Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PADA

ANAK

A. DEFINISI

Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan
sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan demam yang
tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas.
Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang
berat dan reinfeksi pada usia dewasa.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam
cairan yang bersuhu 60⁰ selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan
nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil
tuberculosis tidak membentuk toksin.

Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika meminum
susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain yakni mycobacterium
atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.

Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan
sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan demam yang
tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas.
Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang
berat dan reinfeksi pada usia dewasa.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam
cairan yang bersuhu 60⁰ selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan
nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil
tuberculosis tidak membentuk toksin.

Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika m eminum
susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain yakni mycobacterium
atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium


tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainya(Depkes RI, 2002).

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman / bakteri Mycobacterium tuberculosis.


Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar
paru - paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak,
dan sebagianya(Laban, 2008).

B. ETIOLOGI

Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan dahak (droplet
nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum
tidak akan terjadi penularan (Aditama, 2000).

1. M[perokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan
tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh
darah (Reuters Health, 2007).

2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)

a. Resiko infeksi TBC

Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap
orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan
lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat
luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang
ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi
jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya
terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.

b. Resiko Penyakit TBC

Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit
TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko
sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun
yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun,
yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang
rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

C. PATOFISIOLOGI
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC
anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak
terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk
keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini
yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).

Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat
batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut:
tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada
anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses
terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan
terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada
kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar
spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya
terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).

Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya nukleus
droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel
dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif.
Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan
limfokin mereka, responya berupa reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit
digantikan oleh makropag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia
akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus
dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).

Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel
menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-
sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut kolagenosa,
menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada paru dinamakan fokus ghon,
dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang terlibat dengan lesi primer disebut kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax
rutin pada seseorang yang sehat (Price dan Wilson, 2006).

Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat
rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk
menetal. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai
manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam ,
anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).

Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :

1. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier
bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus,
70% terletak subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer
adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan
tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)


TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya
kavitas atau efusi pleur

D. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul. Pada saat-
saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan
kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-
9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa
sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek.
Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau
sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan
tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun,
bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini
yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.

Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC adalah kuman
TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak
begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan
mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak
mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa dahaknya pun tidak akan
keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini mungkin.
Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada
riwayat kontak anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC
(Wirjodiardjo, 2008).

Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):

1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat
cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus
dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan
berkurang.

3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.

4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak ada
alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena
TBC.

5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.

6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.

7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test,


MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm.
Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif,
karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.

Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara lain : Sesungguhnya
mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil, sangat
sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya
Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang
diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang
dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi
yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif
lain untuk mendiagnosa TB pada anak.

Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas).
Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak.
Atauunderdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga
tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan
hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif. Karena tanda-tanda dan gejala
TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh
kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan
apakah seseorang terinfeksiMycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk
menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB
lalu menjadi sakit TB.

Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi.
Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan
tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh.
Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam
tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap
aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.

Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang
telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah.
Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang
diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna
kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila
ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.

Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran
sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang
tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini
dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat.
Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah
dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.

Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil
negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak
mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun
tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi
dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes
Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
E. KOMPLIKASI

Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a. Meningitis

b. Spondilitis

c. Pleuritis

d. Bronkopneumoni

e. Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis
yang berdasarkan pada:

1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.

2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.

3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan
terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah (FKUI,
2001):

1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.

2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan


sterilisasi.

