Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR


TUBERCULOSIS
Dosen pengampu : Yuliaji Siswanto, SKM, M.Kes.(Epid)

Disusun oleh :

1. Alya Mumtazah (020118A003)


2. Bagas Adi K (020118A008)
3. Mila Widiyastuti (020118A032)
4. Winda Puspitasari (020118A058)
5. Yunita Irawati (020118A063)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
KABUPATEN SEMARANG
2019
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Makalah Epidemioloi Penyakit Menular Tentang Tuberkulosis”. Tak
lupa salawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw
yang telah memberikan tauladan yang baik kepada kita semua. Makalah ini di susun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Agama Islam. Perkenankanlah kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan ktitik
yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk masukan karya selanjutnya. Akhir
kata semoga makalah ini bermanfaat.

Ungaran, 10 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................ 4

B. Definisi Umum Penyakit TBC ........................................................................5

C. Gambaran Besar Masalah TBC Secara Umum ...............................................5

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

E. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 7

BAB II KAJIAN LITERATUR ...............................................................................8

A. Definisi TBC dari Beberapa Ahli ....................................................................8

B. Penyebab atau Etiologi Penyakit TBC ............................................................ 8

C. Diagnosis Penyakit TBC ................................................................................. 9

D. Gambaran Klinik Penyakit TBC .....................................................................9

E. Patologi Penyakit TBC .................................................................................... 9

F. Epidemiologi Penyakit TBC ..........................................................................10

G. Pengobatan Penyakit TBC.............................................................................12

H. Pencegahan Penyakit TBC ............................................................................12

I. Hasil Penelitian Terkait Penyakit TBC ........................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 16

A. Kesimpulan....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TBC (Tuberkulosis) merupakan penyakit kronis (menahun) telah
lama dikenal masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikan TBC
dapat disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai
petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya (Misnadiarly, 2006).
Penyakit TBC muncul kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasus
TBC di negara-negara maju atau industri pada tahun 1990. Pada tahun 2007, di
seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta kasus meninggal. TBC
umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan sosial ekonomi rendah
sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia yang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi Negara (Notoatmodjo, 2007).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan nasional
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Salah satu bagian dari
pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan pemberantasan penyakit menular
tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih tetap menjadi masalah
kesehatan yang penting diberbagai belahan dunia (Djitowiyono, 2008).
Badan Kesehatan Dunia/WHO (World Health Organization) memperkirakan
dewasa ini terdapat sekitar 1700 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (dari
hasil uji tuberculin positif) dari jumlah tersebut ada 4 juta penderita baru dengan basil
tahan asam (BTA) positif ditambah lagi 4 juta penderita baru dengan BTA negatif.
Jumlah seluruh penderita TB di dunia sekitar 20 juta orang dengan angka kematian
sebanyak 3 juta orang tiap tahunnya yang mana merupakan 25 persen dari kematian
yang dapat dicegah apabila TB dapat ditanggulangi dengan baik (Gklinis, 2004).
Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukan bahwa TBC membunuh
sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada
di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan jumlah penderita TBC
terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah ini. Indonesia berada di
bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak di dunia, diikuti Cina di peringkat
kedua (Suronto, 2007).

4
Setelah hampir 10 tahun menduduki peringkat ke-3 dunia untuk jumlah
penderita Tuberkolosis, pada tahun 2011 ini Indonesia turun peringkat ke-5.
Penurunan peringkat ini termasuk salah satu pencapaian target MDGs tahun 2010
khusus untuk TB. Menurut Menteri Kesehatan Endang R.Sedyaningsih, di tahun 2010
jumlah penderita TB di Indonesia mencapai sekitar 300 ribu kasus. Sementara jumlah
kasus yang meninggal berjumlah 61ribu jiwa atau 169 orang perharinya (Tempo,
2011).
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat
450.000 kasus TB paru. Tiga per empat dari kasus TB ini terdiri dari usia produktif
(15 - 49 tahun), separonya tidak terdiagnosis dan baru sebagianyang tercakup dalam
program penanggulangan TB sesuai dengan rekomendasi WHO (Gklinis, 2004).
Tingginya angka kematian akibat TB Paru diakibatkan oleh kurangnya kontrol
masyarakat terhadap pengobatan TB paru yang disebabkan rendahnya sikap serta
pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan TB Paru (Suronto, 2007).
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: menurunkan insidens TB Paru
pada tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB
Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70%
kasus TB Paru dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) dan sedikitnya 85% tercapai succes rate. DOTS
adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara
langsung.

