Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TBC merupakan penyakit anak yang masih menjadi persoalan

utama yang belum teratasi sebelumnya. Sebagai penyakit yang memiliki

tingkat bahaya yang cukup tinggi, TBC masih menjadi perhatian serius

badan kesehatan dunia (WHO) hal ini disebabkan oleh tingkat penularan

yang tinggi karena kurangnya kesadaran masyarakat yang ditambah

dengan iklim yang sangat menunjang perkembangan penyakit ini. Kondisi

ini semakin diperburuk oleh gizi anak yang tdak memenuhi standar,

pengetahuan yang kurang, serta kesadaran terhadap pengobatan yang

benar. (Putri Mahayu, 2016)


Tuberkulosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis, dan di tandai dengan infiltrasi

pulmoner, pembentukan granuloma di sertai caseation (proses pengeringan

dan pembentukan substansi mirip kasein), fibrosis, dan kavitasi. Penyakit

ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,

tulang, dan nodus limfe.


Alasan kelompok membuat makalah ini untuk mengetahui tentang

penyakit tuberkulosis dan untuk menetahui asuhan keperawatan untuk

penyakit tuberkolosis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis penyakit Tuberkulosis?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada anak dengan penyakit

Tuberkulosis?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep medis penyakit Tuberkulosis
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan pada anak

dengan penyakit Tuberkulosis

BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Medis
Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam

meningkatkan morbiditas penduduk, terutama di negara berkembang.

2
Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Micobakterium Tuberkulosis.

Dari seluruh kasus 11% nya dialami oleh anak-anak dibawah 15 tahun.
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang sistemik, yang

dapat bermanifestasi paa berbagai organ, terutama paru. Sifat sistemik ini

disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi

Mycrobacterium tuberculosis. Data insiden dan prevalenstuberkulosis pada anak

tidak mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka

kejadian prevalens tuberkulosis anak.


A. Defenisi
Tuberkulosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis, dan di tandai dengan infiltrasi pulmoner,

pembentukan granuloma di sertai caseation (proses pengeringan dan

pembentukan substansi mirip kasein), fibrosis, dan kavitasi. Penyakit ini dapat

juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus

limfe. Tuberkulosis pada manusia di temukan dalam dua bentuk yaitu:


a. Tuberkulosis Primer,
jika terjadi pada infeksi yang pertama kali.
b. Tuberkulosis Sekunder,
Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah

bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis

dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas, misalnya

karena malnutrisi, penggunaan alkohol, penyakit maligna, diabetes, aids,

dan gagal ginjal. (Irman Somantri, 2009)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian

imunisasi BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB

dewasa. Disamping itu dengan adanya penyakit karena HIV maka perhatian pada

3
penyakit TB harus lebih ditingkitakan. Anak biasanya tertular TB, atau juga

disebut mendapat infeksi primer TB, akan membentuk imunitas sehingga uji

tuberkulin akan mendapat positif, tidak semua anak yang terinfeksi TB primer ini

akan sakit TB.

B. Etiologi

Sebagaimana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh bacteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan

ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian besar kuman berupa

lemak/lipit, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia

atau fisik, meskipun memiliki ketahanan terhadap asam, bakteri TBC cepat mati

jika terpapar sinar matahari langsung. Akan tetapi, bila berada di dalam tempat

yang lembab dan gelap, bakteri ini mampu bertahan hidup selama berberapa jam.

Ketika berada di dalam tubuh manusia, kuman ini dapat tertidur lama (dorman)

selama beberapa tahun. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai

daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen

tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit

tuberkulosis. (Irman Somantri, 2006)

Cara penularan tbc

Penderita TB yang menular adalah penderita dengan hasil TB di dalam

dahaknya dan bila mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk-batuk, bersin,

ketawa keras dan sebagainya. Akan menghembuskan keluar percikan-percikan

4
dahak halus, yang berukuran dari 5 micron dan akan melayang-layang di udara.

Droplet nucleit ini mengandung basil TB.

Bilamana hinggap diseluruh saluran pernapasan yang agak besar, misalnya

trakea dan bronkus, droplet nuclei akan segera dikeluarkan oleh gerakan cilia

selaput lendir saluran pernapasan ini. Namun, bilamana berhasil masuk sampai ke

dalam alveolus ataupun menempel pada mucosa bronkeolus, droplet nuclei akan

menetapkan dan basil-basil TB akan mendapatkan kesempatan untuk berkembang

biak setempat. Oleh karena itu infeksi TB berhasil. (US PHS, 1991; CROFTON et

al, 1992).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi transmisi ini. Pertama-

tama ialah jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa makin

banyak dahak basil di dalam dahak seorang penderita, makin besarlah bahaya

penuralan.dengan demikian,para penderita, makin besarlah bahaya penularan.

Dengan demikian, para penderita dengan dahak yang sudah positif pada

pemeriksaan langsung dengan mikroskop (untuk minimal harus ada 100.000 basil

dalam 1 ml sputum) akan jauh lebih berbahaya dengan mereka yang baru positif

pada perbenihan, yang jumlah basilnya di dalam dahak jauh lebih sedikit (minimal

100 basil dalam 1 ml sputum) (WHO, 1974)

Cara batuk memegang peranan penting. Jika batuk ditahan, hanya akan

mengeluarkan sedikit basil, apalagi kalau pada saat batuk penderita menutup

mulut dengan tissue.

5
Faktor lain ialah cahaya matahari, kemungkinan penularan dibawah terik

matahari sangat kecil. Dan diketahui bahwa ventilasi yang baik, dengan adanya

penukaran udara dari dalam rumah dengan udara segar yang ada diluar, dapat juga

mempengaruhi bahaya penularan bagi penghuni lain yang serumah.

Faktor risiko pengaktifan kembali :


 AIDS
 Gastrektomi
 Penyakit Hodgin
 Leukemia
 Silikosis
 Pengobatan dengan kortikosteroid atau imunosupresan
 Diabetes melitus yang tidak terkontrol

C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang terjadi tergantung pada jenis organ yang terinfeksi

kuman ini. Infeksi paru-paru (tuberkulosis paru) akan menimbulkan gejala batuk-

batuk kronis yang berdahak dan kadang-kadang berdarah. Meskipun demikian

sering penderita tidak menunjukkan gejala klinis atau keluhan yang nyata selama

bertahun-tahun (asimtomasis).
Gejala umum TBC atau tanda dan gejala sistemik adalah anoreksi dan

penurunan berat badan, tubuh terasa lelah, berkeringat di malam hari dan lesuh,

deman dan sering kedinginan. Pada TBC kulit, kelainan berupa unkus atau papun

yang berkembang menjadi pustula yang berwarna gelap


TBC milier adalah tuberkulosis yang menyerang berbagai organ tubuh,

yang dijumpai pada bayi atau penderita berusia lanjut yang daya tahan tubuhnya

rendah.
Gejala TBC yang tampak pada anak-anak yaitu berat badan turun selama

tiga bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas, berat badan anak tidak bertambah

(anak kecil/kurus terus), tidak ada nafsu makan, demam lama dan berulang,

6
muncul benjolan di daerah leher, ketiak, dan lipat paha, batuk lama lebih dari dua

bulan dan nyeri dada, diare berulang yang tidak sembuh dengan pengoatan diare

biasa.

Gejala saat pengaktifan kembali

 Nyeri dada
 Batuk yang menghasilkan sputum mukopurolen
 Bunyi dedas kripitasi, bunyi napas bronkial, bunyi menciut, dan

pectoriloquy (peningkatan rasionansi) berbisik saat dilakukan auskultasi


 Bunyi pendek dan lemah di daerah yang diserang, yang mengidentifikasikan

konsolidasi atau cairan pleural (saat dilakukan perkusi dada


 Hemoptisis (kadang-kadang)

D. Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycrobacterium tuberculosis

akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, di

mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak.

Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian

tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus

atas).
Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang

spesifik terhadap tuberkolosis menghancurkan basil dan jaringan normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan

terjadilah bronkopneumonia. Inveksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10

minggu setelah terpapar.


Massa jaringan baru disebut granuloma yang berisi gumpalan basil

yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk

7
dinding Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian

tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercl. Materi yang terdiri atas

makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing

caseosa). Setelah itu akan berbentuk kalsifikasi, membentuk jaringan kolagen.

Bakteri menjadi non aktif.


Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena

respon sistem imun yang yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul

akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus

ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi

perkijuan.tuberkel yang ulserasi mengalami penyembuhan membentuk jaringan

parut. Pari-paru yang terinfeksi kemudain meradang, mengakibatkan

bronkopneumonia, pembentukan tuberkel dan setereunya. Pneomonia seluler

ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus

difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar


melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjdai lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid

yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang

mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan

fibroblast akan menimbulkan respon berbeda dan akhirnya membentuk suatu

kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.(irman sumantri,2009)

E. Diagnostik keperawatan
Selama penyakit TB paru masih merupakan penyakit rakyat, selama

itupula penyakit ini akan sering dijumpai dalam klinik sehari-hari. Oleh sebab itu,

di negara-negara yang endemis TB, seperti Indonesia, sudah selayaknya bila kita

8
harus pertama-tama mencurigai TB bilamana seorang penderita mengemukakan

keluhan yang realvan untuk penyakit ini.