3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

 PENATALAKSANAAN PERAWATAN

Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan
melakukan :

1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

2. Pemberian oksigen yang adekuat

3. Latihan batuk efektif

4. Fisioterapi dada

5. Pemberian nutrisi yang adekuat

6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol,


rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)

7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak


yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai
dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :

 Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan
tangan, vidio game, televisi)
 Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi
anak

 Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan·

 Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,


menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa Gas DArah ( AGD / astrup )
Hanya di lakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksia, hiperkeapnea, dan
asidosis respiratorik.
2. Sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic.
3. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 – 1500 / mm³. sedangkan
hitung eosinofil normal antara 100 – 200 / mm³. perbaikan fungsi paru disertai penurunan
hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
4. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000 / mm³ terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat di sebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
5. Pengukuran fungsi paru
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin menurun, tapi bila serangan
asma makin berat FVC akan turun karena sebagian udara yang harus di keluarkan terjebak
dalam paru-paru.
6. Tes provokasi bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20 % atau lebih setelah
tes provokasi dan denyut jantung 80 -90 % dari maksimum dianggap bermakna bila
menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih.
7. Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody igE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
8. Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi bisanya normal, tetapi prosedur ini tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti
pneumotoraks, pneumomediastrium, atelektasis, dan lain-lain.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I

DENGAN DIAGNOSA TUBERCULOSIS

NO RM : 20605

Tempat : Ruang Bangsal Dahlia

Tanggal : 02 Februari2016

I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : An. I
Umur : 42 Bulan
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mawar
Suku : Makassar
Ruangan : Ruang Isolasi

2. Penanggung jawab / pengantar


Nama : Ny. N
Umur : 33 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Jl. Mawar
Pekerjaan : IRT

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama : Ibu klien mengatakan klien batuk
2. Alasan masuk RS : Ibu klien mengatakan klien batuk sejak 1 hari sebelum MRS,
klien ada alergi dingin, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar suara
wheezing, klien tampak pucat dan gelisah, nafsu makan klien menurun, klien cepat
lelah dank lien berkeringat pada malam hari
3. Riwayat kehamilan
Anak laki-laki dari ibu G1 P1 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan tidak
mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu klien selalu memeriksakan
kehamilannya ke bidan secara teratur.
4. Riwayat persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada kelainan
bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan. Klien lahir pada
usia kehamilan 39 minggu, presentasi bawah kepala, RIWAYAT ketruban berwarna
jernih, setelah lahir klien langsung menangis, BBL 3500 gram.

III. KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit yang pernah dialami
Saat kecil : Ibu klien mengatakan klien batuk
Penyebab : Ibu klien mengatakan ia mengetahui penyebabnya
Riwayat perawatan : Ibu klien mengatakan pernah di rawat di RS sebelumnya karena
batuk
Riwayat operasi : Ibu klien mengatakan tidak pernah di operasi
Riwayat pengobatan : Ibu klien mengatakan jika klien sakit ia di bawa ke puskesmas
2. Riwayat alergi : Ibu klien mengatakan klien alergi terhadap dingin
3. Riwayat immunisasi : Ibu klien mengatakan klien sudah imunisasi lengkap : BCG, Polio
I, II, III ; DPT I, II, III dan campak

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

G1

G2

Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.Dan keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi maupun penyakit serius lainnya.

KETERANGAN :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping :Ibu klien mengatakan jika ada masalah dengan klien ia selalu bercerita
kepada suami dan orang tuanya
2. Harapan klien terhadap keadaannya :Ibu klien mengatakan ia berharap penyakitnya
anakanya cepat sembuh
3. Factor stress :Ibu klien mengatakan stress dengan penyakit anaknya
4. Konsep diri : sebelum sakit klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan setelah
sakit klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan rewel.
5. Pengetahun klien tentang penyakitnya :Ibu klien mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakit tuberculosis
6. Adaptasi : Ibu klien mengatakan klien mampu beradaptasi dengan lingkungan di RS
7. Hubungan dengan anggota keluarganya: Ibu klien mengatakan hubungan dengan
keluarganya sangat baik, klien lebih nyaman di temani ibunya
8. Hubungan dengan anggota masyarakat : Ibu klien mengatakan hubungan klien dengan
anggota masyarakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain & lawan bicara : Ibu klien mengatakan jika anaknya
berbicara dengan orang lain ia selalu memperhatikan
10. Aktivitas sosial : Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya susah beraktivitas
11. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
12. Keadaan lingkungan :Ibu klien mengatakan keadaan lingkungannya bersih
13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut mengaji di
mushalla dekat rumahnya. Klien belum melakukan shalat
14. Keyakinan tentang kesehatan : Ibu klien mengatakan ia yakin bahwa penyakit anaknya
akan sembuh

