Indonesia di perkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi ini akan meningkat seiring dengan
peningkatan umur.(Ari & Liana, 2016) Penyakit gout yang terjadi pada
lansia ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dimana
penderita penyakit asam urat tingkat lanjut akan mengalami radang sendi
yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada
gejala apapun, namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat
hebat hingga tidak bisa berjalan. Proses penyakit ini apabila berlanjut,
dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku
(Apriyanti, 2013) Pada penderita Gout arthritis biasanya akan timbul
masalah jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada
sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum
ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat.(Zahara, 2014)
Nyeri merupakan pengalaman sensori nyeri dan emosional tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
potensial dalam tubuh yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun
sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di
tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual
(Judha, 2012). Nyeri pada penderita Gout Arthritis saat tidur tanpa
merasakan ada gejala nyeri sedikitpun, namun ketika bangun pagi harinya
terasa nyeri yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan. Proses penyakit
ini apabila berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan
atau kaki, lutut, dan siku (Apriyanti, 2013) Kemudian gejala nyeri yang
dirasakan penderita Gout Arthritis ini juga dapat menyebabkan perubahan
fisiologis yang berpengaruh terhadap penampilan fisik dan menurunnya fungsi
tubuh pada kehidupan sehari-hari. Penderita Gout Arthritis dapat mengalami
gangguan mobilitas fisik, gangguan tidur, bahkan gangguan interaksi sosial.
Sehingga hal tersebut perlu mendapat penanganan tepat dan segera.
(Kowalak,2011)
Berdasarkan hasil pengkajian di rumah Ny. S pada tanggal 29 September
2020 diperoleh hasil bahwa Ny. S mempunyai masalah keperawatan berupa
nyeri kronis. Pasien terlihat seringkali memegangi lutut kananya. Pasien
mengatakan nyeri lutut kanannya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pada
saat pengkajian pasien telihat menahan rasa sakit saat kaki kanan ditekuk dan
digerakkan, nampak pembengkakan di lutut kanan. Pengkajian yang telah
dilakukan pada Ny.S tentang nyeri dengan menggunakan konsep PQRST,
didapatkan hasil bahwa Ny.S mengalami nyeri pada sendi lutut dengan skala 4
dari rentang 1-10. Ny. S mengatakan nyeri seperti tertusuk dan sering dirasakan
saat ditekuk dan digerakkan. Nyeri akan bertambah apabila Ny.S sedang
beraktivitas terutama saat kaki kanan ditekuk dan digerakkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik pada Ny.
S sesuai dengan masalah keperawatan yang telah ditemukan serta
memperhatikan proses penuaan yang dilihat dari bio-psiko-spiritual dan
sosial
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. S meliputi
dimensi biofisik, dimensi psikologis, dimensi fisik, dimensi sosial,
dimensi tingkah laku dan dimensi sistem kesehatan.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai
hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny. S
c. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan
kriteria hasil berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah
dirumuskan.
d. Mahasiswa mampu menerapkan intervensi sesuai dengan masalah
yang ditemukan.
e. Mahasiswa mampu menerapkan terapi nonfarmakologis pada
implemantasi yang dilakukan.
f. Mahasiswa mampu merumuskan evaluasi dan rencana tindak lanjut
dari asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia
1. Pengertian
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, di
mana manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari
bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua.(Azizah, 2011) Lanjut
usia juga bisa diartikan sebagai tahap lanjut kehidupan manusia yang
ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi tubuhnya baik secara
fisik maupun psikologis (Munawwarah, 2015).
2. Batasan umur lansia
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 4 kategori lansia
berdasarkan batasan usia
Lansia, yaitu:
a. pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun
3. Karakteristik lansia
Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun yang sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU
No.12 tentang kesehatan.
b. Kebutuhan hidup dan masalah yang muncul bervariasi dari rentang
sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tugas perkembangan lansia
Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan lansia sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan Dinik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial serta masyarakat
secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.
5. Perubahan pada lansia
Perubahan fisik yang terjadi pada seorang lansia secara fisik meliputi
perubahan dari tingkat sel keseluruhan sistem organ, antara lain sebagai
berikut: (Maryam, et al, 2008)
a. Perubahan fisik
1) Sistem respirasi

Pada lansia sistem respirasi meliputi:


- Adanya perubahan otot pernafasan yang berubah
menjadi kaku dan kehilangan kekuatan
- Menurunnya elastisitas paru, melebar dan jumlahnya
menurun, menyebabkan terganggunya proses difusi
- Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi
batuk sehingga potensial terjadi penumpukan secret
- Terjadi penyempitan bronkus
2) Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardivaskular lansia mengalami perubahan:
- Katup jantung menebal dan kaku
- Kemampuan memompa darah menurun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
- Elastisitas pembuluh darah menurun
- Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
3) Sistem muskuloskeletal:

Pada sisten muskuloskeletal terjadi perubahan cairan tulang


menurun sehingga mudah rapu, bungkuk, persendian membesar
dan kaku, tendon mengerut, kram, tremor dan mengalami
sclerosis.
4) Sistem persarafan :

Perubahan sistem persarafan lansia meliputi:


- Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon
- Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan reflek.
b. Perubahan Mental dan Psikologis
Munurut Maryam, et al (2008) perubahan psikologis pada lansia
meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan
kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi dan kecemasan. Dalam psikologi perekambangan, lansia dan
perubahan yang dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh
hal-hal berikut:
- Keadaan fisik lemah tak berdaya, sehingga bergantung pada
orang lain
- Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
pola hidupnya
- Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan
status ekonomi dan kondisi fisik

Menurut Nugroho (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi


perubahan mental antara lain:

- Perubahan fisik, khusunya organ perasa


- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan
- Limgkungan
- Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
- Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga.
6. Aktivitas dan latihan pada lansia
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan menurun. Penurunan
kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat
lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Olah raga pada lanjut
usia perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan
atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik,
tidak kompetitif atau bertanding.
Upaya yang dilakukan oleh lansia dalam mempertahankan kesehatanya
dengan melakukan perawatan, pengobatan, pola hidup sehat dan juga upaya
lain seperti olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia antara lain
dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-jalan,
bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam (Maryam dkk,
2008).

B. Nyeri Kronis
1. Definisi
Menurut PPNI (2016) Nyeri kronis merupakan pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung
lebih dari 3 bulan, sedangkan menurut NANDA (2018-2020),
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan. Rasa nyeri yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari 3 bulan.
2. Faktor yang Berhubungan
Faktor yang berhubungan menurut NANDA (2018-2020) yaitu
agen pencedera, malnutrisi, gangguan muskuloskeletal kronis,
isolasi sosial, kerusakan sistem saraf, distress emosi, cedera otot,
gangguan metabolik, keletihan, ketidakseimbangan
neurotransmiter, dan kompresi otot.
3. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri adalah suatu proses dialog antara pasien dan
tenaga kesehatan tentang tiga hal: deskripsi nyeri dan
intensitasnya, respon pasien terhadap nyeri, serta dampak nyeri
terhadap kehidupan pasien.(Powell, 2010) Berikut adalah bentuk
pengkajian nyeri PQRST:
a. Provokes and Palliatet (P)
Apa penyebab nyeri? Apa yang mengurangi nyeri? Apa saja
pengobatan yang sudah diterima dan apakah obat diminum
dengan rutin? Apa yang memperburuk nyeri?
b. Quantity (Q)
Bagaimana deskripsi nyerinya? Tajam? Tumpul? Seperti rasa
tertusu/terbakar/diremas-remas?
c. Region and radiation (R)
Dimana lokasi nyeri? Apakah hanya pada satu tempat? Apakah
menjalar? Ke mana? Apakh nyeri muncul di tempat lain?
d. Severity (scale) (S)
Bagimana intensitasnya? Bagaimana pengaruh nyeri terhadap
tidur, fungsi fisik, kemampuan bekerja, ekonomi, mood,
kehidupan keluarga, kehidupan sosial dan seks?
e. Time (T)
Kapan nyeri tersebut mulai muncul? Apakah muncul terus
menerus atau hilang timbul? Berapa lama munculnya? Kapan
hilang? Kapan timbul? Apakah bisa tidur di malam hari?
Apakah mengganggu aktivitas di siang hari? Apakah nyeri saat
bergerak?
4. Penatalaksanaan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi nyeri yaitu menggunakan manajemen nyeri.
Menurut PPNI (2016) definisi dari manajemen nyeri yaitu
mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitam dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan, hingga berat dan konstan. Tindakannya
sebagai berikut:
a. Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
b. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
(tens, hypnosis, akupresur, terapi musik, terapi piajt,
aromaterapi, kompres hangat/dingin dan terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbnagkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

C. Risiko Kesepian
1. Definisi
Menurut Sears, et al. (2006:212) bahwa kesepian menunjuk pada
kegelisahan subjektif yang kita rasakan pada saat hubungan sosial
kita kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hal ini bisa bersifat
menyenangkan atau tidak menyenangkan, kesepian mencerminkan
isolasi sosial yang dirasakan atau terbuang, sedangkan menurut
NANDA 2018-2020, risiko kesepian yaitu rentan mengalami
ketidaknyamanan yang berkaitan dengan keinginan atau
kebutuhan untuk melakukan lebih banyak kontak dengan orang
lain, yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Faktor Risiko
Deprivasi afek, deprivasi emosional, isolasi fisik, isolasi sosial
3. Bentuk-bentuk Kesepian
Sears et al. (2009: 215) membedakan dua tipe kesepian,
berdasarkan hilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami oleh
seseorang yaitu:
a) Kesepian emosional
Timbul dari ketiadaan figure kasih sayang yang intim, seperti
yang biasa diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang
bias diberikan tunangan atau teman akrab kepada seseorang.
b) Kesepian sosial
Terjadi bila orang kehilangan rasa terintegrasi secara sosial
atau teritegrasi dalam suatu komunikasi, yang bisa diberikan
oleh sekumpulan teman atau rekan kerja.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian
Ada dua faktor yang mendorong kesepian (Cheryl & Parello 2008)
yaitu:

a) Faktor situasional

Faktor ini mengenai situasi kehidupan yang dialami ketika


perasaan seseorang akan menjadi kesepian. Situasi kehidupan,
seperti perceraian, perpisahan, sosial situasi individu dirawat di
rumah sakit atau sakit kronis anak- anak atau anggota keluarga,
dan mereka yang baru saja pindah ke lingkungan baru atau
sistem sekolah. Status Sosial Ekonomi

b) Faktor characterological

Characterological faktor yang mendorong kesepian adalah ciri-


ciri kepribadian seperti introversi, rasa malu, dan rendah diri.
Individu dengan ciri-ciri kepribadian dapat dilihat di
lingkungannya.
5. Upaya mengatasi kesepian
Beberapa upaya untuk mengatasi kesepian pada lansia menurut
Na’Imah & Septiningsih (2016) sebagai berikut:

a. Dukungan keluarga (anak, cucu, dan anggota keluarga lain).


Dengan keberadaan keluarga, lansia merasa mendapatkan
dukungan untuk diperhatikan, sehingga dapat melanjutkan proses
hidupnya. Selain itu, keberadaan anak dapat menjadi salah satu
perwujudan atas rasa bakti anak kepada orang tuanya, sehingga
dapat menjadi kebanggaan lansia pada anak-anaknya.
b. Menjalin kontak sosial dengan teman, tetangga. Misalnya aktif
dalam berbagai kegiatan sosial, senam, paduan suara, menyalurkan
hobi, atau kegiatan keagamaan. Kegiatan dalam kelompok akan
menghadirkan nuansa kegembiraan yang setidaknya memiliki
agenda kapan bisa bertemu dengan teman-teman untuk saling
bertukar informasi dan bersendau gurau.
c. Melakukan suatu aktivitas seperti: membaca, mendengarkan musik,
menonton TV, berjalan-jalan, berbelanja, menyiram tanaman,
memberi makan binatang peliharan, menyapu, menyanyi,
membersihkan kamar, dan kegiatan lain. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat menimbulkan rasa senang dan sibuk, sehingga dapat
menghalau kesepian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama Lansia : Ny. S
2. Usia : 74 thn
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pendidikan : Sekolah Dasar
7. Riwayat Pekerjaan : Pedagang
8. Status Perkawinan : Menikah
B. Dimensi Biofisik
1. Riwayat Penyakit (Dalam 6 bulan terakhir)
Pasien mengatakan “keluhanku 6 bulan terkahir yo iki mas,
sikilku sik tengen loro, ditekuk dengkule kroso loro, rodo aboh”

2. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan, “bapak lan ibuku ra nduwe loro sing aneh-
aneh mas, paling yo masuk angin biasa, loro gulo, tensi duwur,
jantung yo ora ono”
3. Riwayat Pencegahan Penyakit
Pasien mengatakan, “Aku ora tau priksa mas, ya kadang yo ning
mantri diterke anakku prikso dengkul karo nak masuk angin”
4. Riwayat Monitoring Tekanan Darah
Tekanan Darah selama mahasiswa praktek:
No Tanggal TD
1. 29/08/2020 140/90 mmHg
2. 30/08/2020 130/80 mmHg

5. Riwayat Vaksinasi
Pasien mengatakan “aku ra ngerti mas divaksin opo ora, ngertine mbiyen pas
cilik yo imunisasi”

C. Status Gizi
Berat badan : 44 kg
Panjang lutut : 44 cm
Tinggi badan : 84,89 - (0,24 x 74) + (1,83 x 44)
80,52. : 84,89 – 21,12 + 75,03
: 147,65 cm
IMT : BB/TB2
: 20,091 (normal)
Kategori IMT
Kurang < 18,5
Normal 18,5-25,0
Lebih > 25,0
D. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
a. Masalah Pada Mulut
Pasien mengatakan “untune wes podo copot mas, iki tinggal sebagian sik
utuh, iki aku yo ora nganggo untu pasangan.”

b. Perubahan Berat Badan


Pasien berkata “aku awake kat mbiyen yo gur semene mas, jarang nimbang”
c. Masalah Nutrisi
Pasien mengatakan “masalah maem aku iseh biasa mas, biasane
maem ya sedino ping 2, nak pas pengen ya ping 3 maem karo
mbengi, ngombene teh terus, ora tau putih.”

