Anda di halaman 1dari 20

DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh : 1.Hildayanti 2.Lusia Weni 3.M. Fansuri Habibi 4.Rahmatus Sakinah 5.Heni Putri Agustini 6.Amrina Rosada

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..... 1 Daftar isi ... 2 Mind Mapping.. .3 Data Kasus.4 Urgensi DBD dalam Kesehatan Masyarakat 7 Pendahuluan
A. Latar belakang.. .8 B. Tujuan ... 9

Isi
A. Pengertian 10 B. Agen / penyebab penyakit DBD.. 11 C. Gejala dan tanda DBD 12 D. Penularan dan cara pencegahan DBD................. 14 E. Pengobatan DBD 16 F. Penyebaran DBD. 16 G. Kebijakan Pemberantasan Penyakit DBD di Indonesia . 17

Penutup
A. Kesimpulan 19 B. Saran .. 19

Daftar Pustaka 20

MIND MAPPING

Demam tinggi Ruam Kimiawi : fogging, abate, dll Biologis : penanaman tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, dll Lingkungan : PSN, pengelolaan sampah padat, dll

Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Trombositopenia Hemokonsentrasi Anoreksia Pendarahan shock dengue

PENGERTIA N TANDA & GEJALA

PENCEGAHA N DEMAM BERDARAH DENGUE PENGOBATAN AGEN & VEKTOR PENYEBARAN Agen DEN 1 Penggantian cairan tubuh Pemberian obat penurun panas Pemberian makanan yang mampu meningkatkan trombosit Daerah tropis dan subtropics Golongan umur < 15 th Musim penghujan DEN 2 DEN 3 DEN 4

Vektor

Aedes aegypti Aedes albopic tus.

3 Data Kasus
Data kasus DBD di dunia antara lain : Pada tahun 2007, ada 890.00 kasus demam berdarah dan 26.000 kasus DBD di Amerika Sedangkan di Venezuela 80.000 kasus yang 6.000 diantaranya adalah kasus DBD di tahun 2007 Gambar : area yang beresiko terjadinya transmisi demam berdarah menurut WHO 2008

Menurut WHO ada sekitar 1,8 milyar (lebih dari 70%) dari populasi penduduk asia tenggara dan wilayah barat pasifik beresiko demam berdarah karena daerah ini dilalui oleh garis khatulistiwa.. Sehingga pemerintah area ini menyiapkan rencana strategis (2008-2015) untuk mengatasi ancaman peningkatan penyakit demam berdarah dan DBD.

Berikut data penderita DBD di Indonesia yang kami ketahui :

Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang. 4

Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 CFR=2%.

orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414

orang (terbesar) dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan

Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang dengan Incidence (IR) = 10,17% Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang dengan Incidence (IR) = 15, 99% Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang dengan Incidence (IR) = 21,66% Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang dengan Incidence (IR) = 19,24% Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang dengan Incidence (IR) = 23,87% Tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal)

RSUD Cicalengka kabupaten Bandung merawat 137 pasien DBD pada bulan Oktober RSUP Fatmawati di Jakarta Selatan telah merawat 1.182 pasien DBD sejak bulan Januari-Mei

Berikut tabel data kasus penderita DBD secara nasional : No Provinsi 2009 Jan 2010 Jan Tahun 2009 M CFR Tahun 2008 M CFR 2009 dibandi

IR

IR

P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 NAD Sumut Sumbar Riau Kep. Riau Jambi Sumsel Babel Bengkulu Lampung Banten DKI JKT Jabar Jateng DIY Jatim Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Gorontalo Sulteng Sulbar 284 387 208 110 209 39 335 24 48 750 492

M 3 3 3 4 1 4 1 0 0 8 3

M 1,57 3 4.53 4 2.80 2 1.46 7 1.37 5 236 1.78 2 349 260 20 57 18 27 11 5 4 13 8 20 70 32 287 248 15 180 171 16 20 68 20 2 7 0 1.27 1.26 0.64 1.84 0.80 2.12 0.22 3.72 3.08 1.07 1.33 0.11 0.81 1.39 0.68 1.00 1.75 1.22 1.80 1.30 1.22 2.15 0.74 0 35.3 6 34.4 6 59.5 1 27.4 9 86.9 5 7.96 24.6 7 31.5 4 15.4 4 24.8 5 56.3 9 312. 65 83.9 5 54.8 1 63.8 9 48.4 2 228. 30 65.2 5 29.3 173. 84 68.7 9 9.39 36.5 8.58 2436 32 4454 49 1907 11 828 10 1.31 1.1 0.58 1.21 1.28 3.67 0.13 0 0.29 0.83 1.34 0.09 0.99 1.19 0.99 0.97 3.38 1.32 1.91 1.82 1.12 2.33 1.22 0 54.76 34.49 42.67 15.96 133.0 7 8.64 34.75 3.07 19.33 68.83 46.16 317.0 9 54.23 58.45 61.72 46.31 22.29 27.11 15.69 220.0 3 63.58 8 18.74 55.25 4.24

ngkan 2008 Turun Naik Naik Naik Turun Turun Turun Naik Turun Turun Naik Turun Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Turun Naik Turun Turun Naik

