Anda di halaman 1dari 53

PROGRAM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA)

OUTLINE

Latar Belakang
Ruang Lingkup
Tujuan
Kebijakan/Strategi
Kegiatan Pokok

Latar belakang
P2P Pneumonia
pada Balita

MENTERI KESEHATAN

1.
2.

3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.

NAWA CITA

Menghadirkan kembali negara utk melindungi segenap bangsa &


memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
Membuat pemerintah tdk absen dgn membangun tata kelola
pemerintahan yg bersih, efektif, demokratis & terpercaya
Membangun Indonesia dari pinggiran dgn memperkuat daerah-daerah
& desa dlm kerangka negara kesatuan
Menolak negara lemah dgn melakukan reformasi sistem & penegakan
hukum yg bebas korupsi, bermartabat & terpercaya
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
Meningkatkan produktifitas rakyat & daya saing di pasar Internasional
Mewujudkan kemandirian ekonomi dgn menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
Melakukan revolusi karakter bangsa
Memperteguh ke-Bhineka-an & memperkuat restorasi sosial Indonesia4

STRATEGI PEMBANGUNAN
MENTERI KESEHATAN

NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA

Membangun untuk manusia &


masyarakat
Mewujudkan pertumbuhan
ekonomi, pembangunan sosial &
pembangunan ekologi yg
berkelanjutan

Memulihkan & menjaga keseimbangan antarsektor,


antarwilayah & antar kelompok sosial dlm
pembangunan
Mewujudkan perekonomian yg inklusif, berbasis
ilmu pengetahuan & teknologi, & keunggulan
sumber daya manusia
3 DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA
Pendidikan

DIMENSI PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
Kedaulatan Pangan

Kesehatan

Kedaulatan Energi &


Ketenagalistrikan

Perumahan

Kemaritiman
Pariwisata dan Industri

Kepastian & Penegakan


Hukum

KONDISI PERLU
Keamanan &
Ketertiban

DIMENSI PEMERATAAN
& KEWILAYAHAN
Antarkelompok
Pendapatan
Antarwilayah

Politik &
Demokrasi

QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA

Tata Kelola &


RB
5

ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2015-2019


(Perpres No.2/2015)
MENTERI KESEHATAN

1.

Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja & Lanjut
Usia yg Berkualitas

2.

Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat

3.

Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan

4.

Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan

5.

Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yg Berkualitas

6.

Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yg Berkualitas

7.

Ketersediaan, Penyebaran & Mutu SDM Kesehatan

8.

Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan & Kualitas Farmasi & Alkes

9.

Pengawasan Obat & Makanan

10. Promkes & Pemberdayaan Masyarakat

PROGRAM INDONESIA SEHAT


MENTERI KESEHATAN

Paradigma Sehat
Program
Pengarusutamaan
kesehatan dalam
pembangunan
Promotif - Preventif
sebagai pilar utama
upaya kesehatan
Pemberdayaan
masyarakat

Penguatan
Yankes
Program
Peningkatan Akses
terutama pd FKTP
Optimalisasi Sistem
Rujukan
Peningkatan Mutu

Penerapan pendekatan
continuum of care

JKN
Program
Benefit
Sistem pembiayaan:
asuransi azas gotong
royong
Kendali Mutu & Kendali
Biaya
Sasaran: PBI & Non PBI
Tanda kepesertaan
KIS

Intervensi berbasis resiko


kesehatan (health risk)

PETA STRATEGI PENCAPAIAN VISI 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN


VISI KEMENKES 2019
Masy Sehat Yg Mandiri
& Berkeadilan
MISI KEMENKES
2015-2019

T1. MENINGKATNYA STATUS KESEHATAN


MASYARAKAT

ARAH
KEBIJAKAN &
STRATEGI
NASIONAL
(RPJMN 20152019)

ARAH
KEBIJAKAN
KEMENKES:
Penguatan
primary health
care (UKP dan
UKM)
Continum of
care thru life
cycle

