Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN & ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS

TUBERCOLOSIS PARU TBC

OLEH :
KELOMPOK 3

LEONORA DIANA RAHANBINAN 21212033


ESTEFANI LEWIER 21212004
KIKI ROSYANI 21212034
MUH. ANDHIKA PUTRA PRATAMA 21212041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


S1 KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang,
dengan bertindak secara sendiri- sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk
tuberkel) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak
kasus bersifat mematikan. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika
seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran
ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat
asimtomatikdan laten. Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati
urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB).
Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam
milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun
ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima
negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah
India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global
Tuberculosis Control 2010). Pada Global Report WHO 2010, didapat data
TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus,
dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus
TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus
TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus
kambuh (retreatment, excl relaps).
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003
sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%),
tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan
atau memperluas pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC,
sehingga masyarakat mengetahui tanda- tanda awal timbulnya penyakit
TBC dan mengetahui cara penanggulangan penyakit atau pengobatan
dengan menggunakan obat tradisional dan obat sintetik.
BAB II
LAPORAN TENTANG TBC

1. Penyakit tuberculosis
TB adalah singkatan dari “Tubercle Bacillus” atau tuberculosis ,
dulu disingkat TBC. Penyakit TB disebabkan oleh infeksi bakteri
mycobacteria, pada manusia terutama oleh Mycobacterium tuberculosis .
Bakteri Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru (sebagai TB paru)
tetapi TB bisa juga menyerang system syaraf pusat. Penyakit TB adalah
penyakit yang umum dan sering kali mematikan. TB menular melalui
udara, ketika orang-orang yang memiliki penyakit TB batuk, bersin, atau
meludah.
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang menakutkan di
Indonesia.Bakteri Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk batang yang
mengelompok atau di sebut berkoloni,termasuk bakteri aerob yang tidak
membentuk spora.Walaupun tidak mudah diwarnai,namun jika telah
diwarnai,bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam
atau alcohol.Oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam (BTA) atau
basil tahan asam. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP) (Naga,2012).

2. Mekanisme penularan dan gejala-gejala


Bakteri mycobacterium tuberculosa,bakteri ini dapat menular.Jika
penderita bersin atau batuk maka bakteri tuberculosa akan bertebaran di
udara.Infeksi awal yang terjadi pada anak-anak umumnya akan
menghilang dengan sendirinya jika anak-anak telah mengembangkan
imunitasnya sendiri selam periode 6-10 minggu.Tetapi banyak juga terjadi
dalam berbagai kasus,infeksi awal tersebut malah berkembang menjadi
progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh
lainnya.Jika sudah terkena infeksi yang progresif ini maka gejala yang
terlihat adalah demam,berat badan turun,rasa lelah,kehilangan nafsu
makan dan batuk- batuk.Dalam kasus reactivation tuberculosis,infeksi
awal tuberculosis mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati
melainkan hanya tidur (dormant) sementara waktu (Kristanti,2009).
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru- paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening,
dan lain- lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-
paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri
TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding
itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini
akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah
yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang
telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini,
banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya
tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan
faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
 Gejala sistemik/umum
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

 Gejala khusus
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

3. Klasifikasi penyakit tuberculosis


Bentuk penyakit tuberculosis ini dapat di klasifikasikan menjadi
dua,yaitu tuberculosis paru dan tuberculosis ekstra paru.
1. Tuberculosis Paru Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering
dijumpai,yaitu sekitar 80% dari semua penderita.Tuberkulosis yang
menyerang jaringan paru- paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari
TB yang mudah tertular kepada manusia lain,asal kuman bisa keluar
dari si pendrita (Naga,2012).
2. Tuberculosis ekstra paru Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC
yang menyerang organ tubuh lain,selain paru-paru,seperti
pleura,kelenjar limfe,persendian tulang belakang,saluran kencing,dan
susunan saraf pusat.Oleh karena itu,penyakit TBC ini kemudian
dinamakan penyakit yang tidak pandang bulu,karena dapat menyerang
seluruh organ dalam tubuh manusia secara bertahap.Dengan kondisi
organ tubuh yang telah rusak,tentu saja dapat menyebabkan kematian
bagi penderitanya (Naga,2012).