VI. KEBUTUHAN DASAR /POlA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Makan
Sebelum MRS :Ibu klien mengatakan klien susah makan, makan 3 x sehari porsi sedikit,
dan tidak suka sayur, klien hanya makan nasi sedikit dan lauknya saja
Saat di RS : Ibu klien mengatakan klien makan 2 x sehari sesuai diet dari RS
2. Minum
Sebelum MRS : klien mengatakan minum 6 gelas/hari
Saat di RS : klien mengatakan minum 4 gelas/hari
3. Tidur
Sebelum MRS :Ibu klien mengatakanklien tidur 9 jam / hari, tidursiangkuranglebih 2 jam

Saat di RS :Ibu klien mengatakan klien susah tidur dan sering terbangun pada malam
hari. Lama tidur 7 jam / hari.

4. Eliminasifekal / BAB
Sebelum MRS : Ibu klien mengatakan klien BAB I kali / hari, warna kuning,
konsistensi lembek berbau khas
Saat MRS : Ibu klien mengatakan klien belum BAB sejak di rawat di RS
5. Eliminasi urine / BAK
Sebelum MRS : Ibu klien mengatakan klien BAK 4 - 5 kali / hari, warna kuning
jernih berbau khas
Saat di RS :Ibu klien mengatakan klien BAK 2 kali / hari warna kuning
berbau khas
6. Aktifitas dan latihan
Sebelum MRS : klien aktif bermain dengan teman sebayanya
Saat di RS : klien di bantu oleh ibunya dalam beraktivitas
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Ibu klien mengatakan klien mandi 2-3 kali / hari, gosok gigi saat
mandi dan setelah makan

Saat di RS : Ibu klien mengatakan klien selama sakit mandi, ganti baju di bantu
oleh ibunya atau perawat

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
 Kesadaran : composmentis, klien tampak batuk
 Perubahan mood : Tampak tidak mood
 Vital sign
TTV
TD : 90 / 60 mmHg
N : 80 x / menit
RR : 36 x / menit
S : 38, 5◦C
 Antropometri

Lingkar kepala : 54 cm

Lingkar lengan atas : 16 cm

BB : 14 kg dari 16 Kg

TB : 100 Cm

2. Head to toe
o Kulit / integumen
 I : Tidak ada perubahan warna, turgor kulit normal, tidak ada edema
 P : Tidak terdapat benjolan, kulit teraba lembab
o Kepala & rambut
 I: Bentuk simetris antara kanan kiri,bentuk kepala lonjong tidak ada lesi,
warna rambut hitam, kepala klien tampak bersih
 P : Tidak ada nyeri tekan
o Ekspresi wajah
 I : klien tampak pucat dan gelisah, wajah klien tampak merah
o Kuku
 I : Kuku klien pendek, warna bantalan kuku merah muda
 P : Tidak ada nyeri tekan
o Mata / penglihatan
 I : Bentuk mata simetris antara kiri dan kanan
o Hidung / penghiduan
 I :Bentuk simetris dan terdapat secret
 P : Tidak teraba adanya benjolan
o Telinga / pendengaran
 I : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
 P :Tidak teraba adanya benjolan
o Mulut & gigi
 I : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, bibir kering
o Leher
 I : Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 P: Tidak teraba adanya benjolan
o Dada
 I : Pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, terdapat
secret
 P : Retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal femitus kanan
kiri
 P : Sonor
 A :Auskultasi adanya wheezing
o Abdomen
 I : Perut datar semetris antara kanan dan kiri
 P: Adanya massa, klien belum BAB
 P : Timpani
 A : Bising usus 20 x / menit
o Extremitas atas
 I : Tangan kanan dan kiri normal, terpasang infuse RL 20 tpm, akral hangat,
CRT < 3 detik, dan tidak ada gangguan gerak
 P : tidak teraba adanya benjolan dantidak ada nyeri tekan
o Extremitas bawah
 I : Tidak ada gangguan gerak
KLARIFIKASI DATA