Intervensi
berbasis
health risk

PROGRAM GENERIK & TEKNIS KEMENTERIAN

AKI, AKB, % BBLR, % RMH TANGGA PHBS,

T2. MENINGKATNYA RESPONSIVENESS & PERLINDUNGAN MASY THD RISIKO SOSIAL & FINANSIAL
DI BIDANG KESEHATAN

Peserta JKN, responsiveness

SASARAN
STRATEGIS/PROGRAM
(1)

Meningkatnya
Kesehatan masyarakat

Meningkatnya (2)
Pengendalian
Penyakit

Meningkatnya Jumlah, Jenis,(4)


Kualitas, dan Pemerataan
Tenaga Kesehatan

Meningkatnya(6)
Sinergitas
Antar K/L
Pusat & Daerah

Meningkatnya tata (10)


kelola
kepemerintahan yang
baik dan bersih

Meningkatnya (3)
Akses & Mutu
Fasyankes

Meningkatnya Kemandirian,
(5)
Akses & Mutu Sediaan Farmasi
(Obat, Vaksin, Biosimilar) &
Alkes

Meningkatnya Dayaguna (7)


Kemitraan (DN & LN)
Meningkatnya Integrasi
(8)
Perencanaan, Bimtek &
Monev
(11)
Meningkatnya Kompetensi & Kinerja
Aparatur Kemenkes

(9)

Meningkatnya
Efektivitas
Litbangkes

(12)

Meningkatnya
Sistem Informasi
Kes. Terintegrasi

LINGKUNGAN STRATEGIS: GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL

KERANGKA
REGULASI:
Percepatan
Regulasi
Penyempurnaan Sistem
JKN
KERANGKA
PENDANAA
N:
Peningkatan
Pendanaan
Preventif &
Promotif
Peningkatan
Efektivitas
Pembiayaan
Kesehatan
KERANGKA
KELEMBAGAAN
:
Peningkatan
Efektivitas
Organisasi

SASARAN RPJMN 2015-2019


2.

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak


Status Gizi masyarakat

3.

Penurunan Prevalensi Penyakit menular dan Tidak Menular

4.

Peningkatan Pemerataan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

5.

Peningkatan Perlindungan Finansial


Peningkatan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan
Memastikan Ketersediaan dan Mutu Obat dan makanan
Peningkatan upaya peningkatan promosi kesehatan & pemberdayaan masyarakat serta
Peningkatan pembiayaan kegiatan promotif & preventif
Peningkatan upaya peningkatan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS)
Peningkatan perlindungan finansial termasuk menurunnya pengeluaran katastropik akibat
pelayanan kesehatan
Peningkatan responsifitas sistem kesehatan (health system responsiveness)
9
Peningkatan
daya saing obat dan makanan nasional

1.

6.
7.
8.
9.

10.
11.
12.

Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia

Pada tahun 2015, 5,9 juta balita meninggal dan

15 % (935.000) diantaranya karena


pneumonia.

99% kematian pneumonia anak di negara


berkembang

Pneumonia di negara maju banyak disebabkan

virus sedangkan negara berkembang oleh


bakteri.

Target MDGs_4 : reduksi 2/3 kematian


bayi/Balita pada akhir tahun 2015 dilanjut
SDGs 2030

Tujuan Global 2025, Untuk semua balita:

Angka kematian akibat


pneumonia kurang dari 3 per 1000 KH

Mengurangi insidensi pneumonia berat


sebesar 75% dibanding tahun 2010;

KELANJUTAN MDGs
2000

2015

2030

PENEKANAN SDGs:
5P : PEOPLE, PLANET, PEACE, PROSPERITY AND PARTNERSHIP

a.
b.
c.
d.