4. Faktor-faktor penyebab penyakit TBC


1. Faktor sosial ekonomi
Faktor social ekonomi yang sangat erat kaitannya dengan kondisi
rumah,kepadatan hunian,lingkungan perumahan,serta lingkungan dan
sanitasi tempat bekerja yang buruk.Pendapatan keluarga juga sangat
erat dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat
orang tidak dapat hidup layak,yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
(Naga,2012).

2. Status gizi
Kekurangan kalori,protein,vitamin,zat besi dan lain- lain akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang,sehingga rentan terhadap
berbagai penyakit termasuk TB Paru.Keadaan ini merupakan faktor
penting yang berpengaruh di Negara miskin,baik pada orang dewasa
maupun anak-anak (Naga,2012).

3. Umur
Penyakit tuberculosis paru paling sering ditemukan pada usia
muda atau usia produktif,yaitu 15-50 tahun.Dewasa ini dengan
terjadinya transisi demografi,menyebabkan usia harapan hidup lansia
menjadi lebih tinggi.Pada usia lanjut,lebih dari 55 tahun system
imunolgis seseorang menurun,sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit,termasuk TB Paru (Naga,2012)

4. Jenis kelamin
Menurut WHO,kaum perempuan lebih rentan terhadap kematian
akibat serangan TB Paru dibandingkan akibat proses kehamilan dan
persalinan.Pada laki-laki panyakit ini lebih tinggi karena rokok dan
minuman alcohol dapat menurunkan system pertahanan
tubuh.Sehingga wajar jika perokok dan peminum beralkohol sering
disebut sebagai agen dari penyakit tuberculosis paru (Naga,2012).

5. Pencegahan penyakit TBC Paru


Pencegahan berikut dapat dikerjakan oleh
penderita ,masyarakat,maupun petugas kesehatan.
1. Bagi penderita,pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup
mulut saat batuk,dan membuang dahak tidak disembarang tempat.
2. Bagi masyarakat,pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi,yaitu dengan vaksinasi
BCG(Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG dibuat dari baksil TBC
(Mycobacterium Bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di
medium buatan selama bertahun-tahun. Vaksin BCG dapat mencegah
penularan bakteri TBC selama 15 tahun (Naga,2012).
3. Bagi petugas kesehatan,pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC,yang meliputi
gejala,bahaya,dan akibat dan melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi atau memberikan
pengobatan khusus kepada penderita TBC ini (Naga,2012).