B. Definisi Umum Penyakit Tuberkulosis


Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia. TBC, umumnya dikenal sebagai TB, adalah infeksi bakteri yang dapat
menyebar melalui kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ dalam tubuh.

C. Gambaran Besar Masalah Penyakit Tuberkulosis Secara Umum

Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb (singkatan dari


"Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak

5
kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria,
umumnya Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb" atau "MTbc"). Tuberkulosis
biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya.
Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk,
bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya
bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten
yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih
dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum
atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB
disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami
kemerosotan berat badan). Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang
bermacam – macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya
melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur
mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes
tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan
dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama.
Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati
bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada
infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua
orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan
mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M.
tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik. Pada
tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat global. Pada
tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan
1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara berkembang. Angka mutlak kasus
Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai
menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh
dunia. Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes
tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya
5–10% saja yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat di dunia
berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena kekebalan tubuh
mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi
6
virus HIV dan berkembang menjadi AIDS. Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada
peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013
menjadi peringkat-5 dunia.

D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TBC?
2. Apakah penyebab atau etiologi penyakit TBC?
3. Bagaimana diagnosis teradap penyakit TBC?
4. Bagaimana patologi penyakit TBC?
5. Apasaja epidemiologi penyakit TBC?
6. Bagaimana pengobatan penyakit TBC?
7. Bagaimana pencegahan penyakit TBC?
8. Apa saja hasil penelitian yan berkaitan dengan penyakit TBC?

E. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC
2. Untuk mengetahui penyebab atau etiologi penyakit TBC
3. Untuk mengetahui diagnosis penyakit TBC
4. Untuk mengetahui patologi penyakit TBC
5. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit TBC
6. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit TBC
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit TBC
8. Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan penyakit TBC

7
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Definisi Penyakit Tuberkulosis dari Beberapa Ahli


Tuberkulosis adalah suatu penyakit meular langsung yang disebabkan ole
bakteri TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Mayoritas bakteri TB akan menyerang
paru – paru, akan tetapi bakteri TB bisa juga menyerang organ tubuh yang lainnya.
(Depkes : 2007)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyerang perenkim paru. Agent
infeksinya adalah Mycobcterium Tuberculosis yang merupakan batang aerobic yang
tahan asam, tumbuhnya lambat dan agak sensitive dengan panas dan sinar UV.
Penyakit tuberculosis bisa ditularkan ke baian tubuh lainnya seperti mininges, tulang,
ginjal, dan limfe. (Brunner & Suddarth :2001)
Tuberkulosis adalah jenis penyakit infeksius yang menyerang paru – paru,
ditandai dengan pembentukan granuloma dan timbulnya nekrosis jaringan. Penyakit
tuberculosis ini bersifat menahun dan bisa menular dari si penderita ke orang lain.
(Santa dkk :2009)

B. Penyebab atau Etiologi Penyakit Tuberkulosi


Penyebab penyakit TB paru adalah Mycobacteriu Tuberculosis, bakteri
tersebut dideskripsikan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882.
Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan
ukuran 0,2 – 0,4 × 1-4 µm. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk
mengidentifikasi bakteri tersebut.
Bakteri tersebut mempunyai sifat istimewa, yaitu tahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alcohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA).
Kuman tuberculosis juga bersifat dorman dan aerob. Mycobacterium Tuberculosis
mati pada pemanasan 100ºC selama 5-10 menit sedangkan dengan alcohol 70-95%
selama 15-30 detik. Bakteri tersebut tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat
lembab dan gelap (bisa berbulan – bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau
aliran udara. (Masriadi, 2012).

8
C. Diagnosis Penyakit Tuberkulosis
1. Semua suspek TB paru diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 haari, yaitu
sewaktu – pagi – sewaktu (SPS).
2. Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB paru basil tahan asam (BTA). Program TB nasional menemukan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai indikasinya.
3. Diagnosis TB paru tidak dibenarkan jika hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
4. Gambaran kelainan radioloik paru tidak selalu menunjukkan aktivitas penyakit
TB.