Meningkatnya kesadaran isu kesehatan


Meningkatnya alokasi anggaran kesehatan
Menyatunya arah pembangunan kesehatan
Integrasi monitoring dan evaluasi untuk isuisu prioritas

Situasi Pneumonia Bayi/Balita di Indonesia


Riskesdas
2007,
Penyebab
kematian bayi => terbanyak diare
(31,4%) dan pnemonia (23,8%).
dan Penyebab kematian anak
balita => terbanyak diare (25,2%)
& pnemonia (15,5%)
Riskesdas 2013; Insiden dan
prevalensi pneumonia Indonesia
adalah 1,8% dan 4,5%

Pneumonia

SRS; 2014 :
23 balita
meninggal setiap jam dan 4
diantaranya karena pneumonia
Sumber : Riskesdas (2007)

Cakupan Penemuan Pneumonia 2011 - 2015

120,00
100,00
80,00
60,11

60,00
40,00
23,98

23,42

24,79

2011

2012

2013

29,47

20,00
0,00
CAKUPAN

2014
TARGET

2015

Babel
DKI Jkt
Kaltim
Jabar
NTB
Sumbar
Gortal
Banten
Bali
Sulteng
Jambi
SUBDIT ISPA
Riau
Sumsel
Kalsel
Sumut
Jatim
Lampung
Kepri
Sultra
Jateng
Bengkulu
Kalbar
Sulbar
Malut
DIY
Sulut
NTT
Sulsel
Aceh
Maluku
Kalteng
Papua Barat
Papua
Kaltara

Cakupan Penemuan Pneumonia 2015

120,00
120,00

100,00
100,00

80,00
80,00

60,00
60,00

40,00
40,00

20,00
20,00

0,00
0,00

Cakupan
Lengkap Prov
Lengkap Kab
Target

an

Cakupan Pneumonia
Target

Su
m

ba
r

22.34

27.06

13.65
2.92

10.00
10.78

25.73

28.33

70.00
66.84

63.05

80.00

11.90

50.00

38.53

60.00

23.05

16.85

21.86

90.00
88.81

100.00

9.67

40.00

24.22

14.86

12.96

12.14

20.00

30.00

Pa Pu
g
da lu am
ng h
K
Pe Pa ot
si ria a
si
m
r
a
S
T
el n
an
a
ah tan
D
at
ar
So
Si
l
ju ok
n
Pa ju
n
B
uk dan g
it
g(
ti
K
Pa n g )
ya gi
ku (K
Pa
m )
da
b
ng So uh
lo
Sa Pan k(K
w
j
ah an )
g(
K
L
ep un K)
. M to
e (K
Pa n t )
a
Pa ria wa
s a ma i
m
n
an (K
)
D
ha Ba
r
So ma at
lo sr
a
k
Se y a
la
ta
n

Li
m

Pa
sa
m

Cakupan Pneumonia Balita di Provinsi


Sumatera Barat, Tahun 2015

0.00

Grafik Kasus Pneumonia Balita dan Kelengkapan Pelaporan


Provinsi 2015

200.000

120,00

180.000
100,00

160.000
140.000

80,00

120.000
100.000

60,00

80.000
40,00

60.000
40.000

20,00

20.000
0,00
Jabar
Jatim
DKI Jkt
Jateng
Banten
NTB
Sumsel
Sumut
Sumbar
Kalsel
Sulteng
Riau
Babel
Kaltim
Jambi
Lampung
Bali
Gortal
Sultra
DIY
Kalbar
Sulsel
NTT
Sulbar
Aceh
Bengkulu
Kepri
Sulut
Malut
Kalteng
Maluku
Papua Barat
Papua
Kaltara