6. Pengobatan penyakit TB Paru menggunakan obat tradisional dan


obat sintetik. Obat tradisional
1. Sambiloto (Andrographis paniculata burm.f):kandungan kimia yang
terkandung adalah pada daunnya mengandung andrographolide,
saponin,flavonoid,alkaloid,tannin,laktone,panikulin,kal megin,dan
hablur kuning yang rasanya pahit.Ramuannya adalah daun kering
digiling ditambah madu secukupnya kemudian dibuat pil dengan
diameter 0,5 cm.1 hari 2 kali minum setiap minum 15-30 pil.
2. Tembelekan (Lantana camara L) : kandungan kimianya adalah
lantadene A,lantadene B,asam lantonalat,asam lantat,humulene
(minyak menguap 0,16-0,2%),terpidene,a pinene,p
cymene.Ramuannya adalah bunga kering 6-10 gram ditambah 3 gelas
air.Lalu di rebus hingga setengahnya.Gunakan untuk 3 kali minum
setiap hari
3. Sawi putih ( Nasturtium montanum Wall.atau Rorippa indicum
L.Hieron): kandungan kimia mengandung rorifone,rorifamide,6-
crystalline substans (2 substansi netral dan 4 asam organic,serta
beberapa turunan decyonated).Ramuannya adalah 30 gram daun dan
batang sawi putih segar dan gula aren secukupnya.caranya direbus
dengan 4 gelas air hingga menjadi 2 gelas.Diminum 2 kali sehari 1 jam
sebelum makan,sekali minum 1 gelas (Winarto,2004)
4. Umbi lobak ( Raphanus sativus) di kenal pula dengan nama
radish:kandungan kimia yang terkandung adalah vitamin A,B,dan C,
Selain itu mengandung niacin,minyak atsiri,rafanol,dialilsulfida,enzim
diastase,dan methanetiol.Ramuannya adalah 200-300 gram umbi
lobak,3 buah jeruk kim kit,dan 10 gram kulit jeruk mandarin yang
telah dikukus hingga.Caranya semua bahan di blender dengan air
secukupnya,lalu di tambah madu secukupnya,dan diaduk hingga
rata.Diminum 2 kali sehari,sekali minum 1 gelas (Winarto,2004)
5. Bawang putih (Allium sativum L.) : Kandungan kimia yang
terkandung seperti vitamin B dan vitamin C,serta beberapa mineral
seperti fosfor,kalsium,kalium,dan besi. Ramuannya adalah 30 gram
umbi bawang putih yang berwarna keunguan dan 30 gram
beras.Caranya bawang putih dikupas kulitnya,lalu dimasukkan
kedalam air mendidih selama 1 menit.Setelah itu,beras dimasukkan
kedalam air rebusan,dimasak seperti nasi,lalu dimasukkan bawang
putih,dan pemasakan dilanjutkan hingga matang.Dimakan setiap hari
setelah makan nasi,3 kali sehari.Disamping itu,dianjurkan pula
memakan 4-5 siung bawang putih mentah setiap hari selama 100 hari
(Winarto,2012).Obat sintetik/pasaran
6. Ethambutol (Junaidi,2012) Indikasi : Terapi awal TBC Paru atau terapi
ulang,digunakan bersama obat anti TBC lain. Dosis: 15-25 mg/kgBB
perhari dosis tunggal. Kontraindikasi: Neuritis optika Perhatian :
gangguan ginjal berat,gout, menurunkan penglihatan.Laktasi Efek
samping: Neuritis retrobulber disertai menurunnya
penglihatan,skotoma sentral,buta warna hijau merah.Ruam
alergi.Gangguan saluran cerna.Jaundise dan neuritis perifer.Efek
SSP,Hiperurikemia. Interaksi obat: Efek menurun dengan
urikosurik,khususnya INH dan pyridoksin.Antasida yang mengandung
Al. Nama dagang: Arsitam,Bacbutinh,Bacbutol,Cetabutol,Corsabutol,

 Dexabut ol
INH (Isonicotinic acid hydrazide) (Junaidi,2012) Indikasi :
TBC,kombinasi dengan obat lain Dosis : Sehari 4-5 mg/kgBB
dibagi dalam 3-4 kali,maksimum 400 mg perhari. Kontraindikasi:
Penyakit hati karena obat Perhatian : Gejala hepatitis,gangguan
hati,epilepsy Efek samping: Neuritis perifer/optic,nekrosis
hepatotoksik,insomnia,kejang otot,konvulsi,gangguan ulu hati.
Nama dagang: Bacbuthinh,Erabutol plus,INH soho,INH-Ciba

 Pyrazinamide (Junaidi,2012) Indikasi : TBC


Dosis : Dewasa 20-35 mg/kgBB perhari dalam 2-4 dosis
terbagi,maksimum 3 g perhari. Kontraindikasi : Hipersensitif
pirazinamid,penyakit hati,hamil.
Perhatian : Tes fungsi hati dilakukan sebelum dan tiap 2-4
minggu selama pengobatan.Harus dengan anti TBC yang
lain.Gout,DM,dan gangguan fungsi ginjal.
Efek samping : Hepatotoksik,gout,anemiaskleroblastik,gangguan
saluran cerna,agravasi ulkus peetik,disuria,lesu,demam,urtikaria
Nama dagang : Corzazinamid,Neotibi,peseta-ciba
500,Prazina,Sanazet,Siramid.

