DAFTAR ISI................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................0
PENDAHULUAN............................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ 2
1. LATAR BELAKANG
2. PERUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN UMUM
4. TUJUAN KHUSUS
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................4
1. DENIFI TBC
2. ETIOLOGI TBC
3. TANDA GEJALA TBC
4. PATOFIOLOGI TBC
5. PENATALAKSANAAN TBC
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG TBC
7. PENCEGAHAN TBC
8. KOMPLIKASI TBC
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................ 9
BAB 4 PENUTUP....................................................................... 15
1. SARAN
2. KESIMPULAN
DAFTAR..................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia,
Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi
angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200
juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua
penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita
Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap
tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru
TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru
yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit
TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
2
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang
penyakit TBC .
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa penyakit TB Paru/TBC itu?
2. Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru/TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TB Paru/TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru/TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB
Paru//TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?
C. TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa/kita semua dapat mengetahui secara lebih
mendalam tentang penyakit Tuberculosis dan bagaimana cara
penanggulangannya.
D. TUJUAN KHUSUS
Agar mahasiswa dan kita semua mampuh memberikan suatu
definisi atau pembatasan mengenai penyakit Tubrculosis (TBC).
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI TBC
4
B. ETIOLOGI TBC
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu: mycobacterium
tuberculosis dengan ukuran panjang 1-4 UM dan tebal 1.3-0.6 UM
termasuk golongan bakteri aerobgram positif serta tahan asam atau basil
tahan asam. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Kuman TB
cepat mati dengan sianar matahari langsung tetapi bertahan hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dominan selama beberapa tahun. Kuman dapat
disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada
disekitarnya, terutama kontak yang erat TBC merupakan penyakit yang
sangat infensius. Seorang penyakit TBC dapat menularkan penyakit
kepada 10 orang disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk saat
ini telah terinfeksi mycrobacterium tuberculosis.
5
itu, semua kontak penderita TB paru BTA dengan gejala suma,
harus diperiksa dahaknya.
D. PATOFISIOLOGI TBC
Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersikan sehingga penyebaran kuman keudara dalam bentuk
droplet (percikan darah). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada/tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi dan kelembaban. Dalam suasan yang gelap dan
lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahakan
berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terisap oleh orang yang sehat
akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan
berkembang dan bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan/kiri
dan dapat pula keduanya berpindah dengan melewati pembuluh
limfe. Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirmulasi, yang
pertama terangsang adalah: limfokinase yang dibentuk lebih banyak
untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah makrofag. Karena fungsinya adalah
membunuh kuman/basil, apabila proses ini berhasil dan makrofag
lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuh akan
meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan
bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel.
Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan bergabung
menjadi satu dan lama-lama tumbuh permajuan di temapat tersebut.
Apabila jaringan nerkosis dikeluarkan saat penderita batuk yang
menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah
(hemaploe).
6
E. PENATALAKSAAN TBC
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3
bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri
dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam
klavulanat, derivat rifampisin / INH.
b.PemeriksaanRadiologis
Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan dengan 1 kali
pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rongen dada.
Dengan rontgen, paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan
pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala dari foto
rontgen yang mencurigai TB adalah:
Milier
Atelektasis/kolaps konselidasi
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilas/paratrakeal
Konsolidasi (lobus)
Reaksi pleura/efusi pleura
7
Klasifikasi
Bronkiektasis
Kavitas
G. PENCEGAHAN TBC
H. KOMPLIKASI TBC
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum
pengobatan, dalam masa pengobatan maupun setelah selesai
pengobatan. Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :
8
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
klien yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan
riwayat psikososial.
1. Anamnese :
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
9
b) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat
kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi :
a) Adanya riwayat penyakit tertentu seperti jantung
koroner, hipertensi dan obesitas.
b) Adanya rasa sakit atau nyeri dibagian dada, atau
bagian tubuh lainnya seperti leher, punggung dan juga
perut.
d) Jenis kelamin sering pada pria
e) Pola latihan dan aktivitas
d) Pola aktivitas sehari-hari
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit jantung koroner untuk menilai kemampuan dan
toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien penyakit
jantung koroner mengalami penurunan kemampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi jantung bertujuan untuk menemukan tanda-tanda
atau kelainan kondisi jantung melalui pengamatan pada
permukaan dada.
b. Palpasi jantung dilakukan untuk memperkuat hasil temuan
inspeksi fisik.
c. Perkusi, dilakukan untuk menetapkan batas normal jantung,
biasanya dikelompokkan menjadi batas kiri dan batas kanan
jantung.
10
d. Auskultasi, berfungsi untuk mendengarkan bunyi dengan nada
rendah pada detak jantung.
3. Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada pria. Biasanya sering
timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas dan perubahan
konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah
psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d
- Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia
- Kerusakan jaringan
- Penurunan ketahanan
- Malnutrisi
- Terpapar lngkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen
Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman.
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan
menghindari meludah.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
11
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap
sputum.
9. Dorong memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
11. Laporkan ke departemen kesehatan local
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta
penggunaan otot asesoris
2. Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif
3. Beri posisi semi/fowler
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
6. Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi
12
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan
oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan
bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya
pernafasan , terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau
perubahan pada warna kulit
3. Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi oksigen
- Kelemahan
- Sering batuk / produksi sputum
- Anorexia
- Ketidakcukupan sumber keuangan
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB,
Integrtas mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah
atau diare
13
2. Pastikan pola diet biasa pasien
3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan
dengan obat
5. Dorong dan berikan periode stirahat sering.
6. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohodrat.
8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.
9. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
10. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam
sebelum dan sesudah makan.
11. Awasi pemeriksaan laboratorium
12. Kolaborasi antipiretik
Intervensi :
14
3. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det
karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.
4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk
rujukan.
5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan
dan alasan pengobatan lama.
6. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
7. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum
INH
8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian
tiap bulan selama minum etambutol
9. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut /
masalah. Jawab pertanyaan dengan benar.
10. Dorong untuk tidak merokok
11. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infark Miokard merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kerusakan atau kematian otot jantung yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atau terhambatnya aliran darah koroner secara tiba-
tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa
disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
Terjadinya infark miokard karena adanya penurunan supply
oksigen ke dalam miokard yang membuat meningkatkannya curah
jantung. Penyakit ini ditandai dengan nyeri yang menyebar di bagian
dada dan di ikuti kesulitan dalam bernapas.
B. SARAN
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya
saja diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat
memahami tentang cara pada pasien pencegahan sebelum
terjadinya Serangan Jantung.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu27.blogspot.co.id/2012/09/makalah-tuberculosis-tbc.html
http://kumpulan-askep-ari.blogspot.co.id/2012/03/askep-tuberculosis-
paru-tbc.html
http://agnesstikeswh2012.blogspot.co.id/2012/11/makalah-tuberkulosis-
tbc.html
http://sely-biru.blogspot.co.id/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-
tuberculosis.html
17