Kasus

Kelengkapan

% Kab

16

Faktor Risiko

<<< ASI Eksklusif

Berat badan lahir


rendah

Gizi kurang

Paparan polusi udara


dalam rumah

Tidak mendapat imunisasi

Kepadatan
penduduk dalam
rumah

WHO . http://whqlibdoc.who.int/publications/ 2008

Hambatan dan kendala


Beberapa hambatan dalam upaya tersebut antara lain :
Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Puskesmas dalam

deteksi pneumonia secara cepat dan akurat,


Belum meratanya peningkatan kapasitas Nakes untuk
tatalaksana kasus dan Manajemen program ISPA, juga karena
tingginya frekuensi mutasi pegawai di daerah
Revisi Tatalaksana Kasus, sesuai rekomendasi IDAI tahun 2015
belum tersosialisasi merata ke seluruh Puskesmas.
Sumber utama pelaporan hanya dari Puskesmas, belum
melibatkan laporan dari RS, klinik swasta, praktek swasta dll.
Pengetahuan masyarakat terhadap gejala pneumonia masih
rendah
18

Ruang Lingkup

STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT
TUBERKULOSIS

SEKSI
TUBERKULOSIS
SENSITIF OBAT

SEKSI
TUBERKULOSIS
RESISTENSI OBAT

SUBDIREKTORAT
HIV AIDS DAN
PENYAKIT INFEKSI
MENULAR SEKSUAL

SUBDIREKTORAT
INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT

SUBDIREKTORAT
HEPATITIS DAN
PENYAKIT INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN

SUBDIREKTORAT
PENYAKIT TROPIS
MENULAR
LANGSUNG

SEKSI
INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN
ATAS

SEKSI
HIV AIDS

SEKSI
HEPATITIS

SEKSI
KUSTA

SEKSI
PNEUMONIA

SEKSI
PENYAKIT
INFEKSI
MENULAR
SEKSUAL

SEKSI
PENYAKIT
INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN

SEKSI
FRAMBUSIA

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Ruang Lingkup Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi Saluran pernafasan Akut
ISPA

1.Pencegahan

dan

Pengendalian

dan

Pengendalian

Pneumonia.
2.Pencegahan

Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Definisi Operasional
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA):
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari
saluran napas mulai hidung - alveoli termasuk adneksanya

(sinus, rongga telinga tengah, pleura.)


- PNEUMONIA
Adalah Infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli).
- INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS
( DO = Komite ahli, saat ini fokus pada Influenza)

TUJUAN

TUJUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Mengurangi kematian karena pneumonia pada

balita
Mengurangi kesakitan pneumonia pada balita
Tujuan P2P Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(Komite Ahli)

KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA)
Advokasi
Regulasi
Penemuan dini dan Tatalaksana Kasus sesuai Standar

KIE sesuai kondisi setempat


Logistik pusat & daerah
Kerjasama dan kemitraan LS LP

Monev

Informasi Update
Pemilihan antibiotik untuk pengobatan Pneumonia

Amoxicillin dosis tinggi (50 mg/kg BB/kali, sebanyak 2x


sehari dan selama 3 hari) perlu dipersiapkan
perencanaan obat di puskesmas (syrup Amoxicillin forte)
Perhitungan sasaran penemuan kasus pneumonia balita

(estimasi jumlah pneumonia balita) berdasarkan data


riskesdas dengan mempertimbangkan faktor risiko
berkisar 1-6 % dari total populasi balita