Diagnosis TB secara teoritis didasarkan atas Anamnesa, Pemeriksaan

Fisik, Tes Tuberkulin, Foto Rontgen Paru, Pemeriksaan Bakteriologik, dan akhir-

akhir ini ditampilkan juga pemeriksaan serologik.

F. Pengobatan
 Penanganan meliputi terapi antituberkular denagn dosis orar

esinosit,rifampin,dan pyrazinamide (dan kadng kadang ethabulot) setiap hari

selama setidaknya 6 bulan.rangkaian yang lebih panjang mungkin dibutuhkan

pasien yang menderita AIDS atau pasien yang responnya lambat. Setelah 2

sampai 4 minggu penyakit umunya tidak menular pasien bisa menjalani gaya

hidup normal kembali sambil minum medikasi


 Pasien yang menderita penyakit mikobakterial atipikal atau TB resistan obat

bisa membutuhkan penanganan obat sekon lain, misalnya capreonycin,asam

paraaminosalisilat,cycloserine,amikacin (amikin) dan obat quinolone.

II.Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata

Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur, mulai dari

anak-anak sampai dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki-laki

dan perempuan yang hampir sama. Biasanya timbul di lingkungan rumah

dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari

masuk ke dalam rumah.

Tuberkulosis paru (TB) pada anak dapat terjadi pada usia

berapapun, namun usia paling umum adalah anatara 1-4 tahun. Anak lebih

9
sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) di banding TB

paru-paru dengan perbandingan 3:1. TB luar paru-paru merupakan TB

yang berat, terutama di temukan pada usia 3 tahun. Angka kejadian

(prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian

meningkat setelah masa remaja, di mana TB paru-paru menyerupai kasus

pada orang dewasa (disertai lubang atau kavitas pada paru-paru). Dari

aspek sosioekonomi, penyakit tuberkulosis paru sering diderita oleh klien

dari golongan ekonomi menengah kebawah.

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain sebagai berikut:
a. Demam : subfebris, febris (40-41 ºC) hilang timbul.
b. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh

untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk

kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul

dalam jangka waktu lama (˃ 3 minggu)


c. Sesak nafas : timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai

setengah paru.
d. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai

ke pleura, sehingga menimbulkan pleuritis.


e. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan

menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam tanpa

sebab.
f. Pada atelektasis terdapat gejala berupa : sianusis, sesak nafas, dan kolaps.

Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung

terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto torak tampak bayangan hitam pada

sisi yang sakit dan diafragma menonjol ke atas.

10
g. Perlu ditanyakan pada siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini

muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan

penyakit infeksi menular


B. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap dini klien seringkali tidak menunjukan kondisi

tuberkolosis. Tanda dan gejala paru dapat terlihat pada tahap selanjutnya

berupa:
a. Sistemik: akan ditemukan malaise, anoreksia, penurunan berat

badan, dan keringat malam. Pada kondidi akud di ikuti gejala

demam tinggi seperti flu dan menggigil, sedangkan pada TB milier

timbut gejala seperti demam akud, sesak nafas, sianosis, dan

konjungtifa dapat terlihat pucat karena anemia.


b. Sistem pernafasan
 Ronci basah, kasar,dan nyaring terjadi akibat adanya

peningkatan produksi sekret pada saluran pernafasan.


 Hipersonar atau timpani bila terdapat kafitas V yang cukup dan

pada auskultasi memberikan suara sedikit bergumuru (umforik)


 Tanda-tanda adanya infiltrat luas atau konsulidasi, terdapat

fremisus mengeras
 Pemeriksaan expansi pernafasan di temukan gerakan dada

asimetris.
 Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkonstal, dan

fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusipleura (perkusi memberikan

suara pekat)
 Bentuk dinding dada pistus karenatum
c. sistem pencernaan
Meningkatnya sputum pada saluran napas secara tidak

langsung akan mempengaruhi sistem pernafasan khusunya saluran

cerna. Klien mungkin akan mengeluh tidak nafsu makan di

11
karenakan menurunnya ke inginan untuk makan di sertai dengan

batuk, pada akhirnya akan mengalami penurunan berat badan yag

signifikan (badan terlihat kurus).

C. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan :
 Sekresi yang kental, lengket dan berdarah
 Lelah dan usaha batuk yang kurang
 Edema trakea/laring

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


 Kelemahan
 Batuk yang sering, adanya produksi sputum
 Dyspnea
 Anorexia
 Penurunan finansial

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanyanya factor

resiko :
 Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelectasis
 Kerusakan membrane alveolar kapiler
 Secret yang kental
 Edema bronkial
D. Intervensi

Diagnosis Perencanaan
No keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan Jalan nafas bersin mandiri Adanya
nafas tidak dan efektif setelah  Kaji fungsi perubahan fungsi
efektik yang hari perawatan, respirassi misal respirasi dan
berhubungan dengan kriteria: suara nafas, pengunaan oto
dengan:  Klien jumlah, irama dan tambahan
 Sekret menyatakan kedalaman serta menandakan
kental, bahwa batuk penggunaan otot kondisi penyakit
viskous berkurang atau nafas tambahan. yang masih harus
atau hilang, tdk ada mendapat kan
mengandu sesak, dan  Catat penanganan
ng darah. sekret kemampuna penuh.

12
 Fattigue berkurang. untuk
 Kemampu  Suara nafas mengeluarkan
an batuk normal mukus atau Ketidak
kurang. (vesikular). batuk seecara mampuan
 Edema  Frekuensi efektif. mengeluarkan
trakea nafas, mukus menjadi
atau faring nafas 16-20 timbulnya
Ditandai dengan: x/menit  Atur posisi tidur kongesti
Data subjektif: ( dewasa). high flowler. berlebihan pada
 Suara  Tidak ada Bantu klien saluran
nafas dispnea. untuk berlatih pernafasan.
abnormal batuk secara
efektif dan tarik Posisi semi atau
(ronchi/ral
nafas dalam. high plowler
es,
memberikan
wheezing)
kesempatan
;
paru-paru
 Frekuesi
berkembang
nafas.
secara maksimal
X/menit
 Bersihkan akibat diafragma
(> dari
sekresi dari turun kebawah.
normal
dalam muluk dan Batuk efektif
dengsn
trakea, suction mempermudah
irama
jika ekspektorasi
(regular
memungkinkan. mukus.
atau
iregular). Klien dalam
 Dispnea.
kondisi sesak
 Berikan minum cenderung untuk
kurang lebih bernafas melalui
2.500 ml/hari, muluk yang pada
anjurkan untuk akhirnya jika
diberikan dalam tidak
kondisi hangat ditindaklanjuti
jika tdk ada akan
kontrak mengakibatkan
indikasi. otomatitis.

Air digunakan
untukmengantika
n keseimbangan

13
cairan tubuh
akibat cairan
banyak keluar
melalui
pernafasan, air
hangat akan
mempermudah
mengencerkan
mukus melalui
proses konduksi
yang
mengakibatkan
arteri pada area
sekitar leher
bervasodilatasi
dan
mempermudah
cairan dalam
pembuluh darah
dapat diikat oleh
mukus atau
sekret.

Berfungsi
meningkatkan
kadar tekanan
persial oksigen
dan saturasi
oksigen dalam
darah.

Kalaborasi Berfungsi
 Berikan untuk
oksigen mengence
udara rkan
insvirasi dahak
yang meningkat
lembap. kan atau
memperle

14
bar
saluran
udara.

meningkat
kan atau
 Berikan
memperle
pengobatan atas
bar
indikasi:
saluran
 Agen
udara.
mukolitik,
misal
asetilsistein
(mucomyst)
. memperte
 Bronkodilat bal
or, misal dinding
leovilin, saluran
okstrivilin. udara
 Kortikostero (brongkus
id ).
(rednison).
Misal
deksamytas
on

 Berikan agen
anti infeksi, menurunn
misal: ya
o Obat primer: keaktifan
isoniaazid dari mikro
(INH), organisme
ethaambutol , sehingga
(EMB), dapat
rifampin menurunk
(RMP). an respon
o Pyrazinamid invlamasi
e (PZA), para- dan
amino salicilic ( nantinya
PAS),

15
streptomychin, berefek
monitor pada
pemeriksaan menurunn
laboratorium ya
(sputum). produksi
sekret.

2. ketidakseimbanga keseimbangan mandiri


n nutrisi: kurang nutrisi terjaga  Dokumentas menjadi data
dari kebutuhan ssetelah hari ikan fokus untuk
tubuh yang perawatan dengan statusnutrisi menentukan
berhubungan kriteria. klien,catat rencana tindakan
dengan :  Perasaan turgor lanjutan setelah
 Perasaan mual kulit,berat tindakan yang
mual hilang/ber badan saat diberikan kepada
 Batuk kurang ini dan klien.
produktif  Klien tingkat
mengataka kehilangan
ditandai dengan : n nafsu beratbadan,i
data subjektif: makan ntegritas,mu
 Klien meningkat kosa
mengatak  Berat mulut,tonus
an tidak badan perut,riwaya
nafsu klien tidak t meningkatkan
makan; mengalami nausea/vomi kenyamanan flora
 Klien penurunan tus atau normal
mengatak drastis dan diare mulut,sehingga
an cenderung monitor akan
makanan stabil intakeoutput meningkatkan
yang di  Klien serta berat perasaan nafsu
sediakan terlihat badan makan.
tidak dapat secara
menghabis meningkatkan
habis terjadwal.
kan porsi intake makanan
 Berikan
data obbjektif: makan dan nurtisi klien
perawatan
yang terutama kadar
 Adanya mulut (oral
disediakan protein tinggi
sisa care)
 Hasil akan
makanan sebelum dan
analisis meningkatkan
dalam sesudah
laboratoriu mekanisme tubuh
tempat menataklasa
m dalam proses
makan nakan

16
klien menyataka respiratori. penyembuhan.
( makan< n protein  Anjurkan
dari porsi darah/dala makanansek
yang di m rentang itit tapi
anjurkan ) normal. sering
; dengan
 Adanya tinggi kalori
ppenuruna tinggi menemukan
n berat protein kebutuhan nutrisi
badan (TKTP) yang tepat bagi
(tidak  Anjurkan klien.
selalu keluarga mengontrol
muncul untuk keeftifan tindakan
 Penurunan membawa terutama dengan
albumin makanan kadar protein
pada dari rumah darah
pemeriksa terutama meningkatkan
an yang komposisi tubuh
laboratori disukai oleh akan kebutuhan
um darah klien dan vitamin dan nafsu
( albumine makan makan klien.
mia bersama
klien jika
tidak ada
kontraindika
si.

kalaborasi:
 Ajukan
pada ahli
gizi untuk
menentukan
komposisi
diet.
 Monitor
pemeriksaan
laboratoriu
m, misal
BUN,serum

17
protein,dan
albumin
 Berikan
vitamin atas
indikasi.

3. resiko penyebaran penyebaran


infeksi yang infeksitidak terjadi mandiri untuk mengetahui
berhubungan selama perawatan  Reviuw kondisi nyata dari
dengan: dengan kriteria patologi masalah klien
 Tidak  Klien dapat penyakit walaupun fase
adekuatny memperlih (fase inaktif, tidak
a atkan aktif/inaktif) berarti tubuh
mekanism prilaku dan klien sudah
e sehat(menu potensial terbebas dari
pertahana tup mulut penyebaran kuman
n batuk,bersi infeksi tuberkolosis
diri,menur n) melaalui air
unya  Tidak borner
muncul droplet mengurangi
aktifitas
tanda-tanda selama resiko anggota
silia/infek
infeksi batuk,besin, keluarga untuk
si lanjutan
 Kerusakan lanjutan meludah,ber tertular dengan
jaringan  Tidak ada bicara;terta penyakit yang
/infeksi anggota wa,dan lain- sama dengan

18
lanjutan keluarga/or lain. klien.
 Malnutrisi ang  Identifikasi
 Kurangny terdekat risiko yang
a yang lain,
pengetahu penyimpanan
tertular TB. misalnya
an untuk sputum pada
anggota
mencegah wadah yang
keluarga,te
paparan terdentifikasi
man dekat
dari inttruksikan
kuman kepada
patogen klien jika
batuk/bersin
ludahkan ke peningkata suhu
tissue menandakan
 Anjurkan terjadinya infeksi
menggunak sekunder.
an tissue
penghentian
untuk
terapi
membuang
mengakibatkan
sputum
pengobatan
review
berulang dari
pentingnya
awal da
untuk
mengakibatkan
mengontrol
resistensi bakteri.
infeksi
misalnya makanan
penggunaan seimbang akan
masker. meningkatkan
 Monitor
metabolisme
suhu sesuai
tubuh untuk
indikasi
proses
penyembuhan.
 Anjurkan
untuk tidak
menghentik berfungsi untuk
an terapi menonaaktifkan,
mematikan
virulensi dari
bakteri

19
 Berikan
makanan
seimbang

kalaborasi:
 Berikan
sebagai data
agen anti
untuk melihat
infeksi,misa
efektifitas dari
l
 Obat primer, terapi
isomiazid
( NH),etham
butol
(EMB),RIF
AMPIN
(RMP)
 pyrazinamide
(PZA), para-
amino salicili
(PAS),strepto,y
cin
 monitor
pemeriksaan
laboratorium
(sputum)
4. resiko gangguan harga diri klien Mandiri
harga diri yang dapat terjaga atau  Kaji ulang mengetahui aspek
berhubungan tidak terjadi konsep diri klien diri negatif dan
dengan: gangguan harga  Berikan apresiasi positif yang
 Citra diri diri, dengan pada setiap memungkinkan
negatif kriteria: tindakan yang perawat
tentang  Klien mengarah kepada menentukan
penyakit. mendemon peningkatan rencana perawat
 Perasaan strasikan harga diri lanjutan.
mali untuk  Jelaskan tentang
menunjuka kondisi klien pujian dan
n aspek  Libatkan klien perhatian akan
dalam setiap meningkatkan

20
positif dari kegiatan. harga diri klien.
dirinya.
 Klien
mampu pengetahuan
bergaul tentang kondisi
dengan diri akan menjadi
orang lain dasar bagi klien
tanpa untukmenentukan
merasa kebutuhan bagi
malu. dirinya.

pelibatkan akan
meningkatkan
mekanisme
koping klien
dalam menangani
masalah.

1. diagnosis pertama
Defisit Nutrisi
Defisit nutrisi merupakan asupan tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolism
a. Pengkajian

N SUBJEKTIF OBJEKTIF

O
1. (Tidak tersedia)  Berat badan menurun
minimal 10% di bawah
rentang ideal

2.  Cepat kenyang setelah  Bising usus hiperaktif


 otot pengunyah lemah
makan
 otot menelan lemah
 Keram/nyeri pada abdomen
 Membrane mukosa pucat
 Nafsu makan menurun
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare

21
b. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :bentuk dada dan gerakan pernapasan,serta batuk dan sputum.
b. Palpasi :
 palpasi trakea yaitu adanya pergeseran trakea menunjukan

meskipun tetapi tidak spesfik penyakit dari lobus atas paru


 Gerakan diding torax anterial/ekxkrusi pernafasan. tb paru

tanpa komplikasi pada saat dilakuan palpasi, gerakan dada

biasanya normal dan seimbang diantar bagian kanan dan kiri.

Adanya penurunan diding pernafasan biasanya di temukan

pada klien TB paru dengan kerusakan prenkin paru yang luas


 Getara suara ( fremitus pokal)
c. Perkusi :
 TB paru taanpa komplikasi bunyinya resonan atau sonor
 TB paru disertai dengan komplikasi bunyinya redup dan pekak

pada sisi yang sakit


 TB paru disertai pneutoraks bunyinya hipersonan
d. Auskultasi : dapatkan bunyi nafas tambaahan (ronkhi) pada sisi yang

sakit
c. Diagnosis keperawatan

N SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

O
1. Do: Ketidak mampuan Defisit nutrisi
Cepat kenyang setelah
makan menelan makanan
 Keram/nyeri pada
abdomen
Nafsu makan menurun
Ds:
 Bising usus
hiperaktif
 otot pengunyah
lemah
 otot menelan lemah
 Membrane mukosa
pucat
 Sariawan

22
 Serum albumin
turun
 Rambut rontok
berlebihan
Diare

d. Intervensi keperawatan
Manajemen nutrisi
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola asuhan nutrisi yang seimbang
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan inteloransi makanan
 Identifikasi makanan yang di sukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asuhan makan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil laboratorium

Terapeutik

 Lakukan oral hegin sebelum makan jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis piramida makanan)
 Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makan tinggi kalori dan tingg protein
 Berikan suplement makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan

oral dapat di toleransi

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk jika mampu


 Ajarkan diet yang di programkan

23
Kolaborasi

 Kolaborasi Pemberian medikasi sebelum makan (mis perada nyeri

antiemetic), jika perlu


 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori danjenis

nutrient
e. Luaran
Berat badan

kriteria hasil Membur Cukup sedang Cukup membaik


uk memburu membaik
k
Berat badan 1 2 3 4 5
Tebal lipatan 1 2 3 4 5
kulit
Indeks massa 1 2 3 4 5
tubuh

2. Diagnosis kedua

Bersihan jalan napas tidak efektif

Definisi : ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan

napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

a. Pengkajian

N SUBJEKTIF OBJEKTIF
O
1. (Tidak tersedia)  Batuk tidak efektif atau tidak
mampu batuk
 Sputum berlebihan/
obstruksi dijalan nafas/ atau
meconium dijalan nafas
(pada neonatus)
 Mengi,wheezing dan /atau

24
ronkhi kering
2.  Dyspnea  Gelisah
 Sulit Bicara  Sianosis
 Ortopnea  Bunyi nafas menurun
 Frekuensi nafas berubah
 Pola nafas berubah

b. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :bentuk dada dan gerakan pernapasan,serta batuk dan

sputum.
b. Palpasi :
 palpasi trakea yaitu adanya pergeseran trakea menunjukan

meskipun tetapi tidak spesfik penyakit dari lobus atas paru


 Gerakan diding torax anterial/ekxkrusi pernafasan. tb paru

tanpa komplikasi pada saat dilakuan palpasi, gerakan dada

biasanya normal dan seimbang diantar bagian kanan dan kiri.

Adanya penurunan diding pernafasan biasanya di temukan

pada klien TB paru dengan kerusakan prenkin paru yang luas


 Getara suara ( fremitus pokal)
c. Perkusi :
 TB paru taanpa komplikasi bunyinya resonan atau sonor
 TB paru disertai dengan komplikasi bunyinya redup dan pekak

pada sisi yang sakit


 TB paru disertai pneutoraks bunyinya hipersonan
d. Auskultasi : dapatkan bunyi nafas tambaahan (ronkhi) pada sisi

yang sakit
c. Diagnosis keperawatan

N SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

O
1. DO: Ketidak seimbangan Gangguan
 Batuk tidak efektif
atau tidak mampu ventilasi-perfusi pertukaran gas
batuk
 Sputum berlebihan/

25
obstruksi dijalan
nafas/ atau
meconium dijalan
nafas (pada
neonatus)
 Mengi,wheezing
dan /atau ronkhi
kering
DX:
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi nafas
menurun
 Frekuensi nafas
berubah
 Pola nafas berubah

d. Intervensi keperawatan
Latihan batuk efektif
Definisi :Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara

efektif untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari secret

sampai benda asing dijalan nfas.


Tindakan :
Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi salura nafas
 Monitor input dan output cairan (mis.jumlah dan karakterisitik)

Terapeutik

 Atur posisi semi sampai foler atau foller


 Pasang terlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang secret pada tempat sputum

Edukasi

 Jelaskan ujuan dan prosedur batuk efektif

26
 Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, di
tahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mngulangi Tarik nafas dalam himgga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam
yang ketiga

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian nukotik atau ekspektoran, jika perlu

3. diagnoosa ke tiga
Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelbihan atau kekurangan oksigenasi dana tau eliminasi

karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler


a. pengkajian

NO SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. Dispenea 1.PCO2 meningkat/menurun
2.PO2 menurun
3.takikardia
4.pH arteri meningkat/menurun
5.bunyi nafas tambahan
2. 1.pusing 1.sianosis
2.penglihatan 2.diaforesis
kabur 3.gelisah
4.nafas cuping hidung
5.pola nafas apnormal
(cepat/lambat,regular/ireguler,dalam/dangkal)
6.warna kulit abnormal (mis.pucat,kebiruan)
7.kesadaran menurun

b. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :bentuk dada dan gerakan pernapasan,serta batuk dan

sputum.
b. Palpasi :
 palpasi trakea yaitu adanya pergeseran trakea menunjukan

meskipun tetapi tidak spesfik penyakit dari lobus atas paru

27
 Gerakan diding torax anterial/ekxkrusi pernafasan. tb paru

tanpa komplikasi pada saat dilakuan palpasi, gerakan dada

biasanya normal dan seimbang diantar bagian kanan dan kiri.

Adanya penurunan diding pernafasan biasanya di temukan

pada klien TB paru dengan kerusakan prenkin paru yang luas


 Getara suara ( fremitus pokal)
c. Perkusi :
 TB paru taanpa komplikasi bunyinya resonan atau sonor
 TB paru disertai dengan komplikasi bunyinya redup dan pekak

pada sisi yang sakit


 TB paru disertai pneutoraks bunyinya hipersonan
d. Auskultasi : dapatkan bunyi nafas tambaahan (ronkhi) pada sisi

yang sakit

c. Diagnosis keperawatan

No SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1. Do: Ketidak Defisit
 Dispenea
 Pusing mampuan nutrisi
 penglihatan kabur
menelan
Ds:
 PCO2 meningkat/menurun makanan
 PO2 menurun
 .takikardia
 pH arteri meningkat/menurun
 bunyi nafas tambahan
 sianosis
 diaphoresis
 gelisah
 nafas cuping hidung
 pola nafas apnormal
(cepat/lambat,regular/ireguler,dalam/
dangkal)
 warna kulit abnormal
(mis.pucat,kebiruan)
 7.kesadaran menurun

28
d. Intervensi keperawatan (SIKI)
Terapi oksegen
Definisi :
Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah untuk mengatasi kondisi

kekurangan oksigen jaringan.