 DATA SUBJEKTIF
 Ibu klien mengatakan klien batuk
 Ibu klien mengatakan klien susah tidur
 Ibu klien mengatakan klien susah makan
 Ibu klien mengatakan BB klien menurun

 DATA OBJEKTIF
 RR : 36 x / menit
 S : 38,5◦C
 Terdapat secret yang berlebih
 Klien tampak mual, muntah
 Terdengar suara wheezing
 Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
 Klien tampak gelisah dan rewel
 BB 14 Kg dari 16 Kg
 Nafsu makan klien menurun
 Photo thorax terlihat bercak putih di apeks paru
ANALISA DATA

N DATA KEMUNGINAN PENYEBAB DIAGNOSA


O KEPERAWATAN

1. DS : M. Tuberculosis Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif
- Ibu klien
mengatakan klien
Inhalasi droplet
batuk sejak 1 hari
sebelum MRS

DO : Paru-paru

- RR : 36 x / menit
- Terdengar suara
Reaksi imun menurun
wheezing
- Terdapat tarikan
dinding dada ke
Reaksi inflamasi
dalam
- Terdapat secret
berlebih
Limfosit spesifik TB
- Photo thorax
terlihat bercak
putih di apeks
paru Penumpukan eksudat

Penyempitan lumen

Respon batuk

Bersihan Jalan Napas Tidak


Efektif

2. DS : M. Tuberculosis Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Ibu klien
kebutuhan tubuh
mengatakan
Inhalasi droplet
klien susah
makan

DO : Paru-paru

- BB 14 Kg dari
16 Kg
Reaksi imun menurun
- Nafsu makan
klien menurun
- Klien tampak
Reaksi inflamasi
mual, muntah
-

Limfosit spesifik TB

Penumpukan eksudat
Merangsang pusat vomiting

Muntah, mual / anoreksia

Intake kurang

Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh

3. DS : M. Tuberculosis Hipertermia

- Ibu klien
mengatakan klien
Inhalasi droplet
berkeringat pada
malam hari

DO : Paru-paru

- S : 38,5 ◦C

Reaksi imun menurun

Reaksi inflamasi

Resiko neuro
Pengeluaran zat

Merangsang termoregulator

Set poin

Reaksi mengggil

Peningkatan suhu

Peningkatan metabolism

ATP dalam tubuh menurun

Kebutuhan fisiologis

Kelemahan umum

Hipertermi

4. DS : M. Tuberculosis Gangguan pola tidur


- Ibu klien
mengatakan klien
Inhalasi droplet
susah tidur

DO :
Paru-paru
- Klien tampak
gelisah dan rewel

Reaksi imun menurun

Reaksi inflamasi

Perubahan status

Hospitalisasi

Khawatir yang berlebihan

Pola koping infektif

Sesak napas

Peningkatan frekuensi pernapasan

Merangsang ras
Sulit tidur

Gangguan Pola Tidur

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN KRITERIIA HASIL
( NIC )
( NOC )