D. Gambaran Klinik Penyakit Tuberkulosis


Gambaran utama limfadenitis TB berupa masa palpable yang dijumpai sekitar
75% dari pasien tanpa gejala khas. Demam, penurunan berat badan, dan keringat
malam bervariasi pada 10% hingga 100% pasien. Lama timbulnya gejala sebelum
terdiagnosis berkisar antara beberapa minggu hingga bulan. Pembesaran Lymph node
biasanya disertai rasa sakityang di sebabkan oleh periadenitis dan adhesi pada struktur
jaringan sekitar yang dijumpai pada 50-70 kasus. Keterlibatan lokasi multiple
dijumpai lebi dari 20% pasien, termasuk inflamasi kulit, abscess formation atau
cutaneous discharging sinus.
Gambaran klinis limfadenitis mycobakterium non TB terlokalisasi pada lokasi
terlibat dan tumbuh secara cepat, jarang berhubungan dengan manifestasi sistemik.
Komplikasi terlokalisasi pada lokasi lymph node yang terlibat seperti inflamasi kulit,
abscess formation dan discharging cutaneous sinus, discharging cutaneous sinus,
yang lebih sering dijumpai dibandingkan dengan limfadenetis TB. (Gupta, 2004)

E. Patologi Penyakit Tuberkulosis


1. Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB Paru
.Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil ,sehingga dapat melewati mukoliser
bronkus,dan terus berjalan hingga sampai alveolus kemudian akan
menetap.Infeksi di mulai saat kumanTBParu berhasil berkembangbiak dengn cara

9
membelah diri di paru,yang mengakibatkan peradangan pada paru,dan ini di sebut
komplek primer.
Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6
minggu,kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besranya respon daya tahan(Imunitas seluler).Pada umumnya reaksi
daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB
Paru.Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persisten atau dormant(tidur),kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman,akibatnya dalam beberapa bulan yang
bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru.Masa Inkubasi,yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan.

2. Infeksi pasca primer


TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misanya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV
atau status gizi buruk,Ciri khas dari TB Paru pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusipleura.Tanpa pengobatan setelah 5
tahun ,50 % dari penderita TB Paru akan meninggal , 25 % akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular.

F. Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis


1. Agent
Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif,
berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic. Karakteristik
alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau
antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka
waktu yang lama.
2. Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian. Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua
penderita paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
puncak sedang pada usia lanjut

10
3. Environment
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun
berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Pada lingkungan
biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan
ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

Kurang lebih sepertiga dari populasi dunia pernah terinfeksi “Mycobaterium


tuberculosis.” Satu infeksi baru muncul setiap detik dalam skala
global. Bagaimanapun, kebanyakan infeksi oleh “Mycobaterium tuberculosis” tidak
menyebabkan penyakit TB, dan 90–95% dari infeksi tetap asimptomatik. Pada tahun
2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis aktif. Pada tahun 2010, terdapat 8,8 juta
kasus baru TB yang didiagnosis, dan 1,45 juta kematian, kebanyakan dari jumlah ini
terjadi di negara-negara berkembang. Dari seluruh 1,45 juta kematian, sekitar
0.35 juta terjadi pada penderita yang juga terinfeksi HIV.
Tuberkulosis merupakan penyebab umum kematian yang kedua yang disebabkan
oleh infeksi (setelah kematian oleh HIV/AIDS). Angka pasti dari kasus tuberkulosis
("prevalensi") sudah menurun sejak tahun 2005. Kasus tuberkulosis baru ("kejadian")
telah menurun sejak tahun 2002. Cina khususnya telah menunjukkan kemajuan yang
luar biasa. Cina telah menurunkan laju kematian akibat TB mendekati 80% antara
tahun 1990 dan 2010. Tuberkulosis lebih umum muncul di negara berkembang.
Kurang lebih 80% dari populasi di berbagai negara Asia dan Afrika memberikan tes
tuberkulin positif, tetapi hanya 5–10% dari populasi di AS memberikan hasil tes
positif. Para ahli berharap bahwa TB dapat dikendalikan secara penuh.
Bagaimanapun, sejumlah faktor menyebabkan pengendalian TB menjadi tidak
mungkin. Vaksin yang efektif sangat sulit dikembangkan. Sangat mahal dan memakan
waktu lama untuk mendiagnosis penyakitnya. Pengobatan memerlukan waktu
beberapa bulan. Lebih banyak orang yang terinfeksi HIV menderita TB. TB yang
resisten terhadap obat muncul pada tahun 1980an.
Pada tahun 2007, negara dengan perkiraan tingkat insiden tertinggi
adalah Swaziland, dengan 1.200 kasus per 100.000 orang. India memiliki total insiden
terbesar, dengan estimasi 2,0 juta kasus baru. Di negara maju, tuberculosis tidak
umum dan kebanyakan ditemukan di wilayah urban. Pada tahun 2010, laju TB per
100.000 orang di berbagai tempat di dunia adalah: di dunia 178, Afrika 332, Amerika