 Rifampicin (Junaidi,2012) Indikasi : TBC dan Lepra


Dosis: TBC: Orang dewasa 600 mg 1x per hari,jangan dikombinasi
dengan anti –TBC lain.Anak 10-20 mg/kgBB 1 x per hari.
Lepra:orang dewasa 450-600 mg 1 x per hari.Dosis 600 mg per hari
jangan dikombinasi dengan anti lepra lain. Kontraindikasi:
Hipersensitif,Ikterus . Perhatian: Alkoholisme.Kerusakan fungsi
hati.Hamil trismester I.
Efek samping : Gangguan saluran cerna,fungsi hati
abnormal,ikterus,gejala flu,perubahan fungsi ginjal.Reaksi
kulit,eosinofilia,lekopenia,trombositipenia,purpura,hem
olisis,terguncang.Urun,sputum,air mata,lensa kontak berwarna
merah.
Interaksi obat: Efek menurun dengan kortikosteroid,antikoagulan
kumarin,digitoksin,metadon,kontrasepsi oral,tolbutamid. Nama
dagang: Famri,lanarif,medirif,merimac,Rif150/300/450/600,Rifabi
otic
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS TUBERCULOSIS
PARU (TBC) DIRUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RS. IBNU
SUTOWO BATURAJA

I. Pengkajian
Tanggal klien masuk : 26 November 2006
Tangal pengkajian : 5 Desember 2006
Nama pasien : Tn “ W “
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Bandar Jaya
DX. Medik : TB Paru
 Penanggung jawab
Nama : Tn “R”
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : SD
Alamat : Bandar Jaya

 Data pengkajian :
1. Keluhan utama pengkajian :
Batuk yang disertai Darah
2. Riwayat perjalan penyakit (PQRST) :
± 3 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh batuk disertai
darah dengan frekuensi sering. Sputum yang dikeluarkan bercampur
darah dan buih.
3. Riwayat kesehatan dahulu :
± 2 Tahun yang lalu klien pernah menderita penyakit yang sama.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Anggota keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti ini.
5. Keadaan umum :
 Kesaaran : CM
 Status Gizi : ideal
 personal Higiene :

PENGKAJIAN FISIK :
Data sistemik
1. Sistem pernafasan
 Frekuensi : 24 x/menit
 Keadaan saat ini : batuk
 Sumbatan jalan napas : sputum bercampur darah dan buih
 Suara napas : bronki
2. Sistem kardiovaskuler
 TD : 110/70 MmHg
 Pols : 90 x/menit, irama : Reguler / teratur.
 Pengisian kapiler : < 3 detik
 Kekuatan : kuat
 Akral : Hangat
 Edema : Tidak ada
 Inspeksi : Edema tidak ditemukan
 Palpasi : Tidak terdapat benjolan pada rongga dada
 Perkusi : Tidak terdapat nyeri tekan
 Auskultasi : BJ1 dan BJ2
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Makanan Cairan dan Elektrolit.
 Nafsu makan : Tidak ada
 Minum : + 1000 cc/hari
 Diet : BB
 Pola makan : 3 x/hari
 Mengunyah : Normal
 Kemampuan menelan : Normal
 keadaan saat ini : mual dan muntah
4. Eliminasi
 Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi : 6 x/hari
Jumlah : ± 1500 ml / hari
Keadaan saat ini : Tidak ada
 kesulitan Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1x/hari
Keadaan saat ini : Tidak ada kesulitan
5. Neuro sensori
 Glasgow Comma Scale (GCS) E : 4, M : 6, V: 5, Total : 15
 Tingkat kesadaran : CM
 Orientasi : waktu, tempat, orang
 Sifat : Cemas
 Bicara : sesuai/teratur
 pendengaran : normal
 Penglihatan : normal
 pengecap : normal
 Kesimetrisan mata : simetris
 Sklera : putih
 Reflek mata : ada
 Pupil : Isokor
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Sistem muskuluskeletal
 Rentang gerak ; Bebas
 ADL : Dibantu sebagian
 Genggaman tangan : kuat tangan kanan dan kiri
 Otot kaki : kuat kaki kanan dan kiri
 Akral : hangat
 Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
7. Sistem integument
 Warna kulit : Hitam
 Turgor : Baik
 Luka : Tidak ada
 Memar : Tidak ada
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Tidur dan Istirahat
 Lama tidur : 6 jam/ hari
 Keadaan saat ini : Sering terbangun saat tidur
 Masalah keperawatan : Gangguan pola istirahat dan tidur
9. Sistem reproduksi
 Skrotum ; Normal
 Testis : Normal
 Masalah Keperawatan :-
10. PsikoSosial
 Persepsi keluarga klien tentang penyakitnya : Keluarga Berharap
Klien Cepat Sembuh Dan Pulang Kerumah
 Yang merawat klien : Istri dan cucunya
 Hubungan dalam keluarga : Harmonis
 Masalah keperawatan :-
11. Spiritual
 Agama : Islam
 Kegiatan yang biasa dilakukan : Sholat 5 waktu.
 Kegiatan yang tidak bisa dilakukan : Sholat 5 waktu
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah
keperawatan