E. Masalah Kesehatan Yang Dialami Saat Ini


Pasien mengatakan “paling tak rasake ya dengkule rasane lara, opo
meneh pas ditekuk”

F. Obat-obatan Yang Dikonsumsi Saat Ini


Pasien mangatakan “aku ra tau ngombe obat kok mas, paling
ngombe obate nak pas prikso ning mantri, iki pas ora nduwe obat”

G. Tindakan Spesifik Yang Dilakukan Saat Ini


Pasien mengatakan “Ya ngene iki mas, akeh nganggure lungguh ning
ngarepan karo pijit-pijit dengkule dewe, paling nak pengen ning
tanggane yo mlaku alon-alon.

H. Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan indeks KATZ)


Aktivitas sehari-hari Mandiri/tergantung Skor
Mandi Mandiri 1
Berpakaian Mandiri 1
Toileting Mandiri 1
Berpindah Mandiri 1
Kontinensia BAB/BAK Mandiri 1
Makan Mandiri 1
Dari hasil pengkajian fungsional AKS: kategori A
I. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Mobilisasi
Pasien mengatakan “mlaku yo iso mas alon-alon dewe. Ning
omah ngopo-ngopo yo mlaku dewe”
Pasien dapat berjalan di dalam rumah ke toilet/dapur tanpa alat
bantu.
Hasil pengkajian Morse Fall Risk (MFS)
No Pengkajian Skala Nilai Ket
Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
1 Ya 25 0
dalam 3 bulan terakhir?
Diagnosa sekunder : apakah lansia Tidak 0
2 Ya 15 15
memiliki lebih dari satu penyakit?
Alat Bantu Jalan :
0
- Bed rest/dibantu perawat
3 - Kruk/tongkat/walker 15 30
- Berpegangan pada benda – benda
30
di sekitar (ku rsi, lemari, meja)
Terapi Intravena : apakah saat ini Tidak 0
4 Ya 20 0
terpasang infus?
Gaya berjalan/cara berpindah:
- Normal/bed rest/immobile 0
(tidak dapat bergerak sendiri)
5 20
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/tidak normal
20
(pincang/diseret)
Status mental
0
- Lansia menyadari kondisi dirinya
6 0
- Lansia mengalami keterbatasan
15
daya ingat
Total Nilai 65 Resiko
tiggi
Pengkajian resiko jatuh lansia (dengan morse fall scale)
Keterangan :
Nilai 0- 24 : tidak beresiko jatuh
Nilai 25- 50 : resiko jatuh rendah
Nilai ≥ 51 : resiko jatuh tinggi
Hasil pengkajian Berg Balancet Test
Gerakan Nilai Skala Skor

Duduk ke berdiri Butuh bantuan dua tangan untuk berdiri 0 3


Butuh bantuan satu tangan untuk berdiri atau 1
Stabilisasi
Mampu berdiri menggunakan bantuan kedua 2
tangan, dengan bantuan minimal
Mampu berdiri mandiri dengan bantuan kedua 3
Tangan
Mampu berdiri tanpa bantuan kedua tangan 4
dan mampu stabilsasi
Berdiri tanpa Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa bantuan 0 4
bantuan Butuh beberapa kali percobaan untuk berdiri 1
30 detik
Mampu/ berdiri 30 detik tanpa bantuan 2

Mampu berdiri selama 2 menit dengan 3


penjagaan
Mampu berdiri dengan aman selama 2 menit 4

Duduk tanpa Tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 0 4


bersandar tetapi Detik
kaki bertumpu ke Mampu duduk selama 10 detik 1
lantai
Mampu duduk selama 20 detik 2

Mampu duduk selama 2 menit dengan 3


penjagaan
Mampu duduk dengan aman selama 2 menit 4

Berdiri ke duduk Butuh bantuan untuk duduk 0 3


Duduk mandiri tetapi tidak terkontrol 1

Menggunakan bagian belakang kursi untuk 2


mengontrol duduk
Mengontrol duduk dengan kedua tangan 3

Duduk dengan aman dengan bantuan satu 4


Tangan
Berpindah Butuh 2 orang sebagai pembantu atau penjaga 0 4
agar aman
Hanya butuh 1 orang untuk berpindah 1

Mampu berpindah dengan pengawasan 2

Mampu berpindah dengan aman tetapi 3


memerlukan bantuan dua tangan
Mampu berpindah dengan aman dengan 4
bantuan satu tangan
Berdiri dengan Butuh bantuan untuk menghindari jatuh 0 4
mata tertutup Tidak mampu dengan mata tertutup selama 3 1
detik tetapi mampu berdiri stabil
Mampu berdiri selama 3 detik 2

Mampu berdiri selama 10 detik dengan 3


pengawasan
Mampu berdiri dengan aman selama 10 detik 4

Berdiri kedua Butuh bantuan untuk mengatur posisi dan 0 4


dirapatkan dengan tidak mampu bertahan selama 15 detik
kaki Butuh bantuan untuk mengatur posisi mampu 1
berdiri selama 15 detik dengan kaki
dirapatkan
Mampu merapatkan kedua kaki dan bertahan 2
selama 30 detik
Mampu merapatkan kedua kaki dan berdiri 3
selama 1 menit dengan pengawasan
Mampu merapatkan kedua kaki dan berdiri 4
dengan aman selama 1 menit
Meraih benda Hilang keseimbangan ketika 0 4
dengan tangan mencoba/memerlukan bantuan
lurus ke depan Mampu menjangkau tetapi membutuhkan 1
Pengawasan
Mampu menjangkau > 5 cm dengan aman 2

Mampu menjangkau > 12,5 cm dengan aman 3

Mampu menjangkau > 25 cm 4

Mengambil benda Tidak mampu mencoba/butuh bantuan agar 0 4


di lantai dari tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh
posisi berdiri Tidak mampu mengambil dan butuh 1
pengawasan ketika mencoba
Tidak mampu mengambil tetapi dapat 2
menjangkau mendekati 2-5 cm dari benda
sambil tetap menjaga keseimbangan
Mampu mengambil tetapi butuh pengawasan 3

Mampu mengambil dengan mudah dan aman 4

Menengok Butuh bantuan agar tidak hilang 0 3


belakang berdiri keseimbangan atau jatuh
ke ketika

Butuh pengawasan ketika melihat ke belakang 1

Hanya mampu melihat ke samping tetapi 2


dapat menjaga keseimbangan
Mampu melihat ke belakang hanya dari satu 3
sisi dengan menunjukkan perpindahan yang
kurang baik
Mampu melihat ke belakang dari kedua sisi 4
dengan baik
Berputar derajat Butuh bantuan ketika berputar 0 3
360 Butuh pengawasan yang dekat atau bantuan 1
secara verbal
Mampu berputar 360 derajat dengan aman 2
tetapi secara perlahan
Mampu berputar 360 derajat dengan aman 3
pada satu sisi selama 4 detik atau kurang
Mampu berputar 360 derajat dengan aman 4
dalam waktu 4 detik atau kurang
Bertumpu satu Butuh bantuan untuk mencegah jatuh/tidak 0 2
kaki pada kursi mampu mencoba
atau anak tangga Mampu melakukan 2 langkah dengan bantuan 1
Tangan
Mampu melakukan 4 langkah tanpa bantuan 2
dengan pengawasan
Mampu berdiri stabil dan 8 kali melangkah 3
dengan waktu > 20 detik
Mampu berdiri stabil dan aman serta 8 kali 4
melangkah dengan waktu 20 detik
Berdiri dengan Hilang keseimbangan ketika melangkah atau 0 2
salah satu kaki Berdiri
ada di depan Butuh bantuan untuk melangkah dan mampu 1
bertahan 15 detik
Mampu melangkah kecil dan bertahan selama 2
30 detik
Mampu meletakkan satu kaki di depan kaki 3
lain dengan stabil dan menahan selama 30
Detik
Mampu meletakkan satu kaki di depan 4

Berdiri dengan Butuh bantuan untuk mencegah jatuh atau 0 2


satu kaki tidak mampu mencoba
Berusaha mengangkat satu kaki dan tidak 1
mampu bertahan selama 3 detik tapi tetap
berdiri secara mandiri
Mampu mengangkat satu kaki secara mandiri 2
selama 3-5 detik
Mampu mengangkat satu kaki secara mandiri 3
selama 5-10 detik
Mampu mengangkat satu kaki secara mandiri 4
selama > 10 detik
Total skor : 46

Keterangan:
41-56 : risiko jatuh rendah
21-40 : risiko jatuh sedang
0-20 : risiko jatuh tinggi
Pasien mengatakan : “Ndisik pernah tibo mas, kiro-kiro ya 6
bulan wingi, tibone mergo kepleset”

b. Berpakaian
Pasien dapat berpakaian sendiri, dan dapat mengganti pakaian
setiap mandi pagi dan sore. Pasien mengatakan “aku adus,,
klamben yo iso dewe mas. Kabeh iso tak lakoni dewean ora ono
sik bantu”

c. Makan dan minum


Pasien berkata ”Aku maem ya biasane sedino ping 2 mas, nak
pas pengen ya sedino 3 karo mbengi. biasane yo masak dewe,
kadang yo dimasake anakku sik wedok sak omah ro aku.”

Pasien makan seringnya 2 kali sehari, pagi dan siang, porsi


makan biasanya amnil sendiri sepiring tidak penuh, minum
pasien biasanya 5-6 gelas teh tawar.

d. Toiletting
Pasien dapat melakukan toileting tanpa bantuan orang lain
Pasien mengatakan “aku adus, bak, bab, kabeh dewe mas.
Kabeh iso tak lakoni dewekan, ora pengen ngrepoti anak”
e. Personal Hygiene
Pasien dapat membersihkan dirinya sendiri (mandi) tanpa
bantuan.
Pasien mengatakan “aku adus, sikatan, klamben iso dewe mas.
Kabeh iso tak lakoni dewekan. Ora pengen ngrepoti anak”
f. Mandi
Pasien dapat mandiri secara mandiri

J. Dimensi Psikologi
1. Status Kognitif (SPMSQ (short portable mental state quetionnaire))
Jawaban
Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini? √
2. Hari apa sekarang ini? √
3. Apa nama tempat ini? √
4. Berapa nomor telepon anda? √
5. Berapa usia anda? √
6. Kapan anda dilahirkan? √
7. Siapa presiden indonesia sekarang? √
8. Siapa presiden sebelumnya? √
9. Siapa nama ibu anda? √
10. 5+6 adalah? √
Jumlah jawaban salah 2 Ny.S tidak mengalami gangguan
intelektual sedang
“aku ditakoni sik gampang yo iseh kelingan mas, nak angel ora iso”

2. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Kognitif


Tidak nampak perubahan signifikan terkait perubahan status
depresi yang dimiliki pasien

3. Dampak Yang Timbul Terkait Status Kognitif


Tidak ada
4. Status Depresi
The Geriatric Depresion Scale
JAWABAN
PERTANYAAN JAWABAN
Ny. S
1. Apakah pada dasarnya anda puas Ya Tidak
dengan kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan Tidak Ya
aktivitas yang anda minati?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup Tidak Ya
anda kosong?
4. Apakah anda merasa bosan? Tidak Ya
5. Apakah anda mempunyai semangat Ya Tidak
setiap waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi Tidak Ya
pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap Ya Tidak
waktu ?
8. Apakah anda merasa jenuh ? Tidak Ya
9. Apakah anda lebih suka tinggal di Tidak Ya
rumah pada malam hari, daripada
pergi melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Ya
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat Ya Tidak
menyenangkan hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna Tidak Ya
saat ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi Ya Tidak
saat ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada Ya Ya
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang Tidak Ya
lain lebih baik daripada anda ?
Skor GDS (Geriatric Depression Scale) = 2
Dari hasil pengkajian didapatkan skor depresi pasien adalah 2, hal
ini menunjukkan bahwa Ny. S tidak menandakan depresi.

5. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Depresi


Pasien terlihat lebih sering berdiam diri di rumah, saat ditanya
harapannya pasien menjawab “ra pengen nopo-nopo mas, wes
ngene iki wae wayahe tuo ya ning omah”

6. Dampak Yang Timbul Terkait Status Depresi


Tidak ada
7. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Pasien mengatakan “Aku omah kene betah kok mas. Awan
ngene yo dewe ning omah, anakku siji kerjo, mulih sore, karo
anak meneh yo wayah mbengi iso nonton tv bareng”

b. Perubahan Perilaku
Pasien lebih sering menyendiri, pasien mengatakan “Aku ki
ngobrol-ngobrol karo tonggo nak pas ono sik mrene wae
mas, biasane gur dewe lungguh nang ngarepan kadang ning
ngarep tv karo nonton tv dewe.”

c. Mood
Pasien mengatakan “Ndisik ki jamane iseh roso kerjane aku
dodolan jamu keliling” Pasien sangat kooperatif data pengkajian,
pasien dapat bercerita dengan penuh semangat.

d. Kesepian
Tidak Kadang-
No Pertanyaan Jarang Selalu
Pernah kadang
1 Apakah anda pernah merasa cocok

dengan orang-orang disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa tidak /

kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa tidak ada
seorang pun yang dapat diandalkan / √
anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa sendiri? √
5 Apakah anda pernah merasa menjadi
bagian dari kelompok teman-teman √
anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda
memiliki banyak persamaan dengan √
orang-orang di sekitar anda?
7 Apakah anda pernah merasa bahwa

anda tidak dekat dengan siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa bahwa
minat dan ide anda tidak dibagikan √
dengan orang-orang di sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa ramah /

mudah bergaul dan bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa dekat

dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa

ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa hubungan

anda dengan orang lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak
satupun orang mengerti anda dengan √
baik?
14 Apakah anda pernah merasa terasing

dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan teman
/ persahabatan ketika anda √
menginginkannya?
16 Apakah anda merasa bahwa ada √
seseorang yang benar-benar dapat
mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa malu? √
18 Apakah anda pernah merasa bahwa
orang-orang banyak di sekitar anda, √
tetapi tidak bersama Anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada orang √
yang dapat anda ajak bicara (ngobrol)
?
20 Apakah anda merasa bahwa ada orang
yang dapat anda andalkan / dimintai √
tolong?
NILAI : Tidak Pernah 1, Jarang 2, Kadang-kadang 3, Selalu 4
TOTAL SKOR: 57 (Kesepian Sedang)
Keterangan:
20-34 : tidak kesepian
35-49 : kesepian rendah
50-64 : kesepian sedang
65-80 : kesepian berat
K. Dimensi Fisik
1. Luas Rumah
Luas tanah adalah ± 100 m2, sedangkan luas bangunan adalah ± 90 m2
2. Keadaan Lingkungan di Rumah
a. Penerangan
Penerangan ruang baik, setiap ruangan terpasang lampu, terdiri
dari 7 lampu, lampu emergency tidak ada. Ketika siang hari
lampu dimatikan dengan kondisi tirai dibuka, untuk jendela
rang di buka, banyak dibukanya pintu rumahnya, sirkulasi
udara masuk melalui pintu-pintu rumah dan lubang di atas
jendela, sinar matahari dapat masuk menerangi ruangan.

b. Kebersihan dan Kerapian


Kebersiahan rumah terjaga. Barang-barang di dalam rumah
tertata rapi sesuai pada tempatnya. Setiap hari dibersihkan oleh
anaknya pagi sebelum berangkat kerja dan malam sebelum
tidur.

c. Sirkulasi Udara
Menurut hasil observasi, sirkulasi udara di rumah terdapat 9
pintu, 1 pintu utama, 1 pintu samping rumah, 1 pintu belakang,
2 pintu dapur dan 1 pintu toilet dan 3 pintu kamar. Terdapat
pula ventilasi di atas pintu dan jendela yang terpasang di rumah
pasien.

d. Keamanan
Rumah yang ditempati pasien berada di kampung tidak
memiliki petugas satpam, jika membutuhkan pertolongan
hanya ada 1 anaknya di pagi dan malam hari yang menjaganya.
Kondisi lantai rumah bahan keramik, bagian dapur memakai
lantai plester semen, pegangan untuk pengaman pasien
biasanya perabotan di dalam rumah seperti almari, kursi,
kebanyakan pegangan dinding rumah, alaram keamanan dalam
rumah tidak ada.

e. Sumber Air Minum


Sumber air minum yang ada di rumah yaitu menggunakan
sumur yang layak untuk dikonsumsi, air biasanya untuk
kebutuhan minum, mencuci dan mandi, jarak sumur dengan
septic tank lebih dari 10 meter.

f. Ruang Berkumpul Bersama Keluarga


Ruangan berkumpul keluarga di bagian depan, ada meja kursi
dan televisi.

3. Keadaan Lingkungan di Luar Rumah


a. Pemanfaatan Halaman
Pada halaman depan langsung dijalan kampung terdapat
beberapa pot tanaman kecil dibagain sisi depan rumah, kanan
dan kiri rumah pasien sudah keluarga lain.
b. Pembuangan Air Limbah
Limbah rumah dibuang melalui saluran yang dibuat sendiri
oleh keluarga, ada tempat penampungannnya septic tank sendiri
yang lumayan berjarak dari rumah dengan kondisi tertutup.
c. Pembuangan Sampah
Jenis pembuangan sampah adalah sampah rumah tangga.
Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan non-
oraganik. Sampah kering di bakar di pekarangan lain. Jarak
tempat pembuangan sampah ± 20 m
d. Sanitasi
Lingkungan rumah setiap pagi dibersihkan dengan disapu oleh
anaknya, sedangkan kalau malam hari biasanya di sapu dan di
pel menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor dicuci oleh
pasien sendiri kadang juga dibantu anaknya. Air yang
digunakan untuk kebutuhan MCK dengan menggunakan air
sumur.

e. Sumber Pencemaran
Sumber pencemaran di sekitar rumah terdapat dari depan
rumah yang merupakan jalan kampung yang sering dilewati
warga, sehingga terdapat banyak debu berterbangan.

L. Dimensi Sosial
1. Hubungan Lansia Dengan Anggota Keluarga
Pasien mengatakan “aku ning omah biasane karo anakku
wedok mas, anak liyane wes omah dewe-dewe, kadang ya putu-
putuku dolan rene, bapak ibu wes meninggal, bojoku ya wes
meninggal”
2. Hubungan Antara Lansia Dengan Komunitas
Pasien mengatakan “aku nak karo tetangga sik sak umuran ning
masyarakat ya biasa-biasa wae mas, ngobrol seperlune, ora tau
musuhan, wes tua wayahe podo sadar dewe-dewe, biasane ngobrol ya
nak ono sik lewat kene”
3. Hubungan Lansia Dengan Care Giver Utama Keluarga
Pasien mengatakan “aku ning omah iki ya karo anakku sik paling cilik
dewe mas, anak wedok dewe durung nikah, sik biasa ngurusi aku
mbendinane, hubungane ya apik-apik wae karo aku, bocahe manut
karo aku”
4. Kegiatan Organisasi Sosial
Pasien mengatakan “organisasi sosial ya ora melu mas, paling
ya alon-alon ning masjid jama’ah sholat, kabeh biasa wae iso
nrimo sopo wae”

M.Dimensi Tingkah Laku


1. Pola Makan
a. Frekuensi makan
Pasien mengatakan ”Aku maem ya sedino biasane ping 2
mas, esuk karo awan, nak pas pengen yo ping 3 karo
mbengi.”
b. Porsi makan
Pasien mengatakan “porsi maeme ya tak ukur karo kebutuhan
lan karepku mas, biasane ya secukupe, kebanyakan ya
sepiring ora ono, tapi tak entekke”
c. Kesulitan ketika makan
pasien mengatakan “Ora kesulitan maeme mas, paling ya nak
daging apa maem sik rodo atos aku kangelan maeme, biasane
ya sik empuk-empuk, mergane untuku sitik.”.
d. Pola diet
Pasien mengatakan “Aku maem opo wae mas, tak trimo, opo
sik tak masak ya tak maem, apa sik diwei anak putu ya tak
maem”
e. Kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan
Pasien mengatakan “maemane ya biasa wae mas, sederhana
maeman kampung”

2. Pola Tidur

Keterangan Saat dikaji


Jumlah waktu tidur siang Pasien menagatakan “awan aku biasane
turu mas, bengi yo turu”
Jumlah waktu tidur malam ± 8-9 jam
Masalah tidur Tidak
Peningkat tidur Suasana tenang
Kualitas tidur Nyenyak

3. Pola Eliminasi
a. BAK
Keterangan Saat dikaji
Frekuensi 5-6 kali sehari
Warna Kuning
Bau Khas urin
Perasaan Lega

b. BAB
Keterangan Saat dikaji
Frekuensi 1 kali dalam sehari
Warna Kuning
Bau Khas
Konsistensi Lembek
4. Kebiasaan Buruk Lansia
Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti mabuk alkohol,
merokok, maupun narkoba.
5. Pelaksanaan Pengobatan
Pasien mengatakan “yen loro aku wes ra iso nahan ya tak obatke
ning mantri mas, biasane obat tak ombe nganti entek.”
6. Kegiatan Olahraga
Pasien mengatakan “aku suwe ora olahraga mas, ora betah
dengkule loro“.
7. Rekreasi
Pasien berkata “hiburane ya lungguh ning ngarepan, kadang ya
hiburane tv karo nak ono putu dolan mrene.”
8. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan oleh pasien dan anaknya.

N. Dimensi Sistem Kesehatan


1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Ketika pasien sakit maka anak-anaknya ke rumah untuk membawa
berobat.. Pasien mengatakan “alhamdulillah penyakit liyo sik
aneh-aneh ora ngalami, sik tak rasake ya mung dengkule iki lara”
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia
Fasilitas kesehatan yang ada di sekitar rumah puskesmas,
itupun jaraknya jauh dari rumah. Pasien mengatakan “nak aku
kroso lara ya berobate ning mantri sik cedak, arep ning
puskesmas adoh”
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
Pasien mengatakan “ ono mantri siji mas, sik cerak kene, biasa aku
berobate mrono”
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Keluarga berusaha menjaga lingkungan rumah tetap bersih
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Tidak ada posyandu lansia di masyarakat
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Tidak ada

O. Pemeriksaan Fisik
Masalah
No Bagian/region Hasil Pemeriksaan Keperawatan Yang
Muncul

1 Kepala Mesocephal, rambut bersih, Tidak ada


rambut berwarna putih /
beruban, tidak ada lesi, dan
tidak ada nyeri tekan dan
benjolan, persebaran rambut
tidak merata.
2 Wajah/Muka Bentuk muka bulat, kurus, Tidak ada
keriput dan tidak ada lesi.
Bibir masih simetris ketika
tersenyum, warna kulit sawo
matang.
3 Mata Sklera ikterik, kojungtiva tidak Tidak ada
anemis, tidak ada katarak pada
kedua mata, tidak memakai alat
bantu melihat.
4 Telinga Kemampuan pendengaran Tidak ada
masih baik, bersih, tidak ada
nyeri tekan di kedua telinga,
tidak ada lesi. Daun telinga
kiri robek bekas anting
5 Mulut dan Gigi Mulut bersih, mukosa lembab, Tidak ada
tidak ada sariawan. Tidak
terdapat gigi palsu
6 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada
kelenjar limfe dan kelenjar
tiroid, reflek menelan baik
7 Dada Dada simetris, tulang Tidak ada
dada terlihat
8 Jantung Warna kulit sesuai dengan Tidak ada
warna kulit bagian tubuh
lainnya, tidak ada pembesaran
jantung, suara
lup dup, tidak ada bunyi
jantung tambahan
9 Abdomen tidak ada lesi dan benjolan, Tidak ada
bising usus 8x/menit,suara
timpani, tidak ada nyeri tekan
10 Ekstremitas atas Akral hangat, kulit keriput, Tidak ada
kuku bersih, kekuatan otot 5-5
11 Ekstremitas Akral hangat, kuku bersih, resiko jatuh.
bawah tidak mampu berdiri lama,
berputar butuh bantuan
kekuatan otot
pada kaki kanan dan kiri 4-5.
Kaki kanan bagian lutut tampak
bengkak.