11
36, Mediterania Timur 173, Eropa 63, Asia Tenggara 278, dan Pacifik Barat 139. Di
Kanada dan Australia, tuberkulosis seringkali lebih umum terdapat di
antara penduduk aborigin, terutama di wilayah yang terpencil. Di Amerika Serikat,
para Aborigin mengalami laju mortalitas akibat TB lima kali lebih besar.
Insiden TB bervariasi sesuai usia. Di Afrika, hal ini utamanya mempengaruhi
penduduk berusia antara 12dan 18 tahun dan dewasa muda. Bagaimanapun, di negara
yang laju insidennya sudah menurun dengan tajam (seperti Amerika Serikat), TB
umumnya merupakan penyakit pada orang yang lebih tua dan mereka dengan sistem
imun rentan.

G. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis


Pengobatan TB di berikan dalam 2 tahap yaitu :
1. Tahap awal (intensif) selama 2-3 bulan
Pada tahap intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat ,biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA Positif
menjadi BTA negative (konvensi).
2. Tahap Lanjutan selama 4-7 bulan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit yang diminum 3X
seminggu,namun dalam jangka waktu yang lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Banyak
kombinasi obat anti TB (OAT) yang biasa dipakai, demikian juga masa
pengobatannya minimal 6 bulan. Kemasan OAT :
1) Obat tunggal, obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol.
2) Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination –FDC), kombinasi
dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.

H. Pencegahan Penyakit Tuberkulosis


Pencegahannya yaitu dengan :
a. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TB Paru aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi, limgkungan yang
sehat dan rajin berolah raga

12
c. Pemberian Vaksin BCG (Untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat) vaksin
ini secara rutin diberikan pada semua balita.

Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu
tindakan dari orang yang sehat dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri.
Usahakanlah penderita TBC tidak membuang ludah, batuk, dan bersin di sembarang
tempat. Ada baiknya dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Jadi,
seperti yang dikatakan di atas, kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar
matahari langsung. Sinar matahari akan membunuh bakteri-bakteri TBC yang
tersebar.
Ada baiknya bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak
yang dekat dengan penderita TBC. Atau bisa menggunakan masker, namun hal ini
masih tetap rentan. Bila penderita TBC batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat
menutup mulut. Satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu arah angin. Jangan sampai
angin berhembus mengarah ke orang yang sehat setelah sebelumnya melalui orang
yang menderita TBC. Bukan mencegah arah anginnya, namun kita yang harus
menghindari angin tersebut yang bisa merupakan angin karena alam atau angin karena
kipas angin dll. Ingat, bakteri TBC bisa terbawa oleh angin.
Jemur tempat tidur penderita TBC di panas matahari langsung, ini untuk
menghindari hidupnya bakteri di tempat tidur tersebut. Pada bayi, jangan pernah
melewatkan imunisasi BCG, ini penting untuk mencegah dari terserangnya penyakit
TBC di kemudian hari.
Dari semua hal-hal diatas, daya tahan tubuh orang yang sehat sangat berperan
dalam mencegah penularan TBC. Karena rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya
bakteri TBC di saat tinggal serumah dengan penderita TBC. Bila seseorang itu
memiliki daya tahan tubuh yang kuat, walaupun bakteri TBC masuk, sistem
pertahanan tubuhnya akan memusnahkannya. Apa saja yang harus dilakukan untuk
memiliki daya tahan tubuh yang kuat ini? Tidak lain adalah rajin berolahraga,
konsumsi cukup makanan yang seimbang, terapkan pola hidup sehat seperti tidur
yang cukup dan tidak merokok. Atau lengkapnya Anda bisa baca artikel tentang tips
mudah untuk hidup sehat.

