Anda di halaman 1dari 5

2.6.

4 PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR PADA PELAYANAN


PRIMER/PUSKESMAS
Pencegahan penyakit menular di tingkat pelayanan primer/puskesmas
dilakukan melalui program :
1. P2 TBC
2. P2 IMS HIV/AIDS
3. P2 Kusta
4. P2 ISPA
5. P2 Malaria
6. P2 Flu Burung
7. P2 DBD
8. P2 DIARE
9. Pencegahan Penyakit / Imunisasi
10. Surveilens Epidemiologi
Program pencegahan penyakit menular yang ada di puskesmas tidak
semua masuk dalam standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan berdasarkan
kepmenkes RI tahun 2008 yang menjadi target dalam standar pelayanan
minimal tersebut adalah penyakit TBC,DIARE,ISPA dan DBD serta imunisasi,
sedangkan malaria merupakan pogram global dunia yang masuk dalam
millenium development goals.

2.6.5 Definisi TBC


Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau
Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.

4
2.6.6 Etiologi TBC
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (sangat jarang
disebabkan oleh Mycobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup
dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan
mati pada suhu 60C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis
menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk
toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).
Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara
hingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain
melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum susu yang
mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga
terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.
Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain Mycobacterium
tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat
menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut
Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.

2.6.7 Faktor resiko


1. Faktor infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif,
daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta
lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif,
terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak

5
dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang
kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak
jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman
TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat
batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan
jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam
konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
2. Resiko Penyakit TBC
Anak 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum
berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang
secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi
TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun,
yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-
10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin
dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes
mellitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan
yang rendah.

2.6.8 Manifestasi klinis


Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan)
dan faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi
adalah demam yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius,
biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu
dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan,
dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala
tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Sebab lesi

6
primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak
mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional
sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada
anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas
dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala
nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu,
keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated.
Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis
pada anak dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara
adekuat (failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria,
atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya
multipel
5. Batuk lama lebih dari 30 hari
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

2.6.9 Komplikasi

Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :


1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni

7
5. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner
(Cardio Pulmonary Insufficiency).

Anda mungkin juga menyukai