Angka Perkiraan Pneumonia per Provinsi


NO

PROVINSI

PERKRAAN KASUS

NO

PROVINSI

PERKRAAN KASUS

1 Aceh

4.46

18 Nusa Tenggara Barat

6.38

2 Sumatera Utara

2.99

19 Nusa Tenggara Timur

4.28

3 Sumatera Barat

3.91

20 Kalimantan Barat

2.12

4 Riau

2.67

21 Kalimantan Tengah

4.37

5 Jambi

3.15

22 Kalimantan Selatan

5.53

6 Sumatera Selatan

3.61

23 Kalimantan Timur

2.86

7 Bengkulu

2.00

24 Sulawesi Utara

2.68

8 Lampung

2.23

25 Sulawesi Tengah

5.19

9 Kep. Bangka Belitung

6.05

26 Sulawesi Selatan

3.79

10 Kepulauan Riau

3.98

27 Sulawesi Tenggara

3.84

11 DKI Jakarta

4.24

28 Gorontalo

4.84

12 Jawa Barat

4.62

29 Sulawesi Barat

4.88

13 Jawa Tengah

3.61

30 Maluku

3.74

14 DI Yogyakarta

4.32

31 Maluku Utara

2.29

15 Jawa Timur

4.45

32 Papua Barat

2.88

16 Banten
28
Bali
17

4.12

33 Papua

2.80

2.05

NASIONAL

3.55

Klasifikasi Pneumonia pada Balita


Usia < 2 bulan

Usia 2 59 bulan

Tanda bahaya

Klasifikasi

Ada salah satu tanda berikut:


- napas cepat ( 60 kali/menit),
ATAU
- napas lambat ( 30 kali/menit),
ATAU
- tarikan dinding dada ke dalam
yang sangat kuat (TDDK) ,
ATAU

PENYAKIT
SANGAT BERAT

- kurang mau minum,


- demam,
- kejang
- kesadaran menurun
- sridor
- tangan dan kaki teraba
dingin
- wheezing
- Tanda gizi buruk.

Tanda/Gejala
-

Tarikan dinding
dada ke dalam
(TDDK)

Klasifikasi
PNEUMONIA BERAT

Atau

- Saturasi oksigen < 90

Napas cepat

PNEUMONIA

Usia 2 -12 bulan : 50


x/menit
Usia 12-59 bulan : 40
x/menit
- Tidak ada tarikan

dinding dada ke
dalam
- Tidak ada napas
cepat

BATUK BUKAN
PNEUMONIA

Indikator Program 2015-2019


Indikator di buku 3 RPJMN (output)

Indikator di Resntra Kemenkes


(proses)

Jumlah kab/kota dengan


cakupan penemuan
pneumonia balita minimal
80%

Jumlah kab/kota yang 50%


puskesmasnya
melaksanakan tatalaksana
pneumonia balita melalui
pendekatan MTBS

Target 2015 : 20%

Target 2015 : 20%

SPM kesehatan : semua balita mendapatkan


pelayanan kesehatan sesuai standar

Upaya Pengendalian Pneumonia Balita

Promo
tif

Menggalak
kan
ANC
ASI
eksklusif
Gizi
seimbang
PHBS
(CTPS)
Mengura
ngi
polusi
udara
Etika
batuk
Deteksi
dinii

Imunisasi
:

Preventi
f

DPT,
Camp
ak,
Hib,
Pneu
moko
k
(belu
m jadi
progr
am)

Diagnosti
k

Hitung
Napas
Lihat
Tarikan
Dinding
Dada
bawah Ke
dalam
(TDDK)
Periksa
Saturasi
Oksigen

Antibiotik
(Amoksisili
Kuratif n)
Terapi
Oksigen

Peran Tenaga Medis dalam


Pengendalian Pneumonia Balita

Deteksi dan tatalaksana kasus sesuai standar

Mendidik/mensosialisasikan tenaga kesehatan


lain di wilayah kerjanya dalam deteksi dan
tatalaksana kasus

Mendidik keluarga pasien dalam pencegahan,


pengenalan gejala dan tanda pneumonia

KEGIATAN 2016

Penguatan upaya promotif/preventif (TV spot, banner, leaflet dll; inisiasi vaksin
pneumonok)

Penguatan koordinasi lintas program/sektor bersama profesi dan akademisi


Penyusunan Rencana Aksi Pengendalian Pneumonia, Sosialisasi-advokasi,
Parade hasil Kajian/penelitian

Penguatan kapasitas petugas daerah dan dokter puskesmas langsung oleh


kab/kota bersama profesi => swakelola oleh instansi pemerintah

Penguatan Surveilans (puskesmas & rumah sakit)