Terapi yang diberikan :


- Cefotaxim 1 gram
- Laxic 1 amp
- Kalnex 2 amp
- Ramopain 2 amp
- Ulsikur 1 amp
 Hasil Laboratorium :
 Hb : 11.0

II. Analisa Data


Nama : Tn “ A ”
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 76 tahun No.
Rekam medik : 003026

DATA ETIOLOGI MASLAH

DS : Klien mengatakan nyeri didaerah operasi Insisi NYERI


dan penisnya jaringan
DO :
1. Klien tampak gelisah.
2. Terpasang kateter
3. Nyeri skala 6
Perlukaa n
jaringan

Pengelua ran
zat neurotra
nsmitter

Reseptor
nyeri

Korteks
serebri

nyeri

DS :
1. Klien mengatakan badannya terasa lemah dan Tindakan Keterba
nyerinya bertambah saat bergerak. operatif tasan
DO :
1. Klien hanya berbaring ditempat tidur Insisi mobilis asi
2. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga. pembedah an fisik

DS :
- Klien mengatakan nyeri pada daerah opersi dan Trauma
penisnya. jaringan

Terputus nya Resiko


DO :
kontinui tas tinggi
1. Adanya luka operasi pada daerah suprapubik.
jaringan kulit infeksi
2. Terpasng kateter. 3. Terpasang drain.

Keterbatasan
mobilitas
fisik

Gangguan
mobilisasi
fisik

Insisi
pembedahan

Terputus nya
jaringan kulit
Media
pertumbu han
kuman dan
bakteri

Resiko tinggi
infeksi

N DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL


O KEPERAWATAN MUNCUL TERATASI

1
Gangguan rasa nyaman nyeri 5- 12- 2006
berhubungan dengan Tindakan
operatif
2 5- 12- 2006
Keterbatasan mobilisasi fisik
berhubungan dengan nyeri luka
3 operasi
5 -12 - 2006

Resiko tinggi infeksi


berhubungan dengan terputusnya
jaringan kulit.
III. Perencanaan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVERENS RASIONAL


O KEPERAWATA I

1 Gangguan rasa Setelah 1. Observasi 1. Mengetahuii dan


nyama: nyeri dilakukan skala nyeri menentukan
b.d tindakan tindakan intervensi
operatif. keperawatan 2. Observasi selanjutnya
selama 3x24 tanda- tanda
jam nyeri vital 2. Memberikan
klien hilang/ informasi
berkurang 3. Ajarkan perubahan tanda-
dengan latihan nafas tanda vital.
kriteria hasil : dalam
3. Meningkatkan
4. Pertahanka n
rasa nyaman
potensi kateter
1. klien
dan sistem
tampak 4. Mempertahanka
drainase dari
tenang 2. n fungsi kateter
lekukan dan
nyeri dan drainase
bekuan
berkuran g menurunkan
atau hilang resiko distensi
5. Berikan klien
3. skala nyeri dan spasme
informasi
2 kandung kemih.
akurat tentang
kateter, drain
dan spasme
5. Menghilanghkan
kandung
ansietas dan
kemih
meningkatkan
kerjasama