1724 22 245 9 2360 3 34 339 0 1

18

85 19

0 2

3129 8 5292 49 2316 32 294 2 152 0 124 0

2486 31 169 57 134 357 108 5 99 22 3 1 2 8 1 0 0 0 13 589 254 928 319 48 0 4 6 15 7 1

1.86 2 5.25 0 27.9 64 35.4 53 17.8 81 2.20 3 18.0 08 9.79 2 1.30 9 1.11 3 5.24 4 1.64 0 93 952 93

4807 40 3954 53 2836 1 2324 8 1923 5 2119 26 23 1 22 8 21

1731 16 0 8 947 32 531 576 7 11

5762 10 5 1430 16 172 4 1389 17 43 0

Untuk kasus DBD di Sumatera Selatan antara lain :

Pada tahun 2007 jumlah penderita DBD sebanyak 3487 orang, dengan jumlah meninggal 13 orang (CFR = 0,37%)

Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD dibulan Januari hingga Oktober mencapai 1673 orang, dengan jumlah meninggal 3 orang (CFR = 0,18%).

Kasus di Palembang :
Jumlah kasus DBD di Palembang pada tahun 2007 sebanyak 1957 orang dan yang meninggal sebanyak 14 orang (CFR = 0,7%) Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penderita DBD mencapai 1581 orang dan yang meninggal sebanyak 7 orang (CFR = 0,4%)

Urgensi DBD dalam Kesehatan Masyarakat


Peningkatan penyakit DBD terutama pada wilayah khatulistiwa sangat

mengkhawatirkan, hal ini juga disampaikan oleh badan dunia WHO agar wilayah-wilayah tersebut merancang suatu perencanaan yang strategis untuk mengurangi laju peningkatan penyakit tersebut. WHO juga menaksirkan 50 juta lebih penduduk dunia terjangkit DBD setiap tahunnya. Oleh karena itu penanganan DBD ini sangat penting dan mendesak, karena DBD ini dapat menyebabkan kematian dan mengurangi derajat kesehatan manusia. Penyakit dapat sewaktu-waktu melonjak angka penderitanya dan menjadi kejadian luar biasa(KLB), apalagi bila didukung oleh iklim dan keadaan wilayahnya yang lembab. Oleh karena itu masyarakat harus bertindak dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Wabah DBD terjadi pertama kali pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut Sedangkan penyakit DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, antara lain disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang

nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun dll. Kementerian kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

8 B. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan semua berbagai hal tentang DBD seperti agen penyakitnya, gejala, pencegahan, cara pengobatan dll sehingga pembaca mengetahui dan memahami serta dapat melakukan tindakan preventif penyakit tersebut. Pengetahuan yang didapat tentunya harus disebarluaskan ke masyarakat agar masyarakat sekitar juga terhindar dari penyakit DBD ini sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit ini dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bebas nyamuk.

BAB II ISI
A. Pengertian Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat di seluruh pelosok Indonesia. Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang asimtomatik atau tidak jelas gejalanya, sehingga penyakit ini sering salah didiagnosis. Vaksin dan obat yang efektif dalam pencegahan dan pengobatannya pun belum ditemukan. Demam berdarah sudah menjadi endemis di Indonesia artinya bisa terjadi sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan atau pancaroba. Ada beberapa peneliti membedakan antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Secara umum, penyakit demam dengue dan DBD memiliki ciri : Demam dengue :

Demam akut selama 2-7 hari, disertai sakit kepala, nyeri otot dan sendi Bisa disertai penurunan trombosit. Panas akan turun pada hari ketiga atau keempat. Tingkat penyembuhannya lebih baik.

DBD:

Demam tinggi mendadak, disertai nyeri kepala, nyeri di bagian belakang bola mata, terkadang juga nyeri perut. Ada tanda ruam atau bintaik merah di kulit Tidak disertai dengan batuk atau sakit di tenggorokan. Trombosit dan leukosit turun (kurang dari 100.000) Terjadi peningkatan hematokrit (naik 20 persen dari jumlah normal). Perdarahan pada jaringan lunak (hidung, mulut, atau gusi). Terjadi perembesan plasma. Makin bocor bisa menyebabkan syok 10

B. Agen / Penyebab Penyakit DBD Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus berperan sebagai vector.
Morfologi dan Lingkaran Hidup Nyamuk Ae. Aegypti

Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya.