Melibatkan UPT (KKP/B-BTKL) dalam pengendalian faktor risiko ISPA

Peningkatan kesiapsiagaan pandemi influenza

Kajian burden ISPA atas Litbangkes dan universitas

Dukungan alat bantu deteksi pneumonia balita

Kebijakan dan Strategi


Kesiapsiagaan Pandemi Influenza
di Indonesia

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL Kemenkes RI

Outline
Latar Belakang

Dasar Hukum
Prinsip Dasar

Tujuan
Kerangka konsep

Kebijakan
Strategi
Kegiatan Pokok

Hasil Assesment Review

History of Influenza Pandemics in 20th Century

2009: Swine Flu

1918: Spanish Flu

100,000-400,000 deaths*

1968: Hong Kong Flu

40-50 million deaths*

1957: Asian Flu

CFR 2-3%*

1-4 million deaths*

Most affected Young Adult

CFR < 0.2%*

1 -4 million deaths*

CFR 0.02%*

CFR < 0.2%*

Children & Young Adult

All age groups

All age groups

H1N1

H2N2
HxNy

H1N1

H3N2
H5N1
H7N9

*) Estimated

MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI


PANDEMI?
Agar mampu mengenali secara dini dan

menanggulangi dampaknya
Membatasi atau memperlambat penularan dan
penyebaran ke wilayah yg lebih luas
Meminimalisasi jumlah penderita yang dirawat
maupun kematian
Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unitunit esensial
Mengurangi dampak ekonomi dan sosial

Dasar Hukum
Undang undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular;
Undang undang No. 27 Tahun 2007 tentang bencana
Undang undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit;
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2014
tentang Pengendalian Penyakit Menular dan tidak Menular
Permenkes No 568 tahun 2010 tentang laboratorium EID

Kondisi saat ini


Avian Influenza : H7N9, H5N2, H5N3, H5N6, H5N8
Avian Influenza H5N1 masih bersirkulasi
Influenza musiman (H1N1)

Ancaman pandemi

Peningkatan kesiapsiagaan

1. Prioritas Keselamatan Manusia.


2. Mempertimbangkan Dampak terhadap Ekonomi.
3. Penekanan pada upaya integrasi ; Pemerintahan,
Swasta, Masyarakat, Organinasi profesi, dan organisasi
internasional
4. Kepatuhan terhadap perjanjian dan standar baik
nasional maupun internasional.
5. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam
mengantisipasi pandemi influenza harus tetap dikelola
dan berkelanjutan

41

PANDEMI: Dengan & Tanpa Kesiagaan


Kasus Harian

PUNCAK PANDEMI
1

MUNDUR
2

RENDAH

TANPA
INTERVENSI

DEKOMPRESI
BEBAN
PUNCAK
KASUS RENDAH
DAMPAK BURUK
KURANG

DENGAN
INTERVENSI
Waktu mulai kasus pertama
Iwan MM

Pedoman-pedoman terkait Kesiapsiagaan andemi


Influenza

KERANGKA KONSEP RENCANA KESIAPSIAGAAN


PANDEMI DI INDONESIA

Kendali Komando dan Koordinasi

Aktivasi Sistem Komando Emergensi

Deteksi dini dan


Kewaspadaan
dini melalui
Surveilans dan
Laboratorium

Respons
Medis dan
Kesmas

Karantina dan
pengawasan
mobilisasi
orang dan
barang

Pembatasan
Sosial

Keberlangsung
an pelayanan
publik yang
esensial

Post
Pandemi

Komunikasi Risiko dan Kerjasama Internasional


44

Strategi & Kebijakan Kesiapsiagaan menghadapi


Pandemi Influenza
Sosialisasi & advokasi
Penguatan kapasitas
Penguatan manajemen berkelanjutan (perencanaan, aktivitas,

pengorganisasian, koordinasi, monitoring dan evaluasi).