1. observasi 1. mengetahui

tanda- tanda keadaan umum


Keterbatas an Setelah
klien
mobilisasi fisik dilakukan vital
b.d nyeri luka tindakan
2. agar tidak terjadi
operasi keperawatan 2. anjurkan
kekakuan otot
selama 3x 24 mobilisasi
jam klien ringan jika
3. mencegah resiko
dapat klien tidak ada
infeksi
mobilisasi
keluhan
dengan
pusing (miring 4. menentukan
kriteria hasil :
kanan atau intervensi yang
kiri) akan dilakukan

1. klien dapat 3. bantu klien


beraktiv itas
dalam
secara
aktivitas
mandiri
mobilisasi
2. saat
pada hari
mobilisa si
kedua post
klien bebas
dari rasa
4. observasi
nyeri
tingkat
kemampuan
klien dalam
3 mobilisasi

1. menurunkan 1. menurunkan atau

atau mencegah mencegah terjadinya

Resiko tinggi 1. lakukan terjadinya kontaminasi

infeksi b.d luka tindakan kontaminasi


operasi dan aseptik setiap 2. mencegah resiko

prosedur kontak 2. mencegah infeksi dan

invasif dengan klien resiko infeksi dan mempercepat proses

2. ganti mempercepat penyembuhan

balutan/ proses
bersihkan penyembuhan 3. mengidentifika si

area luka penyembuhan untuk

3. mengidentifika mengetahuii adanya

3. periksa si penyembuhan infeksi

luka setiap untuk mengetahuii 4. meningkatkan

hari, penyembuhan luka

perhatikan
dan catat 5. mencegah

penyembuha pemasukan bakteri

n luka adanya infeksi 4.


6. mengidentifika si

4. bersihkan adanya syok


jaringan
nekrosis 7. meningkatkan
resiko infaksi
5.
pertahankan
sistem kateter
steril, berikan
perawatan
kateter
6. awasi
tanda vital,
perhatikan
demam
tinggi.
7. observasi
drainase dan
luka sekitar
supra pubik
IV. Tindakan Keperawatan

NO Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


keperawatan tangan

1 Selasa Gangguan 1. Mengobservasi 1.Skala nyeri


5-12- rasa nyaman: skala nyeri dan 6, rasa
2006 Nyeri b.d karakteristik nyeri seperti
16.00 tindakan 2.Mempertahankan terbakar dan
WIB operatif. potensi kateter dan berdenyut-
drain dari lekukan denyut
dan bekuan
2.Aliran
drain lancar,
darah warna
merah gelap.
3. Mengajarkan Aliran
teknik relaksas kateter
menarik napas dalam lancar,
dan menghembuskan warna merah
secara perlahan- tua disertai
lahan. dengan
adanya
bekuan dara.

3.Klien
memahami
dan
1. Mengobservas i mengikuti
2 Selasa tanda- tanda vital yang
5-12- Keterbatas an diajarkan
2006 mobilisasi 2. Mengobservas i oleh perawat
16.30 fisik b.d nyeri tingkat kemampuan
WIB luka operasi klien dalam
mobilisasi 1. TD :
110/80
mmHg,
Pols :
86x/menit, S
: 37.2ºC, RR
3 1. Melakukan : 26x/menit
Selasa tindakan perawatan
5-12- Resiko tinggi kateter 2. Klien
2006 infeksi b.d (membersihkan darah belum dapat
17.00 luka operasi disekitar area melakukan
WIB dan prosedur kemaluan klien) mobilisasi
fisik
2. Mengobservasi

4 drainase dan luka


sekitar supra pubik
Rabu 6-
12-2006 Gangguan 1. Area
1. Mengobservasi
10.00 rasa nyaman: pemasangan
skala nyeri dan
WIB Nyeri b.d kateter
karakteristik nyeri
tindakan bersih
operatif
2. Aliran
2.memmpertahankan drain lancar,
potensi kateter dan darah warna
drain dari lekukan merah
dan bekuan gelap. Tidak
ada tanda-
tanda
3. Memberikan klien perdarahan
informasi akurat pada daerah
tentang kateter, luka.