P. Pengkajian Nyeri
Pasien mengatakan “dengkule loro mas, ki nganti abuh”
P: Pasien mangatakan “dengkule loro mas, nak tak gawe
nekuk”
Q: Pasien mangatakan “ rasane ki senut-senut ngono
mas”
R: Pasien mangatakan “lorone nang dengkul tengen
mas”
S: Pasien mangatakan “lorone rasane yo loro senut-senut
mas” (nyeri skala 4)
T: Pasien mangatakan “ya lorone ki ilang timbul
mas, nak tak pijit-pijit alon ya rodo penak sitik”
II. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Oktober DS: Nyeri kronis b.d agen pencedera (00133)
2020 - Ny. S mengatakan “dengkule sikil tengen iki loro senut-
senut mas”
- Pengkajian nyeri
P: Pasien mangatakan “dengkule loro mas, ki nganti
abuh”
Q: Pasien mangatakan “ rasane ki senut-senut ngono
mas”
R: Pasien mangatakan “lorone nang dengkul tengen
mas, iki bentuke wis bedo karo sing kiwo, sik tengen
rodo aboh”
S: Pasien mangatakan “lorone rasane senut-senut mas,
nak kanggo nekuk lara” (nyeri skala 4)
T: Pasien mangatakan “ya lorone ki ilang timbul mas, nak
tak pijit-pijit alon ya rodo penak sitik”
- Pasien mengatakan : “dengkulku iki loro ya wes 1 tahunan
ono mas, durung mari-mari.”
- Pasien mengatakan “mlaku ya iseh iso alon-alon mas,
dengkul ketekuk lara”

DO:
- Pasien terlihat memegangi dan mengurut lutut kanannya
- Wajah pasien terlihat mengerutkan dahi menahan rasa nyeri
- Pasien telihat menahan rasa sakit saat lutut kanannya
digerakkan menekuk
- Pengkajian keseimbangan lansia (dengan berg balance
scale) skor 46 ( risiko jatuh rendah)
- Pengkajian resiko jatuh lansia (dengan morse fall scale) skor
65 (≥51 resiko jatuh tinggi)
- Kaki kanan bagian lutut terlihat bengkak
- Kekuatan otot pada kaki 5-4
- Usia pasien 74 tahun

1 Oktober DS : Resiko Kesepian (00054)


2020 - Pasien mengatakan “aku ya biasa ning omah dewe ngene
mas, karo anakku ya mung wayah esuk karo mbengi.”
- pasien mengatakan “Aku ki ngobrol karo tanggane ya
mung seperlune wae mas, nak ono sik lewat kene ya kadang
ngobrol, biasane ya gur dewe lungguh nang ngarepan
kene.”
Do :
- Hasil pengkajian UCLA: 57 (Kesepian sedang)
- Ny. S terlihat sendirian di rumah, tidak ada orang lain di
rumah selain pasien tersebut, anaknya bekerja pulang
malam
III. PRIORITAS MASALAH
Dx. Keperawatan Prioritas Pembenaran
Nyeri kronis b.d High Urgensi :
agen pencedera Nyeri kronis merupakan berulang atau menetap yang telah berakhir sedikitnya tiga
(00133) bulan, dan yang secara bermakna mempengaruhi fungsi sehari- hari dan
kesejahteraan. Pasien mengatakan memiliki asam urat tinggi. Pasien juga mampunyai
resiko tinggi untuk jatuh dikarenakan berbagai faktor yatu usia, lingkungan,
penurunan fungsi tubuh (lutut kanan terlihat bengkak dan sering mengalami nyeri).

Dampak:
Rasa nyeri yang dirasakan dapat mempegaruhi rasa nyaman pasien dan juga
mempersulit pasien dalam melakukan aktivitas. Selain itu, jika pasien mengalami
kejadian jatuh dapat menimbulkan permasalahan kesehatan baru. Oleh karena itu
perlu penanganan pencegahan supaya lansia tidak mengalami nyeri dan mengurangi
risiko jatuh.
Intervensi:
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian kompres
hanga, kemudian menjaga lingkungan agar tetap aman sehingga meminimalkan
risiko jatuh, apabila pasien mengalami hambatan di tengah perjalanan anjurkan
untuk beristirahat.
Resiko Kesepian Low Urgency:
(00054) Kesepian berhubungan dengan perubahan status mental sehingga menyebabkan
hubungan komunikasi antara pasien dengan orang lain, sehingga hubungan sosial
antara pasien dengan orang lain juga tidak akan terjalin
Dampak:
Kesepian tidak ditangani maka akan berdampak pada psikologis dan hubungan
dengan orang lain
Intervensi:
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan sosial dan dukungan
emosional dari keluarga
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Kode Intervensi
Umum Khusus NIC
1 Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan Setelah dilakukan a. Observasi:
Agen pencedera tindakan keperawatan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(00133) selama 7 hari selama 7 x 30 menit durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
diharapkan pasien diharapkan masalah dan sakala nyeri
memperlihatkan nyeri pada pasien dapat - Identifikasi respon nyeri non verbal
upaya mengurangi teratasi dengan kriteria - Identifikasi faktor yang
nyeri dari skala 4 hasil: memperberat dan meringankan
menjadi tidak nyeri - Tidak terjadi nyeri pada nyeri
lutut kanan pasien - Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
b. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (kompres
hangat dengan jahe)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2 Risiko Setelah dilakukan 5100 Socialization Enhancement
Kesepian tindakan keperawatan
- Kaji tingkat kesepian lansia
(00054) selama 7 hari
- Motivasi lansia untuk berkomunikasi orang
diharapkan kesepian
lain
lansia berkurang
- Ajak lansia untuk mengikuti kegiatan di
dengan kriteria hasil :
masyarakat
- Skor UCLA - Dorong lansia untuk berkumpul dengan
menurun dari orang lain atau tetangga sekitar
kesepian sedang - Beritahu lansia arti penting orang lain bagi
menjadi kesepian hidup lansia
ringan atau tidak
kesepian Emotional Support
- Lansia mengatakan - Selalu dengarkan ketika lansia
5270
tidak merasa sepi mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia dengan empati
(melibatkan keluarga)
V. IMPLEMENTASI

Hari ke-1
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Jum’at, 2 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengidentifikasi S:
Oktober b.d agen tindakan keperawatan tindakan lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan, “sikil bagian
2020 pukul pencedera selama 7 hari keperawatan durasi, frekuensi, dengkul tengen iki lara mas, nyerine
09.00 WIB (00133) diharapkan pasien selama 7 x 30 kualitas, intensitas yo ilang timbul, nak ditekuk kroso
menit diharapkan dan skala nyeri lara, iki lara rasane senut- senut.”
memperlihatkan
masalah nyeri - Mengidentifikasi - “larane yo nak ditekuk mau mas,
upaya mengurangi nak tak elus-elus karo tak luruske ya
nyeri dari skala 4 pada pasien dapat respon nyeri non
larane ora nemen”
menjadi tidak nyeri teratasi dengan verbal
- “gelem mas dikompres anget
kriteria hasil: - Mengidentifikasi nganggo jahe”
- Tidak terjadi faktor yang - “nyeri sek tak rasake yo
nyeri pada lutut memperberat dan mengganggu aktivitasku mas.”
kanan pasien meringankan nyeri O:
- Mengidentifikasi - Skala nyeri pasien 4, di lutut kanan
pengaruh nyeri pada - Lutut kanan terlihat bengkak
kualitas hidup - Pasien terlihat menahan nyeri ketika
- Mengajarkan dan lutut kanan ditekuk atau digerakkan
memberikan teknik - Ketika berpindah, pasien
non farmakologis perlahan lahan berdiri dan
untuk mengurangi berjalan dengan hati-hati
nyeri (kompres - Pasein dan keluarga kooperatif
hangat dengan jahe) dalam mengikuti penkes
- Mengontrol - Pasien terlihat kooperatif saat
lingkungan yang dilakukan kompres hangat
dengan jahe
memperberat rasa
A: Masalah Nyeri kronis berhubungan
nyeri (suhu dengan agen pencedera belum
ruangan, teratasi
pencahayaan, dan P: Lanjutkan intervensi
kebisingan) - Identifikasi ulang lokasi,
- Memfasilitasi karakteristik, durasi, frekuensi,
istirahat dan tidur kualitas, intensitas dan skala nyeri
- Mempertimbangkan - Identifikasi respon nyeri non verbal
jenis dan sumber - Identifikasi faktor yang
nyeri dalam memperberat dan meringankan
pemilihan strategi nyeri
meredakan nyeri - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Menjelaskan kualitas hidup
penyebab, periode - Ajarkan teknik kompres hangat
dan pemicu nyeri - Kontrol lingkungan yang
(penkes) memperberat rasa nyeri (suhu
- Menjelaskan ruangan, pencahayaan, dan
startegi meredakan kebisingan)
nyeri (penkes) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Menganjurkan - Pertimbangkan jenis dan sumber
lansia memonitor nyeri dalam pemilihan strategi
nyeri secara mandiri meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Jum’at, 2 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “aku jarang
Oktober Kesepian tindakan kesepian lansia ngobrol karo liyane mas, nang
2020 pukul (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia ngomah yo mung dewean
09.30 WIB 7 hari diharapkan untuk mbendinane, anak mulih sore, nak
kesepian lansia berkomunikasi pas ono tonggo lewat ngajak
berkurang dengan orang lain ngobrol ya mung sekedare, biasane
kriteria hasil : - Mengajak lansia yo meng dewe ning ngarepan
untuk mengikuti lungguh, iki anakku pas prei dadi
- Skor kegiatan di
UCLA menurun iso melu acarane sampean ning
masyarakat kene”
dari - Mendorong
kesepian sedang lansia untuk
menjadi kesepian berkumpul dengan
ringan atau tidak orang lain atau
kesepian tetangga sekitar O :
- Lansia - Memberitahu - Ny.S terlihat jarang mengobrol
mengatakan tidak lansia arti penting
merasa sepi orang lain bagi dengan orang lain
hidup lansia - Ny.S terlihat kurang
- Mendengarkan bersosialisasi dengan orang
ketika lansia
lain, cenderung sendirian di
mengungkapkan
perasaannya rumah
- Mendiskusikan - Ny.S terlihat diam sendirian,
perasaan yang kebiasaan terlihat di depan
dirasakan lansia rumah.
- Memberi - Skor UCLA Ny.M adalah 57
dukungan pada
lansia dengan (Kesepian sedang)
empati A : Masalah belum teratasi
(melibatkan P : Lanjutkan intervensi
keluarga) - Kaji tingkat kesepian klien
- Motivasi lansia untuk
berkomunikasi orang lain
- Ajak lansia untuk mengikuti
kegiatan yang ada di masyarakat
- Dorong lansia untuk berkumpul
dengan orang lain atau tetangga
sekitar
- Beritahu lansia arti penting
orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
kelurga)