Penguatan surveilans pada hewan dan manusia (termasuk
peringatan dini, investigasi dan tindakan pengendalian).
Pencegahan dan pengendalian (proteksi risiko tinggi, vaksinasi,
biosecurity, dll).
Penguatan kapasitas respons pelayanan kesehatan (kesiapan
obat, peralatan kesehatan, vaksin, laboratorium, SDM,
penatalaksanaan kasus, pengendalian infeksi dll).
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (komunikasi resiko).

Pokok-pokok Kegiatan
Penanggulangan Pandemi
1.
2.

3.
4.

5.
6.
7.
8.

Pembentukan pos komando dan koordinasi sebagai pusat


operasi penanggulangan
Surveilans epidemiologi
Respon medik dan laboratorium
Intervensi farmasi
Intervensi nonfarmasi termasuk pengawasan perimeter
Komunikasi risiko
Tindakan karantina di bandar udara, pelabuhan, pos lintas
batas darat (PLBD), terminal, dan stasiun
Mobilisasi sumber daya

Kesimpulan Kaji Ulang Kesiapsiagaan Pandemi


Influenza 2015 Di 8 Wilayah
1. Pada dasarnya unsur-unsur kesiapsiagaan menghadapi
Pandemi Influenza cukup Memadai. Namun demikian
masih diperlukan peningkatan dan penguatan untuk
berbagai aspek antara lain
Aspek Legal,
Perencanaan,
Penganggaran dan koordinasi,
Manajemen Informasi dan
Dukungan kemampuan SDM yang memadai,
2. Secara umum Renkon di tingkat Provinsi sudah disusun,
demikian juga di KKP sebagai pintu masuk negara,
namun beberapa Renkon di Provinsi/KKP belum
dilakukan review dan simulasi secara berkala

Rekomendasi Kaji Ulang Kesiapsiagaan


Pandemi Influenza 2015 Di 8 Wilayah (1)
1. Review rencana kontingensi secara berkala dan diuji
2.
4.
5.

6.

dengan table top exercise/simulasi berkala (1x/tahun)


Advokasi kepada lintas sektor dan daerah agar
penganggaran tersedia
Perlu pengaturan mekanisme pendanaan
Pengaturan mekanisme registrasi, distribusi vaksin
dan antiviral baru serta pemantauannya pada kondisi
darurat (pandemi/wabah)
Peningkatan dan penguatan serta pemeliharaan
kapasitas petugas di semua tingkatan (pelatihan,
penyegaran)

Rekomendasi Kaji Ulang Kesiapsiagaan


Pandemi Influenza 2015 Di 8 Wilayah (2)
7. Penguatan monev terpadu lintas program/lintas sektor

8. Instrumen assessment ini disempurnakan menjadi

tools untuk self assessment rutin


9. Perlu review dan penguatan
jejaring RS rujukan
untuk EID,
10. Perlu
penguatan
dan
pengaturan
jejaring
Laboratorium (harus ada unit yang mengatur)
11. Penguatan Komunikasi Risiko di semua tingkatan
(Pedoman/SOP, pelatihan)

Beberapa prinsip dalam fase-fase pandemi


Fase pandemi WHO berubah dan mempertimbangkan hasil

penilaian risiko
Setiap negara, daerah mempunyai situasi kondisi masing-masing
sehingga risiko pun berbeda-beda
Masing-masing tingkatan risiko memerlukan tindakan yang
berbeda sesuai tingkat risikonya agar upaya yang dilakukaan fokus
dan efektif.

Perlu revisi pedoman kesiapsiagaan Pandemi dg salah


satu prinsip penilaian risiko dan manejemennya

Pandemi Influenza adalah sesuatu hal yang hampir pasti


terjadi, hanya kita tidak tahu kapan, di mana dan jenis apa yang
menjadi pandemi

Siap siaga selalu

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai