Judul
Dosen Pengampu : Alfan Alfandi,S.KM.,M.Kes(epid)
Disusun Oleh :
UNGARAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular : Diabetes Mellituas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Alfan Affandi pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Diabetes Mellituas
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alfan Affandi,selaku dosen mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Data Statistik
Kenaikan jumlah penduduk yang terkena penyakit diabetes militus atau kencing
manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 jumlah penduduk
dunia yang menderita diabetes militus mencapai 171.230.000 orang dan pada tahun
2030 diperkirakan jumlah penderita diabetes didunia akan mencapai jumlah
366.210.100 orang atau naik sebesar 114 % dalam ukuran waktu 30 tahun.
Dibawah ini adalah data statistik jumlah penderita diabetes didunia versi WHO pada
tahun 2000 dan proyeksi jumlah pendeita diabetes dunia pada tahun 2030. Indonesia
menduduki tempat ke 4 terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152 % atau dari
8.426.000 orang pada tahun 2000 mencapai 21.257.000 orang ditahun 2030.
Distribusi menurut :
1. Menurut Orang
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat 1,9 juta kasus baru
diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010. Berdasarkan
penelitian Marpaung (2006) di RSUD Pematang Siantar tahun 2003-2004
menyatakan bahwa proporsi penderita DM yang berusia ≥ 45 tahun 80,8% dan
proporsi penderita DM yang berusia < 45 tahun 19,2%.
Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2006, proporsi penderita DM berusia < 40 tahun yaitu yang menderita komplikasi
akut 5,0% dan yang menderita komplikasi kronik 12,6% sedangkan proporsi
penderita DM berusia ≥ 40 tahun yaitu yang menderita komplikasi akut 7,6% dan
yang menderita komplikasi kronik yaitu 74,8%. Proporsi laki-laki yang menderita
DM yaitu yang mengalami komplikasi akut 6,9% dan yang mengalami komplikasi
kronik 39,0% sedangkan proporsi perempuan yang menderita DM yaitu yang
mengalami komplikasi akut 5,7% dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu
48,4%.
2. Menurut Tempat
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di
Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-
kota besar, antara lain Jakarta (12,8%), Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%), dan
Manado (6,7%). Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan,
antara lain Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%). Adanya perbedaan
prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian DM.
3. Menurut Waktu
Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di dunia,
dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian pada wanita. Dari
semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta
kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194
juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita
Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%
FREKUENSI
DETERMINAN
HOST
Pada orang-orang yang berusia diatas 45 tahun, fungsi organ tubuh semakin
menurun, hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan
insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak
menerima insulin.
2. Pola makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat
perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi
penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan gorengan yang mengandung nilai
gizi yang minim.
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor,
duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya
membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan
lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih. Olahraga
dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat menurunkan
sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan
penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.
6. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman
beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak
paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin
diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar
pankreas.
7. Kegemukan
Ada hubungan yang dikenal antara stres dan diabetes mellitus, mereka yang
berada di bawah stres dan / atau memiliki gaya hidup yang tidak teratur, perlu
mengambil tindakan pencegahan yang memadai dan membuat penyesuaian gaya
hidup yang diperlukan. Duka, kekhawatiran dan kecemasan yang dihasilkan dari
pemeriksaan, kematian seorang kerabat dekat, kehilangan sukacita, kegagalan
bisnis dan hubungan perkawinan yang tegang, semua pengaruh yang mendalam
pada metabolisme dan dapat menyebabkan gula muncul dalam urin.
9. Jenis Kelamin
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian DM Tipe 2, prevalensi
kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih
berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita
berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan, 2010).
10. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes
Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki
banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut
oarang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010).
11. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik dapat mengontrol gula
darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas
fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah
akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula.
Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan
timbul DM (Kemenkes,2010).
12. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes mellitus dibandingkan
dengan orang yang tidak gemuk (Wijayakusuma, 2004). Data statistic di Amerika
menunjukkan 70% dari total penderita diabetes mellitus, merupakan orang yang
memiliki berat badan berlebihan (obesitas) (dr Endang Lanywati)
13. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pancreas sehingga
menimbulkan radang pancreas. Hal itu menyebabkan sel B pada pancreas tidak
bekerja optimal dalam mensekresi insulin. Beberapa penyakit tertentu, seperti
kolesterol tinggi dan dyslipidemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes
mellitus. (Wijayakusuma, 2004)
14. Kehamilan
Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janinnya, seorang ibu
secara naluri akan menambah jumlah konsumsi makanannya, sehingga umumnya
berat badan ibu hamil akan naik sekitar 7 kg – 10 kg. Pada saat penambahan
jumlah konsumsi makanan tersebut terjadi, jika ternyata produksi insulin kurang
mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus.
15. Hipertensi
Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh
hipertensi terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan
pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi
menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam
darah menjadi terganggu (Zieve, 2012).
16. Kadar Kolesterol
Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM Tipe 2. Kadar
kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi
lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas
yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Kemenkes, 2010).
17. Bahan-bahan Kimia dan Obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pancreas. Peradangan pada pancreas
dapat menyebabkan pancreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan
hormone yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh, termasuk hormone
insulin (Wijayakusuma, 2004)
AGENT
ENVIRONMENT
2.4 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Yang Dilakukan Pada Saat Ini
Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara umum yang meliputi:
pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan tingkat pertama
(primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosa dini serta
pengobatan yang tepat, pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap terjadinya cacat dan rehabilitasi (Noor, 2002).
1. Pencegahan Tingkat Dasar
Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah timbulnya kebiasaan baru
dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang bertumbuh untuk tidak
meniru atau melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan resiko terhadap
beberapa penyakit. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama pada kelompok
masyarakat berusia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa
dan kelompok manula (Noor, 2002).
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor
lingkungan (kegemukan, kegiatan jasmani kurang, nutrisi berlebih) merupakan
faktor yang dapat diubah dan diperbaiki. Usaha pencegahan ini dilakukan
menyeluruh pada masyarakat tapi diutamakan dan ditekankan untuk dilaksanakan
dengan baik pada mereka yang beresiko tinggi untuk kemudian mengidap
diabetes. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk mengidap diabetes
adalah orang-orang yang pernah terganggu toleransi glukosanya, yang mengalami
perubahan perilaku/gaya hidup ke arah kegiatan jasmani yang kurang, yang juga
mengidap penyakit yang sering timbul bersamaan dengan diabetes, seperti tekanan
darah tinggi dan kegemukan.
Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan
mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan cara
memberikan pedoman:
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosa dini serta pemberian pengobatan
yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adanya
penemuan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi
pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yakni pencarian penderita dini
untuk penyakit yang secara klinis belum tampak pada penduduk secara umum
pada kelompok resiko tinggi dan pemeriksaan kesehatan atau keterangan sehat
(Noor, 2002).
Upaya pencegahan tingkat kedua pada penyakit diabetes adalah dimulai dengan
mendeteksi dini pengidap diabetes. Karena itu dianjurkan untuk pada setiap
kesempatan, terutama untuk mereka yang beresiko tinggi agar dilakukan
pemeriksaan penyaringan glukosa darah. Dengan demikian, mereka yang
memiliki resiko tinggi diabetes dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang
dicurigai diabetes akan dapat ditindaklanjuti, sampai diyakinkan benar mereka
mengidap diabetes. Bagi mereka dapat ditegakkan diagnosis dini diabetes
kemudian dapat dikelola dengan baik, guna mencegah penyulit lebih lanjut
(Sidartawan, 2001).
Upaya ini dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau
penyulit sudah terjadi. Kecacatan yang mungkin timbul akibat penyulit diabetes
ada beberapa macam, yaitu:
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://nunurulakmal.wordpress.com/2012/12/03/tahap-pencegahan-diabetes/
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/619
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf
https://www.academia.edu/15223111/diabetes_mellitus
http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/73408/4/22
http://jurnal.ummu.ac.id/index.php/BIOSAINSTEK/article/view/211