1. Domain 11 : NOC : NIC


keamanan /  Respiratory Status :
 Pantau status
perlindungan Ventilation
pernapasan klien
Kelas 1 : cedera fisik  Respiratory Status :
 Beri oksigen 2
Diagnosa : Airway Patency
liter / menit
ketidakefektifan Criteria Hasil :
 Beri posisi yang
bersihan jalan napas  Mendemonstrasikan
nyaman
Definisi : batuk efektif dan suara
( semifowler )
Ketidakmampuan napas yang bersih, tidak
 Anjurkan klien
untuk membersihkan ada sianosis dan dyspnea
untuk banyak
sekresi atau obstruksi ( mampu mengeluarkan
minum air hangat
dari saluran pernapasan sputum, mampu
 Latihan batuk
untuk mempertahankan bernapas dengan mudah)
efektif
kebersihan jalan napas  Menunjukkan jalan
 Lakukan
Batasan karakteristik : napas yang paten
suctioning
- Dispnea, penurunan  Mampu
 Kolaborasi dengan
suara napas mengidentifikasikan dan
dokter untuk
- Kelainan suara napas mencegah factor yang pemberian obat
- Batuk tidak efektif dapat menghambat jalan bronkodilator
- Produksi sputum napas sesuai indikasi
Factor yang
berhubungan :
- Lingkungan ;
merokok, meghirup
asap rokok, perokok
pasif-POK infeksi
- Fisiologi : disfungsi
neuromuscular,
alergi jalan napas
- Obstruksi jalan
napas
2. Domain 2 : nutrisi NOC : NIC :
Kelas 1 : makan  Nutritional status : food Nutrition
Diagnose : and fluid Management
ketidakseimbangan Criteria hasil :  Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari  Tidak ada tanda-tanda makanan
kebutuhan tubuh mal nutrisi  Kolaborasi dengan
Definisi :intake nutrisi  Tidak terjadi penurunan ahli gizi untuk
tidak cukup untuk yang berarti tandai menentukan
keperluan metabolism dengan :Nafsu makan jumlah kalori dan
tubuh baik nutrisi yang
Batasan karakteristik :  Tidak ada anoreksia dibutuhkan
- BB 20 % atau lebih  Anjurkan pasien
dibawah ideal untuk
- Luka, inflamasi pada meningkatkan
rongga mulut intake Fe
- Kurang makanan  Anjurkan pasien
Factor yang untuk
berhubungan : meningkatkan
Ketidakmampuan protein dan
memakan atau vitamin C
mencerna makanan  Monitor makanan
atau mengabsorpsi zat- kesukaan
zat gizi berhubungan  Berikan informasi
dengan factor biologis, tentang kebutuhan
psikologis atau nutrisi
ekonomi

3. Domain 11 : NOC : NIC :


keamanan / Termoregulation Fever treatment
perlindungan Kriteria Hasil ;  Monitor suhu
Kelas 6 : Suhu tubuh diatas sesering mungkin
Termoregulasi kisaran normal  Monitor warna dan
Diagnose : Hipertermi Nadi dan pernapasan suhu kulit
Definisi : peningkatana dalam kisaran normal  Monitor tekanan
suhu tubuh diatas Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
kisaran normal warna kulit dan tidak ada  Berikan
Batasan Karakteristik : pusing pengobatan untuk
-Peningkatan suhu mengatasi
tubuh diatas kisaran penyebab demam
normal  Selimuti pasien
- Kulit terasa hangat  Kompres pasien
Faktor-faktor yang pada lipat paha dan
berhubungan : aksila
-Penurunan respirasi  Tingkatkan
sirkulasi udara
 Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
4. Domain 4 : aktivitas / NOC : NIC :
istirahat  Anxiety reduction  Jelaskan
Kelas 1 : tidur /  Comfort level pentingnya tidur
istirahat  Pain level yang adekuat
Diagnosa : gangguan Criteria Hasil :  Ciptakan
pola tidur  Jumlah jam tidur dalam lingkungan yang
Ddefinisi : gangguan batas normal nyaman
kualitas dan kuantitas  Pola tidur, kualitas  Kolaborasi
waktu tidur akibat dalam batas normal pemberian obat
factor eksternal  Perasaan segar sesudah tidur
Batasan karakteristik : tidur atau istirahat  Diskusikan dengan
- Perubahan pola  Mampu klien dan keluarga
tidur normal mengidentifikasi hal- tentang teknik
- Penurunan hal yang meningkatkan tidur pasien
kemampuan tidur
berfungsi
- Ketidakpuasan tidur
Factor yang
berhubungan :
- Suhu lingkungan
sekitar
- Kurang kontrol
tidur