Hari ke 2
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Sabtu, 3 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengidentifikasi S:
Oktober b.d agen tindakan tindakan lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan, “ijeh kroso
2020 pencedera keperawatan selama keperawatan durasi, frekuensi, loro mas sikile, bar dikompres
pukul (00133) 7 hari diharapkan selama 7 x 30 kualitas, intensitas wingi rodo penak, tapi iki nyerine
11.00 menit diharapkan dan skala nyeri ijeh podo”
Pasien
WIB masalah nyeri - Mengidentifikasi P: nyeri saat kaki kanan
memperlihatkan
upaya mengurangi pada pasien dapat respon nyeri non ditekuk
nyeri dari skala 4 teratasi dengan verbal Q: seperti ditusuk tusuk
menjadi tidak nyeri kriteria hasil: - Mengidentifikasi R: nyeri lutut kaki kanan
- Tidak terjadi faktor yang S: skala 4
nyeri pada lutut memperberat dan T: hilang timbul
kanan pasien meringankan nyeri O:
- Mengidentifikasi - Pasien sering memegangi
pengaruh nyeri pada lutut kaki kanannya
kualitas hidup - Lutut kanan masih terlihat
- Mengajarkan dan bengkak
memberikan teknik - Saat berjalan masih terlihat
non farmakologis berhati-hati
untuk mengurangi - Terlihat kooperatif saat
nyeri (kompres dilakukan kompres hangat
hangat dengan jahe) dengan jahe
- Mengontrol A: Masalah nyeri kronis berhubungan
lingkungan yang dengan agen pencedera belum
memperberat rasa teratasi
nyeri (suhu ruangan, P: Lanjutkan intervensi
pencahayaan, dan - Identifikasi ulang lokasi,
kebisingan) karakteristik, durasi, frekuensi,
- Memfasilitasi kualitas, intensitas dan skala nyeri
istirahat dan tidur - Identifikasi respon nyeri non
- Mempertimbangkan verbal
jenis dan sumber - Identifikasi faktor yang
nyeri dalam memperberat dan meringankan
pemilihan strategi nyeri
meredakan nyeri - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Menjelaskan kualitas hidup
penyebab, periode - Ajarkan teknik kompres hangat
dan pemicu nyeri - Kontrol lingkungan yang
- Menjelaskan memperberat rasa nyeri (suhu
startegi meredakan ruangan, pencahayaan, dan
nyeri kebisingan)
- Menganjurkan - Fasilitasi istirahat dan tidur
lansia memonitor - Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
nyeri secara
meredakan nyeri
mandiri - Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Sabtu, 3 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “Aku ota tau
Oktober Kesepian tindakan kesepian lansia beda-bedake tonggo mas, kabeh
2020 (00054) keperawatan - Memotivasi lansia tak anggep podo.”
pukul selama 7 hari untuk Aku nek melu kegiatan ning
11.30 diharapkan berkomunikasi mayarakat yo melu seneng, ngobrol
WIB kesepian lansia orang lain yo seperlune pas ketemu”
berkurang dengan - Mengajak lansia O :
kriteria hasil : untuk mengikuti
kegiatan di - Ny.S masih terlihat jarang
- Skor UCLA masyarakat mengobrol dengan orang lain
menurun dari - Mendorong
kesepian sedang lansia untuk - Ny.S masih terlihat kurang
menjadi kesepian berkumpul dengan bersosialisasi dengan orang
ringan atau tidak orang lain atau lain, cenderung sendirian di
kesepian tetangga sekitar rumah
- Lansia - Memberitahu
mengatakan tidak - Skor UCLA Ny.M adalah 56
lansia arti penting
merasa sepi orang lain bagi (Kesepian sedang)
hidup lansia A : Masalah belum teratasi
- Mendengarkan P : Lanjutkan intervensi
ketika lansia - Kaji tingkat kesepian klien
mengungkapkan
perasaannya - Motivasi lansia untuk
- Mendiskusikan berkomunikasi orang lain
perasaan yang
dirasakan lansia - Ajak lansia untuk mengikuti
- Memberi kegiatan yang ada di masyarakat
dukungan pada
- Dorong lansia untuk berkumpul
lansia dengan
empati (melibatkan dengan orang lain atau tetangga
keluarga) sekitar
- Beritahu lansia arti penting
orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)
Hari ke 3
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Minggu, Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah - Mengidentifikasi S:
4 b.d agen tindakan keperawatan dilakukan lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan, “lorone sikilku
Oktober pencedera selama 7 hari tindakan durasi, frekuensi, tengen wes sudo mas, wingi
2020 (00133) diharapkan keperawatan kualitas, intensitas mbengi anakku tak ceritane
pukul selama 7 x 30 dan skala nyeri kompres hangat jahe”
Pasien
11.00 P: nyeri saat kaki kanan
WIB memperlihatkan upaya menit - Mengidentifikasi
mengurangi nyeri dari diharapkan respon nyeri non ditekuk
skala 4 menjadi tidak masalah nyeri verbal Q: seperti ditusuk tusuk
nyeri pada pasien - Mengidentifikasi R: nyeri lutut kaki kanan
dapat teratasi faktor yang S: skala 3
dengan kriteria memperberat dan T: hilang timbul
hasil: meringankan nyeri O:
- Tidak terjadi - Mengidentifikasi - Pasien masih terlihat
nyeri pada pengaruh nyeri pada memegangi lutut kaki kanannya
lutut kanan kualitas hidup - Lutut kanan masih terlihat
pasien - Mengajarkan dan bengkak
memberikan teknik - Terlihat kooperatif saat
non farmakologis dilakukan kompres hangat
untuk mengurangi dengan jahe
nyeri (kompres A: Masalah nyeri kronis berhubungan
hangat dengan jahe) dengan agen pencedera belum
- Mengontrol teratasi
lingkungan yang P: Lanjutkan intervensi
memperberat rasa - Identifikasi ulang lokasi,
nyeri (suhu ruangan, karakteristik, durasi, frekuensi,
pencahayaan, dan kualitas, intensitas dan skala nyeri
kebisingan) - Identifikasi respon nyeri non
- Memfasilitasi verbal
istirahat dan tidur - Identifikasi faktor yang
- Mempertimbangkan memperberat dan meringankan
nyeri
jenis dan sumber - Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri dalam kualitas hidup
pemilihan strategi - Ajarkan teknik kompres hangat
meredakan nyeri - Kontrol lingkungan yang
- Menjelaskan memperberat rasa nyeri (suhu
penyebab, periode ruangan, pencahayaan, dan
dan pemicu nyeri kebisingan)
- Menjelaskan startegi - Fasilitasi istirahat dan tidur
meredakan nyeri - Pertimbangkan jenis dan sumber
- Menganjurkan nyeri dalam pemilihan strategi
lansia memonitor meredakan nyeri
nyeri secara mandiri - Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Minggu, Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “Aku nak
4 Kesepian tindakan kesepian lansia ngobrol ya biasane karo anakku
Oktober (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia wedok mas.”
2020 7 hari diharapkan untuk
pukul Mau anakku sik nomer siji mrene
kesepian lansia berkomunikasi karo putuku, seneng mas, iso ono
01.30 berkurang dengan orang lain
WIB sik diajak ngobrol, iso guyon”
kriteria hasil : - Mengajak lansia
O :
untuk mengikuti
- Skor UCLA kegiatan di - Ny.S sudah mencoba ngobrol
menurun dari masyarakat
kesepian sedang dengan orang lain dalam hal ini
- Mendorong
menjadi kesepian lansia untuk anak dan cucunya
ringan atau tidak berkumpul dengan
kesepian - Di rumah Ny.S sudah mulai
orang lain atau
- Lansia mengatakan tetangga sekitar ada keterlibatan keluarga
tidak merasa sepi - Memberitahu lansia dalam hal memberi dukungan
arti penting orang - Ny. S sudah memperlihatkan
lain bagi hidup rasa senangnya dengan banyak
lansia bercerita kalau anak dan
- Mendengarkan cucunya hari ini datang ke
ketika lansia rumahnya.
mengungkapkan
- Skor UCLA Ny.M adalah 54
perasaannya
- Mendiskusikan (Kesepian sedang)
perasaan yang A : Masalah belum teratasi
dirasakan lansia P : Lanjutkan intervensi
- Memberi dukungan - Kaji tingkat kesepian klien
pada lansia dengan
empati (melibatkan - Motivasi lansia untuk
keluarga) berkomunikasi orang lain
- Ajak lansia untuk mengikuti
kegiatan yang ada di masyarakat
- Dorong lansia untuk berkumpul
dengan orang lain atau tetangga
sekitar
- Beritahu lansia arti penting
orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)
Hari ke 4
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Senin, 5 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah - Mengidentifikasi S:
Oktober b.d agen tindakan dilakukan lokasi, - Pasien mengatakan, “iki dengkul
2020 pukul pencedera keperawatan selama tindakan karakteristik, tengenku tak tekuk lorone yo podo
09.00 WIB (00133) 7 hari diharapkan keperawatan durasi, frekuensi, wingi mas, iki aku ditukoke jahe
Pasien selama 7 x 30 kualitas, intensitas karo anakku kanggo latihan
memperlihatkan menit dan skala nyeri kompres dewe”
upaya mengurangi diharapkan - Mengidentifikasi P: nyeri saat kaki kanan
nyeri dari skala 4 masalah nyeri respon nyeri non ditekuk
menjadi tidak nyeri pada pasien verbal Q: seperti tertusuk
dapat teratasi - Mengidentifikasi R: nyeri lutut kaki kanan
dengan kriteria faktor yang S: skala 3
hasil: memperberat dan T: hilang timbul
- Tidak terjadi meringankan nyeri O:
nyeri pada - Mengidentifikasi - Pasien saat menekuk tutut
lutut kanan pengaruh nyeri kanannya sudah terlihat tidak
pasien pada begitu menahan nyeri
kualitas hidup - Bengkak di lutut kanan sudah
- Mengajarkan dan berkurang
memberikan teknik - Terlihat kooperatif saat
non farmakologis dilakukan kompres hangat
untuk mengurangi dengan jahe
nyeri (kompres A: Masalah nyeri kronis berhubungan
hangat dengan jahe) dengan agen pencedera belum
- Mengontrol teratasi
lingkungan yang P: Lanjutkan intervensi
memperberat rasa - Identifikasi ulang lokasi,
nyeri (suhu karakteristik, durasi, frekuensi,
ruangan, kualitas, intensitas dan skala nyeri
pencahayaan, dan - Identifikasi respon nyeri non
kebisingan) verbal
- Memfasilitasi - Identifikasi faktor yang
istirahat dan tidur memperberat dan meringankan
- Mempertimbangka nyeri
n jenis dan sumber - Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri dalam kualitas hidup
pemilihan strategi - Ajarkan teknik kompres hangat
meredakan nyeri - Kontrol lingkungan yang
- Menjelaskan memperberat rasa nyeri (suhu
penyebab, periode ruangan, pencahayaan, dan
dan pemicu nyeri kebisingan)
- Menjelaskan - Fasilitasi istirahat dan tidur
startegi meredakan - Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri nyeri dalam pemilihan strategi
- Menganjurkan meredakan nyeri
lansia memonitor - Jelaskan penyebab, periode dan
nyeri secara pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
mandiri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Senin, 5 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “yo biasa
Oktober Kesepian tindakan kesepian lansia mas, aku ngobrole yo nak
2020 pukul (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia anakku wes ning omah, Lumayan
09.30 WIB 7 hari diharapkan untuk seneng mas, mau ono tanggaku
kesepian lansia berkomunikasi dolan mrene, iso ngobrol, tapi yo
berkurang dengan orang lain
ora suwe
kriteria hasil : - Mengajak lansia

untuk mengikuti
- Skor UCLA O :
kegiatan di
menurun dari masyarakat - Ny.S sudah mulai ngobrol
kesepian sedang - Mendorong
menjadi kesepian dengan orang lain
lansia untuk
ringan atau tidak berkumpul dengan - Ny.S terlihat sendirian di
kesepian orang lain atau rumah.
- Lansia tetangga sekitar - Klien tampak senang
mengatakan tidak - Memberitahu
mengikuti pembuatan vidio
merasa sepi lansia arti penting
orang lain bagi intervensi
hidup lansia - Skor UCLA Ny.M adalah 53
- Mendengarkan (Kesepian sedang)
ketika lansia
mengungkapkan A : Masalah belum teratasi
perasaannya P : Lanjutkan intervensi
- Mendiskusikan - Kaji tingkat kesepian klien
perasaan yang - Motivasi lansia untuk
dirasakan lansia
- Memberi berkomunikasi orang lain
dukungan pada - Ajak lansia untuk mengikuti
lansia dengan kegiatan yang ada di masyarakat
empati
(melibatkan - Dorong lansia untuk berkumpul
keluarga) dengan orang lain atau tetangga
sekitar
- Beritahu lansia arti penting
orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)

Hari ke 5
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Selasa, 6 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah - Mengidentifikasi S:
oktober b.d agen tindakan dilakukan lokasi, - Pasien mengatakan, “alhamdulillah
2020 pukul pencedera keperawatan selama tindakan karakteristik, lara dengkul tengenku wes sudo
08.00 WIB (00133) 7 hari diharapkan keperawatan durasi, frekuensi, akeh mas, saiki ditekuk lumayan
Pasien selama 7 x 30 kualitas, intensitas penak, ora koyo wingi-wingi, tapi
memperlihatkan menit dan skala nyeri aku mlaku yo iseh alon-alon,
upaya mengurangi diharapkan - Mengidentifikasi wingi, mengko pengen jajal
nyeri dari skala 4 masalah nyeri respon nyeri non kompres anget dewe mas”
menjadi tidak nyeri pada pasien verbal P: nyeri saat kaki kanan
dapat teratasi - Mengidentifikasi ditekuk
dengan kriteria faktor yang Q: seperti tertusuk
hasil: memperberat dan R: nyeri lutut kaki kanan
- Tidak terjadi meringankan nyeri S: skala 2
nyeri pada - Mengidentifikasi T: hilang timbul
lutut kanan pengaruh nyeri O:
pasien pada - Pasien saat menekuk tutut
kualitas hidup kanannya sudah terlihat tidak
- Mengajarkan dan begitu menahan nyeri
memberikan teknik - Saat berjalan pasien terlihat hati-
non farmakologis hati
untuk mengurangi - Bengkak di lutut kanan sudah
nyeri (kompres berkurang
hangat dengan jahe) - Terlihat kooperatif saat
- Mengontrol dilakukan kompres hangat
lingkungan yang dengan jahe
memperberat rasa A: Masalah nyeri kronis berhubungan
nyeri (suhu dengan agen pencedera belum
teratasi
ruangan, P: Lanjutkan intervensi
pencahayaan, dan - Identifikasi ulang lokasi,
kebisingan) karakteristik, durasi, frekuensi,
- Memfasilitasi kualitas, intensitas dan skala nyeri
istirahat dan tidur - Identifikasi respon nyeri non
- Mempertimbangka verbal
n jenis dan sumber - Identifikasi faktor yang
nyeri dalam memperberat dan meringankan
pemilihan strategi nyeri
meredakan nyeri - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Menjelaskan kualitas hidup
penyebab, periode - Ajarkan teknik kompres hangat
dan pemicu nyeri - Kontrol lingkungan yang
- Menjelaskan memperberat rasa nyeri (suhu
startegi meredakan ruangan, pencahayaan, dan
nyeri kebisingan)
- Menganjurkan - Fasilitasi istirahat dan tidur
lansia memonitor - Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri secara nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
mandiri
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Selasa, 6 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan
oktober Kesepian tindakan kesepian lansia “alhamdulillah dino iki aku iso
2020 pukul (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia ngobrol karo tanggaku mas, aku
08.30 WIB 7 hari diharapkan untuk mlaku alon-alon ning tanggaku,
kesepian lansia berkomunikasi
jagongan ngobrol, tapi yo mung
berkurang dengan orang lain
kriteria hasil : - Mengajak lansia tonggo cerak”
untuk mengikuti O :
- Skor UCLA kegiatan di - Ny.S sudah mulai ngobrol
masyarakat dengan orang lain
menurun dari - Mendorong
kesepian sedang - Ny.S masih terlihat sendirian
lansia untuk
menjadi kesepian berkumpul dengan di rumah
ringan atau tidak orang lain atau - Skor UCLA Ny.M adalah 52
kesepian tetangga sekitar (Kesepian sedang)
- Lansia - Memberitahu A : Masalah belum teratasi
mengatakan tidak lansia arti penting P : Lanjutkan intervensi
merasa sepi orang lain bagi - Kaji tingkat kesepian klien
hidup lansia
- Motivasi lansia untuk
- Mendengarkan
ketika lansia berkomunikasi orang lain
mengungkapkan
- Ajak lansia untuk mengikuti
perasaannya
- Mendiskusikan kegiatan yang ada di masyarakat
perasaan yang
- Dorong lansia untuk berkumpul
dirasakan lansia
- Memberi dengan orang lain atau tetangga
dukungan pada sekitar
lansia dengan
empati - Beritahu lansia arti penting
(melibatkan orang lain bagi hidup lansia
keluarga) - Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)
Hari ke 6
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Rabu, 7 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah - Mengidentifikasi S:
Oktober b.d agen tindakan dilakukan lokasi, - Pasien mengatakan, “lara dengkul
2020 pukul pencedera keperawatan selama tindakan karakteristik, tengenku wes sudo meneh iki mas,
08.00 WIB (00133) 7 hari diharapkan keperawatan durasi, frekuensi, ditekuk lumayan penak, mung
Pasien selama 7 x 30 kualitas, intensitas nyeri sitik,wingi bengi arep turu
memperlihatkan menit dan skala nyeri jajal kompres anget dewe mas”
upaya mengurangi diharapkan - Mengidentifikasi P: nyeri saat kaki kanan
nyeri dari skala 4 masalah nyeri respon nyeri non ditekuk
menjadi tidak nyeri pada pasien verbal Q: seperti tertusuk
dapat teratasi - Mengidentifikasi R: nyeri lutut kaki kanan
dengan kriteria faktor yang S: skala 2
hasil: memperberat dan T: hilang timbul
- Tidak terjadi meringankan nyeri O:
nyeri pada - Mengidentifikasi - Pasien saat menekuk tutut
lutut kanan pengaruh nyeri kanannya sudah terlihat tidak
pasien pada begitu menahan nyeri
kualitas hidup - Saat berjalan pasien terlihat hati-
- Mengajarkan dan hati
memberikan teknik - Bengkak di lutut kanan sudah
non farmakologis banyak berkurang
untuk mengurangi - Pasien dan keluarga bisa
nyeri (kompres memptraktekkan sendiri kompres
hangat dengan jahe) hangat
- Mengontrol - Terlihat kooperatif dalam
lingkungan yang kompres hangat dengan jahe
memperberat rasa A: Masalah nyeri kronis berhubungan
nyeri (suhu dengan agen pencedera belum
ruangan, teratasi
pencahayaan, dan P: Lanjutkan intervensi
kebisingan) - Identifikasi ulang lokasi,
- Memfasilitasi karakteristik, durasi, frekuensi,
istirahat dan tidur kualitas, intensitas dan skala nyeri
- Mempertimbangka - Identifikasi respon nyeri non
n jenis dan sumber verbal
nyeri dalam - Identifikasi faktor yang
pemilihan strategi memperberat dan meringankan
meredakan nyeri nyeri
- Menjelaskan - Identifikasi pengaruh nyeri pada
penyebab, periode kualitas hidup
dan pemicu nyeri - Ajarkan teknik kompres hangat
- Menjelaskan - Kontrol lingkungan yang
startegi meredakan memperberat rasa nyeri (suhu
nyeri ruangan, pencahayaan, dan
- Menganjurkan kebisingan)
lansia memonitor - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri secara
nyeri dalam pemilihan strategi
mandiri meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Rabu, 7 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “ngobrol
Oktober Kesepian tindakan kesepian lansia karo wong liyo y owes akeh mas,
2020 pukul (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia iki ana anakku nomer 3 mrene
08.30 WIB 7 hari diharapkan untuk
gawani kebutuhan, anake wes
kesepian lansia berkomunikasi telu, dadi rame, ana tanggaku
berkurang dengan orang lain barang mau dolan rene dadi ya
kriteria hasil : - Mengajak lansia seneng”
untuk mengikuti O :
- Skor UCLA kegiatan di
menurun dari masyarakat - Ny.S sudah banyak ngobrol
kesepian sedang - Mendorong
menjadi kesepian dengan orang lain
lansia untuk
ringan atau tidak berkumpul dengan - Ny.S ditemani oleh anak ke
kesepian orang lain atau tiga dan cucu-cucunya
- Lansia tetangga sekitar - Skor UCLA Ny.M adalah 50
mengatakan tidak - Memberitahu
merasa sepi (Kesepian sedang)
lansia arti penting A : Masalah belum teratasi
orang lain bagi P : Lanjutkan intervensi
hidup lansia - Kaji tingkat kesepian klien
- Mendengarkan
ketika lansia - Motivasi lansia untuk
mengungkapkan berkomunikasi orang lain
perasaannya
- Mendiskusikan - Ajak lansia untuk mengikuti
perasaan yang kegiatan yang ada di masyarakat
dirasakan lansia
- Memberi - Dorong lansia untuk berkumpul
dukungan pada dengan orang lain atau tetangga
lansia dengan
sekitar
empati
(melibatkan - Beritahu lansia arti penting
keluarga) orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)

Hari ke 7
Waktu Diagnosa Tujuan
Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Kamis, 8 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah - Mengidentifikasi S:
Oktober b.d agen tindakan dilakukan lokasi, - Pasien mengatakan, “wes sudo
2020, pencedera keperawatan selama tindakan karakteristik, akeh banget iki mas, nyerine gari
pukul (00133) 7 hari diharapkan keperawatan durasi, frekuensi, sitik meneh, wingi sore tak
09.00 WIB selama 7 x 30 kualitas, intensitas kompres meneh mas lebar adus,
Pasien
memperlihatkan menit dan skala nyeri sesuk tak kompres jahe dewe mas,
upaya mengurangi diharapkan - Mengidentifikasi karo latihan, mugo wae iso
nyeri dari skala 4 masalah nyeri respon nyeri non kepenak ngene, nyeri gari sitik
menjadi tidak nyeri pada pasien verbal wes alhamdulillah”
dapat teratasi - Mengidentifikasi P: nyeri saat kaki kanan
dengan kriteria faktor yang ditekuk
hasil: memperberat dan Q: seperti tertusuk
- Tidak terjadi meringankan nyeri R: nyeri lutut kaki kanan
nyeri pada - Mengidentifikasi S: skala 1
lutut kanan pengaruh nyeri T: hilang timbul
pasien pada O:
kualitas hidup - Pasien saat menekuk tutut
- Mengajarkan dan kanannyapasien sudah tidak
memberikan teknik terlihat menahan nyeri
non farmakologis - Saat berjalan pasien masih
untuk mengurangi terlihat hati-hati
nyeri (kompres - Bengkak di lutut kanan sudah
hangat dengan jahe) mulai tidak terlihat
- Mengontrol - Pasien dan keluarga sudah bisa
lingkungan yang memptraktekkan sendiri kompres
memperberat rasa hangat
nyeri (suhu - Terlihat kooperatif saat
ruangan, melakukan kompres hangat
pencahayaan, dan dengan jahe
kebisingan) A: Masalah nyeri kronis berhubungan
- Memfasilitasi dengan agen pencedera belum
istirahat dan tidur teratasi
- Mempertimbangka P: Lanjutkan intervensi
n jenis dan sumber - Identifikasi ulang lokasi,
nyeri dalam karakteristik, durasi, frekuensi,
pemilihan strategi kualitas, intensitas dan skala nyeri
meredakan nyeri - Identifikasi respon nyeri non
- Menjelaskan verbal
penyebab, periode - Identifikasi faktor yang
dan pemicu nyeri memperberat dan meringankan
- Menjelaskan nyeri
startegi meredakan - Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri kualitas hidup
- Menganjurkan - Ajarkan teknik kompres hangat
lansia memonitor - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
nyeri secara
ruangan, pencahayaan, dan
mandiri kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri
secara mandiri
Kamis, 8 Risiko Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan “semenjak
Oktober Kesepian tindakan kesepian lansia sampean ajari cara-cara sik iso
2020, (00054) keperawatan selama - Memotivasi lansia ngurangi sepi saiki rodo lega
pukul 7 hari diharapkan untuk
09.30 WIB atiku mas, rasane ora sepi koyo
kesepian lansia berkomunikasi
berkurang dengan orang lain wingi-wingi, anak-anakku dadi
kriteria hasil : - Mengajak lansia sering mrene karo anake, iki aku
untuk mengikuti yo dadi iso ngobrol-ngobrol
- Skor UCLA kegiatan di akeh karo tonggo cerak-cerak
menurun dari masyarakat kene, ya alhamdulillah wes ora
kesepian sedang - Mendorong
menjadi kesepian begitu sepi, iki ya lebar ngobrol
lansia untuk
ringan atau tidak karo tanggaku””
berkumpul dengan
kesepian O :
orang lain atau
- Lansia tetangga sekitar - Ny.S sudah banyak ngobrol
mengatakan tidak - Memberitahu
merasa sepi dengan orang lain
lansia arti penting
orang lain bagi - Ny.S mulai terlihat senang bisa
hidup lansia interkasi dengan tetangga dan
- Mendengarkan keluarga
ketika lansia
- Skor UCLA Ny.M adalah 48
mengungkapkan
perasaannya (Kesepian sedang)
- Mendiskusikan A : Masalah belum teratasi
perasaan yang P : Lanjutkan intervensi
dirasakan lansia - Kaji tingkat kesepian klien
- Memberi - Motivasi lansia untuk
dukungan pada
berkomunikasi orang lain
lansia dengan
empati - Ajak lansia untuk mengikuti
(melibatkan kegiatan yang ada di masyarakat
keluarga)
- Dorong lansia untuk berkumpul
dengan orang lain atau tetangga
sekitar
- Beritahu lansia arti penting
orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang
dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia
dengan empati (melibatkan
keluarga)

VI. EVALUASI SUMATIF


Kamis, 8 Oktober 2020

Diagnosa
Evaluasi Sumatif
Keperawatan
S:
Nyeri kronis
- Pasien mengatakan , “sikilku wis sudo akeh mas wes ra loro koyo wingi-wingi meneh, ki tak nggo nekuk
berhubungan nyerine mung gari sitik, wes penak.”
dengan Agen - pasien mengatakan “iya mas, kompres anget nganggo jahe penak mas, iki wes mulai tak tlateni kompres hangat
pencedera jahe, mugo nyerine sudo meneh”
(00133) O:
- Pasien saat menekuk lutut kanan sudah tidak meringis kesakitan
- Lutut kaki kanan pasien bengkak sudah mulai berkurang dan tidak terlihat
- Pasien terlihat berjalan pelan-pelan
- TD : 14/80 mmHg
- Pasien bisa mempraktekkan kompres jahe hangat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan sakala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat dengan jahe)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Risiko S :
Kesepian - Pasien mengatakan “rasane y owes ora sepi banget koyo wingi-wingi mas, anak putuku dadi sering mrene, aku yo
(00054) iso cerita-cerita, saiki mlaku-mlaku ning tonggo cerak ya penak, iso jagongan cerita”
O :
- Pasien terlihat bercerita dengan tetangga di depan rumah, sudah terlihat senang
- Sudah terlihat dukungan keluarga untuk pasien dengan sering mendatangi pasien
- Pasien terlihat mau membangun komunikasi dengan tetangga.
- Skor UCLA turun menjadi 48 (kesepian rendah)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kesepian klien
- Motivasi lansia untuk berkomunikasi orang lain
- Ajak lansia untuk mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
- Dorong lansia untuk berkumpul dengan orang lain atau tetangga sekitar
- Beritahu lansia arti penting orang lain bagi hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia dengan empati

VII. RENCANA TINDAK LANJUT

Masalah Kesehatan Intervensi yang telah dilakukan RTL Paraf

Nyeri kronis - Identifikasi ulang lokasi, karakteristik, Menganjurkan penggunaaan kompres


berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan hangat dengan jahe untuk mengurangi
agen pencedera skala nyeri nyeri pada lutut secara mendiri dan
(00133) - Identifikasi respon nyeri non verbal berkelanjutan
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Ajarkan teknik kompres hangat
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan startegi meredakan nyeri
- Anjurkan lansia memonitor nyeri secara
mandiri
Risiko Kesepian - Kaji tingkat kesepian klien Memotivasi lansia untuk terus
(00054) - Motivasi lansia untuk berkomunikasi orang berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang-orang yang ada di
lain
sekelilingnya dan memotivasi
- Ajak lansia untuk mengikuti kegiatan yang keluarga untuk selalu memberi
dukungan emosional kepada
ada di masyarakat
pasien.
- Dorong lansia untuk berkumpul dengan
orang lain atau tetangga sekitar
- Beritahu lansia arti penting orang lain bagi
hidup lansia
- Selalu dengarkan ketika lansia
mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan perasaan yang dirasakan lansia
- Beri dukungan pada lansia dengan empati
(melibatkan keluarga)
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny.S berusia 74 tahun mengeluh nyeri dibagian lutut kanan. Selain itu,
pasien mengatakan lutut kanan sulit dan nyeri jika digerakkan atau ditekuk, bisa
buat berjalan tetapi dengan pelan-pelan, dan dalam mobilitas lainnya dilakukan
dengan berhati-hati. Selain itu, keterbatasan pasien dalam berjalan menjadi salah
satu penyebab resiko kesepian pada pasien. Hal tersebut didukung oleh hasil skor
pengkajian UCLA dimana didapatkan hasil bahwa pasien mengalami kesepian
sedang (skor 57). Pasien akan berjalan ke tetangga sekitarnya hanya untuk kegiatan
yang dirasa penting, pasien mengatakan kalau siang sendirian di rumah, pasien
mengatakan kurang suka berbincang dengan orang lain, berbincangnya kalau ada
tetangga yang lewat menghampirinya dan mengajak ngobrol sekedarnya.
A. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Hasil pengkajian pada Ny.S didapatkan hasil bahwa Ny.S mengeluh lutut
kanannya terasa nyeri saat ditekuk atau digerakkan, bisa buat berjalan tetapi
pelan-pelan, riwayat jatuh karena terpeleset sejak 5 bulan yang lalu sehingga
memperberat nyeri yang dialaminya. Ny.S masih mampu melakukan
mobilitas secara mandiri (mandi dan toileting) namun dengan berhati-hati.
Nyeri yang dirasakn hilang timbul. Nyeri sangat terasa ketika Ny. S menekuk
lutut kanan atau menggerakkannya. Nyersi skala 4.
Berdasarkan grafik setelah dilakukan intervensi selama 7 hari Ny. S
mengalami penurunan skala nyeri yang sebelumnya 4 menjadi 1. Hasil ini
didapat menggunakan pengkajian PQRST.
Chart
Title
4
3
2
1
0

Sebelum Sesudah
intervensi intervensi

Skala
Nyeri Column
1

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, namun suatu proses


menurunnya kemampuan jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan anatomis dan
fisiologis pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan (Nugroho, 2008). Secara fisiologis, lansia
mengalami perubahan dan penurunan fungsi pada semua sistem tubuh.
Dengan adanya perubahan dan penurunan fungsi pada sistem tubuh dapat
menyebabkan munculnya berbagai penyakit (Ambardini, 2019) Artritis gout
merupakan penyakit peradangan sendi yang dipengaruhi oleh asupan
makanan yang tinggi purin. Penyakit artritis gout adalah salah satu penyakit
inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan
kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian. (Zahara,
2013)
Intervensi yang diberikan untuk mengatasi nyeri Ny. S adalah dengan
mengkaji nyeri secara komprehensif dan memberikan kompres hangat dengan
jahe. Terapi kompres hangat merupakan terapi non farmakologi yang
memberikan manfaat positif. Kompres air hangat ini meningkatkan relaksasi
otot dan mobilitas, menurunkan nyeri sendi dan menghilangkan kekakuan
sendi dipagi hari.(Wulan, 2015) Upaya penunjang lain untuk mengatasi nyeri
asam urat adalah dengan pengobatan non farmakologis, yaitu dengan
memanfaatkan bahan-bahan herbal yang dikenal turun temurun oleh
masyarakat dapat berkhasiat menurunkan nyeri, salah satunya adalah: jahe
(Ilmiah & Sandi, 2020) Pemanfaatan jahe dengan teknik kompres
menggunakan air hangat ini dapat dilakukan selama 15-20 menit dan hal
tersebut cukup efektif dalam menghilangkan rasa nyeri (Izza, 2014)
Kompres Jahe hangat terbukti lebih efektif dalam mengurangi intensitas
nyeri dibandingkan kompres dengan hanya menggunakan air hangat saja
(Madoni, 2018). Jahe mengandung Olerasin atau Zingerol yang dapat
menghambat sintesis prostaglandin, sehingga nyeri reda atau radang
berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang
merupakan mediator nyeri dari radang atau inflamasi (Ilmiah & Sandi, 2020)
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas menyebabkan pembuluh
darah menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan metabolisme tubuh dan permeabilitas kapiler. (Kozier, 2009)
Sedangkan pada jahe kandungan gingerol dapat memberikan rasa pedas dan
panas, bekerja langsung ke pusat saraf dimana menyebabkan pengeluaran
edorphine yang dapat mengakibatkan terjadinya vasodilatasi, sehingga dapat
meningkatkan aliran darah ke bagian sendi dan memblok tranmisi stimulus
nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan tranmisi serabut saraf sensori
A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan tranmisi nyeri
melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang
sinap untuk tranmisi impuls nyeri. Jadi kompres hangat dengan jahe pada saat
terjadinya nyeri lebih cepat diblok karena proses mekanisme untuk penurunan
nyeri kompres hangat jahe lebih berpengaruh.(Pambudi, 2018)
B. Risiko Kesepian
Ny.S menyatakan kurang suka mengobrol, jarang berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Hasil pengkajian yang didapat
terhadap Ny.S lebih memilih untuk berada di depan rumah duduk-duduk
sambal memijat lutut dan di ruang tamu tiduran. Hasil pengkajian kesepian
dengan menggunakan instrumen UCLA diperoleh hasil skor total Ny. N yaitu
57 (mengalami kesepian tingkat sedang).
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S, maka dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S yaitu resiko kesepian.
Diagnosa tersebut diangkat karena tanda dan gejala pada Ny. S sesuai dengan
definisi pada buku pedoman diagnosa keparawatan NANDA 2018-2020 yaitu
Ny. S rentan merasa tidak nyaman dalam melakukan kontak dengan orang
lain. Kesepian tersebut dapat menjadi kondisi kronik karena dipicu oleh usia
atau kondisi yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.

Score
6 UCLA
0
5
0
4
0
3
0
2 Sebelum Sesudah
0 intervensi intervensi
Score
1
UCLA
0
0

Grafik diatas menunjukkan skor kesepian UCLA Ny. S sebelum dilakukan


intervensi yaitu 57 (kesepian sedang) setelah dilakukan intervensi selama 7
hari menjadi 48 (kesepian ringan).
Kesepian merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan para
lansia ketika anggota keluarga hidup terpisah dari lansia, kehilangan pasangan
hidup, kehilangan teman sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup mandiri.
Lansia yang mengalami kesepian seringkali merasa jenuh dan bosan, merasa
tidak berharga, tidak diperhatikan dan tidak dicintai (Nuraini, 2018) Intervensi
yang dilakukan untuk mengatasi resiko kesepian pada Ny. S yaitu dengan
memotivasi lansia untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang saling mempengaruhi
antar manusia yang berlangsung di dalam masyarakat. Interaksi sosial yang
kurang pada lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia
menyendiri dan mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan
dapat terjadi depresi, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup
lansia(Nuraini, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Andesty & Syahrul (2018) menunjukkan
bahwa Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena
dengan interaksi sosial yang baik maka lansia tidak merasa kesepian, oleh
sebab itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada
kelompok lansia. Lanjut usia yang dapat terus menjalin interaksi sosial
dengan baik adalah lansia yang dapat mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Kemudian menurut penelitian dari
Amalia dalam Nuraini (2018) juga menyatakan bahwa interaksi sosial yang baik
membuat tingkat kesepian lansia tidak merasakan kesepian, dan interaksi sosial
yang kurang dapat menyebabkan lansia mengalami kesepian sedang sampai
berat. Kematian pasangan hidup dan teman serta tidak adanya keterlibatan sosial
setelah meninggalkan pekerjaan adalah beberapa perubahan kehidupan yang
berkontribusi pada kondisi kesepian pada lansia. Melihat dari hasil beberapa
penelitian diatas bisa disimpulkan bahwa intervensi untuk mengurangi kesepian
pada lansia bisa digunakan cara peningkatan interkasi sosial di dalam
masyarakat. Kemudian untuk intervensi kedua terkait dukungan emosional
keluarga terhadap Ny.S.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis
di dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, karena setiap masalah
individu merupakan masalah keluarga begitu juga sebaliknya (Muhlisin,
2012). Dimana keluarga dalam hal ini merupakan tempat berlindung yang
paling disukai para lanjut usia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur
terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan
keluarga merupakan salah satu hal yang terdapat pada faktor kebudayaan dan
situasional. Keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak
meninggalkannya di rumah dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan
dalam merawat lansia. Dukungan keluarga dapat berupa menghabiskan waktu
bersama keluarga dalam aktivitas yang dapat mengurangi stress serta
pengalihan perhatian seseorang dari masalah dengan membuat bentuk sosial
dengan orang lain. (Hidayatulloh, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Krisnawardani (2019) menyebutkan
bahwa cara untuk mengatasi kesepian pada lansia yakni salah satunya dengan
meningkatkan hubungan keluarga dikarenakan ada semacam kebutuhan untuk
dekat dengan keluarga sejalan dengan bertambahnya usia dan kematian yang
semakin dekat, dengan mempertimbangkan fungsi keluarga yang terjadi dari
waktu ke waktu, keluarga mempertahankan peran yang lebih penting pada
lansia, trend ke arah keluarga kecil dapat menimbulkan kesepian diantara
lansia. Oleh karena itu dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga
akan membantu lansia untuk memenuji kebutuhan psikososialnya dimana
keluarga memberikan cinta kasih pada lansia sehingga lansia merasa tidak
kesepian.
Friedman, Bowden, dan Jones (2010) mengatakan bahwa dukungan
emosional keluarga merupakan dukungan emosional yang harus ditetapkan
kepada seluruh anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial
anggota keluarga dengan saling mengasihi, cinta kasih, kehangatan, dan
saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga. Pentingnya
dukungan emosional bagi lansia yakni mampu memberikan rasa aman, cinta
kasih, membangkitkan semangat, dan rasa senang dan bahagia.
Secara fisiologis kondisi seseorang ketika merasa senang karena di hibur,
akan merangsang otak untuk menerima rangsangan tersebut melalui sistem
neuron. Otak berfungsi mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku, fungsi
tubuh seperti pengaturan keseimbangan, homeostasis, tekanan darah, detak
jantung, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan dan aktivitas
motorik. Otak yang terdiri dari ribuan saraf neuron membawa informasi
melalui neurotransmitter akan mempengaruhi sikap,emosi,perilaku seseorang
Neurotransmitter yang dimaksud yakni sistem norefinefrin dan system
serotonin yang menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk
meningkatkan rasa nyaman, bahagia, rasa puas, mengatur nafsu makan,
dorongan seksual, keseimbangan motorik dan psikomotor. (Guyton,1997
dalam Price, 2012). Dengan demikian, semakin kuatnya dukungan emosional
yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia meliputi rasa cinta, kasih
sayang dan kepedulian akan menjadi sebuah modal agar lansia mampu merasa
terhibur dan mengurangi perasaan kesepian (Krisnawardani, 2019)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengkajian yang dilakukan terhadap lansia Ny. S di rumah, ditemukan
diagnosa sebagai berikut :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa tersebut adalah dengan
melakukan terapo non farmakologis kompres hangat dengan jahe
2. Risiko Kesepian
Intervensi yang telah diberikan yaitu memotivasi lansia untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dan memotivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
B. Saran
1. Diharapkan lansia selalu mengaplikasikan tentang intervensi yang telah
diajarkan oleh mahasiswa untuk mengurangi keluhan yang dirasakan
2. Perlu adanya asuhan keperawatan terkait dengan pembahasan yang lebih
detail dan lengkap.
3. Perlu adanya pemberian intervensi dengan cara non farmakologis yang
bisa dilakukan pada lansia sesuai dengan evidence based
DAFTAR PUSTAKA