Tindakan :
Obserpasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor alat terapi posisi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan vaksin yang

diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis,aksemetrik,analisa gas

darah) jika perlu,


 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipopentalasi
 Monitor tanda-tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasi
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

 Bersihkan secret pada mulut,hidung dan trakea,jika perlu


 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Siapkan dan atur alat peralatan oksigen
 Berikan tambahan oksigen jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi

 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

Kaloborasi

 Penentuan dosis oksigen


 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan / atau tidur

29
e. Luaran (SLKI)
Pertukaran gas

kriteria hasil Mening Cukup sedang Cukup menurun


kat meningkat menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Bunyi 1 2 3 4 5
napas
tambahan
Takikardia 1 2 3 4 5
Pusing 1 2 3 4 5
Penglihatan 1 2 3 4 5
kabur
Diaforesis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Napas 1 2 3 4 5
cuping
hidung

Kriteria hasil Memb Cukup Sedang Cukup membaik


uruk memburuk membaik
PCO2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
pH arteri 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Warna kulit 1 2 3 4 5

Diagnose keperawatan (Rencana Asuhan keperawatan Doengus)

Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh

Dapat dihubungkan dengan : kelemahan

Sering batuk/produksi sputum;dyspnea

Anoreksia

30
Ketidakcukupan sumber keuangan

Kemungkinan dibuktikan oleh : berat badan dibawah 10% - 20% ideal untuk
bentuk tubuh dan berat.

Melaporkan kurang tertarik pada makanan,


gangguan sensasi pengecap.

Tonus otot buruk

HASIL YANG DIHARAPKAN/ KRITERIA EVALUASI- PASIEN AKAN:


menunjukkan berat badan meningkat mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda mal nutrisi`

Melakukan perilaku atau perubahan pola hidup


untuk meningkatkan dan/ atau mempertahankan
berat yang tepat.

Diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas,tak efektif

Dapat dihubungkan dengan : secret kental,atau secret darah

Kelemahan,upaya batuk buruk

Edema trakea/faringeal

Kemungkinan dibuktikan oleh : frekuensi pernafasan,irama,kedalaman tak


normal.

Bunyi nafas tak normal(ronki,mengi),stridor

Dyspnea

HASIL YANG DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI-PASIEN AKAN :

Mempertahankan jalan nafas pasien

Mengeluaran secret tanpa bantuan

Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas

Berpartisifasi dalam program,pengobatan,dalam tingkat kemampuan/situasi

Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat

31
Diagnosa keperawatan : pertukaran gas,kerusakan,risiko tinggi terhadap

Factor risiko meliputi : penurunan permukaan efektif paru,atelektasi

Kerusakan membrane alveolar-kapiler

Secret kental,tebal

Edama bronkia

Kemungkinan dibuktikan oleh :[tidak dapat diterapkan;adanya tanda-tanda dan


gejala-gejala

membuat dignosa actual]

HASIL YANG DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI-PASIEN AKAN :

Melaporkan tak adanya/penurunan dispenea

Menunjukkan perbaikan ventalasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengam GDA


dalam rentang normal

Bebas dari gejala distress pernafasan

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam

meningkatkan morbiditas penduduk, terutama di negara berkembang.

Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Micobakterium

Tuberkulosis. Dari seluruh kasus 11% nya dialami oleh anak-anak

dibawah 15 tahun.

Tuberkulosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis, dan di tandai dengan infiltrasi

pulmoner, pembentukan granuloma di sertai caseation (proses pengeringan

dan pembentukan substansi mirip kasein), fibrosis, dan kavitasi. Penyakit

ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,

tulang, dan nodus limfe

B. Saran

33
Demikian penjelasan mengenai asuhan keperawatan tuberkolosis ,

semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca.Kami mohon maaf apabila

ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena

keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun

sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini ke depan.

Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish showab.

Daftar Pustaka

Dr. Halim damsantoso, S. P. (2010). Buku Saku Ilmu penyakit paru. Jakarta: EGC.

Ideks. (2011). memahami berbagai macam penyakit (halaman 637). Jakarta Barat:
Permata putri media.

INNDEKS. (n.d.).

mahayu, p. (2016). Buku Lengkap Perawatan Bayi (halaman 150). Yogyakarta: Saufa
(ISO).

Muttakim, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta: Satemba madika.

PPNI, T. P. (2017). STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDOESIA . Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat .

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Prof. Dr. Soedakto, D. d. (2009). penyakit menular di indonesia. Jakarta: CV Sagung Selto
(170).

sumantri, i. (2009). Askep Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: salomba
medika.

34
35

Anda mungkin juga menyukai