5 drain dan spasme


kandung kemih
1. Skala
Rabu 6- 1. Mengobservasi nyeri 5, rasa
12-2006 Keterbatas tanda-tanda vital seperti
10.30 an mobilisasi terbakar dan
WIB fisik b.d nyeri 2. Menganjurkan berdenyut-

luka operasi mobilisasi ringan jika denyut


klien tidak ada
keluhan pusing 2. Aliran
(miring kanan atau drain lancar,
kiri) darah warna
merah
gelap. Aliran
kateter
lancar,
warna
merah tua
disertai
dengan
adanya
bekuan
darah

3. Klien
memahami
apa fungsi
dari
pemasanga
kateter

1.TD :
120/80
mmHg,
Pols :
84x/menit ,
S : 36.8ºC,
RR :
24x/menit
2. klien
masih
enggan
untuk
melakukan
mobilisas i
ringan
dikarenak an
nyeri akan
bertambah
bila klien
 FASE-FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN TBC
PARU

1. Fase Prainteraksi
Dalam fase ini perawat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan
klien dan dalam tahap ini juga perawat sudah harus mengetahui identitas
klien berupa (nama, alamat, jenis kelamin, dll).

2. Fase Orientasi
Dalam tahap ini perawat sudah bertemu langsung dengan pasien
serta melakukan kontrak waktu untuk melakukan tindakan kepada pasien.
Perawat: Assalamualaikum, Pak buk perkenalkan saya perawat dian, saya
yang bertugas di pagi ini. Sebelumnya nama ibu siapa?
Pasien : Nama saya Kiki, suster
Perawat: Kalau Bpk namanya siapa?
Pasien: Nama saya Andika, sus
Perawat: OH iya buk pak. Kalau boleh tau ibu sakitnya sudah berapa lama
buk?
Pasien: sudah 3 bulan sus, dan saya sudah ke puskesmas untuk
memeriska tapi blm ada perubahan maknya saya minta untuk di rujuk ke
rs ini sus?
Perawat: oh iya buk. Dengan apa yang tadi ibu katakan Saya akan
melakukan tindakan tapi sebelum saya melakukannya saya mau kontrak
waktu sama ibu dan bpk terlebih dahulu. Jadi ibu pak kira-kira 2 jam
kedepan saya akan kembali untukmelakukan tindakan kepada ibu apakah
bpk dan ibu bersedia?
Pasien: iya sus kami setuju
Perawat: baik kalau begitu buk pak, kita akan bertemu di 2 jam kedepan
sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati bersama. Untuk itu saya
permisi buk pak terima kasih untuk waktunya, assalamualaikum.

3. Fase Kerja
Dalam fase ini perawat sudah datang dan akan melakukan tindakan
kepada pasien
Perawat: Assalamualaikum buk pak sesuai dengan kontrak waktu ang tadi
sudah kita lakukan sekarang saya ingin melakukan tindakan berupa TTV
dan bersihan jalan nafas
Pasien : oh iya sus silahkan!
Perawat: jadi TD: 160/60 mmHg, RR: 32x/menit, S: 38 C, N: 120/menit.

Setelah itu Perawat mengatur posisi pasien dengan semi fowler.