Nyamuk Aedes albopictus, sepintas seperti nyamuk Ae. aegypti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian dadanya, tetapi pada thorax yaitu bagian mesotonumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus dan tebal) yag dibentuk oleh sisik sisik putih berserakan. Nyamuk ini merupakan penghuni asli Negara Timur, walaupun mempunyai kebiasaan bertelur ditempat-tempat yang alami di rimba dan hutan bambu, tetapi telah dilaporkan dijumpainya telur dalam jumlah banyak disekitar tempat pemukiman penduduk di daerah perkotaan. Jangka masa inkubasi adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari. Bionomik Vektor 1. Tempat perindukan nyamuk (Breeding Habit) Tempat perindukan nyamuk Aedes berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang disebut dengan kontainer bukan genangan air di tanah. Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk betina adalah dinding vertikal bagian dalam dari tempat atau kontainer yang berisi air sedikit dibagian atas permukaan air, dan terlindung dari cahaya matahari langsung dan nyamuk betina bertelur disaat-saat segera sebelum matahari terbenam. 11 2. Kebiasaan menggigit (Feeding Habit). Berdasarkan penelitian kebiasaan menggigit nyamuk betina Ae. aegypti terutama antara pukul 8.00- 13.00 dan 15.00-17.00 WIB, dengan demikian dapat dikatakan bahwa nyamuk betina menggigit pada pagi dan sore hari. Tempat menggigit lebih banyak di dalam rumah daripada di luar rumah. 3. Kebiasaan beristirahat (Resting Habit) Setelah menggigit selama menunggu pematangan telur nyamuk akan hinggap di tempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum untuk beristirahat, setelah itu nyamuk akan bertelur dan menghisap darah lagi. Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap/ istirahat adalah tempat-tempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju-baju yang bergantungan. 4. Jarak terbang Nyamuk Ae. aegypti sehari-hari mempunyai kebiasaan terbang dekat permukaan tanah dan bergerak ke semua arah untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur, mencari tempat

beristirahat dan melakukan perkawinan. Nyamuk betina dapat tebang rata-rata 50 meter, dan ada kalanya sampai sejauh dua kilometer. C. Gejala dan Tanda DBD Demam tinggi (selama 2-7 hari dengan tinggi 38 C 40 C) terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan. Ruam pada demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Trombositopenia (pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm). Hemokonsentrasi (meningkatnya nilai hematokrit). Tahapan ini mempunyai urutan perkembangan yaitu : Peningkatan hematokrit > 20%, tanpa disertai gejala gangguan sirkulasi Peningkatan hematokrit > 20%, disertai munculnya gejala penyempitan tekanan nadi Peningkatan hematokrit > 20%, disertai dengan timbulnya gejala shock, yang ditandai dengan tekanan darah sistole dan diastole menurun, nadi kecil dan cepat serta pada perabaan akral dingin.

12 Peningkatan hematokrit > 20%, disertai gejala nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur Anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala Pendarahan pada hidung dan gusi. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.

Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak

demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

13 D. Penularan dan Cara Pencegahan DBD Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan.

Penularan terjadi karena setip kali nyamuk menggigit (menusuk), alat tusuknya yang disebut proboscis akan mencari kapiler darah. Setelah diperoleh maka dikeluarkannya air liur yang mengandung zat anti koagulan. Bersama air liur inilah virus dipindahkan ke manusia Pencegahan yang dapat dilakukan mengendalikan nyamuk tersebut, usaha yang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu : 1. Lingkungan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pengelolaan sampah padat Modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

2. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) atau penanaman tanaman yang mampu mengusir nyamuk seperti geranium, lavender, serai wangi dan zodia. 14 3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan:

Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi rumah dan lingkungan setempat.

Langkah Umum untuk Mencegah Penyakit yang Disebarkan oleh Nyamuk : 1. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat penangkal nyamuk mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi. 2. Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC. 3. Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat yang dilalui nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari gigitan nyamuk. 4. Cegah munculnya genangan air dengan cara : Buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yang tertutup. Ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu sekali, dan jangan biarkan ada air menggenang di pot tanaman. Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air. Jaga saluran air supaya tidak tersumbat. Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air. yang

15 E. Pengobatan DBD

Pengobatan penderita Demam Berdarah dapat dilakukan dengan cara penggantian cairan tubuh. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Pemberian obat penurun panas untuk mengurangi panas tubuh penderita. Obat penurun panas yang baik digunakan penderita DBD menurut WHO adalah parasetamol dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari., karena obat penurun panas lainnya seperti asam salisilat dan ibuprofen dapat membahayakan penderita. Asam salisilat bisa mengiritasi lambung sehingga dapat menurunkan trombosit, sedangkan ibuprofen meningkatkan resiko pendarahan. Pengobatan yang selama ini diberikan lebih bersifat menjaga dan mencegah kejadian lebih buruk. Untuk pengobatan kuratif secara formal masih terbatas karena seperti yang telah dijelaskan bahwa penyakit ini belum menemukan obat dan vaksinnya. Pengobatan Alternatif untuk penderita Demam Berdarah :

Meminum jus jambu biji merah Jus kurma dicampur madu diyakini mampu menaikkan kadar trombosit di dalam darah si penderita Berbagai pengobatan dengan membuat ramuan dari bahan-bahan alam.

F. Penyebaran DBD Penyakit ini menyebar di daerah tropis dan subtropics. Terutama di negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama sekali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogyakarta (1972). Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, pada tahun 1973 di Riau, Sulawesi Utara dan Bali. Kemudian pada tahun 1974, epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada akhirnya menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. G. Kebijakan Pemberantasan Penyakit DBD di Indonesia 16

Kebijaksanaan pemberantasan penyakit DBD di Indonesia meliputi : pengamatan penderita, pengobatan dan perawatan penderita, pengamatan vektor dan kegiatan penunjang berupa pendidikan masyarakat dan penelitian. Tujuan program pemberantasan Demam Berdarah Dengue yaitu : 1. Mengurangi kecenderungan penyebarluasan wilayah terjangkit DBD 2. Mengurangi kecenderungan peningkatan jumlah kejadian demam berdarah dengue, sehingga insiden tidak melebihi 50 per 100.000 penduduk. 3. Mengusahakan angka kematian (CFR) tidak melebihi 3 % pertahun. Untuk mencapai tujuan program tersebut, Suroso (1984) mengemukakan kegiatan-kegiatan pokok pemberantasam sebagai berikut: a. Penemuan kejadian b. Penanggulangan fokus c. Abatisasi masal d. Penyuluhan kepada masyarakat e. Pendidikan atau peningkatan ketrampilan dan penelitian Strategi kegiatan pemberantasan selanjutnya disesuaikan dengan tingkat kerawanan suatu penyakit DBD yang meliputi : a. Desa/kelurahan endemis Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir, terdapat kasus ataupun kematian karena demam berdarah dengue secara berurutan, meskipun jumlahnya hanya satu. b. Desa/kelurahan sporadis Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir terdapat kasus ataupun kematian karena penyakit demam berdarah dengue tetapi tidak berurutan disetiap tahunnya . c. Desa/kelurahan potensial Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir tidak pernah diketemukan kasus ataupun kematian karena penyakit demam berdarah dengue, tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukan jentik lebih 5 %.

17 d. Desa/kelurahan bebas

Desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD, dan ketinggiannya lebih dari 1000 m dari permukaan laut, atau yang ketianggiannya kurang dari 1000 m tetapi persentase rumah yang diketemukan jentik kurang dari 5 %.

H. Tantangan Pemerintah Tantangan pemerintah baik pusat maupun daerah adalah pengubahan prilaku masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, penghimbauan periksa dini yang jarang dihiraukan masyarakat, dan pengurangan kejadian DBD dengan pembasmian vector yang menyeluruh agar terhindar dari DBD.

18

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal. Gejala dan tanda DBD seperti demam tinggi (selama 2-7 hari dengan tinggi 38 C 40 C) terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, ruam pada demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, trombositopenia (pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm) dan hemokonsentrasi. Pencegahannya dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti pencegahan biologi, kimiawi, dan biologis. Pengobatan penderita Demam Berdarah dapat dilakukan dengan cara penggantian cairan tubuh. Penyebaran penyakit di daerah tropis dan subtropics terutama wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa.
B. Saran

DBD ini sangat berbahaya bagi anak-anak dan keluarga karena dapat menyebabkan kematian oleh karena itu kita sebagai mahasiswa kesehatan harus dapat menjawab tantangan ini demi menurunkan tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini. Tenaga kesehatan beserta pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang baik sehingga penyakit terutama DBD dapat teratasi. Dari segi pemerintah harus ada kebijakan dan aturan yang mengatur tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penggalakkan 3M, pengelolaan sampah padat dll, sedangkan tenaga kesehatan berfungsi sebagai komunikator kepada masyarakat tentang bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk pengurangan kejadian DBD, membantu masyarakat dalam upaya tersebut, mengobati penderita, dan memberikan contoh yang baik dan benar kepada masyarakat. Masyarakat disini berperan sebagai intinya. Masyarakat diharapkan mampu dan mau melaksanakan kegiatan-kegiatan ataupun upaya pengurangan DBD sehingga kerja pemerintah dan tenaga kesehatan tidak sia-sia. 19

Anda mungkin juga menyukai