13
I. Hasil – Hasil Penelitian Terkait dengan Penyakit Tuberkulosis
1. Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan
Sebagian besar penderita TB paru di daerah pedesaan berpendidikan menengah,
dalam masa usia produktif, dan dalam kategori kurang mampu dari sisi ekonomi.
Tempat tinggal sebagian besar penderita TB paru di daerah pedesaan belum
memenuhi kriteria rumah sehat baik dari sisi kepadatan hunian, pencahayaan,
ventilasi, serta kelembaban. Pengetahuan dari hampir semua penderita TB paru
sudah cukup baik, namun masih ada sebagian yang masih berperilaku buruk yaitu
tidak menutup mulut saat batuk. Peran tokoh masyarakat di pedesaan belum dapat
menunjang program pencegahan dan penanggulangan penyakit TB paru. Peran
petugas kesehatan (koordinator TB paru) masih terbatas dalam melaksanakan
tindakan pengobatan, penyuluhan, dan juga belum melaksanakan pencarian kasus
baru secara aktif.
2. Faktor Risiko dan Potensi Penularan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor risiko lingkungan fisik rumah pada kasus sebagian besar
mempunyai proporsi yang tidak memenuhi syaratyaitu luas ventilasi
sebesar 95,4%, kepadatan hunian sebesar 63,1%, suhu ruangan sebesar
70,8%, intensitas pencahayaan alami sebesar 84,6% dan kelembaban
ruangan sebesar 52,3% kecuali jenis lantai rumah mempunyai proporsi
memenuhi syarat (jenis lantai kedap air ) lebih banyak sebesar 56,9%,
2. Faktor risiko perilaku pada kasus sebagian besar mempunyai proporsi
tidak memenuhi syarat seperti kebiasaan membuang dahak pada tempat
terbuka sebesar 84,6%, kebiasaan batuk/bersin tidak menutup mulut
sebesar 90,8%, kebiasaan tidak membuka jendela sebesar 67,7% kecuali
kebiasaan merokok sebesar 63,1% tidak merokok.
3. Hasil contact tracingdidapatkan hasil pemeriksaan dahak sebanyak 3 orang
(4,6%) dengan hasil BTA positif (+) dan 62 orang (95,4%) dengan hasil BTA
negatif (-)
4. Faktor – faktor yang terbukti berpengaruh sebagai faktor risiko kejadian
tuberkulosis paru yaitu kepadatan hunian (p=0,002) suhu ruangan
(p=0,001) kelembaban ruangan (p=0,018), jenis lantai rumah (p=0,016),

14
kebiasaan membuang dahak sembarang tempat (p=0,016), kebiasaan
batuk/bersin tanpa menutup mulut(p=<0,001)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC
meludah, batuk, bersin, dan pada anak – anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru –
paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Pencegahan penyakit TBC dapat dilakukan dengan cara imunisasi BCG
sebanyak 1 kali ketika bayi berumur 2 bulan, perhatikan kebersihan rumah, jangan
dibiasakan meludah di sembarang tempat, segera periksa ke Puskesmas jika
ditemukan tanda-tanda TBC.
Pengobatan penyakit TBC yaitu dengan cara mengkonsumsi obat anti
mycobakteri, seperti : Etambutol, Isoniasid, Rifampisin, Pyrazinamid, Streptomisin
dan Sikloserin. Pengobatan ini dilakukan selama 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan
bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara
rutin mengkonsumsi obat – obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya
tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Masriadi. M. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: RajaGrafindo Persada.

World Health Organitzation. Global Tuberculosis Report 2017. France: WHO. 2017

Suharyo. 2013. Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan. Jurnal Kesehatan


Masyarakat. 9(1):85-91

Agustina Ayu Wulandari, Nurjazuli, M. Sakundarno Adi. Faktor Risiko dan Potensi
Penularan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. 14(1)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

17

Anda mungkin juga menyukai