Perawat: jadi ibu ini kondisi ibu kurang baik karena setelah kami
melakukan TTV ternyata suhu ibu lebih dari suhu normalnya untuk itu
saya akan lanjut dengan memberikan obat antibiotic untk enurunkan
panas ibu.
Pasien: Oh iya sus
Perawat: Ok baik kalau begitu buk pak. Saya sudah selesai melakukan
tindakan untuk itu saya akan pamit pak buk dan kita akan bertemu
kembali di esok hari dengan jam yag sama tapi sebelum saya keluar
meninggalkan ibu dan bpk saya ingin mengingatkan ibu supaya minum
obatnya selalu tepat waktu. Kiranya bpk juga bantu untuk mengingatkan
ibu yah supaya panas ibu bisa cepat kembali normal.
Pasien: Oh iya sus terima kasih.
Perawat: Kalau begitu saya pamit yah pak buk Assalamualaikum

4. Fase Evaluasi
Dalam fase ini dimana perawat datang dan mengecek keadaan
pasiennya kembali apakah sudah membaik/belum.
Perawat: Assalamualaikum selamat pagi pak buk
Pasien: Pagi juga sus
Perawat: Bagaimana keadaannya buk?
Pasien: Alhamdulila sus sudah membaik
Perawat: Walaupun ibu sudah membaik tetapi jangan lupa untuk
mengkunsumsi obat-obatan yang telah diberikan oleh dokter buk. Dan
juga ibu harus minum banyak air putih supaya ibu jangan kekuranngan
nurisi dan juga jangan lupa untuk selalu berdoa karena segala sesuatu
tuhan yang mengaturnya kami sebagai perawat hanya perantara.Semoga
cepat sembuh ibu, saya permisi pak buk asalamualaikum.
Pasien: Iya suster terima kasih banyak
Perawat: Sama-sama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis mengharapkan agar masyarakat dalam mengenai penyakit
tuberkulosis yaitu, Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita
TBC paru aktif. Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa
dengan mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga
lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor),
dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan
meluangkan waktu untuk berolah raga. Pemberian vaksin BCG, tujuannya
untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih berat. Vaksin
BCG secara rutin diberikan kepada semua balita,dan jika sudah terinfeksi
penyakit tuberculosis,obat tradisional yang biasa digunakan yaitu ramuan
bawang putih,umbi lobak,sawi putih,sambiloto dan tembelekan yang
sudah terbuktu khasiatnya yang dapat menyembuhkan penyakit
tuberculosis.

B. Saran
Saran penulis mengharapkan agar kita sebagai masyarakat untuk
menjaga dan memelihara tanaman-tanaman untuk penyakit tuberkulosis
yang memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit tersebut,karena
tanaman-tanaman di atas tidak kalah lebih baik dari obat-obat sintetik yang
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Dexter JR, Wilkins RL. Tuberculosis, In : Wilkins RL, Dexter JR, Gold PM,
editors. Respiratory Disease A Case Study Approach to Patient Care , 3rd edition.
Philadelphia : F. A. Davis Company, 2007 : 442-440
LoBue PA, Iademarco MF, Castro KG. The Epidemiology, Prevention, and
Control of Tuberculosis in the United States, In : Fishman AP, editor. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders, 4th edition. New York : The McGraw-Hill
Companies, 2008 : 2447-2457.
Hachem RR. Tuberculosis, In : Shifren A, Lin TL, Goodenberger DM, editors.
Washington Manual Pulmonary Medicine Subspecialty Consult, 1st edition.
Washington : Lippincott Williams & Wilkins, 2006 : 91-97
Leitch AG. Tuberculosis : Pathogenesis, Epidemiology and Prevention, In :
Seaton A, Seaton D, Leitch AG, editors. Crofton and Douglas’s Respiratory
Diseases, 5th edition, volume 1. London : Blackwell Science Ltd, 2000 : 485-500
World Health Organization : Global tuberculosis control - surveilance, planning,
financing. WHO report 2006. Available from
http://www.who.int/globalatlas/dataQuery/default.asp
World Health Organisation. Global Tuberculosis Control – Epidemiology,
Strategy, Financing. Geneva : WHO 2007.

Anda mungkin juga menyukai