A, Cheryl dan K. Parello. 2008. Loneliness in the School Setting, Volume


24.
The Journal of School Nursing 2008. 24/2. 66 - 70.
Ambardini. (2019). Aktivitas Fisik pada Lansia. 1-13.
Andesty, D., & Syahrul, F. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya
Werdha Kota Surabaya Tahun 2017. The Indonesian Journal Of
Public Health, Vol 13, No, 169–180. Retrieved From
Https://EJournal.Unair.Ac.Id/Ijph/Article/View/7422/Pdf
Amalia, A. D. (2015). Kesepian Dan Isolasi Sosial Yang Dialami Lanjut
Usia:
Tinjauan Dari Perspektif Sosiologis, 18(02), 203–210.
Apriyanti. (2013). Menu Sehat bagi Penderita Asam Urat. Yogyakarta:
Pustaka Baru.
Ari & Liana. (2016). Perawatan Lansia Penderita Nyeri Sendi Dalam
Keluarga Dan Masyarakat. Pekanbaru: UR
Azizah. (2011)). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Hidayatulloh, A. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kesepian Pada Lansia Di Dusun Bulu Jogotirto Berbah Sleman.
Ilmiah, J., & Sandi, K. (2020). Kompres Jahe Hangat dapat Menurunkan
Intensitas Nyeri pada Pasien Gout Artritis Pendahuluan. 11(1),
573
578. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.349
Izza, Syarifatul. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air
Hangat dan Pemberian Kompres Jahe terhadap Penurunan Nyeri
Sendi pada Lansia di Unit RehabilitasiSosial Wening Wardoyo
Ungaran. Jurnal. Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo.
Kowalak, Jennifer P. (2011) Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Krisnawardani. (2019). Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan
Tingkat Kesepian Pada Lansia Yang Berada Di Kelurahan
Gedanganak Ungaran Timur.
Lestari, P. P., dan Suslia, A. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Singapore : Elsevier
Madoni, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe
Terahdap Penurunan Intensitas Nyeri Gout Arthritis Pada Lansa Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung. Menara Ilmu Vol.Xii
Jilid III No.79.
Maryam, S. dkk. (2012). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Selemba Medika.
Muchtadi. (2013). Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif. Bandung:
Alvabeta.
Muhlisin, Abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publising.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th
ed.). Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik (3 ed.). Jakarta:
EGC.
Nuraini, Et. Al. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada
Lansia Di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Nursing News, Vol
3 No 1, 603–611.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Powell, RA. (2010). Pain History and Pain Assessment. Seattle:
International
Association for the Study of Pain.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Sears, D. O., Jonathan, L. F, dan L. Anne, P. (2006). Psikologi Sosial Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Wulan, R. A. (2015). Pengaruh Terapi Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti
Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya
Zahara, R. (2014). Arthritis Gout Metakarpal Dengan Prilaku Makan
Tinggi
Purin Diperberat Oleh Aktivitas Mekanik Pada Kepala Keluarga
Dengan Posisi Menggenggam Statis. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 2, 8– 13.
Lampiran
1. Lefleat
2. Pre Planning Kegiatan

PRE PLANNING
PELAKSAAN INTERVENSI KOMPRES HANGAT JAHE PADA NY. S
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI KRONIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Pembimbing Akademik:
Ns. Muhammad Mu’in, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh :
Denny Safiudin
22020120210087
Keolompok 9

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 36


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari,
berjalan terus-menerus, dan berkesinambungan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.
(Maryam, 2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan
pertama adalah faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA,
respons terhadap stress, pertahanan terhadap antioksidan, kedua adalah
faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori dan berbagai
macam penyakit, salah satu dari penyakit tersebut adalah Gout
Arthritis (Asam Urat) yang merupakan penyakit radang sendi akibat
terakumulasinya kristal mikroskopik asam urat atau dikenal dengan
sebutan tophi dalam persendian, yang menimbulkan peradangan. Hal
ini dikarenakan tingginya kadar asam urat dalam darah atau
hiperurisemia. (Muchtadi, 2013)
Penyakit Gout Arthritis pada lansia ini umumnya dapat
mengganggu aktivitas harian. Lansia yang mengalami penyakit asam
urat tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat
cepat dalam waktu singkat. Lansia saat tidur tanpa ada gejala apapun,
namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat
hingga tidak bisa berjalan. Proses penyakit ini apabila berlanjut, dapat
terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku
(Apriyanti, 2013). Penganan penyakit pada usia lanjut bersifat khusus.
Hal itu dikarenakan penyakit pada usia lanjut biasanya tidak berdiri
sendiri (multipatologi), fungsi organ tubuh sudah menurun, rentan
terhadap penyakit atau stres, dan lebih sering memerlukan rehabilitasi
yang tepat, untuk mengurangi rasa nyeri perlu dilakukan pemanasan
atau pendinginan. Pada prinsipnya, dengan rehabilitasi diharapkan
penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang
lain. (Muhith, dkk. 2016).
Terapi yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi rasa nyeri dibagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan
non farmakologis (Zuriati, 2017). Upaya penunjang lain untuk
mengatasi nyeri asam urat adalah dengan pengobatan non
farmakologis, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan herbal yang
dikenal turun temurun oleh masyarakat dapat berkhasiat menurunkan
nyeri, salah satunya adalah: jahe.(Ilmiah & Sandi, 2020) Pemberian
kompres air hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,
menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi kekakuan, dan
menghilangkan sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang
terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1
kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit
ke 15-20 selama tindakan Pemanfaatan jahe dengan teknik kompres
menggunakan air hangat dapat dilakukan selama 15-20 menit dan hal
tersebut cukup efektif dalam menghilangkan rasa nyeri (Izza, 2014)
Kompres Jahe hangat terbukti lebih efektif dalam mengurangi
intensitas nyeri dibandingkan kompres dengan hanya menggunakan air
hangat saja (Madoni, 2018). Jahe mengandung Olerasin atau Zingerol
yang dapat menghambat sintesis prostaglandin, sehingga nyeri reda
atau radang berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa
dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dari radang atau
inflamasi (Ilmiah & Sandi, 2020)). Karena itu, diduga bahwa
penggunaan kompres hangat jahe juga memiliki efek yang signifikan
pula terhadap penurunan nyeri persendian pada kasus artritis gout.
Berdasarkan masalah diatas, maka perlu dilakukan intervensi
keperawatan pada NY.S dengan menggunakan kompres air hangat dan
campuran jahe.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Pengkajian nyeri dan pengkajian skor KATZ Ny.S
c. Masalah keperawatan
Nyeri Kronis
II. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan

DS :
- P : Ny. S mengeluhkan nyeri bertambah apabila kaki kanan ditekuk
- Q : Ny.S mengatakan kualitas nyeri yang dirasakan seperti cenut-
cenut
- R : Ny.S berkata daerah yang dirasakan nyeri pada bagian lutut
kanannya
- S : Ny.S mengatakan nyeri yang dirasakan adalah skala nyeri 4
- T : Ny.S mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

DO :
- Klien terlihat menahan nyeri, memegangi lutut kanan dan mengurut-
urutnya
- Klien telihat menahan rasa sakit saat kaki kanan ditekuk
- Kaki kanan klien bagian lutut terlihat bengkak
Diagnosa keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan agen
pencedera (00133)
b. Tujuan umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7x24 jam diharapkan nyeri pada


Ny. S teratasi dengan kriteria hasil:
1. Ny. S menerapkan cara pengontrolan nyeri
2. Nyeri klien dapat berkurang dari 4 menjadi tidak nyeri
c. Tujuan khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x30 menit diharapkan


Ny. S dapat melakukan tindakan untuk mengontrol nyeri dengan
kriteria hasil
1. Pengetahuan tentang penanganan nyeri meningkat
2. Ny. S mampu melakukan intervensi yang diterapkan dengan
kompres air hangat menggunakan jahe
3. Ny.S dapat mengatakan nyeri berkurang dengan terapi non
farmakologis
4. Klien mampu menyebutkan tujuan dan manfaat kompres air
hangat menggunakan jahe

III. Rancangan Kegiatan


a. Topik
Terapi kompres air hangat menggunakan jahe
b. Metode Pelaksanaan
Diskusi, demonstrasi dan latihan bersama
c. Sasaran dan Target
Sasaran adalah Ny.S
d. Strategi Pelaksanaan
Hari : Senin, 5 Oktober 2020
Waktu : 10.00 – 10.35 WIB
Tempat : ruang tamu rumah klien
e. Media dan Alat Bantu
Termometer
Waslap/Kain yang mampu menyerap air
Baskom
Handuk
Air hangat suhu 37-40°C
Jahe
f. Setting Tempat
Keterangan :

= Ny.S
= Mahasiswa

Susunan Acara
Sehari sebelumnya perawat melakukan kontrak waktu dengan klien
dan membuat jadwal saat klien sudah selesai mandi dan tidak di
jam makan atau jam tidur klien.
Waktu Kegiatan
10-00 – 10.05 Pre Orientasi :
1. Mempersiapkan klien
2. Mempersiapkan materi dan tempat
10.05 – 10.20 Orientasi :
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Evaluasi dan validasi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur
5. Kontrak waktu latihan kompres air
hangat
6. Persetujuan klien
10.20 –10.30 Tahap kerja :
Pelaksanaan latihan kompres air hangat
menggunakan jahe
10.30 – 10.35 Terminasi dan Evaluasi :
1. Evaluasi respon
2. Evaluasi pengetahuan latihan kompres
air hangat menggunakan jahe
3. Rencana tidak lanjut
4. Mengucapkan terima kasih dan salam

g. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Mempersiapkan pre-planning 2 hari sebelum hari
pelaksanaan.
b) Kontrak waktu dan tempat dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan bahan
2. Evaluasi Proses
- Klien kooperatif dalam kegiatan intervensi
- Pelaksanaan kegiatan sesuai kontrak waktu yang telah di
tentukan
- Tersedianya alat dan media
- Klien dapat menilai keefektifan tindakan
- Klien mampu melaporkan peningkatan status kesehatan
- Klien dapat mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
a) Klien mengetahui manfaat kompres air hangat
menggunakan jahe
b) Klien mampu melakukan latihan kompres air hangat
menggunakan jahe secara mandiri
c) Klien mampu mempraktikkan kompres air hangat
menggunakan jahe dengan benar
d) Klien berkeinginan untuk menerapkan kompres air hangat
menggunakan jahe setiap saat ketika klien merasakan nyeri
pada lutut kirinya
h. Materi
1. Pengertian Kompres hangat
Kompres hangat adalah salah satu manajemen nyeri non
farmakologis dengan memberikan cairan hangat kepada pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya
spasme otot, dan memberikan rasa hangat. (Fajriyah dan
Warsinah, 2013) Air yang digunakan untuk kompres yaitu air
dengan suhu 370- 400C.
2. Kandungan Jahe
Jahe mengandung Olerasin atau Zingerol yang dapat menghambat
sintesis prostaglandin, sehingga nyeri reda atau radang
berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa
dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dari radang atau
inflamasi.(Ilmiah & Sandi, 2020) selain itu penggunaan jahe
secara topikal dapat mempengaruhi penyerapan sistemik.
Bahan aktif dalam jahe adalah gingerol dan shagaol yang
memiliki kelarutan yang sedang dalam air dan minyak sehingga
memungkinkan potensi yang baik dalam penyerapan ke dalam
kulit (Rahayu H, Rahayu N, & Sunardi, 2017).
3. Tujuan
Menurut Kozier (2009) kompres air hangat bertujuan untuk:
a) Pelunakan jaringan fibrosa
b) Membuat otot tubuh menjadi rileks
c) Menurunkan rasa nyeri
d) Memperlancar pasokan aliran darah
e) Memberikan ketenangan pada klien
4. Langkah-langkah (Pambudi, 2018)
a) Observasi skala nyeri sebelum diberikan terapi kompres
hangat dengan jahe
b) Bila pasien sudah selesai diobservasi, isi baskom dengan air
hangat rebusan jahe
c) Ukur suhu air rebusan dengan thermometer dengan skor
normal yaitu hangat 370- 400C.
d) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai lokasi nyeri
yang dirasakan
e) Masukkan kain ke dalam baskom air rebusan jahe
f) Letakkan kain yang sudah direndam rebusan jahe pada
daerah yang akan dikompres
g) Angkat kain setelah 15-20 menit
h) Evaluasi : observasi perubahan yang terjadi setelah
kompres selesai dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi


Apriyanti. (2013). Menu Sehat bagi Penderita Asam Urat. Yogyakarta: Pustaka
Baru.
Ilmiah, J., & Sandi, K. (2020). Kompres Jahe Hangat dapat Menurunkan
Intensitas Nyeri pada Pasien Gout Artritis Pendahuluan.
11(1), 573
578. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.349
Izza, Syarifatul. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat
Dan Pemberian Kompres Jahe terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
Jurnal. Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
Kozier, Barbara, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis. (Edisi:5). Jakarta:
EGC
Madoni, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Terahdap
Penurunan Intensitas Nyeri Gout Arthritis Pada Lansa Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Begalung. Menara Ilmu Vol.Xii Jilid III
No.79.
Maryam, S. dkk. (2012). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Selemba Medika.
Muchtadi. (2013). Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif. Bandung:
Alvabeta.
Nuniek Nizmah Fajriyah, Aida Tyas Kartika Sani, Winarsih. (2013). Efektifitas
Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout. Vol V,
No.2, September
Pambudi, P. (2018). Efektivitas Kompres Hangat Rebusan Jahe Emprit dan Jahe
Merah terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi pada Lansia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Magetan di Asrama
Ponorogo. Madiun: Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Rahayu, H. T., Rahayu, N. S., & Sunardi S. (2017). The Effectiveness of Red
Ginger Compress Therapy (Zingiber officinale rosc. var. rubrum)
On Elders with Joint Pain. Advances in Health Sciences Research,
2.
Zuriati. (2017). Efektivitas Kompres Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk
Begalung. STIKES Alifah Padang.
INSTRUMEN EVALUASI PRE DAN POST KOMPRES AIR HANGAT

a) Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)

Anda mungkin juga menyukai