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Napas  Memantau status S :


Tidak Efektif pernapasan klien - Ibu klien
 Berikan oksigen 2 liter / mengatakan klien
menit sudah tidak terlalu
 Menempatkan posisi yang batuk
nyaman ( semi fowler )
O:
 Menganjurkan klien untuk
banyak minum air hangat - RR klien dalam
 Latihan batuk efektif rentang normal
 Melakukan suctioning
A : Masalah teratasi
 Kolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian P : Intervensi di
obat bronkodilator sesuai hentikan
indikasi

2. Ketidakseimbangan  Mengkaji adanya alergi S :


Nutrisi Kurang Dari makanan
- Ibu klien
Kebutuhan Tubuh  Kolaborasikan dengan ahli
mengatakan sudah
gizi untuk menentukan
tidak susah makan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan O:
 Menganjurkan pasien untuk
- Ada sedikit
meningkatkan intak eFe
peningkatan BB
 Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan A : Masalah teratasi
vitamin C
P : intervensi di
 Memonitor makanan
hentikan
kesukaan
 Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
3. Hipertermia  Memonitor suhu sesering S:
mungkin - Ibu klien
 Memonitor warna dan suhu mengatakan klien
kulit masih berkeringat
 Memonitori tekanan darah, pada malam hari
nadi dan RR - Kulit klien tampak
 Memberikan pengobatan merah
untuk mengatasi penyebab O:
demam - suhu klien dalam
 Menyelimuti pasien rentang normal 38
 Mengompres pasien pada ◦C
lipat paha dan aksila A : masalah belum
 Meningkatkan sirkulasi teratasi
udara P : lanjutkan
 Memberikan pengobatan intervensi
untuk mencegah terjadinya
- Monitor suhu
menggigil
sesering mungkin
- Monitor warna
dan suhu kulit
- Kompres pada
lipat paha dan
aksila
- Beri pengobatan
untuk mencegah
terjadinya
menggigil

4. Gangguan Pola Tidur  Menjelaskan pentingnya S :


tidur yang adekuat
- Ibu klien
 Menciptakan lingkungan
mengatakan tidur
yang nyaman
klien cukup
 Kolaborasikan pemberian
obat tidur O:
 Diskusikan dengan klien
- Klien tampak
dan keluarga tentang teknik tenang dan tidak
tidur pasien rewel

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di
hentikan

PERTANYAAN

1. Seorang anak berusia 42 bulan di bawa ke RS dengan keluhan batuk sejak 1 hari yang
lalu, alergi terhadap dingin. Keadaan umum lemah,TD : 90 / 60 mmHg, N : 80 x / menit,
RR : 36 x / menit, S : 38,5°C.
Apa diagnosa keperawatan utama pada kasus di atas ...
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan pola napas
c. Hipertermi
d. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari nutrisi tubuh
jawaban : A. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Apa masalah yang harus di prioritaskan pada penyakit TBC pada anak ...
a. Hipertermi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan pola tidur
d. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Jawaban : D. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Di bawah ini yang tidak termasuk komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit TBC
adalah ...
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Cardiac Disritmia
d. Pleuritis
jawaban : C. Cardiac Disritmia
4. Tanda dan gejala TBC
1. Berat badan menurun
2. Batuk lama
3. Demam lama
4. Kembung
Jawaban : A. 1, 2 dan 3

5. Tujuan dari pengobatan TBC

1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif

2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan

3. Menghilangkan atau mengurangi gejala lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis

4. Mempercepat penularan

Jawaban : A . 1, 2 dan 3

Anda mungkin juga menyukai